You are on page 1of 6

Kekalahan jepang dalam perang fasifik

Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini terjadi antara Jepang dengan Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina, Belanda, dan Selandia Baru). Dalam Perang Pasifik, Pulau Saipan jatuh ke tangan pasukan Amerika Serikat. Keadaan ini terjadi pada bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau Saipan menyebabkan posisi Jepang semakin terancam, karena di berbagai wilayah peperangan Jepang selalu menemui kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri Koiso memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati rakyat Indonesia.

Golongan tua dan muda yang berbeda pendapat


Menjelang akhir PD II, Jepang mengalami banyak kekalahan. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu. Pada tanggal 11 Agustus 1945, Jepang memberikan janji kemerdekaan yang disampaikan kepada tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya diminta mempersiapkan kemerdekaan. Dengan janji ini Jepang berharap, rakyat Indonesia mau membantu Jepang yang semakin terdesak dan mengalami kekalahan di mana-mana. Sebelum janjinya terpenuhi, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita kekalahan Jepang tersebut masih dirahasiakan. Tetapi salah seorang pemuda Indonesia yaitu Sutan Syahrir mendengar lewat siaran radio luar negeri. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus golongan pemuda yang terdiri dari Wikana, Sutan Syahrir, Darwis dan lain-lain mendesak Bung Karno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditolak oleh para golongan tua dengan alasan harus dibicarakan dalam sidang PPKI.

Peristiwa Rengasdengklok (Jawa Barat)


Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Dr. Rajiman dan sebagainya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh golongan muda dibawa ke Rengasdengklok. Tujuan mereka adalah mengamankan tokoh bangsa dari pengaruh Jepang. Mereka meyakinkan Soekarno bahwa jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun resikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Kemudian Yusuf Kunto diutus untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Subardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali bertemu dengan Letnan Jenderal Moichiro Yamamoto, komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda dengan sepengetahuan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Setelah itu, mereka bermalam di kediaman Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1). Pada pukul 02.00 WIB malam itu diadakan rapat PPKI yang dipimpin oleh Bung Karno bertempat di kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta untuk merumuskan teks proklamasi dan membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia.

Pembentukan BPUPKI
Pada tanggal 1 maret 1945 mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (dokuritsu junbi cosakai), dr. K.R.T. Radjiman wedyodiningrat ditunjuk sbg ketua BPUPKI & R.P Suroso sbg wakil ketua. BPUPKI 28 mei 1945 diresmikan & sekaligus dilangsungkan upacara persiapan BPUPKI di gedung Cuo Sangi In, jalan pejambon Jakarta (sekarang departemen luar negeri) Sidang pertama BPUPKI (29 mei 1945-1 juni 1945) Dalam rapat 1 juni 1945, nama yang diilih untuk dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Dibentuk pula panitia kecil yang beranggotakan 9 orang disebut panitia 9. Diketuai oleh Ir. Soekarno, tugas panitia 9 adalah menyusun rencana Pembukaan Undang-Undang Dasar. Rumusan dasar negara yang dihasilkan panitia 9 adalah: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam (Menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia (Dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakikilan (Serta mewujudkan sesuatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Rumusan dasar negara dihasilkan panitia sembilan oleh Mr. Yamin disebut Piagam Jakarta Sidang kedua BPUPKI (10 juli1945-16 juli 1945) Membahas Undang-undang dasar menetapkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah Republik dan wilayah negara Indonesia yakni seluruh wilayah kepulauan Indonesia yang semula wilayah kekuasaan hindia Belanda. Sebelum sidang BPUPKI berakhir, Panitia perancang UUD melaporkan hasil dari sidang yaitu: Pernyataan Indnesia Merdeka Pembukaan undang-undang dasar UUD itu sendiri dan batang tubuh

You might also like