You are on page 1of 8

HUBUNGAN MIKROORGANISME(KUMAN) DENGAN HOSPES & LINGKUNGAN

Oleh: Yunan Jiwintarum, S.Si. M.Kes.(Mikrobiologi) HUBUNGAN KUMAN DENGAN HOSPES Adanya kuman dalam tubuh manusia tidak selalu diikuti dengan keadaan sakit. Bahkan kebanyakan interaksi kuman-hospestidak terwujud dalam bentuk sakit. Wujud hubungan kuman-hospes tersebut ditentukan oleh keseimbangan antara virulensi kuman dan daya tahan hospes. Virulensi kuman ialah derajat patogenitas yang dinyatakan dengan jumlah mikrooganisme atau mikrogram toksin yang dibutuhkan untuk membunuh binatang percobaan. Patogenitas ialah kemampuan suatu mikrooganisme untuk menyebabkan penyakit. Virulensi kuman dipengaruhi oleh: 1. Daya invasi Daya invasi ialah kemampuan untuk berpenetrasi ke jaringan, mengatasi pertahanan tubuh hospes, berkembang biak dan menyebar. Daya invasi dipengaruhi oleh komponen permukaan dan ensim-ensim kuman tertentu yang membantu penyebaran kuman serta membuatnya resisten terhadap fagositosis. Komponen permukaan dapat berupa kapsul polisakarida yang dihasilkan oleh S. pneumoniae, H. influenzae, dan K. pneumoniae ; Mprotein dari Streptococcus pyogenes ; kapsul polipeptida anthracis. Ensim-ensim yang dihasilkan kuman yang membantu penyebarannya antara lain koagulase, fibrinolisin (streptokinase), hyaluronidase, kolagenase, lesitinase, deoksiribonuklease. 2. Toksigenitas Ada 2 jenis toksin yang dihasilkan kuman: 1) Endotoksin dan 2) Eksotoksin. Eksotoksin dihasilkan oleh bakteri positif Gram antara lain: Corynebacterium diphteriae, E. Coli. Bakteri yang menghasilkan endotoksin antara lain: Salmonella, Shigella, Brucella, Neisseria, V. cholerae, E. coli, dan P. Aerugenosa. C. tetani, C. botulinum, Staphylococcus serta beberapa bakteri Gram negatif termasuk Shigella dysentriae, V. Cholerae, dan beberapa strain pada Bacillus

Perbedaan Endotoksin dan eksotoksin:


No. 1 Tempat produksi Eksotoksin Endotoksin Dikeluarkan oleh kuman Sebagai bahan integral dari hidup, konsentrasinya dinding sel kuman Gram dalam medium cair sangat negatif tinggi Polipeptida Kompleks lipopolisakarida

2 3

Struktur kimia Sifat fisik

Relatif tidak stabil, dengan Relatif stabil, aktivitas toksin pemanasan aktivitas tokisn menetap walaupun menurun dipanaskan Sangat antigenik, Tidak menginduksi menghasilkan antitoksin terbentuknya antitoksin, tidak dalam jumlah banyak, dapat dibuat toksoid dapat dibuat toksoid Kurang toksik, dalam dosis Sangat toksik, besar baru menimbulkan menimbulkan kematian kematian meskipun dalam dosis kecil Badan tidak memberikan Ada reaksi demam reaksi demam/panas

Sifat imunologis

Toksisitas

Reaksi badan

HUBUNGAN KUMAN DENGAN LINGKUNGAN Didalam alam bebas mikroorganisme hidup berkumpul di dalam suatu medium yang sama, misalnya didalam tanah, air, udara, kotoran hewan, sampah,tumbuhan, hewan dan manusia. Untuk hidup mikroorganisme akan melakukan interaksi atau hubungan dengan lingkungannya. Bentuk hubungan mikroorganisme dengan lingkungan dapat dibagi menjadi dua yaitu hubungan dengan lingkungan Biotik/lingkungan hidup(manusia, binatang dan mikroba lain) dan Hubungan dengan lingkungan abiotik/Lingkungan tak hidup/ faktor alam(temperatur, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik, pH, cahaya, substansi an organik seperti air, CO2, O2 , mineral serta substansi organik). Hubungan kuman dengan lingkungan Biotik meliputi : 1. Bebas Hama Keadaan dimana kelompok mikroorganisme bebas dari segala macam hubungan dengan mikroorganisme lainnya.

2. Sintrofisme Hubungan antara mikroorganisme yang tidak terlalu dekat hubunganya tetapi keduanya memberikan keuntungan secara timbal balik. 3. Netralisme Hubungan antara mikroorganisme yang berbeda spesiesnya , tetapi dalam interaksi kehidupan mereka tidak saling mengganggu/ merugikan dan tidak saling menguntungkan. Mereka hidup sendiri sendiri, walaupun hidup dalam medium yang sama. 4. Kompetisi Hubungan antara mikroorganisme yang bersaing untuk hidup dalam medium yang sama akibat terbatasnya zat makanan serta energi yang tersedia dalam medium tersebut. Spesies mikroorganisme yang dapat menyesuaikan diri dengan persaingan tersebut akan tumbuh dengan subur. 5. Antagonisme Hubungan antara mikroorganisme yang saling berlawanan. Mikroorganisme satu dapat mengeluarkan zat atau hasil metabolismenya yang dapat meracuni atau membunuh mikroorganisme lainnya. Hubungan ini sering disebut juga sebagai hubungan antibiosis atau amensalisme. (dasar penemuan zat bioaktif atau antibiotika terhadap mikroorganisme ). 6. Simbiosis Hubungan yang dekat antara dua bentuk kehidupan mikroorganisme , yang dapat berlangsung lama atau sebentar.Terdapat 3 jenis simbiosis yaitu : a. Mutualisme Suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana masing masing saling bekerjasama dan saling menguntungkan. Contoh : Simbiosis antara Rhizobium leguminosarum dengan tanaman Leguminosa. Rhizobium mendapat tempat hidup dalam akar Leguminosa sedangkan Leguminosa Rhizobium. mendapat persenyawaan Nitrogen yang diberikan

b. Komensalisme Suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana satu spesies mendapatkan keuntungan sedangkan spesies lainya tidak dirugikan ataupun mendapat keuntungan. Spesies yang diuntungkan disebut komensal sedangkan spesies yang tidak dirugikan dan tidak mendapat keuntungan disebut Hospes. Contoh : Staphylococcus epidermidis yang hidup sebagai komensal pada kulit manusia. c. Parasitisme Suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana satu spesies mendapatkan keuntungan sedangkan spesies lainya tidak dirugikan . Spesies yang diuntungkan disebut parasit, sedangkan Spesies yang dirugikan disebut Hospes. Contoh : Bakteri, parasit, virus patogen yang hidup didalam tubuh manusia. 7. Predatorisme Hubungan yang ada antara dua kelompok mikroorganisme yang hidup dengan memangsa salah satu kelompok mikroorganisme tersebut. Kelompok (pemangsa). Contoh : Amoeba dengan bakteri. Amoeba untuk hidup perlu makanan, makanan inii diperoleh dengan memangsa bakteri tersebut. Hubungan kuman dengan lingkungan abiotik biasanya berkaitan dengan lingkungan alam yang sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Beberapa hubungan kuman dengan lingkungan abiotik dijelaskan berikut ini: 1. Suhu Masing masing mikroorganisme mempunyai suhu optimum , minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan dibawah suhu minimum dan diatas suhu maksimum aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terdenaturasinya enzim mikroorganisme yang memangsa kelompok lainnya disebut Predator

tersebut yang akibatnya memimbulkan kematian pada mikroorganisme. Berdasarkan atas kemampuan hidup mikroorganisme dalam kisaran suhu tertentu , maka mikroorganisme dibagi menjadi 3 group yaitu : a. Psikrofil Mikroorganisme yang termasuk dalam group ini bisa tumbuh dalam suhu dingin. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 0 0C 5 0C, Suhu Optimum 5 0C 15 0 C dan uhu maksimum 15 0C 20 0C. b. Mesofil Mikroorganisme yang termasuk dalam group ini bisa tumbuh dalam suhu kamar atau sedikit dingin. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 10 0C 20 0C, Suhu maksimum 40 0C 45 0C. c. Termofil Mikroorganisme yang termasuk dalam group ini bisa tumbuh dalam suhu Hangat sampai panas. Dimana kisaran suhu minimum untuk pertumbuhannya 25 0C 45 0C, Suhu maksimum 60 0C 80 0C. Ada beberapa ketentuan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel : 1. Pertumbuhan Mikroorganisme 2. Kecepatan kenaikan maksimum. 3. Di atas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan cepat sesuai dengan naiknya suhu. 2. pH ( Konsentrasi ion Hidrogen ) Sebagian besar Mikroorganisme memiliki jarak pH optimal yang cukup sempit untuk pertumbuhannya. Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan Mikroorganisme. Pada umumnya Mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 3 -6, dan kebanyakan bakteri memiliki pH optimum yaitu pH dimana bakteri tersebut dapat tumbuh baik atau maksimum pada kisaran pH 6,5 7,5. Kisaran pertumbuhan suhu sampai renik terjadi pada suhu dengan meningkat kisaran ( antara suhu minimum dan maksimum ) kira kira 30 0 C. Mikroorganisme sampai lambat dengan pertumbuhan mencapai kecepatan Suhu Optimum 45 0C 60 0 C dan Suhu Optimum 20 0C 40 0 C dan

pH yang dapat mempengaruhi pertumbuhan Mikroorganisme tergantung pula dengan spesies Mikroorganismenya. Berdasarkan atas kemampuan hidup mikroorganisme terhadap pH , maka mikroorganisme dibagi menjadi 3 group : 1. Neutrofilik Mikroorganisme yang dapat pada kisaran pH 2. Asidofilik Mikroorganisme yang dapat hidup pada kisaran pH 1,0 6,5, dan tumbuh optimal pada pH 5,0 . 3. Alkalofilik Mikroorganisme yang dapat hidup pada kisaran pH 9,0 11,0 , dan tumbuh optimal pada pH 9,5. 3. Tersedianya air dan Kelembaban Udara relatif ( RH ) Mikroorganisme memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena itu pertumbuhan jasad renik pada makanan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia.Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan dapat digunakan oleh jasad renik, yaitu pada kondisi : a. Adanya solut dan ion dapat mengikat air di dalam larutan. Misalnya gula dan garam dalam konsentrasi tinggi akan mengikat air dari bahan pangan, bahkan dapat mengikat air dari dalam sel mikroorganisme jika konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. b. Koloid Hiodrofilik ( gel ) dapat mengikat air, sebanyak 3 4 % agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri di dalam medium. c. Air dalam bentuk kristal es atau hidrasi tidak dapat digunakan oleh jasad renik. Tersedianya air di dalam suatu bahan pangan / medium dinyatakan dalam istilah aw ( Aktivitas air ).Nilai aw suatu bahan pangan akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara relatif ( RH ) dari ruangan disekitar bahan pangan tersebut. Jika RH ruangan lebih rendah daripada aw-nya, maka bahan pangan akan mengalami penguapan air dan jika RH ruangan lebih tinggi daripada aw-nya maka akan terjadi penyerapan air. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan aw berbeda beda 6,0 8,0, dan tumbuh optimum atau maksimum pada pH netral ( pH 7,0 7,5 ).

untuk pertumbuhanya. Contoh nilai aw bakteri E. coli 0,95. Pseudomonas 0,96, Enterobacter aerogenes 0.93, kapang seperti Rhizopus 0,995 0,98, Penicillium 0,9935 dan Aspergillus 0,98. Pada aw dibawah 0,62 baik bakteri dan kapang pertumbuhanya akan terhambat. 4. Oksigen. Konsentrasi oksigen di dalam bahan pangan dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen untuk pertumbuhanya maka mikroorganisme dibedakan menjadi 3 group : a. Aerob Bakteri yang dapat tumbuh baik bila ada oksigen atau mutlak memerlukan oksigen. Bakteri ini mempunyai enzim superoksidase dismutase yang memecah oksigen bebas dan enzim katalase yang memecah hidrogen peroksida sehingga menghasilkan senyawa akhir berupa air dan oksigen yang tidak beracun bagi bakteri yang bersifat aerob. Dalam kelompok bakteri aerob terdapat kelompok bakteri yang membutuhkan konsentrasi oksigen yang sangat rendah yaitu sekitar 5 % bakteri ini bersifat Mikroaerofilik dan mempunyai enzimHidrogenase yang tidak aktif bila konsentrasi oksigen disekitarnya tinggi. b. Anaerob fakultatif . Bakteri yang dapat hidup dalam keadaan dengan atau tanpa oksigen, walaupun pertumbuhanya jauh lebih cepat bila ada oksigen.Bakteri ini mempunyai enzim superoksida dismutase dan enzim peroksidase yang mengkatalis reaksi hidrogen peroksida dengan senyawa organik yang menghasilkan senyawa organik teroksidasi dan air, produk akhir ini tidak bersifat racun bagi bakteri fakultatif anaerob. c. Anaerobik Bakteri yang mutlak dapat tumbuh bila tidak ada oksigen. Adanya oksigen bagi bakteri ini dapat menimbulkan kematian karena bakteri inii tidak mempunyai enzim superoksida dismutase, katalase maupun peroksidase yang akan menguraikan hasil metabolisme yang bersifat toksik seperti Hidrogen peroksida dan radikal bebas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro,1981. Dasar dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan,Jakarta, hlm. 79-83, 96 -10. Fardiaz Srikandi, 1992. Mikrobiologi pangan I. Penerbit PT Gramedia, Jakarta,hlm.103 111. Jawetz, Melnick, dan Adelbergs (Editor Gerard Bonang), 1991. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 16, Jakarta: Penerbit EGC. Kedokteran, hlm. 318 320, 256-258. Staf pengajar Fakultas Kedokteran Indonesia,1994. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi.Penerbit Binapura Aksara, jakarta, hlm 27 -29.

You might also like