You are on page 1of 20

MAKALAH

NARKOBA, ONANI, DAN SEX BEBAS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan sagala rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Bahaya Narkoba, Onani/Menstrubasi, dan Sex Bebas tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Agama di kelas IX4 SMP Negeri 1 Amahai tahun ajaran 2012-2013. Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pembaca demi

menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khusunya.

Amahai, 25 November 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... Daftar Isi ...................................................................................................................

i ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................

1 1 2 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2.1 Narkoba .............................................................................................................. 2.2 Onani/Mestrubasi ............................................................................................... 2.3 Bahaya Sex Bebas .............................................................................................

3 3 7 9

BAB III KESIMPULAN ...............................................................................................

16

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hubungan narkoba dengan generasi muda dewasa ini amat erat. Artinya amat banyak kasus kecanduan dan pengedaran narkoba yang di dalamnya terlibat generasi muda, khususnya remaja sekolah dan luar sekolah (putus sekolah). Menurut perhitungan pada pakar dan pers ada sekitar 4 juta orang yang terlibat narkoba. Bahkan narkoba sudah memasuki sekolah-sekolah. Jenis narkoba yang sering ditemukan adalah pil nipan dan daun ganja. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses yang normal, perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik telah menjadikan penerimaan akan menstruasi (Yudi, 2008). Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology: 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut. Makalah yang berjudul Bahaya Narkoba, Onani/Menstrubasi dan Seks Bebas Bagi Remaja ini penulis tujukan kepada para remaja, Mahasiswa, Pelajar ataupun pada Halayak ramai yang membaca makalah ini agar bisa mengerti tentang bagaimana bahaya narkoba yang bisa membuat kita lalai dalam hal apapun. Dengan harapan yang

maka semoga makalah yang sedemikian singkat ini bisa membantu dan menambah wawasan anda tentang pengertian dan bahaya narkoba itu sendiri

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana memberikan informasi yang benar tentang narkoba ? 2. Hal-hal apa sajakah yang menyebabkan para generasi muda menggunakan narkoba? 3. Bagaimana upaya penanggulangan terhadap bahaya narkoba pada remaja? 4. Apakah onani/menstrubasi itu? 5. Apa saja dampak onani/menstrubasi bagi kesehatan mental? 6. Apa bahaya seks bebas dan bagaimana menghindari seks bebas ? 1.3 TUJUAN PENULISAN Penulisan ini dilakukan untuk memberikan informasi atau gambaran mengenai: 1. Informasi-informasi yang benar tentang narkoba 2. Peran orang tua dalam upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba 3. Upaya dalam pencegahan narkoba 4. Peran dan tanggung jawab remaja. 5. Mengetahui pengertian tentang menstruasi Agar anak perempuan dapat melewati masa menarche dengan baik. 6. Untuk mengetahui pengertian onani dan dampaknya bagi kesehatan reproduksi. 7. Menambah pengetahuan tentang bahaya seks bebas dikalangan remaja. 8. Mengetahui cara untuk menghindari seks bebas.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 NARKOBA A. Arti Definisi & Pengertian Narkoba Sebagai Zat Terlarang Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya. Penyalahgunaan narkoba adalah suatu pemakaian non medical atau ilegal barang haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang mungkin disalahgunakan adalah tembakau, alkohol, obat-obat terlarang dan zat yang dapat memberikan keracunan, misalnya yang diisap dari asapnya.

Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan zat narkoba, jika dihentikan maka si pemakai akan sakaw. Penyalahgunaan atau kebergantungan narkoba perlu melakukan berbagai pendekatan. Terutama bidang psikiatri, psikologi, dan konseling. Jika terjadi kebergantungan narkoba maka bidang yang paling bertanggung jawab adalah psikiatri, karena akan terjadi gangguan mental dan perilaku yang disebabkan zat narkoba mengganggu sinyal penghantar syaraf yang disebut system neurotransmitter didalam susunan syaraf sentral (otak). Gangguan neurotransmitter ini akan mengganggu : 1) fungsi kogitif (daya pikir dan memori), 2) fungsi afektif (perasaan dan mood), 3) psikomotorik (perilaku gerak), 4) komplikasi medik terhadap fisik seperti kelainan paru-paru, lever, jantung, ginjal, pancreas dan gangguan fisik lainnya. Dadang hawari menjelaskan bahwa selain mengganggu jiwa, zat narkoba juga merusak organ fisik seperti lever, otak, paru, janin, pankreas, pencernaan, otot, endokrin dan libido. Zat tersebut juga mengganggu nutrisi, metabolisme tubuh, dan menimbulkan inveksi virus. Jika putus dari narkoba si pemakai akan mengalami sakaw. Pada peristiwa ini timbul gejala seperti air mata berlebihan (lakrimasi), cairan hidung berlebihan (rhinorea), puril mata melebar, keringat berlebihan, mual, muntah, diare, bulu kuduk beriri, menguap, tekanan darah naik, jantung berdebar, insomnia, agresif. B. Jenis-jenis/golongan Narkoba. Narkoba dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: 1) Narkotlka untuk menurunkan kesadaran atau rasa.

2) Pslkotropika mempengaruhi psikis dan pengaruh selektif susunan syaraf pusat otak 3) Obat atau zat berbahaya Dari segi efek dan dampak yang ditlinbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan /jenis: 1) Upper Upper adalah jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi aktif seperti sabusabu, ekstasi dan amfetamin. 2) Downer Downer adalah golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan / sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas. 3) Halusinogen Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis. Adapun jenis-jenis narkoba lain antara lain : a. Marijuana Adalah nama khusus untuk Hemp, suatu tanaman tinggi mencapai 2 meter, bentuk daun mirip daun singkong, daun warna hijau dan tumbuh terbaik didaerah pegunungan. Zat kimia addictive utama didalam marijuana adalah tetra hydrocannabinol yang dapat dideteksi melalui air kencing. Para pecandu narkoba menghisap marijuana dengan rokok atau pipa. Jika putus dari zat marijuana, maka si pemakai akan sakaw dengan gejala macam-macam seperti mata berair, hidung berselesma, badan jadi nyeri. Pemakaian yang semakin banyak zat marijuana akan menyebabkan kehilangan memori, kemampuan belajar, dan motivasi.Marijuana juga dapat menyebabkan distorsi persepsi (penyimpangan persepsi dari kenyataan), kehilangan koordinasi, detak jantung meningkat timbul rasa cemas yang terus menerus. Sebagai akibat medical dapat menyebabkan kerusakan paru, batuk kronis, bronchitis. b. Cocaine. Cocaine sering dihirup melalui hidung, akan tetapi juga diisap dengan rokok atau jika disuntikkan akan berdampak penyakit HIV/AIDS. Akibat cocaine terhadap fisik pemakai adalah terhambatnya saluran darah, pupil mata membesar, panas badan meningkat, denyut jantung meningkat, darah tinggi, perasaan gelisah, nyeri, cemas. Menghisap crack cocaine bersama rokok akan menimbulkan paranoia(sejenis penyakit jiwa yang meyebabkan timbul ilusi yang salah tentang sesuatu dan akhirnya bisa bersifat agresif akibat delusi yang dialaminya). Cocaine dapat menyebabkan kematian karena pernafasannya tersendat lalu otak kekurangan oksigen. c. Methamphetamine.

Adalah sejenis obat yang kuat yang menyebabkan orang kecanduan yang dapat merangsang saraf sentral. Dapat dikonsumsi melalui mulut, dihirup, daya serangnya ke otak si pemakai. d. Heroin. Kebanyakan pemakai heroin menyuntikkan zat tersebut ke dalam tubuhnya. Si pemakai merasakan gelora kesenangan diiringi panas badan, mulut kering, perasaan yang berat dan mental jadi kelam berawan menuju depresi di dalam system saraf sentral. Jika dihentikan maka si pemakai akan sakaw, gelisah, sakit pada otot dan tulang, insomnia, muntaber. Untuk menghilangkan kecanduan harus ada kerja sama antara pecandu dengan pembimbing/dokter. Biasannya hal ini dilakukan oleh konselor spesialis narkoba dengan

menggunakan muti-methods/konseling terpadu. Metode dokter dengan memberi opiates sedikit demi sedikit dalam jangka panjang untuk pngobatan kecanduan heroin dimaksudkan agar pasien tidak melakukan injeksi yang sangat membahayakan dirinya karena over dosis dan bahaya penyakit HIV dan hepatitis C. e. Club Drugs. 1) Ecstasy. Dapat menyebabkan depresi, cemas dalam tidur, kecemasan, paranoia. Ciri fisik: ketegangan otot, mual, pingsan, tekanan darah tinggi. Menyebabkan kerusakan otak karena sel otak rusak diserang oleh obat tersebut yang menimbulkan si pasien agresif, mood, kegiatan seks meningkat, tidur terus, sensitif kena penyakit. 2) Rohypnol. Obat ini amat beresiko terhadap kesehatan manusia pemakai, seperti liver, ginjal, tekanan darah, kerusakan pada otak. c. Gammahydroxybutyrate. Akibat over dosis adalah kehilangan kesadaran, serangan jantung. d. Ketamine. Gejala yang dipakai adalah menimbulkan efek halusinasi dan mimpi yang diinginkan. Jika over dosis berakibat kehilangan memory, mengigau, kehilangan koordinasi. C. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba 1. Lingkungan Faktor lingkungan menyangkut teman sebaya, orang tua,dan remaja itu sendiri.Pada mass remaja, teman sebaya menduduki peran utama ads kehidupan mereka, bahkan menggantikan peran keluarga/orang tua dalam sosialisasi dan aktivitas waktu Luang dengan hubungan yang bervariasi dan membuat norms dan sistem nilai yang berbeda.

Faktanya: Pada masa remaja terjadi jarak fisik dan Psikologis yang cendrung berakibat penurunan kedekatan emosi,dan kehangatan, bahkan cendrung timbul konflik remaja denganorang tua. Konflik keluarga membuat remaja tergantung pads teman sebaya uantuk dukungan emosi. 2. Faktor Individu Selain faktor lingkungan,peran genetik jugs merupakan komponen yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba, setidaknya untuk beberapa individu. Sederhananya, orang tua pelaku penyalahgunaan narkoba cendrung menurun kepada anaknya, terlebih pads ibu yang sedang hamil.Faktor-faktor individu lainnya adalah: Sikap positif terhadapminum*quot;. Sifat mudah terpengaruh, kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi atau kebutuhan tinggi terhadap excitment 3. Faktor Teman Sebaya Teman sebaya memiliki pengaruh yang paling dasyat terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Anak dari keluarga baik-baik, nilai sekolah baik, lingkungan baik cenderung terlibat narkoba jika Leman-temannya menggunakan narkoba. 4. Faktor Sekolah, Kerja, dan Komunitas Kegagalan Akademik Komitmen rendah terhadap sekolah : datang sekolah hanya untuk ketemu teman , merokok, lalu bolos. Transisi sekolah : peralihan j enj ang sekolah yang berakibat penurunan prestasi memberi andil dalam penyalahgunaan narkoba. Faktor komunitas biasanya akibat : komunitas permisif terhadap hukum dan norms, kurang patuh terhadap aturan,status sosial ekonomi. Bahasa Pengguna Narkoba Pengguna narkoba memiliki emosi yang naik turun dan tidak ragu mumukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang yang berada disekitarnya.Dan apabila ditegur atau dimarahi, maka menunjukan sikap membangkang. D. Strategi Penanganan 1. Pendektesian Terhadap Anak a) Perhatikan perubahan pada diri si anak (bohong,bolos,bengong bego, dan bodoh); b) Perhatikan prestasi, aspirasi dan masalh yang ada di sekolah.

c) Perhatikan kegiatan keagamaan si anak dan harga diri si anak. d) Perhatikan perubahan emosi dan hubungan anak dan orang tua. 2. Pendekatan Psikologis a) Faktor Individu Ciptakan hubungan akrab dalam keluarga. Ciptakan kesadaran bahwa keberhasilan dan kegagalan merupakan usaha sendiri, orang lain hanya Fasilitator Libatkan secara intensip si anak terhadap aktivitas keagamaan.

b) Faktor Keluarga Ciptakan keharmonisan dalam keluarga , hilangkan jarak antara orang tua dengan membangun suasana demokratis. Ciptakan komunikasi yang produktif dan terapkan aturan yang jelas. c) Faktor Teman Sebaya, Sekolah dan Lingkungan Perhatikan prestasi belajar anak dan terns memberi semangat. Cermati Tatar belakang dan prilaku teman-teman terdekat si anak. Cermati jika ada perubahan kebiasaan si anak dari biasanya.

2.2 Onani/Masturbasi A. Pengertian Onani/Menstrubasi Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi diperuntukkan bagi perempuan. Istilah onani diambil dari seseorang bernama Onan yang sejak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan cara membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendapatkan kenikmatan. Kemudian nama Onan ini berkembang menjadi onani. Onani/Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya : putting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (pada perempuan terletak pada klistoris dan sekitar vagina : sedangkan pada laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan onani dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klistorisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki.

Secara medis onani/mastrubasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Onani/mastrubasi juga tidak menimbulkan resiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi. Resiko fisik umumnya berupa kelelahan. Pengaruh mastrubasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentarsi pada remaja tertentu. B. Dampak Onani/Menstrubasi Terhadap Kesehatan Mental Onani atau Impuls-impuls autoerotic (masturbasi) terdapat pada semua manusia. Perbedaannya hanya terletak pada bagaimana cara kita menyelesaikan dorongan-dorongan tersebut. Beberapa dari kita merepresikan dorongan tersebut untuk memuaskan dirinya, sementara yang lain mengekspresikan keinginannya untuk mendapatkan pemuasan seksual. Salah satu dorongan manusia yang sering menyebabkan manusia mendapat kesulitan pribadi dan sosial adalah dorongan seksual, yang pada kenyataannya sering menghadapkan manusia kepada suatu keadaan yang mendesak dan sangat membujuk untuk memperoleh pemuasan seksual dengan segera. Adanya persoalan seksual pada individu dapat menyebabkan individu yang bersangkutan sering dihadapkan pada keadaan yang seolah-olah ada kecenderungan untuk jatuh ke tingkat yang immature atau infantil dan setiap usaha untuk bertingkah laku seksual yang matur terhambat karenanya. Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan. Citra negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti penyalahgunaan dengan tangan. Anggapan memalukan dan berdosa yang terlanjur tertanam disebabkan karena porsi penyalahgunaan pada kata itu hingga kini masih tetap ada dalam terjemahan modern, meskipun para aparatur kesehatan telah sepakat bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental. Tidak juga ditemukan bukti bahwa anak kecil yang melakukan perangsangan diri sendiri bisa mengalami celaka. Yang terjadi adalah, sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh beberapa kalangan masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah menerima pesan-pesan

negatif dari para orang tua kita, atau pernah dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat kanak-kanak. Pengaruh kumulatif dari kejadian-kejadian ini seringkali berwujud

kebingungan dan rasa berdosa, yang juga seringkali sukar dipilah. Saat di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuk jiwa (kompulsif). Masturbasi kompulsif sebagaimana perilaku kejiwaan yang lain adalah pertanda adanya masalah kejiwaan dan perlu mendapatkan penanganan dari dokter jiwa. 8 Fase akhir jika masturbasi konfulsif tidak diselesaikan dengan tepat adalah munculnya fenomena sexual addicted, sebuah ketagihan akan kegiatankegiatan seksual. Secara fisik, masturbasi dapat menyebabkan kelecetan atau rusaknya mukosa dan jaringan lain dari organ genitalia yang bersangkutan, baik akibat penggunaan alat bantu masturbasi atau hanya dengan menggunakan tangan dan jemari. C. Cara Menghindari Onani/Masturbasi Setiap orang bisa mengendalikan dirinya untuk menghindari dan mencegah aktivitas onani/masturbasi. Gunakan waktu luang dengan aktivitas yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Sesegera hilangkan atau alihkan pikiran yang mengarah kepada rangsangan seks kepada pikiran atau aktivitas lainnya. Seperti ngobrol hal-hal yang tidak berbau seks, menyelesaikan tugas, menjalankkan hoby, olah raga, musik, berorganisasi, atau lainnya. Puasa adalah salah satu cara yang efektif untuk menahan nafsu seksual.

2.3 Bahaya Seks Bebas Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.

Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta kasus baru infeksi penyakit kelamin diderita oleh remaja. Untuk menghindari perilaku seks bebas remaja yang berisiko tinggi, peran orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain bahwa orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja agar hubungan orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang baik dan efektif. Kehamilan remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan risiko terhadap ibu dan janinnya. Risiko tersebut adalah disproporsi (ketiduksesuaian ukuran) janin, pendarahan, prematurilas, cacat bawaan janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya penyakit menular seksual pada remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh perilaku seks yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering berganti-ganti pasangan atau berhubungan dengan pasangan yang menderita penyakit kelamin. Selain akan membawa cacat kepada bayi, penyakit menular seks yang menyerang usia remaja juga dapat mengakibatkan penyakit kronis dan gangguan kesuburan di masa mendatang. Perilaku seks bebas tidak aman dikalangan remaja karena dapat dan banyak menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri. Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama akibat seks bebas : 1. Timbul Rasa Ketagihan Seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekali seseorang mencoba melakukan seks bebas, maka dapat dipastikan orang tersebut akan melakukan terus menerus perbuatan seks bebas. Hal ini disebabkan karena orang tersebut mendapatkan kenikmatan untuk menyalurkan hasrat seksualnya. 2. Menciptakan Kenangan Buruk Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental yang berat. 3. Mengakibatkan Kehamilan

10

Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap Kecelakaan ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya. 4. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan Pembunuhan Bayi Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian. 5. Penyebaran Penyakit Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV. Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks bebas yang merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin orang tuanya menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan (aborsi) dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya. Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja yaitu : a. Hancurnya masa depan remaja tersebut. b. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap. c. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta). d. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya. e. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis. f. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan

11

kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum. g. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa. A. Menghindari Seks Bebas Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan. Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan : 1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu. 2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional. 3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek

kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut. 4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama

12

buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak. 5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya. Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota keluarga. Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang. Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara langsung. Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan materi pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang anak mencari pengetahuan seks sendiri melalui media internet atau majalah. Menurut Kartono Mohamad (Diskusi Panel Islam dan Pendidikan Seks Bagi Remaja: 1991) pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual

13

juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987). Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah sebagai berikut. a. Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama Iman, merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Pencegahan menurut agama antara lain : 1. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun. 2. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu. 3. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui halhal yang baik dan buruk. 4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu,

kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya. b. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan mana ciri-lakilaki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai bertanyatanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini. Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991), pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat

14

suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut. Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain : 1. Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka. 2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks. 3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama. 4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan. 5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik. 6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan

menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas. 7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga. 8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak. Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam menghadapi gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era informasi yang demikian rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk coba-coba mempraktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya merupakan informqasi tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa dampak pada remaja itu sendiri. Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah dengan melakukan peraturan yang keras terhadap anak-anaknya. Padahal hubungan seks tersebut kerap kali dilakukan di rumah saat orang tuanya sedang pergi. Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut ini ada beberapa tips yang baik untuk menghindari masalah tersebut. 1. Diskusikan seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih, pendidikan seks sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti mengomentari sesuatu hal yang anda lihat bersama atau menjawab pertanyaan anak.

15

2. Bercakap-cakap tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan mengizinkan anak melakukan hubungan seks. Melalui bercakap-cakap orang tua dapat mengungkapkan perasaannya tentang seks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 3. Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin membuat anak takut atau marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu atau cepat-cepat mengakhiri diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif. 4. Bantu peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi anak. Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya diri tanpa harus memikirkan seks. 5. Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang berkaitan dengan seks. 6. Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda. Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari perhatian pada lawan jenisnya. 7. Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah dengan memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang tua bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah. 8. Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan dosa besar.

16

BAB III KESIMPULAN

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan sebagainya. Orang tua meruapakan orang lebih tua atau dituakanatau orang yang telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak. Orangtua bisa berperan sebagai pemberi informasi yang benar tentang narkoba pada anaknya, sebagai pengawas, sebagai pembimbing, mengenal teman anak-anak dan bekerja dengan orang tua lain dan guru. Upaya pencegahan terhadap bahaya narkoba dapat dilakaun dengan 3 cara intervensi yaitu: pencegahan primer pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Upaya pengulangan terhadap bahaya narkoba dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: upaya pre-emtif, upaya preventif dan upaya penegakan hukum. Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi diperuntukkan bagi perempuan. Istilah onani diambil dari seseorang bernama Onan yang sejak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan cara membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendapatkan kenikmatan. Kemudian nama Onan ini berkembang menjadi onani. Onani atau Impuls-impuls autoerotic (masturbasi) terdapat pada semua manusia. Perbedaannya hanya terletak pada bagaimana cara kita menyelesaikan dorongan-dorongan tersebut. Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan. Citra negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti penyalahgunaan dengan tangan. Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Ada beberapa faktor penyebab remaja melakukan seks bebas, diantaranya adalah menonton film porno, pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat seksual, dan kurangnya peran dan perhatian orang tua kepada anaknya. Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Cara menghindari seks bebas yaitu melalui pendidikan seks, pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah pencegahan seks bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas dalam keluarga.

17

You might also like