You are on page 1of 1

Buktikan dengan Prestasi dan Budi Pekerti!

Siapa yang tak kenal si fulan? Dia anak ROHIS. Dia pintar, disiplin, soleh, dan santun akhlaknya. Inilah yang kita harapkan dari generasi-generasi ROHIS di negeri ini. Pribadi unggul yang dirindukan orang-orang di sekitarnya. Yang tidak hanya sibuk dengan ibadah-ibadah pribadinya, tetapi juga menjadi pribadi yang menyenangkan bahkan berkontribusi bagi masyarakat. Pribadi-pribadi yang bisa membuktikan bahwa ROHIS adalah tempat yang mulia sehingga segala fitnah terhadapnya tidak lagi menjadi masalah. Membesarnya berbagai propaganda, tuduhan dan pandangan miring tentang ROHIS sebagai sarang teroris serta tempat berkumpulnya orang-orang radikalis disebabkan karena kurang dirasakannya manfaat ekstrakurikuler ini bagi khalayak ramai. Sumbernya adalah eksklusifitas yang memberi peluang bagi beberapa pihak untuk menaruh curiga dan berprasangka buruk terhadapnya. Sering juga kita temui anggotaanggota ROHIS yang akhlaknya kurang baik: gemar berpacaran, mencontek saat ujian, kurang menghormati guru, bahkan apatis terhadap kebersihan lingkungan misalnya. Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 90% kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Dalam bukunya Working with Emotional Intelligence (1998, Bantam Books), dan Primal Leadership (2001, Harvard Business School Press), Daniel Jay Goleman menyebutkan bahwa 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient. (1) Sudah seharusnya Rohani Islam (ROHIS) di sekolah-sekolah mewadahi pengembangan kualitas dan karakter kader-kadernya, sehingga mereka tidak hanya mampu berorganisasi dan rajin mengaji tetapi juga memiliki prestasi, serta cara berpikir dan berperilaku yang baik. Kegiatan-kegiatan ROHIS harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat menunjang prestasi anggotanya dan menumbuhkan karakter yang luhur.

You might also like