You are on page 1of 21

PORIFERA, COELENTERATA DAN PLATYHELMINTHES

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN

OLEH KELOMPOK 2 MUHAMMAD RIZKI ANA FITRIANA SYAHRIL AZMI MUHAMMAD YUSUF KHAIRUNISA EVI SELVIA ANA FATMASARI ERICA PUSPA NINGRUM J1C111008 J1C111027 J1C111030 J1C111033 J1C111039 J1C111042 J1C111203 J1C111208

KEMENTRIAN PENDIDKAN NASIONAL PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Porifera dalam bahasa latin , porus artinya pori, sedangkan fera artinya membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons. Ciri tubuh Porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuh. Ukuran porifera sangat beragam. Beberapa jenis porifera ada yang berukuran sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial (Arka, 1996). Bentuknya ada yang seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan. Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil atau pori (ostium). Warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat, dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan ungu. Porifera sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti spon mandi dan zat kimia yang dikeluarkan memiliki potensi sebagai obat kanker (Oman, 2006). Istilah Coelenterata diambil dari bahasa Yunani coilos=rongga, enteron=usus. Gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, tetapi cukup disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga mengindikasikan bahwa hewan coelenterate tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut coelenterons (Hala, 2007). Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air. Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain

itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai (Suwignyo, 2005). Platyhelminthes dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus). Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya (Arka, 1996). Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Maka dari itu sangatlah penting kita untuk mengetahui tentang siklus hidup dan habitat dari Platyhelminthes (Hala, 2007). 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mengamati sruktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong porifera, Coelenterata dan Platyhelminthes serta mengklasifikasikannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PORIFERA Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit gerakan. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil, sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan berpori (Hala, 2007). Umumnya hewan porifera dijumpai hidup dilaut, melekat pada substrat dan hanya bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongllidae (kurang dari 150 spesies) yang hidup di air tawar pada porifera yang hidup dilaut berkisar 10.000 spesies. Umumnya pada air dangkal, namun ada pula pada bagian yang dalam. Ciri-ciri khusus tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang merupakan awal dari system kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk Kristal dari spikulaspikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organic (Arka, 1996). Ukuran tubuh sangat bervariasi, beberapa jenis hewan ini bersimetris radial, tetapi kebanyakan tidak teratur ata asimetris. Struktur dasar dan histology dari spons dapat dengan mudah dimengerti dengan meneliti bentuk radial yang primitive. Struktur tipe sederhana disebut askanoid (menyerupai tabung kecil) contoh genus leucosolenia, umumnya tidak soliter, bagian permukaan tubuh berlubanglubang kecil. Bagian permukaan luar tertutupi oleh sel-sel pipih yang bentuknya seperti tabung pendek yang memanjang dari permukaan luar sampai ke spongocoel, lubang dari prosity sebagai lubang masuknya air. Struktur tubuh

porifera selain berpori juga memiliki macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu: Ascon,Sycon atau Scypha, dan Rhagon. Untuk menunjang dinding tubuh yang lunak, maka porifera mempunyai penyokong tubuh berupa mesenchym dan Kristal-kristal kecil yang berbentuk seperti duri, bintang atau anyaman-anyaman serabut dari bahan organic (Oman, 2006). Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae). Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa=enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo=kaca/transparan, spongia=spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 1.000 m. Contoh Hexactinellida adalah Euplectella (Arka, 1996). Demospongiae (dalam bahasa yunani, demo=tebal, spongia=spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid. Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis. Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci =kapur, spongia=spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya Sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer. Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera : askonoid, sikonoid, dan leukonoid (Kamal, 2009).

2.

COELENTERATA Coelenterata umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis yang hidup di air

tawar. Dalam siklus hidupnya ia dapat berbentuk polip yaitu hidup menempel pada suatu substrat atau berbentuk medusa yang bebas berenang. Bentuk polip tubuhnya berbentuk silindris, bagian proksimal melekat, bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Mulut bermuara ke dalam rongga gastrovaskuler atau enteron yang berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan sari-sari makanan. Medusa umumnya berbentuk seperti paying atau lonceng, tentakel menggantung pada permukaan paying. Tentakel berfungsi untuk menangkap makanan, alat gerak dan mempertahankan diri. Susunan saraf berupa anyaman sel-sel saraf yang tersebar secara difusi. Coelenerata merupakan hewan yang belum memiliki anus (Hala, 2007). Coelenterata termasuk hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan gastrodermis, dan diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik epidermis, maupun gestrodermis dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya terdapat kantung yang berisis racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut nematosit yang berfungsi sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan terlibat dalam proses pencernaan (George, 2009). Karang sering kali hanya merupakan bagian rangka kapur atau bagian penguat yang keras, bagian lunaknya sudah hilang/mati. Untuk pengamatan yang masih hidup, amati dimana letak bagian yang lunak tadi. Hydra merupakan polip yang hidup soliter dalam arti tidak berkoloni, hidup di air tawar misalnya di kolam, di empang, di danau, rawa-rawa dan lain-lain. Dapat berpindah tempat, tetapi biasanya terikat atau melekat pada suatu objek, misalnya batu-batuan, pokok kayu, tanaman air an lain-lain (Suwignyo, 2005). Ubur ubur mudah dikenal karena bentuknya unik yakni seperti payung dengan warna putih/bening, ukuran relative besar sering ditemukan di tepi pantai dan banyak dimanfaatkan untuk kerupuk ubur-ubur. polipAurelia berukuran kurang lebih 5 mm, terikat pada suatu objek didasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar antara 7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. Saluran pencernaan makanan pada ubur-ubur berupa gastrovaskular. Di tengah permukaan

tubuh sebelah bawah muncullah semacam kerongkonan pendek menggantung ke bawah. Hydra, hidup di air tawar yang jernih dinginn tidak hangat,air tergenang (kolom atau danau) menempel pada batu-batuan atau daun tanaman air. Ada yang hidup bersimbiosis dengan ganggang hijau. Karena hidup menempel maka untuk memperoleh makanan dibutuhkan peergerakan. Pergerakan dengan membengkokkan atas bantuan tentakel yang melekatkan dirinya pada substrat maka kaki dapat terangkat dan pindah posisi atau dapat pulau dengan berenang dan dapat pula menggunakan tentakel sebagai kaki dengan kontraksi memendek memanjang (Arka, 1996). Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya. Hydrozoa dapat hidup soliter. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut. Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho=mangkuk, zoa=hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medusa umumnya berukuran 240 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens. Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus=bunga, zoa=hewan) memiliki banyak tentakel yang berwarnawarni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa,hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet. Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora, Urticina (Anemon laut), dan turbinaria. Koral hidup di air jernih dan dangkal karena koral bersimbiosis dengan ganggang. Ganggang memberikan makanan dan membantu pembentukan rangka pada koral. Sedangkan koral memberikan buangan yang merupakan makanan bagi ganggang serta perlindungan bagi ganggang dari

herbivora.Rangka koral tersusun dari zat kapur. Rangka koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai (terumbu karang) (George, 2009). 3. PLATYHELMINTHES Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis. (Hala, 2007). Platyhelminthes dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah,berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica. Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur telurnya di kumpulkan pada uterus (Suwignyo, 2005). Tubuhnya tertutup epidermis dan di bagian ventral mengandung cilia yang berfungsi untuk merayap. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar dan batang batang kecil yang disebut rhabdoid. Sel kelenjar menghasilkan lender untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lender pada waktu merayap. Sel kelenjar acap kali juga terdapat di dalam mesenkhim (parenkim),

dan mempunyai saluran kecil menembus epidermis. Bawah epidermis terdapat serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dan dorso ventral (Kamal, 2009). Sistem pencernaan pada pltyhelminthes belum sempurna, cacing ini telah memiliki mulut tapi tidak memiliki anus, hewan ini memiliki rongga gastrovaskuler yang merupakan saluran pencernaan yang bercabang cabang yang berperan sebagai usus. Sistem saraf memiliki dua ganglion pada ujung ventral tubuh. Pada ujung ventral tubuh keluar satu pasang saraf longitudinal menuju ke bagian tubuh posterior (Suwignyo, 2005).

BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Oktober 2012 pukul 14.00 WITA di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, dredge net, lup, saringan, cawan petri, dan pipet,dan kertas grafik. Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah specimen porifera ( Grantia ), specimen hydra, specimen ubur-ubur, planaria atau cacing Turbellaria, Eurytrema pancreaticum. 3.3 Prosedur Kerja 3.1.1 Prosedur Kerja pada Porifera 1. Irisan melintang Grantia diamati dengan mikroskop stereo. Diperhatikan dan digambar bagian bagian seperti : Spongocoel, Ostium, saluran masuk, saluran radial. 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop biologi dengan perbesaran lemah hingga kuat. Kemudian diperhatikan dan digambar bagian : Apopil, Prosopil, dan Spikula. 3. Kemudia setelah itu diperhatikan pula jaringan atau sel seperti : Epidermis, Koanosit, Amebosit, Skleroblast. 3.1.2 Prosedur Kerja pada Coelenterata 1. Preparat ubur ubur (Obelia sp.) diamati dengan mikroskop stereo dengan perbesaran lemah. 2. Kemudian diperhatikan dan digambar beberapa bagian seperti : tentakel pada bagian tepi, manubrium, mulut, dan gonad.

3.1.3 Prosedur Kerja pada Platyhelminthes 1. Preparat awetan planaria dan Eurytrema pancreaticum diletakkan dibawah mikroskop. 2. Diamati dengan perbesaran yang rendah. 3. Diamati bagian bagian tubuhnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Hydra budding 1 4 2 5 Keterangan : 1. Tentakel 2. Epidermis 3. Budding 4. Mulut 5. Gastrodermis

Perbesaran 4x10 Gambar 1. Hydra budding B. Hydra sp 1 2 Keterangan : 1. Tentakel 2. Epidermis 3. Mulut 4. Gastrodermis 4 Perbesaran 4x10 Gambar 2. Hydra sp C. Obelia sp 3 Keterangan : 1. Polip 2. Tunas Medusa 3. Coenosarc 4. Tentakel

4 2 Perbesaran 4x10 Gambar 3. Obelia sp

D. Clonorchis Sinensis Keterangan : 1. Sel api 2. Gonad 3. Batil hisap

3 Perbesaran 4x10

Gambar 4. Clonorchis sinensis E. Planaria sp 2 4 1 Keterangan : 1. Mata 2. Saluran pernafasan 3. Saluran transversa 4. Mulut 5. Cabang mulut latera 6. Faring Perbesaran 4x10 Gambar 5. Planaria sp F. Taenia solium 4 3 1 Keterangan : 1. Penghisap 2. Kepala 3. Leher 4. Segmen tubuh

2 Perbesaran 4x10 Gambar 6. Taenia solium

G. Spongia sp Keterangan 1. Spicula 2. Substrat 3. Dinding Tubuh 4. Osculum

4 Gambar 7. Spongia sp 4.2 Pembahasan 1. Hydra budding Deskripsi :

2 Perbesaran 4x10

Hydra budding biasanya menempel pada permukaan batu atau tumbuhan air. Tidak memiliki organ khusus pernafasan, pembuangan hasil eksresi dan system peredaran darah. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan, hydra akan bereproduksi secara aseksual dengan cara pertunasan (budding), yaitu pembentukan suatu penonjolan yang kemudian melepaskan diri dari induk untuk hidup bebas. Mempunyai habitat di kolam , danau kecil, air tawar, sungai kecil dan kedalaman pantai. Memiliki potensi berperan sebagai plankton, Penyusun terumbu karang dan dapat dijadikan perawatan kulit. Klasifikasi dari Hydra budding sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Cnidaria : Hydrozoa : Hydroida : Hydrodae : Hydra : Hydra budding

2. Hydra sp. Deskripsi : Bentuknya seperti payung yang tidak begitu cembung. Diameter tubuh berkisar antara 7,5 cm hingga 30 cm, tetapi ada juga satu dua dapat mencapai 60 cm. warna tubuh ubur ubur adalah transparan, maka bentuk bentuk Kristal yang ada pada lapisan mesoglea tampak dengan jelas, walupun demikian di bagian tubuh terbentuk tampak berwarna putih kebiru- biruan atau putih kemerahan merahan. Kerena tubuh ubur ubur jernih transparan maka gonad yang ada di dalam tubuh tampak jelas dari permukaan tubuh. Setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang merentang pangjang yang disebut tangan mulut tersebut dibagian basis menyapu sedemikian rupa sehingga mengelilingan rongga atau lubang mulut. Hydra, hidup di air tawar yang jernih dinginn tidak hangat,air tergenang (kolom atau danau) menempel pada batubatuan atau daun tanaman air. Ada yang hidup bersimbiosis dengan ganggang hijau. Memiliki potensi berperan sebagai penyusun terumbu karang, dapat dimakan dan sebagai obat - obatan klasifikasi dari Hydra sp sebagai berikut : Kingdom Phyum Class Ordo Family Genus Species : Animalia : Cnidaria : Hydrozoa : Hydroida : Hydroidae : Hydra : Hydra sp.

3. Obelia sp Deskripsi : Tubuhnya berbentuk tseperti paying atau lonceng ukuran tubuhnya relative besar. Polip Obelia sp berukuran kurang lebih 5 mm, terikat pada suatu objek di dasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar antara 7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. saluran pencernaan makanan ubur-ubur berupa gastrovaskular. Di tengahpermukaan tubuh sebelah bawah muncullah semacam

kerongkongan pendek menggantung ke bawah. Organ indra terjadi dalam delapan kantong sekitar tepi bel, dan Di bawah dan sekitar mulut biasanya terdapat empat lengan lisan, pada beberapa ubur-ubur raksasa, senjata-senjata oral mungkin diperbesar sebanyak 40 meter panjang. Berhabitat di perairan dangkal dan dalam di laut. Memiliki potensi sebagai makanan ikan dilaut dan bahan pembuat kapur Adapun klasifikasi dari Ubur-ubur (Obelia sp) adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Cnidaria : Hydrozoa : Leptomedusa : Campanularidae : Obelia : Obelia sp

4. Clonorchis sinensis Deskripsi : Telur - telur berbentuk oval, panjang 26-30 mikrometer, dan memiliki tebal kulit kuning-cokelat di sekitarnya. sinensis telur meliputi memiliki anterior operculum diakhiri dengan sebuah lingkaran yang mencolok yang menonjol dari sisi telur. Pada sisi posterior, setiap telur telah baik kenop kecil atau sedikit melengkung tulang belakang. Telur tampak seperti biji wijen rendah di bawah kekuasaan dan benih melon air di bawah kekuasaan tinggi. Ini adalah warna kuning coklat, rata-rata 29 17 m ( telur cacing yang terkecil). Ada sebuah operculum dan sebuah tombol kecil pada ujung posterior. Konten adalah miracidium. metacercaria adalah berbentuk bola, 0,138 X 0.1mm, dalam otot ikan. Pada saat dewasa mirip dengan biji bunga matahari. Berukuran 10-25 x 3-5 X 1-2mm. Hidup parasit di sistem pencernaan manusia dan vertebrate lainnya. Daerah endemik di Asia termasuk Korea, Cina, Taiwan, dan Vietnam. Clonorchiasis telah dilaporkan di daerah-daerah non endemik termasuk Amerika Serikat. Memiliki potensiinjeksi yang dapat menyebabkan kematian dan bersifat parasit

Adapun klasifikasi dari Clonorchis sinensis sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Platyhelminthes : Trematoda : Ophischaciidae : Ophisthrocidae : Clonorchis : Clonorchis sinensis

5. Planaria sp. Deskripsi : Memiliki silia (rambut getar) pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Di bawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dandorsoventral sehingga Planaria sp mudah memutar dan meliuk-liuk. Panjang tubuh sekitar 0,1 - 600 mm. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) berbentuk segitiga dan terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan terang. Planaria sp. juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel yang berfungsi saat mencari makanan. Hidup nya biasanya di sel inang yang hidup contohnya pada sistem pencernaan vertebrata. Memiliki Potensi dapat digunakan untuk makanan ikan dan versifat parasit Adapun klasifikasi dari Planaria sp sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Platyhelminthes : Turbellaria : Seriata : Planaridae : Planaria : Planaria sp

6. Taenia Solium Deskripsi Taenia solium merupakan Cacing pita babi pada manusia. Cacing dewasa terdapat pada usus halus mannusia, dan dapat mencapai 2 sampai 7 m dan dapat bertahan hidup selama 25 tahun atau lebih. Organ pelekat atau skoleks, mempunyai empat batil isap yang besar serta rostelum yang bundar dengan dua baris kait berjumlah 22-32 kait. Kait besar (dalam satu baris) mempunyai panjang 140 180 mikron dan bagian yang kecil (dalam baris yang lain) panjangnya 110140 mikron. Bagian lehernya pendek dan kira kira setengah dari lebar skoleks. Jumlah keseluruhan dari proglotid kurang dari 1000, proglotid imatur bentuknya lebih melebar daripada memanjang, yang matur berbentuk mirip segi empat dengan lubang kelamin terletak di bagian lateral secara berselang seling di bagian kiri dan kanan proglotid berikutnya, sedang segmen gravid bentuknya lebih memanjang daripada melebar. Proglotid gravid panjangnya 10-12 x 5-6 mm, dan uterus mempunyai cabang pada masing masing sisi sebanyak 7 12 pasang. Segmen yang gravid biasanya dilepas secara berkelompok 5-6 segmen tetapi tidak aktif keluar dari anus. Proglotid gravid dapat mengeluarkan telur 30.000 50.000 butir telur. Telurnya berbentuk bulat atau sedikit oval (31 -43 mikro meter),mempunyai dinding yang tebal, bergaris garis, dan berisi embrio heksakan berkait enam atau onkosfer. Telur telur ini dapat tetap bertahan hidup di dalam tanah untuk berminggu minggu. Mempunyai habitat didalam perut mmanusia dan binatang. Memiliki potensi menimbulkan penyakit taeniasis dan sisteserkosis Adapun klasifikasi dari Taenia solium sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Platyhelminthes : Cestoda : Cyclophyllidae : Taniidae : Taenia : Taenia solium

7. Spongia sp Deskripsi : Tubuhnya berpori (ostium) yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk Kristal dari spikulaspikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Spongie sp berhabitat air laut dan melimpah di daerah ini, umumnya hidup menempel pada substrat dasar pantai yang berupa bebatuan, cangkang, koral sebagai obat Adapun klasifikasi dari Spongia sp adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Porifera : Demospongiae : Spongiaeda : Spongidae : Spongia : spongia sp dari karang. Memiliki potensi dapat digunakan sebagai alat cuci piring, souvenir dan juga

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Porifera ialah hewan yang memiliki banyak lubang-lubang kecil dan disebut hewan berpori yang meliputi Spongia sp 2. Coelenterata termasuk hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan endoderm yang meliputi Hydra budding, Hydra sp dan Obelia sp 3. Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma yang meliputi Clonorchis sinensis, Planaria sp dan Taenia solium 5.2 Saran Pada saat mau praktikum hendaknya praktikan sudah menyiapkan alat dan bahan serta membaca prosedur kerja lebih dulu sehingga pada saat praktikum sudah tahu apa yang akan dilakukan

DAFTAR PUSTAKA Arka, Arwinsyah. 1996. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata. MIPA UNSRI. Inderalaya George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press. Kamal, Mustafa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. MIPA UNSRI. Inderalaya. Oman Karmana. 2006. Cerdas Biologi. BandunG : Grafindo Media Pratama. Suwignyo,Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid 1. Jakarta : Penebar Swadaya.

You might also like