You are on page 1of 18

Tingkat Kecemasan Anak Sekolah Dasar Usia 6, 9, dan 12 Tahun terhadap Perawatan Gigi

(Penelitian ini dilakukan di SDN Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang Kecamatan Tamalanrea Makassar pada Tahun 2012)

Astrid Anisar Amrullah Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar

Abstrak Rasa cemas dalam perawatan gigi merupakan perasaan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien. Berdasarkan penelitian rasa cemas merupakan salah satu penyebab kegagalan perawatan gigi rutin. Kecemasan terhadap perawatan gigi biasanya dimulai dari anak-anak. Tujuan: untuk mengetahui tingkat kecemasan anak sekolah dasar umur 6, 9, dan 12 tahun terhadap perawatan gigi di Kecamatan Tamalanrea. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Peneliti memperoleh 319 sampel anak berusia 6, 9, dan 12 tahun murid SDN Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang Kecamatan Tamalanrea Makassar. Penelitian menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS) untuk mengukur kecemasan anak tersebut. Anak yang mempunyai skor CFSS-DS 38 di masukkan dalam kelompok cemas sedangkan jumlah skor CFSS-DS 38 dimasukkan dalam kelompok tidak cemas. Hasil: Nilai rata-rata CFSS-DS adalah 25.62 artinya kecemasan anak usia 6, 9, dan 12 di Kecamatan Tamalanrea rata-rata tergolong rendah dan jumlah anak yang mengalami rasa cemas tinggi sebanyak 37 anak (11.6%). Kesimpulan: nilai rata-rata kecemasan anak terhadap perawatan gigi yang diukur menggunakan CFSS-DS menunjukkan bahwa anak usia 12 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi (26.01) dibandingkan usia 6 dan 9 tahun, sedangkan anak usia 9 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih rendah (25.26) dibandingkan anak usia 6 dan 12 tahun.

PENDAHULUAN Rasa cemas merupakan perasaan ketidaknyamanan secara umum. Rasa cemas banyak ditemukan pada anak yang baru pertama kali ke dokter gigi, beberapa cemas diantaranya terhadap mengatakan dan

Indonesia ditemukan sebanyak 17-24% anak usia 6 dan 9 tahun menyatakan rasa takut dan gigi. cemas Ditemukan terhadap bahwa

perawatan

wanita cenderung lebih takut kedokter gigi dari pada laki-laki.2,3,4 Beberapa ahli melaporkan

pencabutan

penambalan walaupun mereka tidak pernah mempunyai riwayat pencabutan dan penambalan sebelumnya. Penelitian yang dilaporkan oleh dokter gigi

bahwa pada umumnya rasa takut dan cemas timbul akibat perawatan gigi semasa kanak kanak. Oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa pencegahan terhadap timbulnya rasa takut dan cemas harus dimulai pada anak anak.3 Pada anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang besar sekali dan mereka lebih mudah diajak berkomunikasi, sehingga mereka dapat menerangkan keluhan-keluhan, dokter gigi dapat

menyatakan bahwa pasien anak dengan rasa cemas, sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga penting untuk

merawat anak yang merasa cemas karena rasa cemas merupakan penyebab dari 15% kegagalan perawatan gigi rutin. 1 Ter-Horst dan Wit melaporkan prevalensi kecemasan dalam perawatan gigi berkisar dari 5 sampai 20% diberbagai negara. Hasil penelitian di

sedangkan

menjelaskan mengapa suatu tindakan itu perlu dikerjakan. Sampel anak-anak dipilih karena menurut Kent dan Eli

bahwa kecemasan seseorang terhadap perawatan gigi biasanya dimulai dari masa anak-anak. Peneliti lain juga mengungkapkan terdapat peningkatan atau perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan seiring dengan pertambahan usia. Dari segi perkembangan sifat dan perilaku, anak usia 6 tahun merupakan periode tidak kooperatif dan emosinya mudah meledak karena kemampuannya untuk pengendalian diri sendiri masih belum seimbang. Anak usia 9 tahun, lebih bertanggung jawab, mandiri, patuh dan mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan anak usia 12 tahun, lebih mudah diatur, timbul rasa ingin bersaing baik dalam kegiatan atau fisik maupun dalam mempertunjukkan keberanian

dengan dokter gigi yang menakutkan. Oleh karena itu peneliti ingin tingkat

mengetahui

perbedaan

kecemasan pada ketiga kelompok usia tersebut yang mewakili 3 fase

perkembangan yang berbeda..3,5 Kecamatan Tamalanrea

merupakan kecamatan terluas kedua setelah Kecamatan Biringkanaya di Makassar dengan luas wilayah 31,74 m2. Kecamatan ini merupakah salah satu kecamatan yang sedang dalam proses pertumbuhan ekonomi yang cukup

pesat. Di kecamatan ini terdapat 1 (satu) rumah sakit umum, 1 (satu) rumah sakit gigi dan mulut serta 4 (empat)

PUSKESMAS yang masing-masing di puskesmas sudah terdapat minimal 1 dokter gigi.6 Walaupun jumlah ini masih kurang merata untuk menjangkau

untuk berbuat sesuatu. Apabila masih ada rasa takut pada golongan usia ini maka hal ini sebenarnya karena ditakuttakuti, atau pengalaman yang lalu

masyarakat yang berdomisili disekitar kecamatan Tamalanrea, namun peneliti

memilih kecamatan ini sebagai tempat penelitian dikarenakan rumah sakit gigi dan mulut untuk bagian anak terletak di kecamatan ini. Walaupun rasa cemas terhadap perawatan gigi bukan masalah

diketahui. Dalam hal ini kecemasan pada anak dapat dimaksudkan sebagai rasa takut terhadap perawatan gigi. 3 Kecemasan merupakan suatu ciri kepribadian dan ketakutan terhadap antisipasi bahaya dari sumber yang tidak dikenal. Rasa cemas merupakan salah satu tipe gangguan emosi, berhubungan dengan situasi tak terduga atau dianggap berbahaya. Rasa takut dan cemas pada anak merupakan suatu pengalaman

kesehatan yang serius, tetapi merupakan hambatan bagi para dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi

pasien. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan anak terhadap

dental yang tidak menyenangkan dan mempengaruhi tingkah laku anak dan lebih jauh lagi menentukan keberhasilan perawatan gigi. Rasa cemas pada anak yang tidak dikenali oleh dokter gigi ataupun tidak diatasi pada kunjungan pertama kedokter gigi dapat bertambah besar sejalan dengan perawatan gigi yang dikerjakan.
1

perawatan gigi pada murid sekolah dasar usia 6, 9, dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea Makassar. TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan berasal dari kata cemas yang artinya khawatir, gelisah, dan takut. Kecemasan sebagai juga dapat suatu

didefinisikan

kekhawatiran atau ketegangan yang berasal dari sumber yang tidak

Beberapa penelitian

menyatakan

tidak ada perbedaan yang signifikan

skor kecemasan antara laki-laki dan perempuan serta rasa takut terhadap perawatan gigi tampaknya menurun dengan meningkatnya usia. Namun, Rantavuori,dkk. melaporkan bahwa rasa cemas terhadap perawatan gigi lebih tinggi di pada usia 12 dan 15 tahun bila dibandingkan anak yang usianya lebih muda. 7 Terdapat empat jenis pengukuran telah digunakan untuk menilai rasa takut atau cemas anak-anak terhadap

yang dikembangkan pada tahun 1982 untuk menilai rasa cemas atau takut anak terhadap perawatan gigi. Telah terbukti memiliki reliabilitas validitas yang baik dan telah banyak digunakan di beberapa negara. CFSS-DS telah terbukti lebih baik dalam beberapa situasi seperti dibandingkan Venham skala lainnya and

Picture

Test

Dental Anxiety Scale.7 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SDN Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang Kecamatan Tamalanrea Makassar pada tanggal 31 Juli sampai 4 Agustus 2012. Penelitian inin merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study.

perawatan gigi yaitu: penilaian perilaku anak selama berkunjung ke dokter gigi (misalnya skala Frankl), pengukuran fisiologis (misalnya denyut nadi, respon kulit basal dan ketegangan otot), teknik proyeksi (misalnya childrens dental fear picture test) dan skala psikometrik.
7

Populasi penelitian ini adalah semua siswa sekolah dasar yang berumur 6, 9,

Childrens

Fear

Survey

Schedule

dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea yaitu sebanyak 9002 siswa. Untuk

(CFSS-DS) adalah skala psikometrik

memudahkan

peneliti

dalam

Eksklusi: anak yang menolak menjadi sampel penelitian. Definisi Operasional :


1.

pengambilan sampel, maka peneliti menggunakan metode sampling cluster random sampling. Di terdapat 30 Kecamatan Sekolah Tamalanrea Dasar, maka

Tingkat

kecemasan

adalah status kecemasan anak terhadap perawatan gigi yang diukur dengan menggunakan Fear

peneliti mengelompokan anak usia 6, 9, dan 12 tahun berdasarkan tempat

CFSS-DS Survey Subscale).8


2.

(Children

mereka bersekolah, selanjutnya dari 30 Sekolah Dasar tersebut dipilih secara random 2 Sekolah Dasar yaitu SD Negeri Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang, dengan demikian semua anak sekolah dasar yang berusia 6, 9, dan 12 tahun yang hadir saat dilakukan penelitian di sekolah dasar yang telah terpilih dijadikan subjek penelitian. Kriteria Sampel: Kriteria Inklusi: anak sekolah dasar yang berusia 6, 9, dan 12 tahun dan hadir pada saat penelitian. Kriteria

Schedule-Dental

usia

anak tahun

diukur kelahiran,

berdasarkan bukan

tanggal

dan

bulan

kelahiran. Kriteria Penilaian :

CFSS-DS yang terdiri dari 15 pertanyaan dimana masing-masing

mencakup aspek yang berbeda pada perawatan gigi. Tingkat kecemasan dibagi menjadi skala 5 point, yaitu: tidak takut sama sekali, agak takut, cukup takut, takut, sangat takut. 7,8

Tabel 1. Kuesioner CFSS-DS yang telah dimodifikasi urutannya:7


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Apakah kamu cemas atau takut? Di sentuh orang lain Dilihat orang lain Membuka mulut Mulutnya diperiksa orang lain Dokter Dokter gigi Jarum suntik Suara bur dokter gigi Melihat dokter gigi Dokter gigi mengebor Orang yang meletakkan alat dalam mulut mu Tersedak Pergi kerumah sakit Orang yang berseragam putih Suster membersihkan gigi mu Tidak takut sama sekali Agak takut Cukup takut Takut Sangat takut

Skor:

tidak takut sama sekali = 1 agak takut = 2 cukup takut = 3 takut = 4 sangat takut = 5

1. Kecamatan Tamalanrea dipilih

sebagai lokasi penelitian.


2. Anak sekolah dasar yang berusia

6, 9, dan 12 tahun di Kecamatan Tamalanrea merupakan populasi penelitian berdasarkan dikelompokkan tempat mereka

Nilai total dari CFSS-DS memiliki rentang skor antara 15-75: 7,8 15-37: tingkat kecemasan dental rendah 38-75: tingkat kecemasan dental tinggi Jalannya Penelitian :

bersekolah (30 Sekolah Dasar). Kemudian dipilih 2 Sekolah Dasar (SDN Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang) dengan

menggunakan sampling penelitian.

simple sebagai

random lokasi

bila ada yang tidak dimengerti. Kemudian peneliti juga

menggunakan alat bantu berupa foto yang menggambarkan perawatan

3. Mengambil data subjek yang

meliputi kelamin, dengan

nama, alamat,

usia,

jenis

berbagai

prosedur

dilanjutkan kuesioner

gigi yang tidak diketahui anak agar subjek penelitian yang

pembagian

kepada murid yang berusia 6, 9, dan 12 tahun dan di SD SDN Inpres

mendapatkan

gambaran

tepat terhadap pertanyaan atau variable sehingga penelitian. 5. Data dikumpulkan kemudian di olah dengan menggunakan SPSS Data analisis data menggunakan uji Pearson Product Moment yang membantu dimaksud jalannya

Tamalanrea Kantisang.

4. Metode yang digunakan dalam pengisian kuesioner CFSS-DS menggunakan teknik wawancara terpimpin untuk anak usia 6 tahun, hal ini dikarenakan pada anak usia 6 tahun sebagian besar belum bisa membaca dan

Correlation dan uji Chi- Square. HASIL Penelitian yang dilakukan di SDN Tamalanrea dan SD Inpres

menulis, sedangkan untuk anak usia 9 dan 12 tahun mengisi kuesionernya sendiri namun

Kantisang pada tanggal 31 Juli 4 Agustus 2012, didapatkan data distribusi

tetap dengan panduan peneliti

frekuensi subjek penelitian sebanyak 319 siswa sekolah dasar berusia 6, 9, dan 12 tahun yang hadir pada saat

penelitian dan bersedia menjadi sampel pada penelitian ini.

TABEL 2. Distribusi anak sekolah dasar berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia (tahun) 6 9 12 Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 43 36 68 68 56 48 167 152 Jumlah 79 136 104 319 Sedangkan total sampel yang berusia 6 tahun sebanyak 79 orang, usia 9 tahun sebanyak 136 orang, dan usia 12 tahun sebanyak 104 orang.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa total sampel laki-laki pada penelitian ini sebanyak 167 anak dan total sampel perempuan sebanyak 152 anak.

TABEL 3. Tingkat kecemasan anak sekolah dasar di kecamatan tamalanrea berdasarkan usia Usia (Tahun) 6 9 12 Total CFSS-DS MeanSD 25.759.31 25.2611.26 26.01 7.96 25.62 9.78 Kecemasan Dental Tinggi Rendah (n (n%) %) 9 (11,4%) 18 (13,2%) 10 (9,6%) 37 70 (88,6%) 118 (86,8%) 94 (90,4%) 282

r 0.013

p 0.818

(11,6%) Tabel 3 menunjukkan persentase anak usia 6, 9, dan 12 tahun yang mengalami kecemasan dental tinggi dan rendah. Terdapat 11,6% anak yang mengalami kecemasan dental tinggi dan 88,4% anak mengalami kecemasan nilai dental rata-rata

(88,4%) yang lebih tinggi (26.01) dibandingkan usia 6 dan 9 tahun, sedangkan anak usia 9 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih rendah (25.26) dibandingkan anak usia 6 dan 12 tahun. Berdasarkan uji Pearson Product Moment

Uji Pearson Product Moment Correlation, nilai p < 0.05

rendah.

Berdasarkan

Correlation didapatkan nilai r = 0.013, yang berarti ada korelasi positif yang sedikit sebesar 1.3% antara usia dan tingkat kecemasan anak

kecemasan anak terhadap perawatan gigi yang diukur menggunakan CFSSDS menunjukkan bahwa anak usia 12 tahun mempunyai tingkat kecemasan

terhadapperawatan gigi

TABEL 4. Tingkat kecemasan anak sekolah dasar di kecamatan tamalanrea berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total CFSS-DS Mean SD 25.05 10.20 26.26 9.28 25.62 9.78 Kecemasan Dental Tinggi Rendah 17 150 (10,2%) (89,8%) 20 132 (13,2%) (86,8%) 37 282 (11,6%) (88,4%) p

0.407

Uji Chi-square, p>0.05

Tabel 4 menunjukkan persentase anak yang mengalami kecemasan dental

tinggi dan rendah berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan nilai rata-rata

10

kecemasan anak terhadap perawatan gigi yang diukur menggunakan CFSSDS menunjukkan perempuan memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi (26.26) dibandingkan laki-laki (25.05). Berdasarkan uji Chi-square

didapatkan nilai p = 0.407, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi.

Gambar 1. Rasa takut anak usia 6 tahun terhadap perawatan gigi

Gambar 1 menunjukkan rasa takut anak usia 6 tahun terhadap 15 variabel yang berpengaruh terhadap

tingkat kecemasan menurut CFSS-DS. Dari gambar dapat dilihat bahwa anak usia 6 tahun sangat takut terhadap jarum

11

suntik, suara bur dokter gigi, dokter gigi mengebor dan orang yang meletakkan alat dalam mulutmu ( masing-masing 2 anak), sedangkan yang paling ditakuti anak 6 tahun adalah jarum suntik (38 anak), sementara itu untuk kategori cukup takut yang paling banyak dipilih oleh anak 6 tahun adalah orang yang meletakkan alat dalam mulutmu dengan jumlah persentase sebesar (6 anak), selanjutnya untuk kategori agak takut , yang paling banyak dipilih oleh anak usia ini adalah tersedak (12 anak), dan yang paling tidak ditakutkan anak usia 6 tahun orang yang berseragam putih (72 anak).

Gambar 2, menunjukkan rasa takut anak usia 9 tahun terhadap 15 variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan berdasarkan CFSSDS. Untuk kategori sangat takut, anak usia 9 tahun paling banyak memilih sangat takut terhadap jarum suntik (21 anak), untuk kategori takut paling banyak anak memilih takut terhadap dokter gigi mengebor (30 anak), untuk kategori cukup takut paling banyak anak memilih cukup takut tersedak (15 anak), dan untuk kategori agak takut paling banyak anak memilih tersedak (39 anak), dan anak paling banyak tidak takut bila disentuh orang lain (115 anak).

12

Gambar 2. Rasa takut anak usia 9 tahun terhadap perawatan gigi

Gambar 3, menunjukkan rasa takut anak usia 12 tahun terhadap 15 variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan. Pada anak umur ini sangat takut dokter gigi mengebor (22 anak), untuk kategori takut anak umur 12 tahun paling banyak memilih jarum suntik dan orang yang meletakkan alat

dalam

mulutmu

(13

anak),

untuk

kategori cukup takut anak paling banyak memilih cukup takut terhadap dokter gigi mengebor (20 anak), untuk kategori agak takut anak paling banyak agak takut tersedak (41 anak), dan untuk kategori tidak takut sama sekali yaitu membuka mulut (82 anak).

13

Gambar 3. Kecemasan anak usia 12 tahun terhadap perawatan gigi

PEMBAHASAN Children Fear Survey ScheduleDental Subscale (CFSS-DS) merupakan alat ukur self-repport yang digunakan peneliti. Alat ukur ini mempunyai beberapa kriteria yang sesuai untuk mengukur tingkat kecemasan anakanak. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan CFSS-DS dengan urutan pertanyaan yang telah dimodifikasi. Alasan perubahan urutan pertanyaan tersebut agar anak menjawab pertanyaan dimulai dari hal-hal yang umum

kemudian berlanjut ke hal-hal yang lebih berhubungan dengan kedokteran gigi.8

14

Berdasarkan

nilai

rata-rata

perawatan

gigi

berdasarkan

jenis

kecemasan anak terhadap perawatan gigi yang diukur menggunakan CFSSDS menunjukkan bahwa anak usia 12 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan usia 6 dan 9 tahun, sedangkan anak usia 9 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan anak usia 6 dan 12 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Liddell, Murray, dan Donohue kenaikan yang tingkat menyatakan kecemasan bahwa lebih

kelamin, dari hasil penelitian diperoleh data bahwa anak perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi terhadap perawatan gigi dibandingkan laki-laki walaupun perbedaan nilai rataratanya kecil. Hal ini sesuai dengan penelitian Setineri, Tati, Udoye, dan Oginni bahwa secara umum perempuan cenderung lebih mudah mengalami

perasaan cemas dibandingkan laki-laki.


2,3,7

Berdasarkan

hasil

penelitian

signifikan pada usia 9 tahun. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rantavuori,dkk yang

didapatkan pula bahwa anak sekolah dasar diKecamatan Tamalanrea lebih banyak mengalami kecemasan dental rendah (88,4%). Hal ini mungkin

melaporkan bahwa rasa cemas terhadap perawatan gigi lebih tinggi di pada usia 12 bila dibandingkan anak yang usianya lebih muda. 4,7 Tabel 3 menunjukkan perbedaan tingkat kecemasan anak terhadap

disebabkan pengalaman anak terhadap perawatan gigi cukup baik dan tidak menimbulkan trauma pada anak,

kemudian untuk anak yang belum pernah ke dokter gigi, mungkin

15

pengaruh dari keluarga dan teman sebaya yang memberikan informasi yang positif terhadap perawatan gigi dan mulut sehingga anak yang belum pernah ke dokter gigi merasa tidak cemas bila harus berkunjung ke dokter gigi. Gambar 1, 2, dan 3

3 juga demikian namun untuk variabel orang yang meletakkan alat dalam mulut, dokter gigi yang mengebur, dan suara bur dokter gigi lebih banyak anak yang memilih agak takut. Kecemasan atau ketakutan

terhadap jarum suntik merupakan hal yang sesuai dengan penelitian

menunjukkan rasa takut anak usia 6, 9, dan 12 tahun terhadap 15 variabel yang berpengaruh terhadap tingkat

Kleinknecht yang menyatakan bahwa prosedur penyuntikan merupakan salah satu prosedur dental atau medis yang dianggap pasien. paling Locker menakutkan dan Lidell oleh juga

kecemasan menurut CFSS-DS. Untuk gambar 1 masing-masing variabel tidak ditakutkan anak, hal ini dilihat dari jumlah anak yang paling banyak

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status kecemasan yang dan negatif,

memilih tidak takut untuk masingmasing variabel, kecuali pada variabel jarum suntik, persentase terbesar pada kategori takut (38 anak). Pada gambar 2 masing-masing variabel tidak ditakutkan anak, hal ini dilihat dari jumlah anak yang paling banyak memilih tidak takut untuk semua variabel. Dan pada gambar

pengalaman

dental

misalnya rasa sakit yang dirasakan anak pada proses penyuntikan dan proses pengeboran pada perawatan gigi

sehingga menakutkan bagi anak usia tersebut. Namun pada penelitian ini pengalaman negative anak saat

16

perawatan

gigi

tidak

ditanyakan.

keusioner lain, agar hasilnya dapat dibandingkan DAFTAR PUSTAKA


1. Belladonna NM, Supartinah A,

Sedangkan variable disentuh orang lain, seragam putih, tersedak, dan membuka mulut umumnya tidak menimbulkan kecemasan pada anak. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat
7

Emut L. Pengelolaan rasa cemas dengan metode modeling pada pencabutan gigi anak perempuan menggunakan anastesi topikal. Jurnal kedokteran gigi. 2009; 1: Hal 80-8.

disimpulkan bahwa berdasarkan nilai rata-rata CFSS-DS, anak usia 12 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi (26.01) dibandingkan usia 6 dan 9 tahun, sedangkan anak usia 9 tahun mempunyai tingkat kecemasan yang lebih rendah (25.26) dibandingkan anak usia 6 dan 12 tahun. SARAN Dalam penelitian ini kecemasan anak terhadap perawatan gigi, di ukur dengan menggunakan kuesioner CFSSDS. Peneliti menyarankan adanya
4. Mario 3. Nurmini M. Rasa takut dan 2. Sumer A, Alanoud A, Eman A

and Ebtehal. Dental anxiety in middle school children and their caregivers: Prevalence and severity. Journal of Dentistry and Oral Hygiene. 2012; 4(1): p. 6-7.

cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20 Panyula Kab.Bone tahun 2010. Media Kesehatan gigi. 2010.. Available from http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/j urnal/ed2nov102836_20870051.pdf. Accessed 20 Mei 2012.

penelitian lanjutan yang menggunakan

H. Perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan usia dan jenis kelamin terhadap

17

lingkungan perawatan dental anak usia 6 dan 9 tahun. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Available from http://www.digilib.ui.ac.id. Accessed 13 November 2012.

7. Aylin A. Prevalence of dental

5. Anonim.

Tingkah laku anak pada masa perkembangan. Pedodonsia dasar. Available from http://ocw.usu.ac.id. Accessed 4 Juni 2012. Hal 17

anxiety in 7-to 11-year-old children and its relationship to dental caries. Medical principles and practice. 2009 Feb (18):453 457 Available from http://content.karger.com. Accessed 20 Agustus 2012.

8. Thamer A. Assessment of the

6. BPS. Makassar dalam angka

2007. Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. 2007.

reability and validity of the modified dental anxiety scale. Saint Louis University. 1993. Available from http://www.dentalfearcentral.org /media/dental_anxiety_scale.pdf. Accessed 12 April 2012

18

You might also like