You are on page 1of 7

ANALISIS MENGENAI EKSPOR KELAPA SAWIT ATAS PERUBAHAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS DI INDONESIA PADA TAHUN 2006-

2010

Barep Prajitno dan Novanda Dwi Saputra Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Website: barepprayitno.wordpress.com

Abstrak Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia itu sendiri banyak berkembang bermacam proyek pertanian khususnya perkebunan yaitu salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh pihak swasta dan BUMN. Kegiatan ekspor kelapa sawit akan dipengaruhi oleh berbagai macam elemen salah satunya yaitu nilai tukar kurs rupiah terhadap Dollar AS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor minyak kelapa sawit dan kurs rupiah atau Dollar AS serta untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah dn dollar AS terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder, antara lain: nilai tukar kurs, data ekspor kelapa sawit, produksi kelapa sawit. Untuk mengetahui seberapa berpengaruhnya tingkat kurs rupiah dan dollar AS terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dilakukan dengan analisi regeresi. Tingkat kurs yang berlaku akan sangat berdampak terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Kata kunci: Kelapa sawit, ekspor kelapa sawit, Kurs. PENDAHULUAN Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara (perdagangan internasional) antara lain: 1). Revolusi Informasi dan Transportasi ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistema berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak lagi. 2). Interdependensi kebutuhan, masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing aspek, bisa di tinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya itu akan berdampak pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya. 3). Liberalisasi ekonomi, kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi melalui perdagangan antar negara. 4). Asas keunggulan komparatif, Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut. 5). Kebutuhan devisa, perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu Negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional. Perdagangan internasional tentunya tidak terlepas dari pembicaraan mengenai kegiatan ekspor impor. Dalam melakukan kegiatan ekspor impor tersebut perlu diperhatikan ketentuanketentuan yang berlaku di bidang tersebut. Ketentuan umum di bidang ekspor biasanya meliputi hal-hal yang berhubungan denga proses pengiriman barang keluar negeri serta ketentuan umum di bidang impor biasanya meliputi hal-hal yang berhubungan dengan proses pengiriman barang ke dalam negeri. Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tetntu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut antara lain: 1). Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri. Banyak faktorfaktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut

Jurnal Perekonomian Indonesia

diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. 2). Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan luar negri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negri.Sebagai contoh : Amerika Serikat dan Jepang mempunyai kemampuan untuk memproduksi kain. Akan tetapi, Jepang dapat memproduksi dengan lebih efesien dari Amerika Serikat. Dalam keadaan seperti ini, untuk mempertinggi keefisienan penggunaan faktor-faktor produksi, Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan mengimpor barang tersebut dari Jepang. 3). Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negri. 4). Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih moderen. Kemudian terkait pada manfaat melakukan perdagangan internasional poin pertama, yaitu memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri hubungannya sangatlah erat dengan kegiatan apa itu yang disebut ekspor dan impor. Dalam melakukan kegiatan ekspor impor, dasar yang dijadikan mungkin adalah adanya saling membutuhkan antar negara dengan mereka melalui kerjasama. Keadaan dimana adanya saling membutuhkan ini disebabkan karena adanya perbedaan hasil produksi di setiap negara yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi geografi, iklim, tingkat pengusaan IPTEK dan lain-lain. Sebagai contoh adalah hasil perkebunan indonesia dengan nagara lain yang beda dikarenakan kondisi geografi dan iklim. Dan Komoditas kelapa sawit salah satu komoditas perkebunan yang merupakan kontributor penerimaan devisa Negara yang dapat diandalkan. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi beberapa tahun terahir ini. Selain itu juga dengan meningkatnya harga

minyak mentah dunia, menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bio energy sebagai alternatif bahan bakar. Diperkirakan beberapa tahun ke depan investasi terbesar sub sektor perkebunan masih didominasi oleh kelapa sawit. Tujuan Negara ekspor minyak sawit antara lain : China, Belanda, India, Malaysia, Amerika, Italia, Jerman dan lainnya. Kemudian terkait kegiatan ekspor impor tersebut, indikator tentang perubahan kurs sangatlah berpengaruh. Untuk mendukung terlaksananya kegiatan bisnis antar negara diperlukan suatu instrumen hukum dalam bentuk regulasi baik nasional maupun internasional seperti pengaturan dalam hukum perdagangan internasional. Dalam menggiatkan kegiatan pergadangan internasional terutama ekspor impor pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai dasar pengaturan. Bentuk kebijaksanaan pemerintah tersebut diantaranya : 1). Inpres No. 4/1985 (April 1945), Tentang penyempurnaan dalam tata cara pelaksanaan ekspor impor terutama tentang pemeriksaan barang ekspor impor. 2). PAKEM 1986, Tentang tata cara permohonan pengembalian bea masuk atau pembebasan bea masuk tambahan. 3). PAKDES/1987, Tentang kelonggaran yang di berikan berkaitan dengan ekspor impor. 4). PAKNO/1988, Tentang perubahan dalam tata cara dan kemudahan ekspor impor. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini hanya mengkaji pengaruh perubahan kurs rupiah terhadap dollar AS terkait ekspor minyak kelapa sawit indonesia. KAJIAN PUSTAKA 1. Ekspor Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Kegiatan ekspor terbagi menjadi 2, yaitu: Ekspor langsung, Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan

Jurnal Perekonomian Indonesia

penjualan perusahaan. Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme. Ekspor tidak langsung, Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara/eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor ( export management companies ) dan perusahaan pengekspor ( export trading companies ). Kelebihannya, sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung. Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.

tukar mata uang/exchange rate (Salvatore, 1997). Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai harga mata uang suatu negara dalam suatu negara dalam unit komoditas (seperti mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai mata uang. Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Sebagai contoh, nilai kurs Rp/USD sebesar 8000, berarti bahwa untuk membeli 1 USD diperlukan Rp.8000 (Yulianti dan Prasetyo, 1998). Penurunan kurs antara Rupiah dan USD (misalnya, dari Rp.8000/USD menjadi Rp.9000/USD) berarti Dollar menjadi lebih mahal dalam nilai Rupiah. Ini mencerminkan bahwa nilai Dollar naik karena jumlah Rupiah yang diperlukan untuk membeli Dollar meningkat. Dengan kata lain, Dollar mengalami apresiasi terhadap Rupiah. Dari sisi lain, Rupiah menjadi lebih murah dinilai dalam Dollar, artinya Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar. Untuk menghindari kebingungan, harus diingat bahwa kurs antara mata uang domestik dan mata uang asing diartikan sebagai jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli mata uang asing. Bila kurs meningkat berarti mata uang domestik mengalami depresiasi dan mata uang asing mengalami apresiasi. Sebaliknya penurunan kurs mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang domestik dan depresiasi mata uang asing (Kuncoro, 1996) Kebijakan kurs tukar di mana pemerintah suatu negara mengatur nilai tukar mata uangnya, maka diklasifikasikan sebagai kurs tetap (fixed exchange rate). Sedangkan jika besarnya nilai kurs tukar diserahkan kepada mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah, diklasifikasikan sebagai sebagai system kurs mengambang, floating exchange rate (Yuliati dan Prasetyo, 1998). Suatu mata uang dikatakan konvertibel (convertible currency) apabila mata uang tersebut bisa dipertukarkan secara bebas dengan mata uang negara lain. Tidak adanya mata uang yang konvertibel akan menyulitkan perdagangan antar negara, karena masingmasing tidak akan mau menerima mata uang mitra dagangnya. Dalam keadaan seperti ini yang terjadi adalah perdagangan barter, yaitu menukar

2. Minyak Kelapa Sawit Sebagai Komoditi Ekspor Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari dalam negeri ke luar negeri, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri, barang dari luar negeri, barang bekas atau baru. Barang-barang yang diperdagangkan ke luar negeri atau diekspor terdiri dari bermacam-macam jenis hasil bumi seperti karet, kopi, lada, rotan, kayu, tapioka di samping hasil-hasil tambang dan hasilhasil laut seperti minyak mentah, timah, udang, ikan, agar-agar laut, kulit kerang dan lain-lainnya. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Pentingnya kelapa sawit bagi ekonomi Indonesia bukan saja disebabkan karena kelapa sawit merupakan salah satu sumber pendapatan negara tetapi kelapa sawit juga merupakan sumber makanan bagi rakyat Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri minyak goreng. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku industry minyak goreng dalam negeri, pajak ekspor terhadap minyak kelapa sawit digunakan sebagai instrumen untuk memonitor keluar masuknya minyak kelapa sawit ke pasar ekspor yang relative lebih menguntungkan setiap saat. 3. Kurs 3.1. Pengertian Kurs Valuta Asing Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi valas, foreign exchange transaction (Kuncoro, 1996). Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai

Jurnal Perekonomian Indonesia

barang secara langsung, tetapi jika mata uang semua negara konvertibel maka perdagangan multinasional yang terjadi akan lebih efektif (Yuliati dan Prasetyo, 1998). Konvertibilitas penuh dari suatu mata uang yang dihambat, akan memunculkan pasar gelap (black market) dan beroperasi di luar kontrol pemerintah. Pada dasarnya pasar gelap adalah suatu pasar bebas yang berdampingan dengan pasar resmi dan menawarkan konversi penuh dalam mata uang lokal kendati ditambah premi yang cukup substansial di atas tarif resmi (Kuncoro, 1996). 3.2. Manifestasi Berlakunya Hukum Satu Harga Hukum satu harga menjelaskan hubungan antara kurs tukar dan harga komoditas. Hukum ini menyatakan bahwa komoditas yang sama akan memiliki harga yang (relatif) sama pula, meskipun dijual di tempat yang berbeda. Adanya perbedaan harga komoditas akan menciptakan peluang untuk melakukan arbitrase. Arbitrase dilakukan dengan membeli komoditas di tempat yang lebih murah dan menjualnya di tempat yang lebih mahal. Adanya arbitrase pada akhirnya akan menaikkan harga komoditas di tempat yang lebih murah dan menurunkan harga di tempat yang lebih mahal. Pada akhirnya, harga-harga di berbagai tempat akan relatif sama. Setiap perbedaan harga komoditas hanya disebabkan oleh adanya biaya transportasi, proteksi, dan biaya biaya transaksi lainnya (Yulianti dan Prasetyo, 1998). Dua pasar dalam unit mata uang yang berbeda, tetapi harga produk yang sama pada barang dalam unit mata uang yang berbeda dan kedua pasar yang berbeda tersebut akan sama. Dengan kata lain, unit mata uang domestik setiap negara akan mempunyai daya beli yang sama. Karena itu juga satu Dollar dapat dipakai untuk membeli satu bungkus roti di Amerika Serikat, maka satu Dollar tersebut harus dapat dipakai untuk membeli satu bungkus roti yang sama di Indonesia. Berdasarkan peristiwa tersebut, valuta asing akan berubah berdasarkan perbedaan inflasi domestik dan luar negeri. Hubungan ini dikenal dengan istilah Purcahsing Power

Parity (PPP). Salah satu contoh penggunaan hukum satu harga adalah hamburger standard yang digunakan oleh Big Mac. Sebagai contoh, harga Big Mac di Thailand bath 48, dan harga Big Mac yang sama di Amerika Serikat adalah 2,3 USD. Kondisi ini menunjukkan kurs paratis daya beli besar. Jika kurs bath terhdap USD yang terjadi adalah bath 25,3/USD (lebih besar dari kurs paratis daya beli), maka bath Thailand mengalami undervalued (Yuliati dan Prasetyo,1996). METODOLOGI Jenis data penelitian termasuk ke dalam data kuantitatif dengan periode pengamatan dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data yang mendukung variable independen dalam penelitian ini yaitu nilai tukar kurs rupiah terhadap dollar AS. Data dari variabel dependen adalah nilai ekspor minyak kelapa sawit. Objek penelitian, yaitu perdagangan internasional terkait kegiatan ekspor-impor. Periode penelitian dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Data diperoleh dari informasi dan laporan dari Bank Indonesia dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Perkebunan. Penelitian ini melibatkan satu variabel dependen yaitu nilai ekspor minyak kelapa sawit yang merupakan perubahan atau pergerakan jumlah nilai harga yang dihasilkan dari total nilai ekspor komoditas tersebut yaitu minyak kelapa sawit di Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Perkebunan yang diukur pada setiap akhir tahun. Sedangkan variabel independennya adalah kurs rupiah terhadap Dollar Amerika yaitu dari data Bank Indonesia. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear dengan konsep simple regresi.Berikut ini adalah penjelasan mengenai hubungan dampak perubahan kurs Indonesia terhadap Dollar Amerika terkait ekspor minyak kelapa sawit berdasarkan data tahun 2006 sampai 2010. Berikut adalah data mengenai jumlah nilai ekspor kelapa sawit dan nilai tukar kurs rupiah terhadap Dollar amerika.

Jurnal Perekonomian Indonesia

Correlations

Ekspor_Kelapa_Sawit Pearson Correlation Ekspor_Kela pa_Sawit Kurs_Jual Sig. (1-tailed) Ekspor_Kela pa_Sawit Kurs_Jual N Ekspor_Kela pa_Sawit Kurs_Jual 1.000

Kurs_Jual .600

.600 .

1.000 .142

.142 5

. 5

Tabel 2. Nilai Tukar Kurs (Jual) Rupiah Terhadap Dollar Pada Tahun 2006-2010 Nilai (Dollar AS) 2006 1.00 2007 1.00 2008 1.00 2009 1.00 2010 1.00 Sumber: Bank Indonesia Tahun Kurs Jual (Rupiah) 9036.00 9447.00 11005.00 9466.00 9065.00

Variables Entered/Removed Model 1 Variables Entered Kurs_Juala

Variables Removed

Method . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ekspor_Kelapa_Sawit

Berikut ini adalah hasil regresi dari kedua tabel tersebut:


Descriptive Statistics

Model Summaryb N 5 Adjusted R Square .361 .147 Std. Error of the Estimate $3.608E6

Mean Ekspor_Kelapa_Sa wit Kurs_Jual $1.03E7

Std. Deviation $3.908E6

Model 1

R .600a

R Square

9603.80

809.265

a. Predictors: (Constant), Kurs_Jual b. Dependent Variable: Ekspor_Kelapa_Sawit

Jurnal Perekonomian Indonesia

ANOVAb

Residual

$4.526E6 -.702

$3.876E6

$.000 $3.125E 6 .000 1.000

Model 1 Regress ion

Sum of Squares 2.202E13

df 1

Mean Square 2.202E13

F 1.692

Sig. .284a

Std. Predicted Value Std. Residual

1.731

-1.254

1.074

.000

.866

Residua l Total

3.905E13

1.302E13

a. Dependent Variable: Ekspor_Kelapa_Sawit

6.108E13

a. Predictors: (Constant), Kurs_Jual b. Dependent Variable: Ekspor_Kelapa_Sawit

Charts

Coefficients

Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Kurs_Jual B -1.753E7 2899.481 Std. Error 2.147E7 2229.195

Standardized Coefficients Beta t -.817 .600 1.301 Sig. .474 .284

a. Dependent Variable: Ekspor_Kelapa_Sawit

Coefficients

95.0% Confidence Interval for B Model 1 (Constant) Kurs_Jual Lower Bound -8.586E7 -4194.814 Upper Bound 5.079E7 9993.776

a. Dependent Variable: Ekspor_Kelapa_Sawit

Residuals Statisticsa Std. Deviation

Minimum Maximum Predicted Value $8.67E6

Mean

N 5

$1.44E7 $1.03E7 $2.346E 6

Jurnal Perekonomian Indonesia

Dari tabel ANOVA (Uji F), dapat dilihat bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel independent memiliki tingkat signifikan sebesar 0,284, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 4% atau Fhitung sebesar 1.692 dimana b diperoleh tabel ANOVA dengan alpha 4% dan df1=1 , df2=3 sebesar 3,90 , maka dapat disimpulkan secara signifikan variabel independent (kurs jual) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (nilai ekspor kelapa sawit).

KESIMPULAN Penelitian ini menemukan bahwa tingkat kurs jual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kelapa sawit. Riset ini membuktikan bahwa variabel kurs jual mempengaruhi secara negative signifikan terhadap nilai ekpor kelapa sawit yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ maka akan meningkatkan nilai ekspor kelapa sawit dan sebaliknya. Hal ini memberikan implikasi teoritis bahwa secara empiris temuan ini semakin memperkuat teori menguatnya kurs mata uang suatu Negara memberikan sinyal positif bagi perekonomian Negara tersebut. Sehingga secara praktis temuan ini mengimplikasikan bahwa pemerintah harus selalu mengambil langkahlangkah strategis untuk memperkuat tingkat kurs mata uangnya.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS, didapatkan hasil korelasi antara dua hubungan yaitu antara variabel nilai ekspor kelapa sawit dengan kurs jual dari table correlation. Pearson correlation menunjukkan hubungan kurs jual dengan nilai ekspor kelapa sawit menunjukkan angka 1000 atau 10%. Sedangkan hubungan kurs jual dengan kurs jual menunjukkan angka 600 atau 6% dengan sampel populasi berjumlah 5 tahun. Artinya jika nilai ekspor kelapa sawit naik sebesar satu persen maka kurs jual akan naik sebesar 60% dan jika kurs jual turun satu persen maka nilai ekspor kelapa sawit akan turun 10% Dari tabel Model Summary , besarnya koefisien determinasi dari tahun 2006 sampai 2010 adalah sebesar 0,361 atau sebesar 36,1% variabel total kurs jual dapat dijelaskan oleh variabel kurs jual, sedangkan sisanya 63,9% dijelaskan oleh selain kurs jual.
b

DAFTAR PUSTAKA Prathama Rahardja and Mandala Manurung (2008) Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan makroekonomi). Edisi Tiga. Jakarta: Lembaga penerbit FEUI, 2008. https://www.bi.go.id/ http://ditjenbun.deptan.go.id/ Bahan ajar (Diktat), ekonomi makro, Jakarta, 2010

Jurnal Perekonomian Indonesia

You might also like