You are on page 1of 13

FUNGSI ILMU, AKAL DAN WAHYU SEBAGAI CITRA DIRI INTELEKTUAL MUSLIM

FUNGSI ILMU, AKAL DAN WAHYU SEBAGAI CITRA DIRI INTELEKTUAL MUSLIM

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan Allah mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk ciptaan Allah yang lainnya. Bukti otentik dari kebenaran bahwa manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di antara mahkluk yang lain adalah ayat al-Quran surat At-Tin ayat 4 sebagai berikut: Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin:4) Satu hal yang membuat manusia lebih baik dari mahkluk yang lain yaitu manusia mampu berpikir dengan akalnya, karena manusia dianugerahi oleh Allah dengan akal sehingga dengannya manusia mampu memilih, mempertimbangkan, menentukan jalan pikirannya sendiri. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kedudukan akal. Dengan akal manusia mampu memahami al-Quran sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan akal juga manusia mampu menelaah kembali sejarah Islam dari masa lampau. Menurut Harun Nasution, sejarah puncak kejayaan intelektual umat Islam terjadi pada periode klasik sekitar 650-1250 M. Hal tersebut ditandai oleh banyaknya ulama-ulama yang lahir dan berkembang pada zaman ini. Dalam bidang hukum seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii dan Imam Ahmad Ibn Hambal. Dalam bidang teologi seperti Wasil Ibn Ata, Abu Huzail, al-Nazam dan al-Jubbai. Dalam bidang tasawuf seperti Zunun al-Misri, Abu yazid Al-Bustami dan al-Hallaj. Dalam bidang filsafat seperti al-kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Maskawaih. Ataupun dalam bidang saint seperti Ibnu hayyan, Al-Khawarizmi, al-Masudi dan al-Razi A. POSISI ORANG BERILMU Dalam al-Quran dengan jelas Allah SWT menjelaskan bahwa tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Salah satu ayat yang menyataka hal tersebut adalah terdapat dalam S. Az-Zummar : 9 yang penggalannya berbunyi :

Artinya: Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zummar: 9) Dari ayat itu, wajar jika kemudian kita temukan banyak Hadist yang berisi perintah untuk manuntut ilmu. Lebih dari itu bagi Islam menuntut Ilmu adalah satu kewajian pokok yang harus dilakukan oleh umat, baik bagi laki-laki maupun perempuan Posisi orang yang berilmu dalam pandangan Islam dengan jelas digambarkan Allah SWT dalam al-Quran Surat al-Mujadalah :11 yang berbunyi : Artinya : niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadalah :11) Dalam sebuah hadist rasulullah SAW bersabda : man arada dunya falaihi bil ilmi, wa man arada akhirah fa alaihi bi ilmi wa man aradahuma fa alaihima bi ilmi Ayat dan hadis tersebut mengindikasikan bahwa untuk dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat tidak lain dan tidak bukan kata kuncinya adalah dengan ilmu. Atas dasar itu dalam konsepsi Islam keberadaan orang berilmu sangat dimulyakan, sampai-sampai tidurnya orang alim (berilmu) adalah bernilai Ibadah. B. AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM Menurut Muhammad Abduh, Islam memandang akal mempunyai kedudukan tinggi. Allah menunjukkan perintah dan larangannya kepada akal. Di al-Quran terdapat ayat-ayat afala yatadabbarun, afala yanduruun afala yaqilun yang memerintahkan pada manusia untuk berfikir. Oleh sebab itu Islam adalah agama yang rasional.Mempergunakan akal adalah salah satu dari dasar-dasar Islam. Akal adalah anugerah yang diberikan Allah SWT yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, memahami, merenungkan, dan memutuskan.Akal juga yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Sedangkan wahyu adalah firman Allah kepada orang yang menjadi pilihannya (nabi dan rasul) untuk diteruskan kepada umat manusia sebagai pegangan dan panduan hidupnya agar dalam perjalanan hidupnya senantiasa pada jalur yang benar Dalam khasanan intelektual umat Islam, Akal dan wahyu mempunyai peran yang sangat penting dalam perjalanan hidup manusia.Keduanya merupakan sumber utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut jika kita uraikan wahyu sendiri dapat kita klasifikasikan menjadi dua, yakni wahyu Qauliyahdan wahyu Kauniyah. Dalam perkembangannya penggunaan akal dalam memahami teks ajaran agama yang tertuang dalam al-Quran dan hadist selanjutnya melahirkan corak pemikiran keagamaan yang ditampilkan suatu tokoh/aliran keagamaan. Bagi kelompok yang memberikan peran akal lebih besar dalam mengintepretasi teks keagamaan maka model yang demikian tampil dengan corak rasional. Sebaliknya, bagi yang memberikan peran akal lebih kecil dan lebih cenderung pada teks keagamaan, maka kelompok yang demikian dikenal dengan corak tradisional.

Pada masa pemikiran Islam klasik, model keagaamaan yang cenderung pada penggunaan akal dapat kita lihat dalam corak pemikiran aliran Mutazilah, sebaliknya model yang kedua dapat kita temukan pada pemikiran Ahlusunah terkhusus pada pemikiran Imam Ahmad dan Imam Maliki. Perhatian dan polemik pemikiran yang berhubungan dengan akal dan wahyu tidak hanya melanda pemikiran Islam klasik. Dalam konteks kekinian, lahirnya gerakan pembaharuan di Mesir lewat Muhammad Abduh, di Turki lewat Mustafa Kemal, di India lewat M. Iqbal dan di Indonesia sendiri dapat dijumpai masalah tersebut pada pemikiran Harun Nasution atau lewat gerakan Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdallah. Dalam prespektif teologi keberadaan akal dan wahyu mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan umat Islam.Hal tersebut ditandai oleh kuatnya pertentangan yang terjadi pada sebagian aliran teologi dalam Islam seperti Mutazilah dan Ahlussunah. Menurut Mutazilah dengan Akal, manusia dapat mengetahui akan adanya Tuhan sekalipun tanpa bantuan Wahyu. Adapun fungsi wahyu adalah sebagai konfirmasi dan informasi atas apa yang telah diketahui oleh akal. Sedangkan menurut Ahlussunah khusus pada firqah Asyariah menyatakan bahwa betul manusia dengan akalnya dapat mengetahui adanya Tuhan, namun untuk mengetahui tata cara menyembahnya (beribadah) diperlukan Wahyu. Dari dua pandangan aliran teologi di atas jika dibuat perbandingan keduanya mengenai fungsi akal dan wahyu adalah nampak dalam bagan berikut ini : Aliran
1. 2. 3. 4.

Fungsi Akal
Mengetahui adanya Tuhan Kewajiban Mengetahui Tuhan Mengetahui Baik dan buruk Kewajiban mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk

Fungsi Wahyu
Hanya sebagai alat untuk konfirmasi dan informasi atas apa yang di dapat melaui akal

Mutazilah

Asyariah

Untuk mengetahui adanya Tuhan (MT)

1. 2. 3.

Kewajiban mengetahui adanya Tuhan (KMT) Mengetahui baik Dan buruk (MBB) Kewajiban mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk (KMBB)

Maturidiah Samarkand Bukhara

1. 2. 3. 1. 2.

MT KMT MBB MT MBB

KMBB KMT KMBB

J KEPEMILIKAN PRIBADI (PRIVATE PROPERTY) DALAM PRESPEKTIF SISTEM KAPITALISME, SOSIALISME DAN ISLAM

A. PROLOG

Kepemilikan pribadi ( private property ) merupakan fitrah yang di miliki oleh setiap manusia. Dalam konteks ini ketika manusia terdesak untuk memenuhi kebutuahan hidupnya, sangat wajar jika ia termotivasi untuk memiliki harta demi memenuhi kebutuhannya. Fitrah manusia untuk menguasai harta benda terkadang membuat ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta tersebut. Baik dalam segi pemerolehannya maupun dalam segi pendistribusianya.Wabah Az-Zuhaili dalam bukunya Al-Figh Al-Islam mengatakan bahwa kepemilikan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan harta yang telah di tetapkan oleh syara dan membelanjakannya dalam berbagai macam bentuk dengan syarat pembelanjaannya tersebut tidak bertentangan dengan syariah.Rumuasan yang telah di gulirkan oleh wabah Az-Zuhaili tersebut mengkonsekwensikan bahawa dalam pemerolehan harta dan pembelanjaannya haruslah sesuai dengan ketentuan syara.Dengan demikian yang menjadi kebutuhan kita sekarang adalah bagaimana kita dapat memperoleh harta dengan jalan yang di kehendaki oleh syara.

Islam sebagai agama sekaligus doktrin sosial,datang dengan menawarkan mekanisme pemerolehan harta dan pembelanjaannya sebagaimana yang tergambar dalam al-Quran dan al-Hadist. Al-Quran menyatakan bahwa kita di larang untuk memakan harta sesama dengan jalan yang bathil.Islam tidak melarang manusia untuk memperoleh harta, namun Islam juga tidak membenarkan dalam pencarian harta dan pengelolaan seenaknya saja tanpa memperhatikan akibat dari penggunaan tersebut.Islam menghendaki bahwa dalam

pemerolehan harta manusia harus mengiindahkan aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh syara bukan dengan melarang dan pembarangusan terhadap kepemilikan pribadi tersebut. Penghapusan dan pemberian kebebasan yang seluas-luasnya terhadap manusia dalam pemerolehan dan pendistribusian harta, sebagaimana yang digulirkan oleh kaum sosialis dan kapitalis adalah sangat bertentangan dengan naluri insaniyah setiap manusia.Islam memberikan kebebasan pada manusia dalam kepemilikan, namun kebebasan yang di berikan oleh Islam adalah kebebasan yang harus bisa di pertanggungjawabkan secara moral baik pada

manusia maupun Tuhan.Dengan demikian sangat di perlukan batasan-batasan yang jelas dalam mekanisme pemerolehan harta dan pengelolaannya.

Kebebasan dalam kepemilikan yang tidak ada batasnya akan mengakibatkan kecemburuan dalam masyarakat, diaman kaum capital akan merajalela tanpa adanya kontrol karena merasa memiliki modal untuk menguasai dan bertindak seenaknya saja pada orang lain. Demikian juga halnya dengan penghapusan kepemilikan individu juga akan melahirkan kediktatoran semata. Hal tersebut di sebabkan oleh pandangan kaum sosialis sangat memberikan kekuasaan yang lebih pada negara untuk mengatur dalam pendistribusian dan produksi yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu dari uraian singkat diatas, dalam makalah kami yang singkat ini kami akan mendiskripsikan batasan-batasan yang dikehendaki dalam pemerolehan harta dan pengelolaanya oleh syara dan sebab-sebab kepemilikan.Kemudian bagaimana pandangan kaum kapitalis dan sosialis terhadap kepemilikan pribadi.

B. PENGERTIAN KEPEMILIKAN PRIBADI. Dalam konteks kebahasaan ( lughah ) Milik di atrikan dengan memilik sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas terhadapnya. Wabah Az-Zuhaili mengartikan Hak Milik adalah harta yang dikuasai oleh manusia dan di pergunakan untuk kepentingan pribadi. Adapun secara istilah hak milik adalah sesuatu pengkhususan yang menghalangi orang lain menurut syariah, yang membenarkan pemilik bertindak sekehaendaknya dengan catatan tidak bertentangan syara. Adapun menurut Wabah Az-Zuhaili mengatakan bahwa hak milik adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan harta dan membelanjakannya dalam berbagai macam bentuk dengan syarat tidak bertentangan dengan syara.

Dari difinisi hak milik diatas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyahi hak untuk memiliki sesuatu, hanya saja kepemilikan tersebut di syaratkan tidak melanggar ketentuan syara.Islam memandang, kepemilikan adalah hal sangat wajar dan merupakan naluri yang di miliki oleh setiap manusia. Islam tidak melaramng manusia untuk memilik sesuatu namun Islam juga tidak membenarkan manusia dalam meiliki harta menggunakan cara yang seenaknya saja. Mekanisme yang tertuang dalam al-quran dan Al-Hadist terhadap pemerolehan harta harus dipatuhi dan di jalankan.Kepemilikan yang tanpa adanya batas seperti dalam pandangan kaum kapitalis juga tidak di benarkan oleh Islam. Hal tersebut di karenakan akan melahirkan

absuditas antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Pembatasan terhadap kepemilikan dimaksudkan agar antara kemaslahatan individu dan umum berjalan secara seimbang. Apabila kemaslahatan individu saja yang di utamakan dan tanpa adanya batas, maka akan menimbulkan kesenjangan dalam masyarakat. Dalam konteks kekinian akan melahirkan monopoli, kongmelerasi dan oligapoli.

Hak milik yang terdapat dalam diri manusia merupakan hak milik yang bersifat nisbi ( relatif ) bukanlah mutlak atau hakiki. Karena hak yang mutlak adalah hanya pada Tuhan saja.Adanya hak milik manusia tersebut di jelaskan dalam al-Quran. Seperti dalam S. al-Baqoroh ( 2 ) : 188, S. an-Nisa ( 4 ) : 5 dan S. Al-Baqoroh ( 2 ) 179.

C. BATASAN KEPEMILIKAN PRIBADI ( PRIVATE PROPERTY )

Sebagaimana yang telah di jelaskan di depan bahwa ketika manusia terdesak untuk maka ia secara naluriah, ia akan mencarai harta untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Yang di kehendaki oleh Islam adalah adanya batasan yang jelas dalam mekanisme pemerolehan harta dan pengelolaan harta tersebut.Kepemilikan yang ada pada manusia adalag kepemiliakn yang hanya bersifat nisbi dan merupakan pemberian Tuhan semata-mata.Oleh sebab itu mekanisme yang ditawarkan oleh Tuhan yang tertera dalam al-Quran dan al-Hadist harus dijalankan.Selain itu prinsip dasar dari kepemilikan harus dipahami betul-betul.Karena prinsip dasar adalah sebuah landasan filosofis yang merupakan roh dari kepemilikan tersebut. Adapun prinsip dasar dari kepemilikan tersebut adalah :

1. Pada

hakikatnya

individu

adalah

bagian

integral

dari

masyarakat.

Manusia selain sebagai maklhuk individu juga sebagai maklhuk sosial ( Zoon Politican ). Oleh sebab itu dalam pengelolaan harrta harus di perhatikan apakah dalam pengelolaan dan pemerolehannya tersebut merugikan orang lain atau tidak. Dengan kata lain kepemilikan tersebut memuat dimensi sosial ( social dimetion ). Dalam konteks sosial ( society ) kepemilikan yang terdapat dalam individu hanya bersifat sebagai uang belanja. Dalam artian individi memiliki hak lebih besar dari pada masyarakat, namun walaupun demikian, pada dasarny harta adalah milik masyarakat.

2. Tidak

diperbolehkannya

harta

terkumpul

pada

satu

orang.

Prinsip yang kedua ini di maksudkan untuk menjaga keseimbangan yang terjadi di masyarakat. Pabila harta terkumpul pada satu orang atau golongan maka akan melahirkan kesewenang-wenangan pada golongan yang tidak mempunyai harta tau modal. Sehingga Islam harta harus terdistribusikan secara merata dalam masyarakat. Dengan terdistribusikannya secara merata harta dalam masyarakat maka keseimbangan akan terjaga. Dalam S. Al-Hasyr : 7 dijelaskan bahwa supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja di antara kamu

Adapun

mekanisme

yang

dikehendaki

oleh

Islam

dalam

pemerolehan

harta

dan

pengelolaannya adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan halal dan haram dalam ketentuan hukum Islam. 2. Melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan dalam Islam terhadap kepemilikan sepertizakat dan sodaqoh. 3. Tidak menyerahlkan pengelolahan harta pada orang yang gila,pemboros lemah dan bodoh. 4. Adanya hak untuk berserikat dengan tetangga atau patner kerja. 5. Tidak di benarkan pengelolahan harta pada satu orang atau satu kelompok. D. SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN PRIBADI ( PRIVATE PROPERTI )

Sebab kepemilikan disini adalah sebab yang menjadikan seseorang memiliki harat yang sebelumnya tidak memiliki.Perlu dipahami bahwa antara sebab kepemilikan zat dan sebab pengembangan kepemilikan dengan sebab kepemilikan adalah berbeda.Dimana sebab kepemilikan zat adalah sebab kepemilikan yang hanya terjadi perbedaan terhadap zat dari benda tersebut, namun pada asalnya sudah dimiliki. Seperti pada kasus barter. Sedangkan sebab pengembangan harta adalah upaya untuk mengembangkan dan memperbanyak kwantitas harta asal yang pernah kita peroleh dengan sebab salah satu kepemilikan. Adapun sebab kepemilikan harta yang dimaksud oleh Islam adalah sebagai berikut : 1. Bekerja.Artinya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya maka manusia memerlukan harta.Tuhan menyatakan bahwa seluruh bumi dan langit adalah kepemilikanNya semata. Manusia hanya sebagai khilifa ( wakil ) saja di bumi. Oleh sebab itu kekayaan alam

yang telah di sediakan oleh Tuhan dalam bumi ini harus di peroleh manusia untuk memenuhi kebutuhan insaniyahnya dengan jalan bekerja. Adapun pekerjaan yang di kehendakai oleh Islam adalah sbb :

a. Menghidupkan tanah mati, dalam artian mengelola tanah yang belum ada pemiliknya. b. Menggali kandungan bumi, seperti melakukan penambangan. c. Berburu d. Makelar e. Mudlorobah f. Mengairi lahan pertanian g. Kontrak tenaga kerja 2. Warisan. Waris merupakan ketentuan dan ketetapan Tuhan dalam al-Quran terhadap harta seseorang yang telah mati.Kepemilikan harta pribadi yang di sebabkan oleh waris ini harus seide dan sejalan dengan segala ketentuan Tuhan dalam al-Quran tentang pembagian harta waris.Oleh sebabitu pelanggaran terhadap pembagian harta warisakan mengakibatkan haramnya kepemilikan yang ada.Manusia tidak berhak untuk memasukkan orang-orang yang tidak mempunyahi hak untuk mendapatkan harta waris tersebut. Demikian juga,tidak ada hak manusia untuk melarang seseorang untuk mendapatkan harta waris. 3. Kebutuhan harta untuk menyambung nyawa. Kebutuhan akan harta sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa harta merupakan naluriyah setiap manusia. Lebih dari pada itu untuk mempertahankan eksistensinya dalam alam ini maka manusia harus berusaha memperoleh harta.Dalam konteks ketatanegaraan Islam, dalam rangka untuk menyambung kehidupannya maka negara sebagai institusi yang mempunyai wewenang terhadap kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya maka nega wajib mengusahakan dan meberikan lapangan pekerjana pada masyarakat. Negara dalampandangan Islam ibaratkan seperti penggembala, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kebutuhan gebalanya ( rakyat ). 4. Pemberia harta negara pada rakyat. Yang dimaksud dengan harta negara yang dapat dijadikan harta pribadi ( milik pribadi ) adalah harta yang terdapat dalam baitul maal. Terkait dengan ketata negaraan Islam maka jika ada masyarakat yang mengalamikesusahan seperti kelaparan dantidak mempunyai lahan pertanian, maka negara wajib memberikan harta yang terdapat dalam baitul maal tersebut pada orang yang sedang kesusahan itu. Hal ini pernah

dilakukan oleh khalifah Umar bin Khoto ra. Yang memberikan pada petani Iraq harta dari baitul maal untuk membiayai lahan pertaniannya.Pemberian yang semacam ini dalam pandangan Islam bisa menjadi hak milik pribadi. 5. Harta yang diperoleh tanpa adanya konpensasi apapun. Harat semacam ini adalah seperti hadiah dan hibah dari orang lain. Adapun dalam pandangan Islam harta yang dapat di miliki tanpa adanya konpensasi apapun dalam beberapa hal, yang antara lain :

a. Hubungan pribadi antara orang satu dengan orang yang lain. Harta yang diperoleh dari hubungan pribadi ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu pertama harta yang didapat pada saat hubungan itu masih hidup dalam artiyan keduanya masih hidup. Seperti harta yang berasal dari hadiah dan hibah. Kedua harta yang didapat setelah salah satu nya meninggal. Harta semacam ini adalah seperti waris dan wasiat b. Karena ganti rugi atas kemadlotrotan yang ditimpa. Seperti dalam kasus pembunuhan yang pelakunya dikenakan diyat.

c. Luqothoh ( barang temuan ). Barang temuan sebelum menjadi hak milik maka harus di perhatikan terlebih dahulu apakah barang tersebut memungkinkan untuk diumumkan serta bukan barang milik orang. d. Mahar dari sebuah pernikahan. e. Santunan yang diberikan oleh kholifah pada para pejabatnya. E. PANDANGAN KAUM KAPITALIS DAN SOSIALIS TERHADAP PRIVATE PROPERTY

1. Pandangan kaum kapitalis.

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang secara jelas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadapa masyarakat yang ditandai dengan berkuasanya kaum capital ( pemilik modal ). Paradigma yang selama ini di usung oleh kaum kapitalis adalah sbb:

a. Paradiqma tentang kebutuhan. Kaum kapitalis mengaytakan bahwa kebutuhan manusia adalah tidak terbatas sedangakan sumberdaya alam yang ada adalah terbatas.Hal tersebut melahirkan sebuah permasalahan.Sehingga langkah yang harus di tempuh adalah dengan meningkatkan kwalitas dan kwantitas produksi.

b. Paradigma tentang nilai ( value ) barang dan jasa. Kaum kapitalis menganggap bahwa barang dan jasa di anggap bernilai apabila masih ada yang

membutuhkannya.Pandangan yang demikian mengkonsekwensikan nisbinya nilai atas barang dan jasa yang ada.

c. Paradigma tentang harga sebagai pengendalai produksi dan distribusi kekayaan. Pandangan semacam ini mengakibatkan pada adanya kongmlorasi secara besar-besaran dalam pasar, sehingga mengakibatkan semakin tertindasnya kaum ploretar.

Dalam konteks kepemilikan pribadi kaum kapitalis menganggap bahwa kebebasan individu untuk menguasai alat produksi adalah bagian yang integral dari kemerdekaan tiap manusia. Pandangan yangbdemikian mangakibatkan kaum yang tidak mempunyahi capital akan semakin tertindas. Sedangkan kaum yang mempunyahi capital akan berbuat seenaknya saja terhadap kaum ploretar. Dan apabila kita komparasaikan dengan pandangan Islam.Jelas hal ini sangat bertentangan dengan hak-hak manusia.

2. Pandangan kaum sosialis.

Kaum sosialis menganggap bahwa adanya Private property merupakan awal dari terlahirnya kelas dalam masyarakat. Mereka menganggap dengan adanya kelas masyrakata akan selalu bermusuhan dan bertentangan antara satu dengan yang lainnya ( ploretar dengan bojuis, capital dengan pekerja ). Oleh sebab itu kelas dalam masyatrakat harus dihapus, yang salah satu jalannya adalah dengan penghapusan kepemilikan pribadi.Tujuan dari semuanya tersebut adalah untuk menciptakan equelity dalam masyarakat secara real.

Dengan adanya penghapusan kepemilikan pribadyi tersebut mengkondisikan bahwa segala aktifitas produksi dan pendistribusiannya adalah harus di serahkan pada negara.Hal tersebut memberikan konsekwensi logis pada pemerintah kekuasaan yang besar. Hal yang mengawatirkan dalam keadaan yang demikian adalah apabila para pejabat berniat untuk menggunakan kekuasaanya dengan seenaknya dan di pegang oleh orang yang tidak baik, maka akan melahirkan kediktatoran semata.

Yang menarik dalam konsep penghapusan private property oleh kaum sosialis adalah terjadi polarisasi pemikiran didalamnya.Artinya dalam memahami penghapusan private property kaum sosialis berbeda pendapat yang melahirkan paradigma yang berbeda pula. Diantaranya adalah:

a. Ada yang mengartikan penghapusan kepemilikan hanya sebatas barang-barang produksi seperti tanah,industri jalan dan lain-lain. Sedangkan barang-barang yang bersifat konsumtif bisa dikuasai ( dimiliki ). Paradigma yang demikian dalam perkembangannya melahirkan golongan sosialis kapitalis.

b. Ada yang menafsirkan bahwa penghapusan pemilikan adalah pada segala hal. Baik barang-barang produktif maupun konsumtif.Paradigma yang demikian dalam perkembangannya melahirkan golongan sosialis komunist.

c. Penghapuasan kepemilikan hanya terbatas pada tanah pertanihan. Sehingga mereka disebut sosialis pertanian.

d. Dan ada yang menyatakan penghapusan kepemilikan harus dikaji ulang. Dalam artiaan di teliti terlebih dahulu apakah ada kemaslahatan dalam kepemilikan pribadi tersebut sehingga memungkinkan untuk menjadi milik umum. Pandangan yang demikian pada perkembangan selanjutnya melahirkan golongan sosialis negara ( state sosialis ).

Pada akhirnya kaum sosialis menghendakai adanya pemeratan harta dalam masyarakat yang di wujudkan dengan penghapusan pemilikan pribadi dan tersentralnya pengelolaan produksi dan pendistribusianya oleh negara.

F. KOMPARASI

KOMPARASI ASUMSI DASAR SISTEM EKONOMI ISLAM, SOSIALIS DAN KAPITALISME TERHADAP PRIVATE PROPERTY

1. Hakekat kepemilikan Merupakan naluri atau fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia yang dibawa sejak lahir Awalmula terlahirnya kelas dalam masyarakat, dimana kaum capital sangat mencengkram kaum buruh ( pekerja ). Merupakan bagian integral dari kemerdekaan masing-masing individu. 2. Sifat kepemilikan Nisbi ( relatif ) - Mutlak atau hakiki 3. Mekanisme pemerolehan dan pendistribusian harta Harus sesuai dengan ketentuan syara

(memperhatikan kemaslahatan individu dan umum) Harus dikelola secara kolektif oleh Negara ( konsekwensi logis dari penghapusan private property dan perwujudan equality secara real ) Setiap individu di beri kebebasan untuk menguasai dan mengelolah faktorfaktor produksi 4. Kategori kepemilikan Terbatas pada hal-hal yang tidak menyangkut kepentingan umum. Terbatas pada barang-barang selain faktor-faktor produksi. Tidak terbatas, artinya barangbarang yang termasuk dalam faktor-faktor produksi bisa di kuasai ( dimiliki ) 5. Sebab kepemilikan Bekerja, waris, adanya harta untuk menyambung nyawa, harta pemberian negara, harta yang diperoleh tanpa kompensasi apapun Bekerja dan karena kebijakan pemerintah. Pengelolaan dan penguasaan harta secara maksimal. 6. Peran pemerintah Seimbang, dalam artian sebagai fasilitator antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Sangat dominan, dan terkadang melahirkan kediktatoran. Kurang ada atau sangat minim.

G. KESIMPULAN

1. Kepemilikan pribadi adalah adanya pengkhususan secara pribadi dan melarang orang lain untuk memilikinya serta di perbolehkannya ia menegelola dan membelanjakannya selagi tidak bertentangan dengan syara. 2. Batasan yang harus di perhatikan dalam kepemilikan adalah bahwa dalam pengelolahan dan pemerolehan serta pendistribusiannya harus sesuai dengan syara 3. Sebab-sebab yang menjadikan kepemilikan adalah waris, bekerja, harta untuk menyambung nyawa, pemberian negara dan harta yang diperoleh tana adnya kompensasi apapun. 4. Kaum sosialis beranggapan bahwa kpemilikan harus dihapuskan, karena dengan adanya kepemiliakan mka akan timbul ketimpangan dalam masyarakat. 5. Kaum kapitalis berpendapat bahwa kepemilikan adalah bagian integral dari kemerdekaan yang harus dijunjung oleh setiap manusia. 6. Islam menganggap kepemilikan adalah naluri setiap insan, sehingga isla memberikan kebebasan pada manusia untuk memiliki sesuatu hanya ada batas-batasnya. 7. Kepemilikan yang ada pada manusia adalah kepemilikan yang bewrsifat nisbi ( relatif ) sedangkan kepemilikian yag ada pada tuhan adalah mutlak.

DAFTAR PUSTAKA

Mannan, M. Abdul.1997, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam.Terj. M. Nastangin, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Lubis, K. Suhrawardi, 2000, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika. Fikri, Ali. et all, 1997, Wawasan Islam Dan Ekonomi, Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi-UI Basyir, Azhar ,Ahmad, 2002, Garis Besar Ekonomi Islam, Yogyakarta : BPFE An-nabhani, Taqyuddin,2002 ,Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perespektif Islam, Surabaya : Risalah Gusti Az-Zuhaili.wabah, Al-figh al-Islam, jus 2 Haroen ,H. Hasrun, 2000, Figh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama

You might also like