You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Makan merupakan kebutuhan hayati manusia, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi tentunya akan mengancam kelangsungan hidup manusia tersebut.Hal ini memicu munculnya berbagai varian menu makanan di berbagai restoran ataupun rumah makan,begitu pula dengan varian bahan makanan yang ada di pasar tradisional maupun pasar modern.Dalam memilih bahan makanan tentunya harus memerhatikan nilai gizi dan kebersihan supaya kegiatan makan ini benar-benar memilki manfaat bagi tubuh bukan malah merugikan atau bahkan mengancam kesehatan manusia. Sayangnya banyak masyarakat yang kurang selektif dalam memilih makanan yang akan mereka konsumsi,sehingga hal ini dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan dengan cara yang tidak bertanggung jawab pula,salah satunya dengan menambahkan bahan-bahan berbahaya ke dalam makanan yang mereka. jual, seperti penambahan formalin untuk mengawetkan berbagai bahan makanan. Padahal sebagian besar masyarakat telah mengetahui dampak penggunaan formalin terhadap makanan,namun karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang ciri makanan berformalin dan upaya mengurangi kadar formalin dalam makanan tersebut sehingga membuat masyarakat kurang berhati-hat dan kurang telitii dalam menyeleksi bahan makanan yang akan mereka beli,selain itu taraf ekonomi yang rendah juga yang memaksa masyarakat untuk tetap mengonsumsi makanan berformalin,mengingat bahan makanan yang marak diberitakan sering diawetkan menggunakan formalin adalah bahan makanan yang terjangkau masyarakat menengah ke bawah seperti tahu. Artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan merupakan artikel yang terbit sekitar tahun 2010,bahasan materi dalam artikel ini sangat menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan formalin dalam 1

makanan.Artikel ini cukup menarik untuk dikaji karena masalah yang tercakup di dalamnya merupakan masalah yang sangat dekat dengan kehidupan kita. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran pada latar belakang masalah penulis mengajukan beberapa rumusan masalah,yaitu: 1. Apa saja isi dari artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan ?
2. Apa saja keunggulan artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang

penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan ?
3. Apa saja kekurangan artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang

penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan ?

C. Tujuan Laporan Tujuan yang hendak dicapai penulis melalui laporan artikrl jurnal imiah ini adalah untuk mengetahui dan menjabarkan : 1. Isi artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan. 2. keunggulan artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan. 3. kekurangan artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan.

D. Kegunaan Laporan Laporan artikel jurnal ilmiah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang bahaya pengguanaan formalin dalam makanan supaya menambah kewaspadaan dalam memilih bahan makanan serta memberikan manfaat bagi pembaca untuk dijadikan salah satu pedoman dalam membuat karya ilmiah berupa laporan artikel jurnal ilmiah,serta menjadi pengalaman bagi penulis dalam menulis artikel jurnal ilmiah agar dapat mengembangkan dan memperbaiki kemampuan menulisnya. BAB II RINGKASAN ISI DAN PEMBAHASAN

A. Ringkasan Isi Artikel Jurnal Ilmiah Artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan berisi tentang sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang penggunaan formalin dalam makanan yang dilakukan di Sidoardjo dengan metode survei terbatas yang dilakukan pada 33 keluarga yang tersebar di 4 desa.Dari hasil survei menunjukkan bahwa responden secara umum (90,91% responden)telah mengetahui kasus bahan makanan berformalin serta mengetahui bahwa formalin bukan pengawet untuk bahan makanan. Sedangkan, lebih dari 75% responden mengetahui dampak bahaya formalin, baik terhadap kesehatan maupun nilai gizi makanan.Sebagian besar masyarakat mendapatkan informasi ini dari televisi Pengawetan dan memasak merupakan dua macam pengolahan bahan makanan yang sering dilakukan oleh masyarakat.Memasak merupakan cara pengolahan agar bahan makanandapat diterima secara sensori, baik dari penampilan (aroma dan rasa) maupun teksturnya (kekerasan, kelembutan, konsistensi, kekenyalan, kerenyahan) (Apriyantono, 2002). Kebiasaan masyarakat dalam memasak, belum beroritentasi pada nilai gizi dankeamanan bahan makanan. Padau mumnya, masyarakat memasak bahan makanan lebih berorientasi pada cita rasa dan tampilan bahan makanan, sehingga aspek utama menyediakan bahan makanan sehat dan aman terabaikan.Sedangkan pengawetan pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk 3

menekan, mengurangi atau menghalangi mikroba yang tergolong pathogen dan penghasil racun pada bahan makanan (Supardi dan Sukamto,1999). Namun, pada kenyataan menunjukkan bahwa pengolahan tidak selalu menghasilkan keuntungan sesuai yang diinginkan, yaitu aman, bergizi dan dapat diterima dengan baik secara sensori.Sering kali, pengolahan dapat menimbulkan hal yang sebaliknya, yaitu menghasilkan senyawa toksik sehingga produk menjadi kurang atau tidak aman,kehilangan zat gizi dan perubahan sifat sensori ke arah yang tidak dinginkan(Apriyantono, 2002).Terutama jika pengawetan bahan makanan dilakukan dengan proses dan penggunaan bahan tambahan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku (Cahyadi, 2008) contohnya pengawetan menggunakan formalin.Formalin sendiri merupakan formaldehid yang dilarutkan dalam air,larutan ini memang tidak diperuntukkan sebagai pengawet bahan makanan.Penggunaan formalin dalam bahan makanan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pengguanaan jangka panjang dapat memicu timbulnya kanker. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang gizi,hal ini dibuktikan dari hasil survei yang memperlihatkan bahwa 66,06% responden menyatakan belum pernah mendapatkan pendidikan khusus tentang gizi dan pangan,selain itu 63.63% responden juga setuju jika penyalahgunaan formalin merupakan akibat kurangnya pendidikan gizi dan keamanan pangan di masyarakat.Oleh karena itu masyarakat perlu mendapat pengetahuan tentang gizi dan keamanan pangan dari instansi terkait.Para responden berharap pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan dilaksanakan secara rutin oleh pemerintah setempat dengan disampaikan tenaga ahli serta secara cuma-cuma. Masalah formalin ini miungkin bukan merupakan hal baru namun sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum paham benar tentang ciri dan pengurangan kadar formalin dalam bahan makanan.Hal ini tentunya meresahkan masyarakat serta menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran pada masyarakat,namun hal ini hanya berdampak kecil terhadap perilaku masyarakat dalam menghadapinya,karena masih kurang dari separuh masyarakat yang meneliti terlebih dahulu bahan makanan yang akan mereka beli.Data ini menunjukkan bahwa antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap bahan makananan yang mengandung formalin tidak relevan.Selain itu hukuman untuk pelanggaran ini juga masih sangat lemah,padahal undang-undang yang mengaturnya sudah sangat jelas terutama untuk komoditi laut. 4

Penggunaan formalin ini bukan hanya merugikan konsumen, produsen bahan makananan sejenis yang berlaku jujur pun ikut mengalami imbasnya karena konsumen kebanyakan memukul rata semua penjual bahan makanan sejenis dan mengurangi atau bahkan menghentikan pembelian bahan makanan tersebut. Menghentikan pembelian bahan makanan tertentu bukan cara yang bijak untuk menghindari makanan berformalin,karena bisa saja malah muncul ancaman lain seperti gizi buruk.Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk menghindari bahaya formalin dalam bahan makanan yaitu dengan cara menghilangkan atau mengurangi kandungan formalin dalam bahan makanan. Raihan (2003) mengemukakan bahwa kadar formalin dalam bahan makanan dapat dikurangi dengan beberapa perlakuan, di antaranya: (1) merendam dengan air; (2)merendam dengan air leri; dan (3)merendam dengan air garam. Hasil penurunan kadar formalin menunjukkan bahwa perendaman dalam air garam selama 60 menit dapat mencapai 90,61%. Selain itu dengan mengadakan penyuluhan mengenai gizi dan keamanan pangan sedikitnya ada 4 hal penting yang diperoleh baik yang domestik maupun professional mengenai cara-cara menyiapkan makanan yang aman (Hartono, 2006),yaitu: (1) menjamin agar makanan tidak terkontaminasi oleh mereka sendiri; (2) agar kontaminan yang mungkin ada dalam bahan pangan dapat dihilangkan atau dikurangi sampai ke tingkat yang aman; (3) agar pertumbuhan mikroorganisme sampai mencapai tingkat yang menimbulkan penyakit, ataupun menghasilkan toksin, dapat dicegah; (4) agar makanan terkontaminasi yang tidak bisa dianggap aman dapat dihindari. B. Pembahasan Artikel jurnal ilmiah Persepsi masyarakat tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan dan pelaksanaan pendidikan gizi dan keamanan pangan inni dapat memberi gambaran tentang keadaan ekonomi dan taraf pendidikan masyarakat yang masih rendah dan berimbas pada penyalahgunaan bahan-bahan berbahaya demi memenuhi kebuuhan hidup,salah satunya penggunaan formalin sebagai pengawet makanan yang menjadi bahasan utama artikel ini.

Kasus penggunaan formalin dalam bahan makanan memang bukan barang baru,kasus ini sempat menjadi topik hangat dan meresahkan masyarakat,pemerintah pun sangat gencar melakukan inspeksi ke pasar-pasar tradisional untuk mendeteksi oknum pedagang nakal yang menggunakan formalin untuk mengawetkan bahan makana yang mereka jual terutama pada produk tahu dan ikan asin.Namun beberapa saat kemudian kasus ini seolah hilang ditelan bumi,ternyata hilangnya kasus ini di berbagai pemberitaan tidak berarti hilang juga pemakaian formalin pada bahan makanan terutama di pasar-pasar tradisional. Padahal sudah sangat jelas bahwa formalin bukanlah pengawet yang diperuntukkan bagi penggunaan dalam bahan makanan,lalu apa yang sebenarnaya menjadi penyebab pedagang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet untuk bahan makanan yang mereka jual,hal ini bisa dilihat dari hasil survei yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden tidak pernah mengenyam pendidikan mengenai gizi dan kemanan pangan. Hasil survei diatas menggambarkan bahwa taraf pendidikan yang masih rendah menjadi salah satu penyebab masyarakat masih menggunakan formalin sebagai pengawet makanan,rendahnya taraf pendidikan selalu sejalan dengan rendahnya taraf ekonomi sehingga masyarakat makin terjepit untuk melakukan kecurangan dengan mengawetkan makanan menggunakan formalin demi meraup keuntungan dan memenuhi kebutuhan hidup tentunya. Formalin yang memang tidak seharusnya dikonsumsi tentunya jika dikonsumsi dapat menimbulkan dampak yang negatif pada tubuh,dalam jangka pendek mungkin hanya menimbulakan mual,muntah dan gejala keracunan makanan,namun jika dikonsumsi dalam jangka panjang bisa merusak organ dalam dan memicu tumbuhnya kanker. Sebenarnya sebagian besar masyarakat telah mengetahui bahaya dan dampak penggunaan formalin namun hal ini tidak sejalan dengan perilaku masyarakat dalam memilih bahan makanan di pasar-pasar tradisional,mungkin hal ini disebabkan karena informasi tentang formalin yang sebagian besar masyarakat peroleh dari televisi masih kurang jelas dan masih menimbulkan kesimpangsiuran serta kebingungan di masyarakat.Padahal dengan mengenal ciri bahan makanan berformalin dapat menjadi 6

langkah awal paling mudah dan efektif dalam mencegah dampak bahaya makanan berformalin. Data yang tercantum dalam artikel jurnal ilmiah ini menunjukkan adanya ketidaksinambungan antara pengetahuan masyarakat dengan sikap masyarakat dalam menghadapi masalah makanan berformalin,di satu sisi masyarakat (termasuk oknum pedagang yang menggunakan formalin dalam bahan makanan yang mereka jual) telah mengetahui dampak penggunaan formalin,namun di sisi lain masih ada masyarakat yang masih kurang hati-hati dalam memilih bahan makanan dan masih maraknya penggunaan formalin di kalangan pedagang. Tidak relevannya pengetahuan dan sikap masyarakat ini bisa mengindikasikan beberapa hal diantaranya,informasi yang diperoleh masyarakat tidak utuh,sehingga masyarakat hanya tahu sebatas kulitnya saja mengenai masalah formalin ini.Kemungkinan lain adalah seperti yang telah disebutkan beberapa kali dalam pembahasan yaitu taraf pendidikan dan ekonomi yang rendah,karena itu diperlukan adanya penyuluhan mengenai gizi dan pangan bagi masyarakat,terutama masyarakat menegah ke bawah. Selama ini pemerintah hanya mengupayakan pemberantasan penggunaan formalin dengan merazia pasar-pasar tradisional,tetapi tidak diimbangi dengan penyuluhan pada masyarakat serta penegasan ancaman hukuman bagi oknum yang masih menggunakan formalin dalam mengawetkan makanan,masyarakat juga setuju jika pelanggar mendapat hukuman. Masalah lain akan timbul jika sikap masyarakat dalam menghadapi masalah formalin ini dengan menghentikan pembelian bahan makanan yang diberitakan mengandung formalin,sementara bahan makanan yang selama ini diberitakan banyak mengandung formalin adalah bahan makanan utama dengan harga yang terjangkau contohnya tahu.Hal ini tentunya merugikan,bukan hanya bagi konsumen yang harus berkurang kecukupan gizinya tapi juga bagi produsen yang jujur(tidak menggunakan formalin sebagai pengawet).Keresahan masyarakat mengenai kasusu formalin ini memicu menurunnya daya beli masyarakat yang tentunya merugikan bagi produsen. Artikel ini memuat banyak informasi mengenai pendapat masyarakat tentang kasus formalin dalam bahan makanan,mulai dari tanggapan masyarakat mengenai 7

bahan makanan yang mengandung formalin sampai sikap masyarakat dalam menghadapi masalah ini. Artikel jurnal ilmiah ini disajikan dengan banyak data yang dikemas dengan grafik dan diagram yang memudahkan pembaca dalam memahami isi dan menangkap informasi yang hendak disampaikan,selain itu bahasa yang digunakan juga tidak terlalu rumit dan ilmiah sehingga jangkauan orang yang bisa membaca artikel ini cukup luas,orang awam sekalipun dapat memahami informasi dalam artikel ini.Namun sayangnya pendalaman materi mengenai formalin itu sendiri kurang dikupas secara mendalam,bahasan yang diuraikan penulis masih umum.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas penulis menarik beberapa kesimpulan,diantaranya:


1. Sebagian besar masyarakat telah mengetahui kasus pengguaan formalin dalam

bahan makanan. 2. Rendahnya pengeahuan masyarakat dalam pengolahan makanan menjadi salah satu faktor penyebab penyalahgunaan formalin dalam makanan.
3. Masyarakat berharap pemerintah mengadakan pendidikan gizi dan keamanan

pangan secara cuma-cuma. 4. Perlunya ketegasan hukum bagi oknum yang masih menggunakan formalin. 8

5. Artikel jurnal ilmiah memilki keunggulan dalam mengemas data dalam bentuk

diagram-diagram sehingga mudah dimengerti pembaca.


6. Bahasa dalma artikel ini juga sederhana dan mudah dipahami . 7. Artikel jurnal ilmiah ini memiliki kekurangan dari segi pendalaman

materi,penjabaran materinya masih umum dan dangkal.

B. Saran 1. Makan merupakan kebutuhan hayati manusia sehingga kita harus selektif dalam memilih bahan makana yang akan kita konsumsi. 2. Pemerintah perlu memberikan solusi konkret dalam menghadapi masalah formalin ini. 3. Pemerintah harus selalu melakukan pengawasan secara berkala terhadap kasus formalin ini,jangan hanya gencar saat pemberitaan di media memanas atau setelah jatuh korban.

DAFTAR PUSTAKA

www.lipi.go.id 9

Widodo.(2006).Pengaruh formalin bagi sistem tubuh.[Online].tersedia: http://puterakembara.org.[6 April 2012] Anonim.(tanpa tahun).Penggunaan formalin dalam produk pangan. [Online].tersedia:http://www.smallcrab.com/kesehatan/650-penggunaan-formalin-dalamproduk-pangan[9 April 2012]

10

You might also like