You are on page 1of 23

TUGAS PARASITOLOGI

PROTOZOOLOGI KELAS RHIZOPODA

Di Susun Oleh : KELOMPOK 1 A-11

PROGRAM D-3 ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2012/2013

TUGAS PARASITOLOGI
PROTOZOOLOGI KELAS RHIZOPODA

Di Susun Oleh :
1. JESLY OLYVIA SAHULEKA (11-901-001) 2. HENDRY IGOR SOUHOKA (11-901-002) 3. CHRISDA ELVANDARI TUMENGGA (11-901-003) 4. MARIA ANTHINIA BHIA (11-901-004) 5. FARLIANA CRISTI POKOTE (11-901-005) 6. RASDI YUDARMAWAN (11-901-006) 7. NOVRENDI DG. MALEWA (11-901-007) 8. I PUTU ADI SUPARSA (11-901-010) 9. WA ODE SUMARNI (11-901-011) 10. NUR RAHMAWATI (10-901-409)

PROGRAM D-3 ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2012/2013


KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana yang telah direncanakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Parasitologi. Makalah ini disusun dari beberapa sumber yang menjelaskan tentang Rhizopoa, dan disetiap lembaran jilid dari makalah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai Rhizopoda. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca makalah ini. Dengan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah rela waktunya tersita dalam membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari pada sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Atas kritik dan saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Makassar, 08 September 2012

Tim Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. 1. Pendahuluan .......................................................................................... 2. Klasifikasi ............................................................................................... 3. Hospes, vektor, dan parasit ................................................................... 4. Terminologi parasit ................................................................................ 5. Daur hidup ............................................................................................. 6. Morfologi dan sifat umum ....................................................................... 7. Cara penularan ...................................................................................... 8. Diagnosa penyakit ................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

1. Pendahuluan
Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya Globigerina dan ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang bercangkang, pseudopodia menjulur keluar dari cangkang. Cangkang tersusun dari silica atau kalsium

carbonat. Cangkang berukuran 0,5 mm (Anonimous, 2012). Kaki semu terbentuk karena adanya aliran sitoplasma, sebagai akibat perubahan sitoplasma dari fase cair (sol) ke fase kental (gel). Gerak yang ditimbulkannya disebut gerak amoeboid. Contoh Rhizopoda yang terkenal adalah Amoeba proteus yang umum ditemukan di perairan tawar

(Anonimous, 2012). Jika kita lihat tubuh amoeba maka dapatlah kita melihat bahwa tubuhnya dapat berubah-ubah. Pada tubuh bagian luar terdapat membran sel (membran plasma). Membran plasma berfungsi sebagai pelindung isi sel, mengatur pertukaran zat misalnya zat makanan, ekskresi. Alat gerak yang

digunakan adalah dengan membentuk pseudopodia serta dapat menangkap rangsangan kimia dari luar tubuhnya. Bagian dalam terdapat sitoplasma yang dibedakan menjadi ektoplasma (bagian luar) dan endoplasma (bagian dalam) (Anonimous, 2012). Cara bergerak Amoeba dengan menggunakan kaki semu

(pseudopodia) yang merupakan penjuluran dari sitoplasma. Pseudopodia digunakan untuk bergerak dan menelan mangsa (makanannya). Beberapa jenis amoeba membentuk sista dan di dalam sista terjadi pembelahan secara mitasis. Sista akan dikeluarkan bersama faeses (tinja), kemudian tersebar pada makanan dan minuman, akhirnya disebarkan oleh lalat (Anonimous, 2012). Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan

bergerak. Sitoplasma terdiri dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar yang berbatasan dengan membrane

plasma. Endoplasma adalah plasma sel pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental daripada berperan endoplasma. Aliran dalam penjuluran endoplasma dan dan

ektoplasma

tersebut

penarikan

pseudopodia. Pada proses makan, pseudopodia mengelilingi makanan dan membentuk vakuola makanan. Di dalam valuola makanan, makanan dicerna. Zat makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola keluar sel melalui membrane plasma (Anonimous, 2012). Rhizopoda berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat beradaptasi untuk mempertahankan

hidupnya dengan membentuk kista. Contoh rhizopoda yang membentuk kista adalah Amoeba. Dalam keadaan berupa kista, kegiatan hidup Amoeba menjadi tidak aktif. Amoeba akan menjadi aktif kembali jika kondisi lingkungan sesuai (Anonimous, 2012). Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan di lingkungan yang berair, baik di darat maupun di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniselluler, bakteri, atau protozoa lain (Anonimous, 2012). Berdasarkan cara hidupnya Amoeba ada yang hidup parasit tapi ada pula yang hidup saprofit dalam tubuh manusia. Cobalah perhatikan bagan di bawah (Anonimous, 2012) : Rhizopoda yang bebas hidup di tanah lembab, contohnya Amoeba proteus. Contoh Rhizopoda yang hidup di air tawar adalah

Difflugia. Sedangkan Rhizopoda yang hidup di laut adalah dari kelompok Foraminifera, antara lain Globigerina. Rhizopoda ada yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan atau manusia (Anonimous, 2012). Organisme yang tergolong Sarcodina (Rhizopoda) menggunakan kaki semu atau pseupodia untuk bergerak dan menangkap mangsa

misalnyaAmoeba. Sedangkan Rhizopoda yang terbungkus oleh cangkang misalnyaForaminifero dan Arcella. Amoeba adalah hewan bersel satu hidup bebas atau hidup sebagai parasit. Amoeba yang hidup bebas di tanah yang berair dan banyak mengandung bahan organik, contohnya: Amoeba proteus. Sedangkan contoh Amoeba yang bersifat parasit terdapat dirongga mulut sepertiEntamoeba ginggivalis dan di dalam usus manusia adalah Entamoeba histolytica (Anonimous, 2012).

Dari kelas Rhizopoda ini dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan morfologi dari intinya, yaitu : A. Genus Entamoeba dengan inti Entamoeba Inti Entamoeba yaitu karisom kecil terletak dibagian tengah inti (eksentris atau sentris), di sekeliling membran inti terdapat banyak granula kromatin. Yang termasuk dalam genus ini ada beberapa spesies, yaitu : a. Entamoeba Histolytica

b. Entamoeba coli

c. Entamoeba hartmani

d. Entamoeba gynggivalis

B. Genus Endolimax dengan inti Endolimax Inti Endolimax yaitu kariosomnya besar, dibagian tengah inti, bentuk tidak beraturan dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik, tidak mempunyai kariosom perifer. Yang termasuk genus ini adalah spesies Endolimax nana C. Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba Inti Iodamoeba yaitu kariosomnya besar terletak dibagian tengah inti dikelilingi butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. Yang termasuk genus ini adalah spesies Iodamoeba butschilii. D. Genus Dientamoeba yaitu parasit kecilhanya terdapat stadium trofozoit yang mempunyai 2 inti dientamoeba, kariosomnya dibagian tengah inti terdiri dari beberapa granula kromatin dan membentuk lingkaran yang dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik. Yang termasuk genus ini adalah spesies Dientamoeba fragilis. Manusia merupakan hospes delapan spesies ameba yang hidup dalam rongga usus besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba dispar, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana dan satu spesies ameba yang hidup dalam mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua ameba itu tidak patogen dan hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali E.histolytica.

Amebiasis sebagai penyakit disentri yang dapat menyebabkan kematian di kenal sejak 460 tahun sebelum masehi oleh Hippocrates. Parasitnya adalah Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Losch (tahun 1875) dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi, Losch menemukan E.histolytica stadium trofozoit dalam uklus usus besar. Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan E.histolytica staadium kista, sedangkan Schaudinn (1903) memberi nama spesies entamoeba histolytica dan membedakannya dengan ameba yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli. Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filipinamembuktikan dengan eksperimen pada sukarelawan, bahwa E.histolytica merupakan penyebab kolitis amebik dan E.coli merupakan parasit komensal dalam usus besar. Pada tahun 1979, Brumpt menyatakan bahwa walaupun E.histolytica dan E.dispar tidak dapat dibedakan secara morfologi, hanya E.histolytica yang bersifat sebagai patogen. Kedua spesies ini ini berbeda dalam hal isoenzim, sifat antigen dan genetikanya. Sejak tahun 1993 kedua spesies tersebut secara resmi dibedakan sebagai patogen (E.histolytica) dan apatogen (E.dispar). untuk membuktikan E.histolytica sebagai penyebab diare, sekarang digunakan teknik diagnosis dengan mendeteksi antigen atau DNA/RNA parasitnya.

Struktur Rhizopoda

2. Klasifikasi
Kelas rhizopoda dibagi menjadi 5 ordo yakni : a. Ordo Lobosa Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia pendek dan tumpul serta terdapat perbedaan yang jelas antara ektoplasma serta endoplasma. b. Ordo filosa Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia halus seperti benang dan becabang-cabang. c. Ordo foraminifera Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia panjang dah halus. d. Ordo helioza Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia berbentuk benag yang radien dan antarfilamen tidak pernah bersatu membentuk jala atau anyaman. e. Ordo radiolarian Cirinya : mmpunyai pseudopodia berupa benang-benang halus yang tersusun radier dan bercabang-cabang membentuk jala (anyaman).

3. Hospes, vektor, dan parasit

Manusia merupakan satu-satunya hospes parasit ini. Parasit yang disebabkannya disebut amebiasis. Walaupun beberapa binatang seperti anjing, kucing, tikus dan monyet dapat di infeksi secara percobaan dengan E.histolytica, hubungannya dengan penularan zoonosis masih belum jelas. Hospes Entamoeba coli adalah manusia, monyet dan babi. Hospes Endolimax nana adalah manusia dan tidak memiliki hospes reservoar. Manusia merupakan hospes definitif Iodamoeba butschlii, sedangkan babi dan primata lain merupakan hospes reservior.

4. Terminologi parasit
ENTAMOEBA HISTOLYTICA

3 stadium : - Histolytica Bentuknya trofozoit, bersifat patogen, ukuran lebih besar 20-40 mikron, Ektoplasma nyata, Endoplasma mengandung sel darah merah, pseudopodium dibentuk dadakan sehingga pergerakan cepat, inti di endoplasma - Minuta Bentuk trofozoit, tidak patogen, ukuran lebih kecil 10-20 mikron, ektoplasma tidak nyata, Endoplasma mengandung sisa-sisa makanan & pergerakan lambat, inti dibakteri, pseudopodium dibentuk perlahan endoplasma

- Kista Tidak patogen, merupakan bentuk infektif, ukurannya 10-20 mikron terdapat di rongga usus besar, bulat/lonjong, terdapat dinding yang melindunginya, terdapat endoplasma

ENTAMOEBA COLI - Vegetatif Ukurannya 15-30 mikron, bentuknya trofozoid, lonjong/bulat, memiliki 1 inti entameba - Kista Ukurannya 15-22 mikron, bulat/lonjong, memiliki inti 2 dan inti 8 (dewasa), dinding kista tebal berwarna hitam

5. Daur hidup
Dalam daur hidupnya, E.histolytica mempunyai dua stadium, yaitu trofozoit dan kista. Bila kista matang tertelan, kista tersebut tiba dilambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Di rongga terminal usus halus, dinding kista dicernakan, terjadi ekskistasi dan keluarlah stadium trofozoit yang masuk kerongga usus besar. Dari satu kista yang mengandung 4 buah inti, akan terbentuk 8 buah trofozoit. Stadium trofozoit berukuran 10-60 mikron (sel darah merah 7 mikron),

mempunyai inti entameba yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma bening homogen terdapat dibagian tepi sel. Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar seperti daun, dibentuk dengan mendadak, pergarakannya cepat dan menuju suatu arah. Endoplasma berbutir halus, biasanya mengandung bakteri atau sisa makanan. Bila ditemukan sel darah merah disebut erythrophagocytosis yang merupakan tanda patognomonik infeksi E.histolytica. Stadium trofozoit dapat bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus besar. Dengan aliran darah, menyebar kejaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Hal tersebut disebabkan sifatnya yang dapat merusak jaringan sesuai dengan nama spesiesnya E.histolytica (histo = jaringan, lysis = hancur). Stadium trofozoit berkembang biak secara belah pasang. Stadium kista dibentuk dari stadium trofozoit yang berada di rongga usus besar. Di dalam rongga usus besar, stadium trofozoit dapat berubah menjadi stadium precyst yang berinti satu, kemudian membelah menjadi berinti dua, dan akhirnya berinti 4 yang dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan inti entameba. Dalam tinja stadium ini biasanya berinti 1 atau 4, kadangkadang terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat benda kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan terdapat vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Stadium kista tidak patogen, tetapi merupakan stadium yang efektif. Dengan adanya dinding kista, stadium kista dapat bertahan terhadap

pengaruh buruk diluar badan manusia. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang. Infeksi yang disebabkan oleh E.histolytica dan E.dispar dapat

ditetapkan dengan menemukan stadium kista dan/atau trofozoit dalam tinja. Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan gejala. Stadium trofozoit dapat ditemukan pada tinja yang konsistensinya lembek atau cair, sedangkan stadium kista biasanya ditemukan pada tinja padat.

6. Morfologi dan sifat umum


a. Entamoeba histolytica

Dalam siklus hidupnya terdapat tiga bentuk yaitu : 1) Bentuk histolitika : besarnya 20-40 mikron, inti entameba ada satu dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, pseudopodium. 2) Bentuk minuta : besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu inti entameba dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, pseudopodium. 3) Bentuk kista : besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu atau empat inti, terlihat benda kromatoid. b. Entamoeba coli tanpa eritrosit, ektoplasma membentuk ada eritrosit, ektoplasma membentuk

Terbagi atas dua bentuk yaitu : 1) Bentuk vegetatif : besarnya 15-30 mikron, mempunyai satu inti entamoeba, kariosom letaknya eksentris, endoplasma dengan vakuol tanpa eritrosit, ektoplasma dapat membentuk

pseudopodium.

2) Bentuk kista : besarnya 15-22 mikron, berinti dua atau delapan. c. Endolimax nana

Terbagi atas dua bentuk, yaitu : 1) Bentuk trofozoit : besarnya 6-15 mikron, sitoplasmanya bergranula dan bervakuol, inti sentral, mempunyai kariosom yang nyata. 2) Bentuk kista : besarnya 5-14 mikron, mempunyai 4 inti yang letaknya tidak teratur. d. Iodamoeba butschlii

Terbagi atas dua bentuk, yaitu : 1) Bentuk vegetatif : besarnya 8-20 mikron, bentuk lonjong dengan satu inti iodameba, endoplasma berisi banyak vakuol. 2) Bentuk kista : besarnya 8-15 mikron, bentuk lonjong atau piriform, mempunyai satu inti iodameba dan vakuol glikogen yang besar.

7. Cara penularan
Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)

Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit) Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak menguntungkan.

Entamoeba histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari trophozoite (bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti), metatropozoite. Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60 mikron, sedangkan kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20 mikron. Bentuk tropozoitenya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk kistanya mudah mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C, tetapi tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan, kali, sawah) tidak mati pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan air minum, tahan terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12

hari.Entamoeba histolytica menimbulkan penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Penularan kepada manusia terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi kista yang berasal dari feses penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah terjadi karenaorang tua yang menyediakan atau memasak makanan mengandung kistanya (penderita / carier).

Musca domestica (lalat rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella germanica, perplaneta Americana, dapat memindahkan kista dari feces ke makanan. Di beberapa tempat sering kali feces manusia dipakai sebagai pupuk tanaman atau sayuran dicuci dengan air pemukaan yang sudah tercemari feces, sehingga meningkatkan terjadinya penularan.Wabah dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas, tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan mampat, tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-mana.

8. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan : a. Diagnosis klinik b. Diagnosis laboratorium c. Radio foto, dan d. Tes immunologi. Diagnosis untuk Amoebiasis histolytica dapat dibagi : 1) Amoebiasis intestinal akut dapat ditegakkan dengan : a. Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi 10 kali sehari disertai demam dan sindroma disentri. b. Laboratorium, ditemukan E.histolytica stadium histolytica pada tinja encer yang bercampur darah. Pada pemeriksaan darah terjadi leukositosis. 2) Amobiasis intestinal kronis dapat ditegakkan dengan :

a. Gejala klinik, diare bergantian dengan obstipasi. Bila terjadi eksa serbasi akut, biasanya terjadi sindroma disentri. b. Laboratorium, menemukan E.histolytica stadium kista pada tinja yang agak padat. Pada pemeriksaan ini agak sulit ditemukan parasit ini, maka perlu melakkukan pemeriksaan tinja berulang hingga 3 kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan reaksi serologi. 3) Amobiasis hepatis a. Pemeriksaan klinis, penderita datang dengan kesakitan,

membungkuk seperti menggendong perut sebelah kanan, disertai demam, berat badan menurun, dan nafsu makan berkurang atau sama sekali tidak ada nafsu makan. Pada palpasi terba hati yang membesar dengan nyeri demam. b. Laboratorium, darah ditemukan leukositosis. Pada biopsi dasar abses ditemukan E.histolytica stadium histolytica. Pada aspirasi nanah dapat ditemukan E.histolytica stadium histolytica, tapi penemuan ini agak susah. Bila E.histolytica tidak ditemukan, maka dapat dilakukan tes serologi seperti : - Tes haemaglutinasi - Tes immunologi Pada Rontgen Foto biasanya ditemukan peninggian diafragma. 4) Amobiasis paru = pulmonary amoebiasis

a. Pemeriksaan klinik, sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal ini karena tidak ada laporan mengenai gejala klinik yang khas dari Pulmonary Amoebiasis. b. Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari penyebaran Amoebiasis secara hematogen akan ditemukan E.histolytica stadium histolytica. Bila abses paru berasal dari ruptur abses hepatis, maka selain E.histolytica stadium histolytica akan ditemukan juga bekas sel hati yang ruptur dan darah serta bekas otot diafragma yang hancur. Diagnosis yang akurat merupakan hal yang sangat penting, karena 90% penderita asimtomatik E.histolytica dapat menjadi sumber infeksi bagi sekitarnya. a. Pemeriksaan mikroskopik Adanya sel darah merah dalam sitoplasma E.histolytica stadium trofozoit merupakan indikasi terjadinya invasif amebiasis yang hanya disebabkan oleh E.histolytica. Selain itu, motilitas stadium trofozoit akan menghilang dalam waktu 20-30 menit. Bila tidak segera diperiksa, tinja disimpan dalam pengawet polyvinil alkohol (pva) atau pada suhu 4oC. Dalam hal terakhir, stadium trofozoit dapat terlihat aktif sampai 4 jam. Selain itu pada sediaan basah dapat ditemukan sel darah merah. Hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikroskopik adalah keterlambatan waktu pemeriksaan, jumlah tinja yang tidak mencukupi, wadah tinja yang terkontaminasi dengan urin

atau air, penggunaan antibiotik, laksatif, antasid, preparat antidiare, frekwensi pemeriksaan dan tinja tidak diberi pengawet. b. Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi Sebagian besar orang yang tinggal didaerah endemis

E.histolytica akan terpapar parasit berulang kali. Kelompok tersebut sebagian besar akan asimtomatik dan pemeriksaan antibodi sulit membedakan antara current atau previous infections. Pemeriksaan antibodi akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pada kelompok yang tidak tinggal di daerah endemis. Sebanyak 75-80% penderita dengan gejala yang disebabkan E.histolytica memperlihatkan hasil yang positif pada uji serologi antibodi terhadap E.histolytica. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam uji serologi seperti IHA, lateks agglutinasi, counterimmunoelactrophoresis, gel diffusion test, uji komplemen dan ELISA. c. Deteksi antigen Antigen ameba yaitu Gal/Gal-Nac lectin dapat di deteksi dalam tinja, serum, cairan abses, dan air liur penderita.hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ELISA, jika dengan teknik CIEP sensitivitasnya lebih rendah. d. Polymerase chain reaction (PCR) Metode PCR mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang sebanding dengan deteksi antigen pada tinja penderita amebiasis intestinal.kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama, tekniknya lebih sulit, dan juga lebih mahal.

Diagnosis E.coli ditegakkan dengan menemukan stadium trofozoit atau stadium kista dalam tinja.

Daftar pustaka
1. Juni prianto L.A., Tjahaya P.U., Darmawanto. Atlas Parasitologi Kedokteran. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia Building, Jakarta. 2. Rosdiana safar. Parasitologi Kedokteran (Protozoologi, Helmintologi,

Entomologi). Penerbit Yrama Widya, Bandung. 2009 3. Staf pengajar departemen parasitologi, FKUI. Parasitologi kedokteran edisi keempat. FKUI, Jakarta. 2008 4. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2004735-klasifikasirhizopoda/#ixzz2BXa8koco

You might also like