You are on page 1of 28

BAB II pembahasan

IMAN KEPADA ALLAH


7.1 Arti Iman kepada Allah Pembicaraan tentang iman kepada Allah mencakup tiga hal yang sangat esensial, yaitu: 1. Wujud (eksistensi) Allah; 2. Keesaan Allah; dan 3. Sifat-sifat Allah Allah adalah nama Tuhan yang berhak disembah. Selain Allah tidak ada Tuhan yang patut disembah. Dia adalah pencipta alam semesta. Beriman kepada Allah adalah membenarkan dengan yakin akan eksistensi Allah dan keesaan-nya, baik dalam penerimaan ibadat penciptaan alam seluruhnya, maupun dalam penerimaan ibadat segenap hamba-nya,serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai sifat kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan. Pernyataan tashdiq atau membenarkan berarti suatu pengetahuan yang didasarkan atas makrifat, yaitu mengenali Allah Tuhan seru sekalian alam, dengan cara memperhatikan dan memikirkan segala makhluk Allah dan kejadian dalam alam ini. Dengan cara mengenali Allah,akan tumbuh rasa cinta, takut, dan harap, yang pada gilirannya jiwa manusia menjai khudlu dan khusyu ( merendahkan diri dan tunduk). Kedudukan iman kepada Allah adalah sebagai dasar pokok ajaran islam. Dengan dasar iman tersebut, semua persoalan dalam ajaran dapat diprcahkan. Iman menurut etimologi berarti percaya, sedangkan menurut terminologi, berarti membenarkan secara dengan hati, lalu diungkapkan dengan kata-kata, dan diapikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Iman kepada Allah SWT berarti

meyakininya dengan hati lalu diucapkan dengan lisan, kemudian diaplikasikan dalam kehiduipan sehari-hari. Iman kepada Allah SWT adalah rukun iman yang pertama. Hal ini menunjukkan bhawa iman kepada Allah SWT merupakan hal yang paling pokok dan mendasar bagi keimanan dan seluruh ajaran islam. Untuk mempertebal keimanan maka seseorang harus mengenal sifat-sifat Allah SWT beserta Asmanya (Asmaul Husna)

7.2 Eksistensi Allah dan Keesaan-Nya 7.2.1 Dalil Al-Quran tentang Eksistensi Tuhan Al-Quran mengetuk hati nurani manusia untuk merasakan benar-benar bahwa keyakinan tentang eksistensi Allah adalah pembawaan asali atau fitrahnya. Akan tetapi, pembawaan fitrah itu sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan suatu keadaan yang tidak disenangi. Dalam hubungan ini Al-Quran surat yunus (10):12 menyatakan:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali)


Al-Quran juga menempuh cara lain yang lebih singkat, yaitu dengan

melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.

menggugah akal pikiran manusia agar memikirkan kejadian dirinya dan alam sekitarnya yang menjadi bukti nyata tentang eksistensi Tuhan. Sebagai contoh, dalam surat Al-mukminun (40):67 dikemukakan proses kejadian manusia.

huwa alladzii khalaqakum min turaabin tsumma min nuthfatin tsumma min 'alaqatin tsumma yukhrijukumthiflan tsumma litablughuu asyuddakum tsumma litakuunuu syuyuukhan waminkum man yutawaffaa min qablu walitablughuu ajalan musamman wala'allakum ta'qiluuna [40:67] Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).

Perintah memikirkan segenap ciptaan Allah yang berbagai ragam itu diharapkan agar manusia dapat mengenal Penciptanya yang memiliki sifat kesempurnaan. Sebaliknya, manusia dilarang memikirkan hakikat dzat Allah karena Dia tidak membekali manusia fasilitas untuk mengetahui hakikat dzat-nya. Dalam suatu hadis Nabi bersabda

7.2.2 Allah Memperkenalkan Diri-Nya Tuhan memperkenalkan dirinya bahwa Dia memang ada dengan cara yang pantas sesuai dengan kesucian-nya, Hamzah yakub dalam filsafat ketuhanan (1984:126) menjelaskan bahwa cara Tuhan memperkenalkan diri-nya ditempuh melalui: Wahyu: Tuhan mrngirim utusan (rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan tersebut di tulis dalam AlKitab; Hikmah: Tuhan menganugrahkan kebijaksanaan dan Tuhan dengan

memperhatikan perbuatan Tuhan Yang Maha Kuasa serba teratur,cermat, dan berhati-hati sebagai bukti; Fitrah: Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang Maha Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan, dan umurnya. Kesadaran akan kelemahan ini menginformasikan adanya sesuatu yang membatasinya, yaitu Tuhan. Al-Quran mengajarkan adanya Tuhan lewat akal pikiran dan memberi bimbingan tentang metode berpikir sistematis untuk mengenal Tuhan, Al-Quran menggunakan sistem dengan menggunakan unsur-unsur dan dasar, antara lain cosmologia, astronomi, antropologia dan psikologia.

7,2,3 Dalil Cosmologia Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologia,sebagaimana

diisyaratkan

Al-Quran

surat

Al-Baqarah

(2):164:


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Tuhan

menyuruh manusia mempelajari cosmos dan kekuatnya yang

merupakan kumpulan hukum alam semesta yang menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan yang beagam sehingga dapat dipergunakan sebaik-baiknya dalam menyimpulkan adanya Tuhan yang Maha pencippta dan Maha Pengatur. Untuk memudahkan manusia menarik kesimpulan, Al-Quran mengungkapkannya dengan cara yang komunikatif dan dialogis. Perhatikan firman Allah, dalam surat Asy-syura (26):23-24 dan An-Naml (27):60 berikut.

Firaun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".


Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohonpohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran) Al-quran memberikan dasar-dasar dan membimbing metode berpikir. Dalam usaha berpikir untuk mendapatkan kepastian kebenaran Tuhan, khusus di bidang cosmologia, adalah menyelidiki sebab (cauca) terjadinnya kosmos yang

mengharuskan akal kita mengambil keputusan bahwa pasti ada penyebab yang menyebabkan terjadinya cosmos itu

7.2.4 Dalil Astronomi Tuhan memperkenalkan dirinya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planetplanet yang terdiri atas bintang, bulan, dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada garis orbitnya. Tidak mungkin yang satu akan melampaui yang lain dan tidak akan keluar pula dari garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti adanya perhitungan yang sangat rapi. Ustadz Taufik al-Hakim, seorang intelektual terkemuka, menemukan fenomena di alam raya yang luas ini dengan teori al-Taadduliyah (keserasian). Ia mengatakan

bahwa bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan seimbang dan tawajun dengan bola terbesar di alam ini,yaitu matahari (Yusuf al-Qardhawi, 1995:143). Fenomena tersebut sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya. Dalam surat AthThariq (86):1-3, dan Asy-Syams (91):1 dan 2, Allah menegaskan:

Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari?, yaitu bintang yang cahayanya menembus

Demi matahari dan cahaya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya

Semua penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika, yaitu bahwa alam yang luas dan indah ini pasti ada pengaturanya yang memiliki kepandaian agung, dan penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan. 7.2.5 Dalil Antropologia Manusia adalah makhluk Allah. Namun, Dia mempunyai kehendak khusus dan berperan dalam kehidupan ini. Yang memberikan peran dan kedudukan itu adalah penciptanya,yaitu Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak pada akal, ilmu pengetahuan, dan rohnya, sehingga diberi kedudukan sebagai khalifah di muka bumi.

Bukti antropogia ini diisyaratkan dalam Al-Quran surat Ath Thariq(86):5-6 dan Ar-raum (30):20.

Maka manusia hendaknya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar

wamin aayaatihi an khalaqakum min turaabin tsumma idzaa antum basyarun tantasyiruuna

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak Manusia itu makhluk berkemauan karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari makna laa haula wa laa quawwata illabillah.atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun, daya dan kekuatan itu bukan dari diri dan dengan dirinya sendiri, melainkan dan dari Allah (Yusuf al-Qardhawi,1995:63). 7.2.6 Dalil Psikologia Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki dua macam

keistimewaan. Pertama, bentuk tubuh yang indah, sempurna,dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki perasaan dan kepandaian untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapkan kepadanya dengan berpikir dan memelihara ketahanan mental (sabar). Dalam durat Al-rum (30):21

wamin aayaatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa waja'ala baynakum mawaddatan warahmatan inna fiidzaalika

laaayaatin liqawmin yatafakkaruuna

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

7.3 Bukti Keesaan Allah Keesaan Allah atau tauhid merupakan konsep revolusioner yang merupakan inti ajaran islam. Di dalamnya terkandung pengertiaan bahwa hanya ada satu Tuhan penguasa alam semesta ini. Ia Maha Kuasa, sempurna, dan Maha Mencukupi keperluan makhluk seisi alam. Bukti rasional tentang keesaan Tuhan dengan cara yang mudah dimengerti, ialah kalau Tuhan lebih dari satu, apakah masing-masing dapat mengerjakan segala-galanya tanpa bantuan yang lain? Ataukah masing-masing tidak mampu melakukan segala-galanya tanpa bantuan yang lain, apa gunanya Tuhan yang lain itu? Bila Tuhan yang berbilang itu masing-masing tidak dapat melakukan segalagalanya tanpa bantuan yang lain, semuanya tidak pantas dianggap sebagai Tuhan, sebab yang berkuasa melakukan segala-galanya tanpa bergantung kepada bantuan yang lain. Untuk memperkokoh ajaran tauhid, Al-Quran menggugah akal manusia untuk memikirkan apa yang terjadi bila Tuhan lebih dari satu. Surat An-Anbiya (21):22 menyatakan:

law kaana fiihimaa aalihatun illaa allaahu lafasadataa fasubhaana allaahi rabbi al'arsyi 'ammaayashifuuna

seandainya ada Tuhan selain Allah, niscaya rusaklah bumi dan langit ini. Maha Suci Allah Keteraturan ketundukan alam semesta ini menghendaki adanya satu pengatur yang mengendalikannya, Yaitu Allah Rabulalamin. Seandainya ada dua pengatur, niscaya akan terjadi kerusakan sistem yang menghancurkan alam semesta .

7.4 Sifat-Sifat Allah Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti tanpa adanya dzat. Sifat Allah yang terkandung dalam asma-Nya sebagaimana tercantum dalam Al-Quran atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya, secara keseluruhan menggambarkan kesempurnaan mutlak bagi Allah dan tidak satu pun yang menyamai-Nya. Karena itu, selain Allah tidak ada yang boleh dilekati sifat-sifat keTuhanan. Al-Quran surat Asy Syura (42):11 menyatakan:

Tidak ada sesuatupun menyamai Dia Penyebutan sifat Allah dalam Al-Quran erat kaitanya dengan kandungan ayat, sehingga benar-benar dirasakan oleh yang membaca atau mendengarkan. Misalnya,disebutkan dalam surat Ibrahim (14):8 bahwa andai kata seluruh umat manusia dia atas bumi ini mengingkari nikmat Allah, hal itu tidak akan mempengaruhi sedikitpun sifat Tuhan yang Maha kuasa dan Maha Terpuji.

waqaala muusaa in takfuruu laghaniyyun hamiidun

antum

waman

fii al-ardhi

jamii'an

fa-inna allaaha

Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni`mat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

10

Di samping itu, dengan mengenal sifat Allah, orang akan dapat lebih mengerti Allah, Tuhan yang Maha Esa dan hanya Dia yang boleh disembah. Sifat-sifat Tuhan yang mesti ada yang membuktikan kesempurnaan-Nya adalah: 1. Hidup ( al-hayy). 2. Tidak berpemulaan ( al-azalyy) 3. Kekal (al-qadim). 4. Maha Kuasa (al-qadir). 5. Maha tahu ( al-alim). 6. Berkemauan bebas (al-murid) 7. Maha Melihat dan Mendengar (al-bashir dan al- syami). 8. Berbeda dengan makhluk ( mukhalafatu li al-hawadits). Sifat sifat Allah dan Asmaul Husna adalah sebagai berikut: 1. Allah Bersifat Wujud (Ada), Mustahil Bersifat Adam (Tidak Ada) Allah SWT bersifat wujud atau ada, lawannya tidak ada (adam). Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan akal yaitu dengan melihat dan memikirkan semua yang ada atau yang terjadi di alam semesta ini. Apabila diperhatikan kejadian dan kerja dari organ-oragn tubuh manusia, pasti terpikir bahwa semua itu pasti ada yang mengatur dan menjadikannya. Demikian juga halnya dengan alam ini. Tidak dapat diterima akal bila alam ini terjadi dengan sendirinya. Jika sebelumnya alam ini belum ada, kemudian menjadikan dirinya sendiri, maka akal yang sehat tidak dapat menerima apabila sesuatu yang belum ada dapat membuat dirinya menjadi ada. Sulit diterima akal, apabila benda tersebut terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan atau menjadikan. Begitu pula keteraturan alam, adanya pergeseran siang dan malam secara teratur, peredaran matahari pada sumbunya, peredaran planet-planet, adanya hukum-hukum alam yang semuanya menunjukkan adanya pengaturan, dan yang mengatur iru adalah Allah SWT. Menurut fitrah dan pertimbangan akal sehat tidak mungkin Allah SWT tidak ada, karena ada yang dibuat yaitu makhluk. Pendapat bahwa Tuhan itu tidak ada dan memandang alami ini terjdai secara kebetulan adalah irasional (tidak masuk akal).

11

Manfaat mempelajarinya: agar manusia mau mengabdikan diri (menyembah) kepada yang wujud itu yaitu Allah SWT 2. Allah Bersifat Qidam (Dahulu), Mustahil bersifat Huduts (Didahului) Allah SWT bersifat qidam atau dahulu, lawannya bersifat baru ata ada yang mendahului. Hal ini dapat dilihat dengan contoh yang sederhana, yaitu rumah. Rumah dibuat tukang (manusia). Adanya rumah itu setelah adanya manusia (tukang). Dengan kata lain tukang lebih dulu ada dibanding rumah yang dibuatnya. Begitu pula Allah SWT yang meciptakan alam semesta beserta isinya telah lebih dahulu ada dibandingkan alam yang diciptakannya. Namun demikian, adanya Allah SWT tiada bermula dan tiada berakhir. Allah SWT adalah Maha Azali, yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain dia sendiri, dan akan terus abaadi. Memperhatikan tanda tanda kekuasaan Allah, maka akal sehat manusia pasti menolak bahwa yang diciptakan lebih dahulu ada dari yang menciptakan. Pelukis lebih dulu ada dari pelukisnya. Maka mustahil Allah bersifat Huduts. Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwa Allah SWT telah ada dan sempurna sejak awal. 3. Allah Bersifat Baqa (Kekal) Mustahil Fana (Binasa) Allah SWT adalah Khaliq (pencipta) dan alam adalah Makhluk (yang diciptakan). Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu mempunyai sifat Baqa, yaitu kekal selama-lamanya. Semua yang ada di alam ini dapat rusak, binasa, mati dan musnah. Tetapi Allah SWT tetap, tanpa mengalami perubahan, Allah SWT tidak ada yang menciptakan, maka mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat seperti makhluk. Seluruh makhluk di alam semesta ini ada awalnya dan pasti akan berakhir, maka semuanya akan hancur. Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwasanya Allah SWT bersifat kekal, sementara manusia pasti binasa dan manusia harus menyiapkan bekal untuk kehidupan sesudah binasa.

12

4. Allah Besifat Mukhallafat lil Hawaditsi (Berbeda dari Semua Makhluk), Mustahil Mumatsalatuhu lil Hawaditsi (Ada yang Menyamainya) Allah SWT berbeda sifatnya dengan semua makhluk. Hal ini mudah dipahami karena Allah SWT adalah pencipta semesta alam, sehingga mustahil pencipta sama dengan yang diciptakannya. Kita wajib percaya bahwa Allah SWT berbeda dengan makhluknya. Meja, kursi, papan tulis yang dibuat tentu tidak akan sama bentuk dan rupanya dengan yang membuat. Begitu pula Allah SWT sebagai Khalik pasti berbeda dengan Makhluk. Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwa mauusia tidak mampu menandingi zat Allah yang pasti tidak sama dengan manusia. 5. Allah Bersifat Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri), Mustahil Qiyamuhu Bighairihi (Bergantung pada Sesuatu) Allah SWT berdiri sendiri, lawannya adalah dengan batuan atau bergantung pada yang lain. Allah SWT adalah pencipta alam dengan segala isinya. Ini berarti dalam penciptaan alam tidak ada yang membantu dan dia tidak membutuhkan bantuan sebab Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, sedangkan sesutau selain Allah SWT adalah makhluk yang lemah dan mustahil menolong penciptanya.. Allah SWT tidak memerlukan bantuan dari yang lain, dia berkuasa sendiri, karena dia maha Sempurna. Jika Allah SWT memerlukan bantuan dari yang lain berarti Allah bersifat Ihtiyaju li ghairihi atau Qiyamuhu bi ghirihi. Itu tidak mungkin bagi Allah SWT, karena menunjukkan kelemahan dan kekurangan. Yang mempunyai sifat kelemahan hanya makhluk, Mustahil dimiliki oleh Allah SWT. Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong, karena manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, antara manusia harus saling tolong menolong karena yang berdiri sendir adalah Allah SWT. 6. Allah Bersifat Wahdaniyah (Esa), Mustahil Adadun (Berbilang) Agama Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu Esa, lawannya berbilang, yaitu lebih dari satu, baik dzatnya, sifatnya, maupun perbuatannya. Esa dalam dzatnya

13

ialah bahwa dzat atau substansi Allah SWT tidak tersusun dari unsur atau elemen dan tidak dapat dibagi atau diukur. Allah SWT adalah zat yang mutlak, tidak dapat disamakan dengan apapun, tidak mungkin dilihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak dapat diketahui dengan panca indera manusia, juga tidak dapat diukur dengan alat apapun, karena dia sangat berbeda dengan apa pun yang ada. Allah SWT pun esa dalam perbuatannya, maksudnya tidak ada sesuatu yang mampu berbuat seperti perbuatan khalik. Dia yang mewujudkan semua rencana dan perbuatannya tanpa dipengaruhi pihak lain. Jika kita perhatikan alam semesta dan segala isinya, nampak keteraturan antara satu dengan yang lain, itu adalah bukti bahwa alam ini berjalan atas sunatullah, tidak nampak sedikitpun benturan. Jika demikian, maka yang mengatur hanya zat yang tunggal, yaitu Allah. Kerusakan akan terjadi bila adanya tuhan lebih dari satu. Firman Allah SWt dalam QS Al Anbiya : 22, Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS Al Anbiya : 22) Keesaan Allah SWT wajib diyakini oleh setiap mukmin secara utuh dan sempurna. Namun jangan sampai memikirkan zat atau bentuk Allah, tetapi yang harus dipirkan hanyalah ciptaannya saja. Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin akan keesaan Allah dan hanya taat kepada Allah yang Esa itu. 7. Allah Bersifat Qudrat (Maha Kuasa), Mustahil Ajzun Allah bersifat Maha Kuasa, lawannya lemah, terbatas, dan tidak berkuasa. Allah Maha Kuasa artinya hanya Allah SWT saja yang berkuasa, sedangkan makhluk selain Allah SWT tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Kekuasaan Allah SWT tidak hanya dalam membuat dan menghidupkan saja, tetapi juga berkuasa meniadakan atau mematikan sesuai dengan kehendaknya sendiri.

14

Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak berlaku sewenang wenang bila memiliki kekuasaan, karena kekuasaan yang dimiliki oleh manusia sifatnya hanya sementara dan terbatas. 8. Allah Bersifat Iradat (Berkehendak), Mustahil Karahah (Terpaksa) Sifat berkehendak, lawannya adalah terpaksa. Artinya bahwa Allah SWT menjadikan sesuatu sesuai dengan rencana dan kehendaknya. Sifat qudrat sangat erat kaitannya dengan sifat iradat. Segala sesuatu yang telah dan akan dijadikan Allah SWT adalah karena kehendak (iradat) Allah sendiri. Jika Allah SWT menghendaki sesuatu. Ia cukup hanya berfirman maka jadilah sesuatu yang dikehendakinya itu. Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak lekas putus asa bila kehendaknya tidak tercapai atau menemui kegagalan, sebab kewajiban manusia hanyalah berusaha dan yang menentukan adalah Allah SWT. 9. Allah Bersifat Ilmu (Maha Mengetahui), Mustahil Jahlun (Tidak Tahu atau Bodoh) Allah SWT bersifat Maha Mengetahui, lawannya tidak tahu. Ilmu Allah SWT tidak ada batasnya karena Allah SWT yang menjadikan alam semesta ini. Allah SWT mengetahui segala sesuatu, baik nyata maupun tidak nyata. Allah Maha Berilmu dan merupakan sumber segala ilmu, sedangkan manusia hanya diberikan sedikit ilmu oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya : :(lihat Quran online di google) Artinya : Tidakkah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS Al Isra : 85) Ilmu artinya mengetahui, maksudnya Allah SWT memiliki sifat Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sifat Allah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak pernah didahului oleh ketidak tahuan, begitu pula ilmu Allah itu sangat luas dan tidak dibatasi oleh kelemahan dan kekurangan. Allah SWT mengetahui yang nampak dan tersembunyi, mengetahui yang sudah terjadi dan akan terjadi yng ada di langit dan di bumi, bahkan yang tersembunyi di dalam diri setiap manusia.

15

Allah mustahil bersifat Jahlun (bodoh), karena bodoh merupakan sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT Maha Sempurna. Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong bila memiliki ilmu pengetahuan sebab ilmu Alla teramat luas dan ilmu manusia terbatas. 10. Allah Bersifat Hayat(Hidup), Mustahil Mautun (Mati) Allah SWT bersifat Hayat atau hidup, lawannya mati atau mautun. Kehidupan Allah SWT sempurna dalam arti dia hidup untuk selama-lamanya (hidup sempurna), tidak seperti hidupnya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta benda lain yang mengalami kebinasan. Allah SWT kekal. Kalau Allah SWT mati atau tidak hidup tentu tidak akan ada makhluk hidup. Hal ini dapat disimak dalam Al Quran. Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (QS Al Furqan : 58) Sesuai dengan kekuasaannya, Allah memiliki sifat Hayat yang mutlak, hidup dengan sendirinya dan sifatnya kekal. Hidup tidak pernah berakhir dengan kematian, karena mati hanyalah milik makhluk. Dengan demikian wajib bagi Allah SWT bersifat hayat, dan mustahil bagiNya besifat maut. Manfaat mempelajarinya: agar manusia hendaknya bebuat baik selama hidup di dunia yang hanya sekali ini, sebab yang hidup kekal hanya Allah sedang manusia pasti mengalami kematian. 11. Allah Bersifat Sama (Mendengar), Mustahil Asham (Tuli) Allah SWT bersifat mendengar (sama), lawannya tuli. Mendengarnya Allah SWT tidak sama dengan mendengarnya manusia. Pendengaran manusia dapat mengalami gangguan, seperti menjadi tuli dan tidak dapat mendengar. Ketajaman pendengaran manusia terbatas dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Allah Maha Mendengar, tidak ada suara yang tidak didengar oleh Allah SWT. Tidak ada kesulitan bagi allam SWT mendengar semua suara walaupun suara itu sangat lemah. Bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT. Orang yang

16

beriman kepada Allah SWT niscaya akan merasa senang dan tenang karena tidak khawatir bahwa doa atau permohonannya tidak akan didengar oleh Allah SWT. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah : 127) Setiap muslim di manapun berada, siang atau malam, di tempat ramai atau tersembunyi, senantiada didengar oleh Allah SWT. Sikap ini harus ditanamkan dalam perilaku sehari hari. Tidak ada kesulitan bagi Allah mendengar sesuatu dan semua suara walaupun suara itu sangat lemah, bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT. Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam berbicara harus berhati hati, jangan berkata kotor, porno, atau cabul, sebab dimana manusia berbicara Allah pasti mendengar. 12. Allah Bersifat Bashar (Melihat), Mustahil Ama (Buta) Allah bersifat Maha Melihat, lawannya buta. Melihatnya Allah SWT adalah sempurna terhadap apa yang ada di alam ini. Firman Allah SWT Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al hujurat : 18) Bashar artinya melihat, maksudya Allah maha meliaht kepada seluruh makhluknya. Penglihatan Allah sangat luas tidak dibatasi oleh suatu apapun. Allah maha melihat terhadap yang nampak maupun yang tersembunyi. Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini hati hati, jangan berbuat maksiat sebab Allah pasti melihat meskipun di mana saja kita berada. 13. Allah Bersifat Kalam (Berfirman), Mustahil Abkam (Bisu) Allah SWT bersifat kalam, lawannya bisu. Kalam Allah SWT adalah sempurna. Terbukti dalam firmannya yang termaktub dalam Al Quran yang sempurna. Karena

17

itu tidak ada bahasa manusia yang dapat menggantikan bahasa (kalam) Allah SWT, karena kalam Allah SWT itu bersih dari segala kata manusia. B. Asmaul Husna Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik yang merupakan sifat-sifat Allah SWT. Nama-nama itu banyak kita jumpai dalam Al Quran. Diantara nama-nama Allah SWT yang juga sekaligus merupakan sifat-sifat Allah SWT, ialah : 1. Al Adlu (Adil) Allah SWT Maha Adil terhadap makhluknya, terbukti dalam segala hal, baik yang meyangkut urusan keduniaan maupun urusan akhirat. Misalnya, dalam ibadah Allah SWT tidak membeda-bedakan si kaya dan si miskin, antara pejabat dengan staff dan sebagainnya. Kadar yang menjadi ukuran di sisi Allah SWT ialah ketakwaan hamba-hambanya 2. Al Ghaffar (Pengampun) Al Ghaffar merupkan sifat Allah yang artinya Pengampun. Maghfirah (ampunan) Allah SWT selalu dilimpahkan kepada makhluknya yang mau mengakui kesalahan dan bertaubat. Sifat pengampun Allah SWT ini dapat dilihat dalam firmannya

Artinya : Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Shaad : 66) 3. Al Hakim (Bijaksana) Di antara sifat Allah SWT adalah Al Hakim, artinya bijaksana. Kebijaksanaan Allah SWT tidak terbatas kepada bentuk ciptaannya saja, tetapi mencakup segala hal. Sebagai contoh, segala yang diperintahkan Allah SWT, baik yang mengandung ibadah maupun muamalah, selalu mengandung hikmah dan bila dikerjakan akan

18

mendapat pahala. Sebaliknya, sesuatu yang dilarang ada hikmahnya dan bila di tinggalkan akan mendapat pahala. Sifat bijaksan ini dapat diperhatikan pada ayat berikut ini

surah / surat : Ali Imran Ayat : 6

Artinya: Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Ali Imran : 6) 4. Al Malik (Raja) Al Malik adalah sifat Allah SWT yang berarti raja. Allah SWT merajai segala apa yang ada di alam ini. Sebagai raja, Dia memiliki sifat kekuasaan dan kesempurnaan, tidak seperti raja di dunia ini yang banyak kekurangan dan kelemahan. Kalau Allah SWT sudah memutuskan sesuatu tak ada satupun yang dapat menolaknya dan kalau Allah SWT melarang sesuatu tidak ada satupun yang dapat mencegahnya. Allah SWT berfirman

surah / surat : Al-Mu'minuun Ayat : 116

Artinya: Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) Arsy yang mulia. (QS Al Mukminuun : 116)

19

5. Al Hasib (Pembuat Perhitungan) Al Hasib adalah sifat Allah SWT yang maksudnya Pembuat Perhitungan. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT tentunya sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Balasan yang berlipat ganda akan diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang bersyukur dan berbuat baik. Perhitungan Allah SWT selalu tepat dalam memberi pahala kepada orang yang bebruat kebajikan dan siksa kepada orang yang ingkar kepadanya. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan, kita harus memperhiutngkan baik buruknya secara cermat, sebab Allah SWT akan menghitung semua amal kita di dunia ini Dengan memahami dan menghayati sifat-sifat dan asma Allah SWT diharapkan akan tumbuh dalam diri manusia kesadaran akan keagungan, kebesaran dan ke Maha Pengasihan Allah SWT terhadap sesamam makhluknya. Dengan demikian, pada akhirnya dapat melahirkan keimanan, sikap pengabdian, rendah hati, mengasihi sesama dan berhati lembut. C. Fungsi Iman Kepada Allah SWT Fungsi iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang beriman tidak mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang kepada petunjuk Allah SWT yang selalu menyuruh berbuat baik. Fungsi iman kepada Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini. 1. Menyadari kelemahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Besar sehingga ia tidak mau bersikap dan berlaku sombong atau takabur serta menghina orang lain. 2. Menyadari bahwa segala yang dinimatinya berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sikap menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Ia memanfaatkan segala nikmat Allah SWT sesuai dengan petunjuk dan kehendak Nya. 3. Menyadari bahwa dirinya pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan ia senantiasa berhati-hati dalam menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini.

20

4. Merasa bahwa segala tindakannya selalu dilihat oleh Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Ia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk karena dalam dirinya sudah tertanam rasa malu berbuat salah. Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang yang melihatnya namun Allah Maha Melihat. Dalam salah satu riwayat pernah dikisahkan, pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab menjumpai seorang anak pengembala kambing. Lalu Khalifah meminta kepada gembala itu agar mau menjual seekor kambing kepadanya, berapa saja harganya. Namun anak itu berkata: Kambing ini bukan milikku melainkan milik majikanku. Lalu Khalifah Umar berkata lagi: Bukankah majikanmu tidak ada disini? Jawab anak gemabala tersebut, Memang benar majikanku tidak disini dan ia tidak mengetahuinya, tetapi Allah Maha Mengetahui mendengar jawaban anak itu, Umar tertegun karena merasa kagum atas kualitas keimanan anak itu, yakni Allah SWT Maha Melihat dan selalu memperhatikan dirinya, sehingga ia tidak berani berbuat keburukan, walaupun tidak ada orang lain yang melihatnya. Sadar dan segera bertaubat apabila pada suatu ketika karena kekhilafan ia berbuat dosa. Ia akan segera memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahat yang dilakukannya, sebagai mana diterangkan dalam Al Quran Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS An Nisa :135) Fungsi iman kepada Allah SWT akan menumbuhkan sikap akhlak mulia pada diri seseorang. Ia akan selalu berkata benar, jujur, tidak sombong dan merasa dirinya lemah dihadapan Allah SWT serta tidak berani melanggar larangannya karena ia mempunyai iman yang kokoh. Oleh karena itu, iman memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai alat yang paling ampuh untuk membentengi diri dari segala pengaruh dan bujukan yang menyesatkan. Iman juga sebagai pendorong seseorang untuk melakukan segala amal shaleh.

21

7.5 Perbuatan Allah Perbuatan Allah berdasarkan ilmu dan iradat (kehendak)-Nya. Alllah

menciptakan alam semesta mempunyai tujuan yang jelas dan tidaklah sia-sia. Adanya ketertiban, keteraturan, dan keserasian ciptaan itu dikehendaki oleh Allah, Penciptannya. Statemen kaum Muktazilah bahwa Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia adalah sebagai konsekuensi konsepnya tentang keadilan Tuhan,yang bagi Asyari faham ini tidak dapat diterima, karna hal itu bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, yang berarti Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa; sedangkan salah satu keyakinan Muktazilah ialah bahwa Tuhan berkewajiban berbuat baik bahkan yang terbaik bagi manusia. Semakin tinggi suatu aliran kalam (teologi) tentang kedudukan akal dan kemampuan akal, maka semakin lemah dalam memahami wahyu dalam arti dhalir, sebagai pedoman menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan, dari titik tolak yang berbeda tentang kedudukan akal dan kemampuan tersebut menjadikan aliran kalam berbeda pendirian tentang berbagai hal, seperti sifat Tuhan, keadilan Tuhan, pengiriman rasul, dan sebagainya. 7.6 Kedudukan dan Makna Syahadatain Manusia yang mengaku islam akan yakin kepada ke-esa-an Allah dan yakin pula bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Kedua bentuk pengakuan tersebut dinyatakan dalam satu kesatuan kalimat pengakuan (kalimat syahadat). Yaitu:

Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhamad adalah utusan Allah

22

Kalimat pertama menggambarkan konsepsi tauhid (keesaan Tuhan) dan kalimat kedua berisi pengakuan akan kerasulan Muhammad SAW. Tauhid merupakan konsep revolusioner yang merupakan inti ajaran islam. Artinya adalah hanya ada satu Tuhan penguasa alam semesta ini. Dia Maha Kuasa, Maha Mencukupi hajatmakhluk seisi alam dan sekuruh manusia, adalah sama kedudukannya sebagai makhluk Tuhan, sehingga mereka berderajat sama. Diskriminasi yang berdasarkan pada warna kulit, kelas, ras, atau wilayah tidaklah memiliki alasan yang kokoh. Manusia adalah satu. Islam menyodorkan suatu konsep revolusioner tentang kesatuan umat manusia. Rasulullah SAW untuk menyatukan umat manusia. 7.7 Hal-Hal yang Merusak iman Perhatikan Al-Quran Al-baqarah (2):256 berikut ini.

Barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang tidak akan putus Yang dapat merusak iman adalah perbuatan syirik, yaitu menyekutukan Allah. Syirik adalah lawan tauhid ( menegaskan Allah). Al-Quran surat Lukman (31):13 menyatakan bahwasesungguhnya syirik itu adalah aniaya yang besar. Syirk merupakan suatu jalan yang akan memerosotkan nilai kemanusiaan, sebab manusia adalah makhluk yang di muliakan Allah dan hanya dibenarkan menundukan dirinya dan ber-Tuhan kepada Allah saja. Ada tiga macam bentuk syirik: 1. Penyembahab kepada selain Allah, seperti penyembahan kepada batu,berhala, pohon, binatang, makhluk halus, dan kekuatan alam yang dipandang sebagai anak laki-laki Tuhan atau anak perempuan Tuhan.

23

2. Menyekutukan sesuatu dengan Allah, yaitu meyakini bahwa benda-benda atau manusia mempunyai sifat ketuhanaan. Menurut ketentuan ajaran islam, kepercayaan bahwa ada tiga unsur dalam ketuhanan, Tuhan bapak, Tuhan Anak, dan Tuhan Roh kudus, seperti terdapat dalam agama Nasrani; demikian pula kepercayaan tentang ajaran Tuhan kebaikan dan Tuhan keburukan, seperti terdapat dalam agama Zoroaster, atau kepercayaan bahwa jiwa bersifat abadi seperti sbadinya Tuhan, seperti terdapat dalam agama Hindu; termasuk dalam kategori syirik 3. Menjadikan orang lain sebagai tuhan-tuhan mereka 7.8 Aliran Ilmu kalam Kalam sebagai salah satu cabang ilmu menunjang tanggung jawab keimanan agama yang mapan secara kokoh, memberi bukti dan menghalau keragu-raguan. Ilmu ini penting untuk memahami aspek-aspek khusus pemikiran islam (Hoesin Nasr,1996:4-5) Ilmu kalam sebagai ilmu yang membalas soal ketuhanan dan kewajiban manusia terhadap Tuhan memakai akal dan wahyu dalam memperoleh

pengetahuan tentang kedua soal tersebut sebanyak yang dapat dikuasainya. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat gambar berikut.

Tuhan Akal Manusia Wahyu

Manusia dengan akalnya berusaha untuk sampai pada Tuhan; sedangkan Tuhan dengan kasih saying-Nya terhadap kelemahan manusia menolongnya dengan menurunkan wahyu melalui para nabi dan rasul.

24

Aliran

kalam, yang juga dinamakan teologi Islam tentang kebebasan

berkehendak dan keterpaksaan manusia (free will dan predestination), dapat disimpulkan sebagai berikut Kehendak Manusia Manusia Tuhan Daya Manusia Manusia Tuhan (efektif) Manusia? Tuhan (efektif) Manusia tidak (efektif) Tuhan Perbuatan Manusia Manusia Tuhan (sebenarnya) Manusia (kiasan) Tuhan (sebenarnya) Manusia (kiasan) Tuhan Aliran Muktazilah Maturidiyah Samarkand Maturidiyah Bukhara Asyariyah

Tuhan

Tuhan

Jabariyah

(Harun Nasution, 1972:116)

Hoseein Nasr (1996) menjelakan adanya tiga aliran kalam yang banyak berpengaruh dalam khazanah intelektual muslim: Muktazilah, Asyariah, dan Maturidiyah dalam perbandingan sebagai berikut

25

BAB III PENUTUP

Ayat-ayat yang disebutkan dalam makalah ini tidak lain hanya untuk menunjukkan keEsaan Allah dan bagaimana eksistensi Allah disebutkan dalam Al-Quran yang merupakan kalam Allah. Makhluk tidak akan mampu untuk melihatAllah namun dengan mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah maka makhluk akan dapat mengerti bahwa Allah merupakan dzat yang paling agung.Konsep keimanan dalam islam sendiri ialah konsep yang harus diyakini tanpaterlalu mengeksploitasi akal untuk memikirkannya, karena akal manusia sendirisangat terbatas untuk dapat menjangkaunya, justru akal manusia diperintahkan olehAllah untuk dapat membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam alam semesta, hal ini juga sesuai dengan yang terdapat dalam surat Ali Imron ayat 190

inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari laaayaatin li-ulii al-albaabi

190.Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinyamalam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan

penyampaian makalah.Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kehadirat Allah SWT

26

Kesimpulan

Iman kepada Allah artinya percaya dengan yakin dalam hati akan adanya Allah,ditunjukkan dengan ucapan dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.Untuk mengimani dan mengenal Allah secara benar, telah dijelaskan olehAllah sendiri dalam Firman-firman-Nya yamg tercantum di dalam Alquran. Dandiperkuat pula dengan bukti nyata tentang adanya Tuhan melalui ciptaannya yakni jagat raya beserta segala isinya.Apabila seseorang telah meyakini adanya allah SWT dan memfungsikanimannya dalam amal perbuatannya serta menempatkan Allah dan segalaperintahnya di atas segala-galanya, maka kehidupan manusia itu di dunia kanmemperoleh pegangan hidup yang kokoh

27

Daftar Pustaka

http://id.scribd.com/doc/32089900/Makalah-Tafsir http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=26&pid=arabicid http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/4/130 wordpress.com/2008/12/04/iman-kepada-allah-swt/

28

You might also like