You are on page 1of 17

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TNI AU DALAM MEMPERTAHANKAN NKRI

2.1 Sejarah Pendidikan TNI AU 2.1.1 Sejarah Wingdikum Cikal bakal terbentuknya Wingdikum antara lain dimulai dengan adanya sekolah-sekolah Angkatan Udara yang tersebar di berbagai tempat. Sesuai instruksi KSAU No.033/Peng/Ks/50 tanggal 28-12-1950 tentang pendidikan/latihan AURI, perkembangan AURI serta keadaan pengajar dan dislokasi sekolahsekolah, maka perlu mengumpulkan beberapa sekolah menjadi satu dan memberi nomor kepada gabungan sekolah-sekolah yang ada. Berdasarkan Surat Penetapan K.S.A.U. No. 56/44/Pen/Ks/54 tanggal 1 April 1954 tentang pemberian nomor pada gabungan sekolah-sekolah, sehingga terbentuk Sekolah Angkatan Udara No.001 hingga No.009. Pada bulan yang sama, Pimpinan menganggap pemberian nama Sekolah Angkatan Udara kurang tepat, maka dikeluarkan Surat Penetapan KSAU No. 102/79/Pen/Ks/54 tanggal 26 April 1954 tentang perubahan nama Sekolah Angkatan Udara No. 001 s/d 009 menjadi Kesatuan Pendidikan Angkata Udara (Kesdikau) No.001 s/d 009.

Kesatuan Pendidikan Angkatan Udara ( Kesdik AU ) No.001 belokasi di Pangkalan Udara (PU) Kalijati, No.002 di PU Kalijati, No.003 di PU Margahayu, No.004 di PU Kalijati, No.005 di PU Husein Sastranegara, No.006 di PU Margahayu, No.007, No.008 dan No.009 di PU Halim Perdanakusuma.

Selanjutnya melalui Keputusan KASAU No 57 tahun 1970 tentang Pokok Organisasi dari Badan-badan Staf/Komando dalam Organisasi Angkatan Udara Republik Indonesia, maka Komando Pendidikan (Kodik) mempunyai Wing Pendidikan (Wingdik) No.1, No.2, No.3 dan No.4 yang membawahi beberapa Skadron Pendidikan (Skadik), sedangkan Skadik 005, 006 dan 007 berada langsung di bawah Kodik. Dalam rangka fungsionalisasi Kotama-kotama TNI AU dipandang perlu menetapkan struktur organisasinya, maka pada tahun 1978 dikeluarkan Keputusan KASAU No. Kep/19/V/1978 tentang struktur Organisasi Kotama TNI AU, sehingga Kodikau bertambah satu Wing Pendidikan yaitu Wingdik 5 UM yang membawahi Skadik 501,502 dan 503 yang hal tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Wing Pendidikan Umum. Sesuai instruksi KASAU No. Ins/03/III/1985 tanggal 11 Maret 1985 tentang Pelaksanaan Re-organisasi TNI AU dan Keputusan Kasau Nomor Kep/23/III/1985 tanggal 11 Maret 1985 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Kodikau dan jajarannya, maka pelaksanaan Re-organisasi dijajaran Kodikau dimulai dengan penyerahan-penyerahan sekolah dan skadik-skadik serta pelaksanaan likwidasi Wingdik, dan Wingdik 5 berubah nama menjadi Wing Pendidikan Umum (Wingdikum). Wingdikum itu sendiri berada di Lanud Halim P. Jakarta, yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan non teknik TNI AU.

Pada tahun 1986 dikeluarkan keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/13/II/1986 tanggal 2 Pebruari 1986 tentang penyempurnaan pokok-pokok organisasi dan Prosedur Komando Pendidikan TNI AU dan jajarannya, maka Wingdikum mempunyai lima Skadik yaitu: Skadik 501, 502, 503, 504 dan 505. Selanjutnya mengacu Keputusan Kasau Nomor Kep/4/III/1999, tanggal 12 Maret 1999 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur Wing Pendidikan Umum, maka Wingdikum mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan non teknik, baik Militer maupun Pegawai Negeri Sipil. 2.1.2 Para Pejabat Komandan Wingdikum

1) Letkol Pnb Sugiarto dari tanggal 21 Juni 1978 sampai dengan 1 Juli 1979. 2) Letkol Pnb Bambang Sugeng dari tanggal 1 Juli 1979 sampai dengan 29 Mei 1980. 3) Letkol Pnb E. Rusgandi dari tanggal 1 Agustus 1980 sampai dengan 6 Mei 1983. 4) Kolonel Pnb H. Tasrikin dari tanggal 6 Mei 1983 sampai dengan 2 Mei 1985. 5) Kolonel Pnb Dicky Pangau dari tanggal 2 Mei 1985 sampai dengan 12 Agustus 1987. 6) Kolonel Pnb Imam Basuki dari tanggal 12 Agustus 1987 sampai dengan 13 Februari 1989. 7) Kolonel Pnb Roesmana Sugita mulai tanggal 13 Februari 1989 sampai dengan 31 Maret 1990. 8) Kolonel Pnb Onne Y.Leatemia dari tanggal 31 Maret 1990 sampai dengan 8 Mei 1991.

9) Kolonel Pnb Sumihar S.Sihotang dari tanggal 8 Mei 1991 sampai dengan 1 April 1993. 10) Kolonel Pnb Alimunsiri Rappe dari tanggal 1 April 1993 sampai dengan 11 April 1995. 11) Kolonel Pnb Tengku Syahril dari tanggal 11 April 1995 sampai dengan 1 November 1996. 12) Kolonel Pnb Sumunar Hadi, S.I.P dari tanggal 1 November 1996 sampai dengan 4 Desember 1997. 13) Kolonel Pnb Al Ibnu Muryanto dari tanggal 4 Agustus 1997 sampai dengan 12 Mei 2000. 14) Kolonel Pnb Djubaedi dari tanggal 12 Mei 2000 sampai dengan 5 April 2002. 15) Kolonel Pnb Sukarto dari tanggal 5 April 2002 sampai dengan 19 April 2004. 16) Kolonel Pnb Chaerudin Ray dari tanggal 19 April 2004 sampai dengan 24 Maret 2005. 17) Kolonel Pnb Kusmayadi dari tanggal 24 Maret 2005 sampai 2006. 18) Kolonel Pnb Taufik Hidayat, S.E. dari tanggal 13 November sampai sekarang Sejak tanggal 30 Mei 2001 melalui Keptusan Kasau Nomor: Kep/7/V/2001 tanggal 30 Mei 2001, Markas Wing Pendidikan Umum di Jl. Skadron Halim P. Jakarta, dipindahkan ke Lanud Atang Sendjaya Bogor, dan untuk sementara menempati sebagian Kantor Skadik 503. Dengan diresmikanya gedung baru Markas Wingdikum tanggal 26 Januari 2005 oleh Komandan Kodikau Marsekal TNI Eko Edy Santoso S.I.P, maka sejak itu pula seluruh

personel Wingdikum yang berada di Skadik 503 pindah menempati Kantor baru yang berlokasi di Jl. Raya Semplak Bogor. Sebagai Satuan pelaksana pendidikan umum dalam jajaran Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau), Wingdikum dapat disejajarkan dengan Universitas Pelaksana Pendidikan Tinggi dari lefel D1-SI (Perwira), sedangkan Skadik yang berada di jajaran Wingdikum bertugas menyelenggarakan pendidikan sesuai kejuruan yang dapat disetarakan dengan Fakultas Kejuruan yang ada. Dari korelasi kegiatan tersebut, dapat dipilah-pilah fungsi masing-masing satuan, yakni Markas Wingdikum bertugas mendukung kegiatan penyelenggaraan pendidikan, sedangkan Skadik jajaran, yaitu Skadik 501, 502, 503, 504 dan 505 bertugas mengatur pelaksanaan proses pembelajaran sebagai berikut : 1) Skadik 501 berada di Lanud Atang Senjaya Bogor, bertugas menyelenggarakan pendidikan, PDE, Hukum, Intelud, FSO, Lambangja, Humas dan Sussarjemen. 2) Skadik 502 berada di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, bertugas menyelenggarakan Pendidikan Kejuruan dan Ketrampilan Khusus yang meliputi: Pentak, Bintal, Musik, Potrud, Pamfik, Psikologi, Hartib, Idik dan Laikud. 3) Skadik 503 berada di Lanud Atang Senjaya Bogor bertugas menyelenggarakan pendidikan meliputi: Administrasi Umum, Administrasi Personel, Administrasi Keuangan, PLLU, Meteo, PLLU Paskhas, Meteo Paskhas dan Sarcab Adm.

10

4) Skadik 504 berada di Lanud Sulaiman Bandung, bertugas menyelenggarakan Pendidikan Kesehatan meliputi: Kesehatan untuk Ba/Ta dan Susjur PNS Kesehatan. 5) Skadik 505 berada di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, menyelenggarakan dan melaksanakan Pendidikan Instruktur Bahasa Inggris, baik Umum maupun Teknik dan menyelenggarakan Sisdik, Dikdaktik dan Metodik Pendidikan serta mempunyai empat Sekolah Bahasa, masing-masing Sesa Halim di Jakarta, Sesa Husein S. di Bandung, Sesa IWY di Madiun dan Sesa Abd. Saleh di Malang. 2.1.3 Falsafah Pendidikan Falsafah pendidikan Akademi Angkatan Udara dilaksanakan berdasarkan pada falsafah pendidikan TNI, yaitu "Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana" yang berarti mengutamakan pembentukan kepribadian dengan jiwa kejuangan yang tinggi dengan dilengkapi kemampuan profesi yang mantap sebagai suatu kebulatan. Berdasarkan falsafah pendidikan TNI, Akademi Angkatan Udara memiliki falsafah pendidikan yaitu "Tri Sakti Wiratama" yang berarti integrasi dari ketiga sifat prajurit yang utama yaitu tanggon, tanggap dan trengginas. Tanggap. Artinya berdaya tangkap dan penalaran yang tinggi dengan memiliki potensi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dapat mengembangkan diri. Tanggon. Artinya dapat diandalkan, ulet dan tahan uji, dengan memiliki mental yang dilandasi jiwa Pancasila dan UUD 1945, bersemangat juang

11

kebangsaan, berkode etik Sapta Marga, berwatak keprajuritan dan berkepemimpinan TNI. Trengginas. Artinya tangkas dalam bertindak dan berolah pikir dengan memiliki kesemaptaan jasmani, daya tahan yang tinggi dalam menghadapi tugas. 2.2 Peranan Pendidikan TNI AU bagi pertahanan NKRI 2.2.1 Mampu Mengajak yang tersesat untuk kembali kepada NKRI Komandan Satuan Tugas Penerangan Penguasa Darurat Militer Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kol.Laut Ditya Soedarsono mengharapkan Radio Republik Indonesia (RRI) Cabang Muda Banda Aceh dapat berperan dan fungsinya sebagai media yang mampu menerobos segenap lapisan masyarakat. Menjawab pertanyaan Reporter RRI ketika berada di Stasiun Banda Aceh, kamis (11/9) Kol.Ditya mengatakan RRI harus tidak henti hentinya membantu PDMD untuk mengajak menghimbau saudaranya yang telah tesesat untuk kembali kepangkuan ibu pertiwi NKRI. Dan satgaspen PDMD Prov. NAD mengatakan peran serta RRI sekarang dan kedepan antara lain mampu menjelajah masyarakat pedesaan dibandingkan dengan media Telivisi dan Cetak. Kemampuan RRI dapat memberikan dukungan tugas mulia TNI seperti untuk ajakan mereka yang telah keliru bertindak dan mengabil keputusan yang salah sehingga dapat menyengsarakan rakyat banyak dapat segera dihentikan. Justru itu RRI lah paling tepat saat ini untuk menyebarluaskan informasi khususnya dalam pelaksanaan operasi terpadu samping program pendidikan dan hiburan sesuai kondisi daerah yang bernuasa syariat Islam.

12

Sebelumnya Dansatgaspen Kol.Ditya diterima kepala Cabang Muda Banda Aceh Drs Sudarmi Dahlan Maulana di Studio RRI Jalan Iskandar Muda 13 Banda Aceh sekaligus membicarakan program Radio yang sudah dan rencana dimasa mendatang. Kepala RRI mengatakan dengan pola siaran lokal dan acara nasional kini RRI telah mampu pola siaran dibawah kekuatan maksimal 6.900 Watt dan dalam waktu dekat ditambah lagi pemancar berkekuatan 10 Kilo Watt. Satgaspen PDMD menyarankan agar pola siaran kedepan lebih banyak program pendidikan dan siaran pedesan (mun) 2.2.2 Mampu Merevitalisasi Peran Teritorial TNI terhadap Ancaman Separatisme Potensi ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, sepertinya tidak hanya bersumber dari persoalan-persoalan dalam negeri (DN). Sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis, ancaman juga berasal dari luar negeri. Yang perlu diwaspadai adalah ancaman terhadap kepentingan nasional, khususnya yang mengarah kepada disintegrasi bangsa. khususnya ancaman "separatisme". Separatisme, asal katanya adalah separate. yang kata sifatnya artinya "terpisah" Kata bendanya adalah separation artinya pemisahan. Orang yang memisahkan diri disebut separatist Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika ada daerah yang punya keiinginan melepaskan diri disebut separatisme. Tentu yang melakukan separatisme, mempunyai ideologi atau kepentingan yang berbeda dan berlawanan dengan negara induknya. Karena berlawanan, maka kaum separatis dan separatisme itu menjadi ancaman bagi bangsa tersebut.

13

Jika ada bagian dari negara Indonesia yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berarti la melalaikan hal yang bertentangan dengan pilar-pilar bangsa Indonesia yaitu UUD 1945. Pancasila. NKRI, dan Bhlnneka Tunggal Ika. Dengan demikian, setiap bentuk separatisme adalah perlawanan kepada bangsa Indonesia. Satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah mencegah terjadinya separatisme tersebut (disintegrasi) sejak dari niat untuk melepaskan diri, terlebih jika sudah ada tanda-tanda yang nyata. Indonesia dengan berbagai kondisi nyata baik Tri Gatra dan Panca Gatra nya memang relatif rawan terhadap perpecahan atau kemungkinan terjadinya separatisme (disintegrasi). Karena itu sejak Indonesia di proklamirkan, para founding fathers senantiasa gigih menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Berbicara tentang perlawanan terhadap separatlsme atau mencegah terjadinya disintegrasi, kita perlu merujuk kepada dasar dan tujuan nasional, sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia". Dalam bidang pertahanan dan keamanan (Hankam), antara lain adalah terlindunginya keutuhan dan kedaulatan seluruh wilayah NKRI, kedaulatan pemerintah (pusat dan daerah), hukum, kedaulatan setiap warga negara dari segala ancaman, baik militer/non militer (tradisional dan non tradisional) yang datang dari lingkungan eksternal dan internal.

14

Segenap kedaulatan tersebut merupakan perwujudan dari seluruh "negara kesatuan" yang berciri nusantara yang kemudian dikenal dengan sebutan Wawasan Nusantara (Wasantara) sebagai geopolitik Indonesia. Sementara itu, berlangsungnya kehidupan geopolitik tersebut sangat tergantung kepada kekuatan geopolitik yang dijalankan yaitu Ketahanan Nasional (Tannas). Sedangkan pilar utama dari kokohnya geopolitik dan geostrategi Indonesia tersebut, adalah pada sistem Pertahanan Nasional (Hannas), yang memiliki prinsip-prinsip defensif aktif dan berhasil oleh UUD 1945 pada Pasal 30 diamanatkan sebagai Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta

(Sishankamrata). Beberapa realitas kritis yang dihadapi bangsa Indonesia saat Ini yang memungkinkan terjadinya disintegrasi bangsa dan separatisme adalah. Adanya kegiatan nyata dari (Organisasi Papua Merdeka Topm) di Papua. Separatisme di Papua tersebut menunjukkan adanya trend menguat, terutama pada gerakan politiknya. Hal tersebut terbukti karena implementasi dan aktualisasi Pancasila dikalangan masyarakat semakin menurun. Sepertinya ada ketakutan (phobia) jika membicarakan Pancasila dengan alasan dianggap antek Orde Baru bahkan hampir separo dari parta politik peserta Pemilu 2009, tidak lagi menggunakan Pancasila sebagai asas partai ini menunjukkan bahwa keseriusan atau political will dalam pembinaan Ideologi Pancasila terkesan setengah hati. Hal-hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah gerakan-gerakan yang disebut sebagai kelompok garis keras, gerakan sosialis kiri, terorisme yang

15

bergerak sebagai underground movement. Menyikapi hal tersebut, perlu diambil langkah-langkah strategis, baik jangka pendek maupun Jangka panjang, yang secara komulatif rancangannya dapat dikemukakan sebagai berikut. Perlunya pengembangan Sishankamrata baik yang bersifat preemiixie strike guna melengkapi doktrin-doktrin hankam yang lain, seiring dengan menguatnya unilateralisme. Upaya tersebut diatas perlu disertai peningkatan kualitas SDM TNI serta profesionalitas seluruh jajarannya. Melakukan upaya bela negara sebagai langkah kongkret yaitu menanamkan sedini mungkin Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) melalui kurikulum pendidikan formal dan non formal. Mengembangkan doktrin Sishankamrata disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dalam hal menanggulangi kemungkinan ancaman separatisme di Aceh dan Papua. TNI harus secara serius meningkatkan dan lebih mengefektifkan peran teritorial di kedua daerah tersebut. Mengapa teritorial? Dalam menjalankan peran, fungsi dan tugas TNI (UU No. 34/2004 tentang TNI). TNI menjalankan tugas pokoknya (Pasal 7 UU 34/2004 yang dilakukan dengan menjalankan Operasi Militer Untuk Perang (OMUP) dan operasi militer selain perang (OMSP). Di dalam menjalankan OMUP, TNI melakukan fungsi-fungsi teknis, yang antara lain adalah fungsi teritorial. Sementara itu, dalam menjalani OMSP (14 butir), hampir seluruh butir tersebut melibatkan peran teritorial. Kiranya perlu diingat kembali bahwa Teritorial TNI bukan sekedar merupakan sisi penting dari Doktrin Perjuangan TNI

16

saja, tetapi lebih dari Itu mempunyai posisi yang utama di dalam struktur kekuatan TNI. Di dalam sejarah perjuangan TNI, justru teritorial TNI lah yang menjadi "tulang punggung bagi perjuangan TNI". Besarnya peranan teritorial tersebut merupakan wujud dari kepemimpinan TNI yang menempatkan unsur-unsur teritorial sebagai obyeknya yang dikenal dengan sikap teritorial tugas-tugas TNI akan sulit dilaksanakan tanpa dukungan dari kondisi teritorial yang memadai. Sikap teritorial tersebut hakekatnya bertujuan menciptakan ruang, alat dan kondisi juang (RAK Juang) sebaik-baiknya bagi tugas TNI untuk memenangkan peperangan, yang pada gilirannya mewujudkan tersedianya "sumber daya" bagi pembentukan seluruh kebutuhan dalam Sishankamrata. Berkenaan dengan melindungi NKRI maupun melaksanakan tugas pokok TNI selain perang (OMSP). Peranan teritorial di semua daerah, khususnya di NAD dan Papua harus menjadi perhatian utama. Dont take for guaranteed, bahwa GAM di Aceh dan OPM di Papua akan berhenti dengan sendirinya, TNI AU justru malah menjadi anak nakal Kedua gerakan tersebut saat ini terus berjuang melakukan Underground Mouement Sejarah yang telah memberi pelajaran, bahwa kelengahan dan kelemahan kita mengakibatkan Timor-Timur lepas.

17

2.2.3

Mampu

Menyiapkan

Komponen

Cadangan

dan

Komponen

Pendukung Sishankamrata 1) Komponen Cadangan Komponen cadangan merupakan salah satu bentuk partisipasi Rakyat secara aktif dalam pertahanan. Untuk melakukan Pertahanan Rakyat Semesta secara efektif perlu ada Komponen cadangan TNI. Komponen cadangan diperlukan untuk dapat menjadikan TNI mempunyai kekuatan memadai ketika terjadi serangan Agressor. Sebelum ada serangan terbuka Agressor kekuatan TNI dibatasi pada kekuatan minimal efektif untuk menghemat penggunaan sumberdaya. Yang dimaksudkan dengan kekuatan minimal efektif adalah kekuatan TNI yang terbatas tetapi masih memungkinkan TNI menjalankan fungsinya secara efektif dalam kondisi damai relatif. Ketika Agressor melakukan serangan terbuka kekuatan TNI harus berkembang jauh lebih besar untuk dapat menghadapi serangan Agressor tersebut. Serangan itu dilakukan melalui mobilisasi komponen cadangan. Itu berarti bahwa anggota Komponen cadangan yang semula berstatus sipil berubah menjadi status militer. Dalam mobilisasi, Komponen cadangan yang telah terbentuk sebelumnya diaktifkan untuk memperkuat TNI sesuai dengan rencana yang telah ada. Komponen cadangan terbentuk dari semua warga negara RI yang telah selesai menjalankan tugas militer dalam lingkungan TNI, baik sebagai militer sukarela (milsuk) maupun sebagai militer wajib (milwa) dan memenuhi syarat sesuai ketentuan Undang-Undang tentang Komponen cadangan.

18

Karena mereka telah meninggalkan TNI, maka anggota komponen cadangan berstatus sipil. Dapat juga diambil sebagai anggota komponen cadangan warga negara RI yang secara sukarela menyatakan kesediaannya dan untuk itu memperoleh latihan militer yang diperlukan. Kalau Komponen cadangan diaktifkan, baik ketika terjadi mobilisasi maupun untuk melakukan latihan berkala, maka status sipil berubah menjadi status militer. Komponen cadangan juga meliputi kesatuan mobilisasi. Yang dimaksudkan dengan kesatuan mobilisasi adalah kesatuan militer yang di masa pra-mobilisasi berada sebagai organisasi di atas kertas, dengan dinyatakan secara lengkap dan jelas Tabel Organisasi dan Perlengkapannya (TOP) kesatuan itu. Ditegaskan warga negara mana yang akan mengisi organisasi itu ketika kesatuan itu diaktifkan. Juga jelas dan lengkap setiap peralatan, senjata, mesiu dan bahan bakar yang diperlukan kesatuan ketika diaktifkan. Di masa pra-mobilisasi semua peralatan dan senjata kesatuan itu disimpan di tempat tertentu dengan dikelola organisasi territorial setempat. Ketika kesatuan mobilisasi itu diaktifkan, baik untuk latihan di masa pra-mobilisasi maupun dalam mobilisasi, semua personil yang tercatat sebagai anggotanya menuju ke tempat penyimpanan untuk mengambil senjata dan peralatan yang menjadi tanggung jawabnya dan kesatuan mobilisasi berubah menjadi kekuatan aktif. Agar komponen cadangan dapat berfungsi efektif ketika dilakukan mobilisasi, maka diadakan latihan berkala dan teratur di masa pra-mobilisai, baik untuk anggota komponen cadangan maupun kesatuan mobilisasi.

19

2) Komponen Pendukung Komponen Pendukung Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta adalah bentuk lain dari partisipasi Rakyat secara aktif dalam pertahanan. Komponen itu terdiri dari segenap warga negara RI yang secara sukarela menyatakan kesediaannya menjalankan berbagai fungsi dukungan bagi kegiatan yang dilakukan Pemerintah dan TNI dalam rangka pertahanan keamanan. Komponen Pendukung diarahkan fungsinya oleh organisasi Territorial TNI, tetapi sebagai warga sipil ada didalam organisasi Pemerintah Daerah. Mereka dapat dibagi dalam fungsi pertahanan sipil (hansip) dan fungsi perlawanan rakyat (wanra). 2.2.4 Mampu Membentuk Postur Pertahanan yang Tangguh & Berdaya Tangkal (1) Yang paling pertama harus kita lakukan sebelum merencanakan suatu postur pertahanan adalah menelaah bagaimana postur ancaman yang mungkin terjadi. Postur pertahanan yang tangguh tentunya haruslah postur pertahanan yang mempertimbangkan postur ancaman terhebat yang mungkin timbul, sehingga dengan demikian, seluruh postur ancaman yang secara spesifikasi berada di level lebih rendah dibanding ancaman terhebat itu pun diharapkan dapat diatasi. Namun tentunya, postur ancaman pun bukan sesuatu yang linear secara kuantitas maupun kualitas, melainkan bersifat multidimensional, kompleks & beragam. Prediksi ancaman yang tepat sangat diperlukan agar kita dapat mendefinisikan postur pertahanan dengan tepat pula.

20

Potensi ancaman yang pertama dan terbesar yang harus diperhitungkan meskipun kemungkinannya kecil bila dilihat dari konstalasi perpolitikan kawasan dewasa ini- adalah potensi agresi dari negara luar, yang tentunya akan menggunakan doktrin peperangan modern. Peperangan modern merupakan peperangan yang mengandalkan serangan balistik jarak jauh serta superioritas udara sebagai bagian utama serangan pembuka, yang didukung secara simultan oleh kemampuan peperangan elektronik untuk mengacaukan kemampuan penginderaan jauh lawan (radar, dsb). Superioritas udara ini umumnya didukung pula oleh kekuatan armada laut yang memiliki kemampuan multimatra: kemampuan peperangan permukaan (laut ke laut maupun laut ke daratan), pertahanan udara (anti serangan udara) maupun peperangan udara (unsur udara kombatan berupa pesawat udara maupun helikopter), serta kemampuan peperangan bawah air (anti kapal selam), yang didukung dengan segenap unsur pendukungnya. Kekuatan udara & laut ini secara bersama-sama membentuk unsur serangan pembuka, yang kemudian dilanjutkan dengan pendaratan, baik melalui kekuatan amfibi (unsur pendarat) maupun kekuatan lintas udara (unsur para). Terkait potensi ancaman dari luar ini, selama ini secara internal kita bersikukuh bahwa tidak akan ada kemungkinan perang terbuka antara Indonesia dengan negara lain minimal dalam 10 tahun ke depan. Ini didasarkan kepada analisa intelijen terhadap konstelasi politik kawasan (Asia Tenggara), dimana pada saat ini solusi berbagai masalah antara Indonesia dengan negara tetangga dapat ditempuh secara persuasif melalui jalur diplomasi, dan tidak terlihat adanya kebuntuan diplomasi yang membahayakan serta berpotensi perang. Akan tetapi,

21

dinamika perpolitikan kawasan akan terus berkembang dan berubah dengan cepatnya, dan bukan tidak mungkin, kelemahan suatu sistem pertahanan bila dibiarkan seperti itu adanya, serta tiadanya kemampuan penggetar strategis (strategic deterrent force) justru dapat menjadi pendorong bagi negara lain untuk melakukan agresi kepada Indonesia. Potensi ancaman kedua yang memiliki probabilitas relatif tinggi untuk terjadi- adalah insurjensi di dalam negeri, baik dari gerakan separatis, dsb. Di atas kertas, skala ancaman yang seperti ini tentunya relatif kecil, namun memiliki mobilitas yang tinggi karena adanya pengetahuan medan, kemampuan untuk memperoleh dukungan sebagian masyarakat, kemampuan pembauran dengan masyarakat, kemampuan gerilya, pemanfaatan isu HAM sebagai tameng, dsb.

You might also like