You are on page 1of 13

Bab II Pembahasan

2.1. Pengertian HAKI


Konsep HAKI memiliki 3 kata kunci, yaitu : - Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan untuk berbuat sesuatu, atau wewenang menurut hukum. - Kekayaan adalah perihal yang bersifat atau berciri kaya, harta yang menjadi milik orang, kekuasaan. - Intelektual adalah berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan cerdas manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Objek kekayaan intelektual adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia

2.2. Sejarah HAKI


UU mengenai HAKI pertama kali ada di Venice, Italia, yang menyangkut masalah paten, yaitu pada tahun 1470. UU HAKI ini diadposi oleh Kerajaan Inggris pada masa Tudor tahun 1500-an dan lahirlah hokum mengenai paten pertama di Inggris, yaitu Statute of Monopolies (1623). AS memberlakukan UU paten tahun 1791. Tahun 1883, Paris Convention merupakan upaya pertama kali harmonisasi bidang HAKI untuk masalah paten, merek dagang, dan desain. Tahun 1886, terbentuk Berne Convention menyangkut masalah copyright. Konvensi tersebut membentuk biro administrative bernama United International Bureau for the Protection of Intellectual Property, yang kemudian dikenal World Intellectual Property Organization (WIPO). WIPO menjadi badan administrative khusus di bawah PBB yang mengenai masalah HAKI Negara-negara anggota PBB Tahun 2001, WIPO menetapkan 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual sedunia. Lampiran yang berkaitan dengan HAKI yang merupakan jaminan bagi keberhasilan diselenggarakannya hubungan perdagangan antar-negara secara jujur dan adil adalah Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) Perkembangan HAKI di Indonesia dimulai pada awal tahun 1990. HAKI mulai popular saat memasuki tahun 2000 sampai sekarang karena adanya UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, maka berakibat : 1. Pemegang hak dapat memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain. 2. Pemegang hak dapat melakukan upaya hokum, baik perdata maupun pidana dengan masyarakat umum. 3. Adanya kepastian hokum, yaitu pemegang dapat melakukan usahanya dengan tenang tanpa gangguan dari pihak lain. 4. Pemberian hak monopoli kepada percipta kekayaan intelektual memungkinkan pencipta atau penemu tersebut dapat mengeksploitasi ciptaan/penemuannya secara ekonomi. 1

2.3. Jenis HAKI


a. Hak Cipta ( Copyright ) Hak Cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaannya tersebut serta salinan dari ciptaannya tersebut. Kepemilikan hak cipta dapat diserahkan secara sepenuhnya atau sebagian kepada pihak lain. Serah terima hak cipta tidak selalu berhubungan dengan pembelian atau penjualan. Kebalikan dari hak cipta adalah public domain. Ciptaan dalam public domain dapat digunakan sekehendaknya oleh pihak lain. Sebuah karya adlah public domain jika pemilik hak ciptanya menghendaki demikian. Selain itu, hak cipta memiliki waktu kadaluwarsa. b. Paten ( petent ) Paten melindungi sebuah ide, bukan ekspresi dari ide tersebut. Pada paten, seseorang tidak berhak membuat sebuah karya yang cara kerjanya sama dengan sebuah ide yang dipatenkan. Contoh paten adalah algoritma Pagerank yang dipatenkan oleh Google. Pagerank dipatenkan pada kantor paten AS. Artinya, pihak lain di AS tidak daoat membuat sebuah karya berdasarkan algoritma Pagerank, kecuali jika ada oerjanjian dengan Google. Sebuah ide yang dipatenkan haruslah ide yang orisinal dan belum pernah ada ide yang sama sebelumnya. Jika suatu saat ditemukan bahwa sudah ada yang menemukan ide tesebut sebelumnya, hak paten tersebut dapat dibatalkan. Kepemilikan hak paten dapat ditransfer ke pihak lain, baik sepenuhnya atau sebagian, paten harus didaftarkan terlebih dahulu sebelum berlaku c. Merk dagang ( trademark ) Merk dagang meliputi nama produk atau layanan, berserta logo, symbol, gambar yang menyertai produk atau layanan tersebut. Contohnya Kentucky Fried Chicken, yang disebut merk dagang adalah urut-urutan kata-kata tersebut beserta variasinya (misalnya KFC) dan logo dari produk tersebut. Jika ada produk lain yang sama atau mirip, misalnya Ayam Goreng Kentucky, maka itu termasuk pelanggaran merk dagang. d. Rahasia dagang ( trade secret ) Rahasia dagang tidak dipublikasikan. Rahasia dagang dilindungi selama informasi tersebut tidak dibocorkan oleh pemilik rahasia dagang. Contohnya adalah resep minuman Coca Cola. Untuk beberapa tahun, hanya Coca Cola yang memiliki informasi resep tersebut. Perusahaan lain tidak berhak mendapatkan resep tersebut, misalnya dengan membayar pegawai Coca Cola. Cara yang diperbolehkan atau legal untuk mendapatkan resep tersebut adalah dengan cara rekayasa balik (reserve engineering). Sebagi contoh, hal ini dilakukan oleh pesaing Coca Cola dengan menganalisis kandungan dari minuman Coca Cola. Hal ini masih legal dan dibenarkan oleh hukum. Oleh karena itu, kini ada minuman yang rasanya mirip dengan Coca Cola, semisal Pepsi atau RC Cola.

2.4. UU Hak Cipta


Untuk melindungi HAKI, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU Hak Cipta. UU Hak cipta yang berlaku adalah UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 yang disahkan pada tanggal 29 Juli 2003. Peraturan hak cipta di Indonesia sebelum UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 berlaku adalah sebagai berikut : 1. UU Nomer 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15). 2. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42) . 3. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 29). Dengan berlakunya UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat berkreasi atau berkarya dengan nyaman tanpa takut penyalinan, pembajakan, ataupun pemodifikasian hasil karyanua oleh pihak lain. UU Hak Cipta memuat 78 pasal, memberikan perlindungan kekayaan seni dan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan penciptanya, bangsa, dan Negara. UU ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain mengenai: 1. Database merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi. 2. Penggunaan alat apa pun, baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optic (optical disc) melalui media audio, media audiovisual dan atau sarana telekomunikasi. 3. Penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa. 4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang hak. 5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak terkait, baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung. 6. Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana control teknologi. 7. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produk-produk yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi. 8. Ancaman pidana atas pelanggaran hak terkait. 9. Ancaman pidana dan denda minimal. 10. Ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan program computer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.

1. Masa berlaku hak cipta


Hak cipta berlaku seketika setelah ciptaan tersebut dibuat. Contoh hak cipta dari perangkat lunak adalah Microsoft dengan nama Windows. Perhatikan software yang anda miliki, terdapat logo TM (Trade Marks), hak cipta (copyright) yang menunjukan software tersebut jika dibajak atau disalin, apalagi untuk tindakan komersial, maka pihak produsen akan menuntut dengan sanksi berdasarkan Pasal 72 UU Hak Cipta No.

19 Tahun 2002. Terdapat pula software yang telah memiliki hak cipta, seperti GNU/Linux, tetapi anda diperkenankan untuk menyalin selama tidak menghilangkan identitas hak ciptanya atau lisensinya. Software ini disebut dengan open source yang dalam HAKI bukan trade secret, dan berbeda dengan Windows. Menurut Pasal 30 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, masa berlaku hak cipta atas ciptaan program computer dan database adalah 50 tahun sejak pertama kali dicantumkan. Pasal 31 ayat (2) juga menyatakan bahwa hak cipta atas ciptaan yang dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan Pasal 11 ayat (2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan. UU Hak Cipta menyatakan bahwa untuk hak cipta yang masa berlakunya berlum habis, tetapi pemilik hak cipta tersebut telah meninggal dunia, hak cipta tersebut dapat diwariskan kepada ahli warisnya sampai masa berlakunya habis.

2. Ketentuan pidana pelanggaran hak cipta


Pelanggaran terhadap hak cipta dapat diancam oleh Pasal 72 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 sebagai berikut. UNDANG-UNDANG TENTANG HAK CIPTA BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 72 (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program computer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (4) Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (5) Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (6) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah. (7) Barang siapa dengan sangaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjada paling lama 2 (dua) tahuan dan atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (8) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (9) Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

3. Fungsi hak cipta


Hak cipta mempunyai fungsi tertentu bagi pemiliknya. Menurut Pasal 2 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, fungsi hak cipta dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pencipta atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program computer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.

2.5. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik


Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan social, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Saat ini dikenal hukum cyber atau telematika yang secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Hukum telematika adalah perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Permasalahan hukum yang sering kali dihadapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik. Atas dasar itu, lahirlah Undang-Undang ITE yang disahkan pada 21 April 2008. Undang -undang ini memuat 54 pasal yang mengatur semua penggunaan informasi, transaksi elektronik, upaya hukum, dan sanksi. Asas dan tujuan dari UU ITE diatur dalam Pasal 3 yang menyatakan : Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

1. Perbuatan yang dilarang Untuk mengatur secara tegas tentang informasi dan transaksi elektronik, terdapat perbuatan yang dilarang, yang dicantumkan dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 UU ITE No. 11 Tahun 2008. Berikut kutipannya. BAB VII PERBUATAN YANG DILARANG Pasal 27 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 28 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pasal 29 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi

Pasal 30 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. (3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. Pasal 31 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. (3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 32 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak. (3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.

Pasal 33 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pasal 34 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki: a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33; b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33. (2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum. Pasal 35 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik. Pasal 36 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain. Pasal 37 Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.

2. Ketentuan pidana pelanggaran ITE Ketentuan pidana atas pelanggaran Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 diatur dalam Pasal 45 sampai dengan Pasal 52. Berikut uraiannya. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 45 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Pasal 46 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). Pasal 47 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 48 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). (2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). (3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pasal 49 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pasal 50 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pasal 51 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). (2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Pasal 52 (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan pemberatan sepertiga dari pidana pokok. (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah dan/atau yang digunakan untuk layanan publik dipidana dengan pidana pokok ditambah sepertiga. (3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah dan/atau badan strategis termasuk dan tidak terbatas pada lembaga pertahanan, bank sentral, perbankan, keuangan, lembaga internasional, otoritas penerbangan diancam dengan pidana maksimal ancaman pidana pokok masing-masing Pasal ditambah dua pertiga. (4) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.

10

2.6 Uji Kompetensi 3


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. C B A C B C E A E C E B E 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. A B C A E D A E C B D A

1. Apa yang dimaksud dengan HAKI ? Jawab : HAKI adalah kewenangan atats kekayaan yang timbul dari kemampuan cerdas manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. 2. Sebutkan objek kekayaan intelektual. Jawab : kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia 3. Sebutkan akibat dengan diberlakukannya UU HAKI Jawab : diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat berkreasi atau berkarya dengan nyaman tanpa takut penyalinan, pembajakan, ataupun pemodifikasian hasil karyanya oleh pihak lain. 4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat beberapa jenis HAKI Jawab : hak cipta : hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan salinannya. Paten : seseorang tidak berhak membuat sebuah karya yang cara kerjanya sama dengan sebuah ide yang dipatenkan Merk dagang : merk dagang digunakan oleh pebisnis untuk mengidentifikasikan sebuah produk atau layanan. Rahasia dagang : rahasia dagang bersifat rahasia, dan dilindungi selama informasi tersebut tidak dibocorkan oleh pemilik rahasia dagang. 5. Jelaskan dasar dari lahirnya Undang-Undang ITE Jawab : Saat ini dikenal hukum cyber atau telematika yang secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Hukum telematika adalah perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Permasalahan hukum yang sering kali dihadapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik. Atas dasar itu, lahirlah Undang-Undang ITE

11

BAB III
3.1. KESIMPULAN
Jadi dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mengetahui apa saja Undang-Undang yang membicarakan tentang HAKI, Hak Cipta dan UU ITE. Dan kita juga bisa menambah wawasan tentang Perundang-undangan yang berhubungan dengan ketentuan dan aturan dalam menggunakan TIK.

12

DAFTAR PUSTAKA
Buku Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA/MA kelas X penerbit Erlangga.

13

You might also like