You are on page 1of 15

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pengantar Pendidikan Yang dibina oleh Bapak Dr. Tri Atmadji Sutikno ,M.pd

oleh Firdausa 120533400132 PTI 12 OFF D

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA NOVEMBER 2012

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah3 B.Rumusan Masalah 5 C.Tujuan yang Ingin Dicapai5 BAB II ISI DAN PEMBAHASAN A. Pengertian Sertifikasi...6 B. Tujuan Sertifikasi.....8 C. Dampak Sertifikasi Guru....10 D.Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru..12 BAB III PENUTUP KESIMPULAN...13 DAFTAR RUJUKAN.14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki Bahasa Nasional yakni Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini, terutama menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan.

Sayangnya pada beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesai guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu Pendidikan Nasional pun dinilai terpuruk. pembangunan Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan

pendidikan,

masyarakat dan peruubahan global. Hingga kini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas.

Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan penyebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Kita bisa lihat realitas diperkotaan dengan populasi guru yang besar jumlahnya, sementara di daerah pinggiran kota atau di pegunungan banyak cerita guru-guru kita yang mengajar sambil berlari-lari. Hal ini terjadi karena dalam waktu yang bersamaan dia harus mengajar dan mengendalikan tiga kelas sekaligus. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengeruhi.

Permasalahan guru di Indonesia tersebut baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu professionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut ikut menentukan kualitas

Pendidikan Nasional.

Mutu pendidikan nasional yang rendah, salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan guru yang harus

diperhatikan karena penghasilannya masih dibawah standar, kualifikasi pendidikan, pembinaan, perlindungan profesi, dan adiministrasinya.

Permasalahan tidak akan berhenti sampai kapan pun karena sumber permasalahan yang terbesar, yaitu adanya perubahan. Institusi pendidikan dituntut untuk

menyesuaikan dengan perubahan perkembangan yang ada dalam masyarakat.

Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari keterbatasannya dengan individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa mucul karena adanya tuntutan, agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.

Guru

merupakan

ujung system

tombak

keberhasilan jika guru

suatu kurang

system siap

pendidikan. Bagaimanapun

pendidikannya,

melaksanakannya tetap saja hasilnya sama jelek.

Untuk meningkatkan kesejahteran guru mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, Pemerintah akan mewajibkan para guru mengikuti Uji Kompetensi sebagai syarat untuk memperoleh sertifikasi pendidik. Sehingga dengan diperolehnya sertifikat pendidik para guru sudah memiliki kualifikasi akademik, yaitu berijazah S-1 atau memiliki Akta IV itu dinyatakan sebagai guru professional.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab XVI Pasal 61 ayat (3) sertifikasi kompetensi guru diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

Pemerintah akan memberikan penghargaan dengan memberikan tunjangan setara gaji pokok (Pasal 16 Ayat 1 Undang_Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen). Dengan demikian , uji kompetensi ini memiliki peran yang sangat penting karena akan menjadi pintu masuk yang menentukan seseorang guru itu professional atau tidak dengan segala implikasinya.

B. Rumusan masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan sertifikasi guru? 2. Apakah tujuan dari sertifikasi guru? 3. Apakah dampak positif dan negatif sertifikasi guru? 4. Bagaimana pengaruh sertifikasi terhadap peningkatan kinerja guru? C. Tujuan yang Ingin Dicapai 1. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hakikat sertifikasi guru. b. Untuk mengetahui tujuan dari sertifikasi guru. c. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif sertifikasi guru. d. Untuk mengetahui pengaruh sertifikasi terhadap peningkatan kinerja guru. 2. Tujuan umum a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. b. Untuk melatih keterampilan dalam membuat karya ilmiah. c. Untuk memperdalam pengetahuan tentang hal yang dibahas dalam karya ilmiah ini.

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN A. Hakikat Sertifikasi Guru Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen,sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional.Sertifikasi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi professional menjadi professional.Dengan kata lain sertifikasi adalah suatu proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional guru.Menurut Undang-undang 14 Tahun 2005,pasal 8 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik ,kompetensi,sertifikat pendidik ,sehat jasmani dan rohani,serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio. Penilaian portofolio ini digunakan sebagai pengakuan atas standar profesionalitas guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang menggambarkan kualitas guru yang mengarah pada sepuluh komponen,yaitu kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya juga bagus maka KBM-nya juga bagus. KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu (Masnur Muslich, 2007). Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.

Untuk menjadi guru professional,setiap guru harus memiliki kompetensi yang terdiri dari empat komponen,diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan ,penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik ,perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,evaluasi hasil belajar (EHB) dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan ,penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap,stabil,dewasa,arif dan berwibawa,menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia.Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik,karena dapat dimaklumi bahwa manusia adalah makhluk yang suka mencontoh. 3. Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan ,penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. 4. Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan ,penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,sesama pendidik,tenaga kependidikan ,orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Menutut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat 1 bahwa kompetensikompetensi diatas adalah termasuk beban materi sertifikasi yang harus ditempuh melalui pendidikan profesi.

B. Tujuan Sertifikasi Guru Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya.Dengan adanya peningkatan kesejahteraan guru diharapkan akan terjadi peningkatan mutu pendidikan nasional dari segi proses yang berupa layanan dan hasil yang berupa luaran pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan adanya sertifikasi pendidik, diharapkan kompetensi guru sebagai pengajar akan meningkat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran dapat meningkat.Oleh karena itu,diharapkan akan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Masnur Muslich manfaat dan tujuan uji sertifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. 2. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini. 3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. 4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Sedangkan tujuan sertifikasi guru menurut Wibowo ( 2004 ) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujun untuk hal-hal sebagai berikut : 1. Melindungi pendidik dan tenaga kependidikan . 2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten ,sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan. 3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengn

menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi erhadap pelamar yang kompeten. 4. Membangun kependidikan. 5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Guru dituntut memiliki kompetensi ,artinya memiliki pengetahuan ,keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki ,dihayati dan dikuasainya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.Untuk menjadi guru professional, minimal harus memiliki lima hal berikut,meliputi : 1. 2. Mempunyai komitmen kepada peserta didik dan proses belajarnya. Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkanya serta cara mengajarnya kepada peserta didik. 3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi. 4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakuknya dan beljar dari pengalamannya. 5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya ( Supriadi 1998 ). citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

C. Dampak Sertifikasi Guru 1. Dampak Positif Sertifikasi Guru Sertifikasi guru sangat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di sekolahsekolah. Manfaat uji sertifikasi antara lain sebagai berikut. a. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. b. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini. c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku. 2. Dampak Negatif Sertifikasi Guru Pelaksanaan program sertifikasi tujuan dasarnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena dengan meningkatnya kualitas pendidikan, maka akan dapat pula mendongkrak kualitas pendidikan bangsa Indonesia saat ini. Meski proses sertifikasi guru sudah memasuki periode keempat, bukan berarti kendala dan permasalahan yang menyertai sertifikasi guru sirna. Adapun dampak negative dari sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kinerja dan kompetensi guru adalah :

a. Menjadi Sosok yang Certificate-Oriented Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat pendidikan yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini berkaitan dengan temuan-temuan dilapangan bahwa adanya indikasi kecurangan dalam melengkapi berkas portofolio oleh para guru peserta sertifikasi. Kecurangan dengan memalsukan dokumen portofolio itu memang ada.

b. Miskin Keterampilan dan Kreatifitas Guru bukanlah bagian dari sistem kurikulum, tetapi keberhasilan pelaksanaan kurikulum akan bergantung pada kemampuan, kemauan, dan sikap professional tenaga guru (Soedijarto, 1993:136). Kalau dikaitkan persyaratan professional seorang guru yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan yaitu, mampu merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan menilai proses belajar secara relevan dan efektif maka seorang guru yang professional akan dengan mudah lolos sertifikasi berbasis portofolio tanpa harus memanipulasi berkasnya. Karena sebelumnya ia telah giat mengembangkan dirinya demi anak didiknya. Namun yang menjadi persoalan adalah mereka, para guru yang melakukan kecurangan dalam sertifikasi.

D. Pengaruh Sertifikasi Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Dalam rangka memperoleh profesionalisme guru , hal yang diujikan dalam sertifikasi adalah kompetensi guru. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3, kompetensi guru meliputi empat komponen yaitu kompetensi pedagogik,

kepribadian, professional, dan sosial. Namun demikian,setelah adanya sertifikasi pendidik,kinerja guru dirasa masih kurang meningkat.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono dkk (2008 ) di SMP Negeri 1 Lubuklinggau menunjukan bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru belum mengalami perubahan.Para pendidik di sekolahan tersebut belum mampu mengaplikasikan empat komponen tentang standar nasional pendidikan. Dampak sertifikasi pada komponen yang pertama yaitu pada kompetensi pedagogik,para guru belum mengalami perubahan yang lebih baik dalam memeberikan pembelajaran pada siswanya.Pemberian teori belajar dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik pun belum mampu sepenuhnya dilakukan oleh para guru. Komponen yang kedua yaitu pada komponen kompetensi profesionalitas guru juga belum mengalami peningkatan setelah adanya sertifikasi. Para guru belum mampu meningkatkan efektifitas belajar siswa dan juga belum ada peningkatan dalam guru untuk lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas dalam bidangnya sepertidiklat,Lokakarya,danMGMP. Komponen yang ketiga yaitu komponen kompetensi sosial guru,dalam komponen ini guru dituntut untuk meningkatkan rasa sosialnya seperti untuk lebih berinteraksi dengan masyarakat agar berperan serta dalam pendidikan putra-putrinya.Komponen yang keempat adalah komponen kompetensi kepribadian guru,pada komponen ini guru juga belum mengalami peningkatan yang signifikan untuk lebih berkomitmen dalam menjalankan tugasnya sebagai guru yang professional.Selain itu,guru belum bisa bersikap wajar dalam hal berpakaian dan memakai perhiasan yang mencolok.

Kinerja guru dinilai meningkat hanya saat guru-guru belum lolos sertifikasi dan setelah mendapatkan sertifikasi kinerja guru menjadi menurun seperti para guru menjadi enggan untuk mengikuti seminar atau pelatihan untuk peningkatan kualitas diri,padahal sebelum mendapat sertifikasi para guru menjadi lebih sering mengikuti pelatihan untuk peningkatan kualitas diri.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Setelah mengolah data 16 dari 28 provinsi yang diteliti hasilnya menunjukan bahwa peningkatan kinerja yang diharapkan dari guru

yang sudah bersertifikasi, seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri, dinilai masih tetap sama.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Guru merupakan tokoh kunci / sentral dalam menciptakan kualitas Pembelajaran di Sekolah; Karena itu guru harus memiliki kesadaran, bahwa dirinya harus memilki kompetensi yang representative.Sebagai seorang guru yang professional seyogyanya mampu

menginternalisasikan kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotornya.Hal ini sejalan dengan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Peningkatan kesejahteraan guru dalam kaitannya dengan sertifikasi harus dipahami dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan nasional , baik dari segi proses (layanan) maupun hasil (luaran) pendidikan. Dengan adanya sertifikasi, diharapkan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran akan meningkat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Dengan adanya program sertifikasi guru diharapkan kinerja guru akan meningkat sehingga mutu pendidikan di Indonesia juga akan meningkat ke arah yang lebih baik.Setelah sertifikasi diharapkan guru dapat memenuhi empat komponen seperti yang tertuang dalam UndangUndang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3, kompetensi guru meliputi empat komponen yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial.Namun dalam prakteknya,banyak guru yang tidak dapat memenuhi keempat komponen tersebut dan dari beberapa penelitian juga menunjukan bahwa kinerja guru tidak meningkat setelah adanya sertifikasi dan cenderung masih sama sebelum adanya sertifikasi. Untuk menjaga mutu guru yang sudah lolos sertifikasi seharusnya ada pola pembinaan dan pengawasan yang terpadu dan berkelanjutan bagi para guru.Sehingga sertifikasi guru tidak dianggap sebagai pengakuan kualitas teoritis maupun simbolis saja,namun seorang guru yang telah melalui program sertifikasi harus bisa mempertahankan serta menerapkan ilmu yang telah diperolehnya pada saat mengajar.

DAFTAR RUJUKAN Yamin,Martinis.2007.Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia.Jakarta:Jakarta Putra Grafika. Mulyasa ,E.2008.Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru.Bandung:Rosdakarya. Anonim.2006.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.Bandung:Citra Umbara. Anonim.2006.Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan .Bandung:Citra Umbara. Muslich,Masnur.2007.Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik.Jakarta:Bumi Aksara. Samani,Muchlas.2006.Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia.Asosiasi Peneliti Pendidikan Indonesia. Kunandar.Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru.Jakarta:Rajawali Pers Soelaeman,MI.Suatu Penagntar Kepada Dunia Guru.Bandung:Diponegoro

You might also like