You are on page 1of 2

MANAKIBAN Oleh: Farah Ruqayah, M.Si Manakiban.

Kata ini awalnya sedikit asing bagi saya, namun setelah masuk ke lingkungan kampus IAILM, yang kebetulan adalah bagian dari lingkungan pendidikan Pondok Pesantren Suryalaya, kata manakiban sering terdengar atau bahkan sering saya ungkapkan. Manakiban secara tidak langsung menjadi hal yang saya tunggu-tunggu. Betapa tidak, orang dari berbagai daerah, berbagai lapisan sosial, berbagai usia, kumpul dalam satu ruang dan waktu untuk melantunkan kalimat-kalimat Allah, penuh harap dan keyakinan bahwa melalui salah satu proses ini Sang Pencipta melindungi, memberi berkah atau barokah kehidupan dunia dan akhirat. Manakiban sebetulnya berasal dari kata manaqib, yang bisa diartikan sejarah/ tarikh, hikayah, qisah, hikayah dan biografi. Kegiatan manaqib atau manakiban ini terdiri atas pembacaan riwayat hidup dari syekh Abdul Qodir Jaelani atau membacakan riwayat-riwayat dari orang-orang baik. Hal tersebut dimaknai sebagai kegiatan yang mengharapkan nilai-nilai baik atau positif dengan proses mendengarkan riwayat-riwayat tersebut. Sebelum hari berlangsungnya acara manakiban, tidak hanya orang-orang bagian dari TQN yang datang, tapi banyak pula para pedagang yang berkumpul menjajakan barang-barang dagangan mereka. Para pedagang ini berjejer, mengular, saling berhadapan satu sama lain mulai dari gerbang Pondok Pesantren Suryalaya, bahkan ada pula yang berada di depan jalan masuk menuju gerbang. Mereka terkadang 2 hari sebelum hari dilaksanakannya Manakiban, sudah bersiap dengan memasang bambu-bambu untuk atap mereka serta tempat menyerupai meja untuk memasang/menjajakan barang dagangan mereka. Hal menarik buat saya adalah melihat meja atau tempat untuk barang dagangannya tersebut. Meja yang terbuat dari kayu dan potongan bambu tersebut ditandai dengan cat warna hitam yang tertera nama pemilik atau nama pedagang. Selain keberadaan pedagang yang cukup menarik perhatian adalah berdatangannya orang-orang yang

nerasal dari berbagai daerah dan berbagai usia. Salah satunya seperti yang saya temui adalah tiga orang ikhwan yang berasal dari Malaysia. Mereka datang jauhjauh hari untuk mengikuti kegiatan manakiban. Mereka mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun batin untuk mengikuti manakiban. Para ikhwan yang berasal dari Malaysia tersebut menyatakan bahwa manakiban yang dilakukan satu bulan sekali ini bukan hanya sebagai bentuk pengajian atau dzikir bersama untuk mendapatkan berkah dan ridha Allah swt, namun juga sebagai ajang silaturahmi bagi para ikhwan tersebut. Berdasarkan pendapat para ikhwan tersebut, bisa dikatakan pula bahwa manakiban sebagai ajang atau kegiatan yang memiliki maksud untuk meningkatkan kohesi sosial atau kohesivitas yang ada di komunitas TQN. Kohesivitas dapat menjadi kekuatan yang besar, dimana semakin besar anggota atau ikhwan TQN mengidentifikasi dirinya dengan komunitasnya (semakin besar identitas sosial mereka) akan semakin kecil peluang mereka untuk keluar dari komunitasnya.

You might also like