You are on page 1of 10

LEUKEMIA 1.

Pengertian Leukemia merupakan penyakit neoplastik yang ditandai adanya proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik (Sylvia anderson, 1995). Leukimia merupakan penyait maligna yang disebabkan abnormal overproduksi dari tipe sel darah putih tertentu, biasanya sel-sel imatur dalam sumsum tulang. Karakteristik dari leukimia adalah sel-sel yang abnormal, tidak terkontrolnya proliferasi dari suatu tipe sel darah putih seperti granulosit, linnfosit, monosit. Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).

2. Etiologi Leukemia Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : a. Genetik, pada kembar monozigot, syndrome down, insidennya lebih tinggi b. Zat kimia (Benzene, arsen, loromfenikol, fenilbutazon dan agen anti neoplastik) c. Radiasi dan kemoterapi d. Defisiensi immune primer e. Infeksi virus

3. Manifestasi Klinik 1. Anemia

Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh). 2. Perdarahan

Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
1

3.

Terserang Infeksi

Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk. 4. Nyeri Tulang dan Persendian

Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih. 5. Nyeri Perut

Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organorgan tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia. 6. Pembengkakan Kelenjar Lympa

Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan. 7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea)

Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

4. KLASIFIKASI LEUKEMIA Berdasarkan perbedaan tipe luekema diedakan menjadi dua yaitu: 1. Leukemia akut Leukemia akut mempunyai kejadian yang cepat dengan tipe yang progresif, dimana pasien dapat meninggal beberapa hari atau beberapa bulakn jika tidak diobati. Menurut french-American-British (FAB), leukemia akut terdiri dari Leukimia Limfoblastik akut (LLA) dan Leukemia Myeloid Akut (LMA) a. Leukemia Limfobasilik Akut (LLA) Adanya kerusakan pada limfoid dengan arakteristik proliferasi sel limfoid imatur pada sumsum tulang. Limpadenopati, hepatosplenomegali dan gangguan susunan saraf pusat dapat terjadi pada jumlah leukosit sampai dengan 100.000/mm3.

Secara morfologis LLA dibagi menjadi 3 yaitu: L1 : jenis LLA yang paling banyak pada masa anak-anak, sel limfoblas kecil-kecil. L2 : LLA pada orang dewasa, sel lebih besar, inti ireguler, populasi sel heterogen. L3 : sel-sel besar, populasi sel homogen.

b. Leukemia Myeloid Akut (LMA) Pada leukemia jenis ini terjadi erusakan dalam pertumbuhan dan pematangan sel megakariosit, monosit, granulosit dan eritrosit. Prognosisnya dalam jangka panjang biasanya jelek. LMA terdiri atas: M1 M2 M3 M4 M5 M5A M6 : Myelositik leukemia akut tanpa diferensiasi : Myelositik leukemia akut dengan diferensiasi : Promyelositik leukemia akut : Myelomonositik leukemia akut : Monositik leukemia akut dengan deferensiasi : monositik leukemia akut tanpa diferensiasi : Eritroleukemia

2. Leukemia kronis Leukemia kronis terdiri dari: a. Leukemia Myelogenus Kronik (LMK) Terjadi akibat kerusakan murni di pluripotent stem cell. Pada pemeriksaan darah perifer ditemukan juga adanya leukositosis dan trobositosis. Ditemukan juga adanya peningkatan produksi dari granuosit seperti netropil, eosinofil dan basofil. b. Leukemia Lympositik Kronik (LLK) Karakteristik leukemia jenis ini adalah adanya proliferasi awal linfosit B. Hasil pemeriksaan darah perifer ditemukan penngkatan jumlah sel limfosit baik matur maupun imatur. Peningkatan jumlah limfosit akan menfiltrasi kelenjar limfe, hati, limpa dan sumsum tulang. Perkembangan penyakit ini mulai stage 0 - IV sampai dengan 5 tahun.

4.

PATOFISIOLOGI Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah putih yang sangat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produsi eritrosit mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang. Disamping itu infilrasi keberbagai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe menyebabkan pembesaran dan gangguan pada organ terkait.

Pathway Etiologi proliferasi sel tidak teratur/akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang

menggantikan elemen sumsum tulang normal

sel leukemia

overproduksi dari sel darah putih

imatur dari sel darah putih

penurunan produksi eritrosit

leukopenia

mudahnya terjadi infeksi

Sel-sel kanker darah putih periosteum

trombositopenia

perdarahan menginvasi pada sumsum tulang

tulang menjadi rapuh dan nyeri

infilrasi keberbagai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe

pembesaran dan gangguan pada organ terkait.

5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta. 1. Radioterapi dan Kemterapi, dilakukan dilakukan juga pada etika fase sel induksi leukemia remisi sudah yang terjadi

metastasis.kemoterapi

bertujuan

mempertahankan remisi selama mungkin. 2. Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia, perdarahan, infeksi. Pemberian antibiotik dan mungkin transfusi dapat diberikan. 3. Pencegahan terpaparnya mikroorgansme dengan isolasi Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia aplastik.

6. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. b. Fungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat c. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum. d. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis. e. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang. f. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik. g. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LEUKEMIA 1. Pengkajian Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian pada leukemia meliputi : 1. Riwayat penyakit.

2. Kaji adanya tanda-tanda anemia ; a) Pucat b) Kelemahan c) Sesak d) Nafas cepat

3. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia; a) Demam b) Infeksi

4. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia; a) Ptechiae b) Purpura c) Perdarahan membran mukosa

5. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola; a) Limfadenopati b) Hepatomegali c) Splenomegali

6. Kaji adanya; a) Hematuria b) Hipertensi c) Gagal ginjal d) Inflamasi disekitar rectal e) Nyeri
7

2. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh. 2. Toleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia. 3. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

3. Rencana keperawatan 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan : Px tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi : a) Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi b) Tempatkan Px dalam ruangan khusus Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya Px dari sumber infeksi c) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi e) Evaluasi keadaan Px terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas Intervensi : a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervens d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

3. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima. Intervensi : a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5 Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi b) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat d) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat Rasional : sebagai analgetik tambahan e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit Intervensi : a) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi b) Ubah posisi dengan sering Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit c) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit d) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit f) Dorong masukan kalori protein yang adekuat Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif

10

You might also like