You are on page 1of 48

mber 17, 2011 mihwanuddin Tinggalkan Komentar Go to comments INTRUMEN PENILAIAN NON TES MAKALAH Di Sampaikan Untuk Memenuhi

Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Pengembangan Pemikiran PAI Oleh: M. KHOZIN M. AL-GHANIJ MUKARROM M. ROMDONI Dosen Pengampu :GUSNI SATRIAWATI Kelas :TARBIYAH PAI D SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2009 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinalia dengan alat non tes atau bukan tes. Alat alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah kuesioner dan wawancara, unjuk kerja, skala (penilaian, sikap, minat), observasi atau pengamatan, study kasus, dan sosiometri. Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan menggunakan alat melalui tes dalam meniali hasil dan proses belajar. Para guru pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada non tes, mengingat alatnya mudah

dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinalai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. 1. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa wawancara? Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa observasi? Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa angket/kuesioner? Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa unjuk kerja? BAB II PEMBAHASAN 1. WAWANCARA Wawancara adalah teknik untuk mandapatkan data dengan cara berhubungan dengan peserta didik (face to face relation). Wawancara juga bisa dilengkapi dengan alat berupa tepe recorder, sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan lebih lengkap. Sebelum melaksankan wawancara perlu dirancang pedoman-pedoman wawancara. Pedomanpedoman tersebut disusun dengan mnempuh langkah-langkah sebagai berikut:[1] 1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. 2. Setelah mengetahui tujuannya, tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut. 3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk bersetruktur ataukah bentuk terbuka 4. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan bentuk wawancara. Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara: 1. Menjaga hubuangan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik 2. Batasi waktu dalam wawancara 3. mencatat semua hasil wawancara Contoh : Tujuan Bentuk Responden Nama siswa :Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa dirumah :Bebas :Siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi :.

Kelas

:.

Jenis kelamin :. Pertanyaan Jawaban siswa Komentar dan kesimpulan hasil wawancara

1. Kapan dan berapa lama anda belajar dirumah? 2. Bagaimana anda mempersiapkan diri untuk balajar secara efektif? 3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?

2. OBSERVASI Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku pesserta didik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi pengamatan dipakai untuk: (a). Menilai minat, sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik. (b). Melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok. Langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai berikut:[2] 1. terlebih dulu lakukan observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku. 2. setelah diketahui, penilai menentukan segi-segi mana dari perilaku tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya. 3. tentukan bentuk observasi tersebut. Contoh Mata pelajaran Kelas/Semester Indikator No PKN :IV/Genap :Mengindahkan kepentingan orang lain Perilaku yang diamati Hasil pengamatan 1 2 3 4 5

1 Mengganggu teman di kelas

2 Kataatan peserta didik terhadap peraturan sekolah 3 Menunaikan tugas kelompok Keterangan 1 = tidak pernah 2 = jarang 3 = kadang-kadang 4 = sering 5 = selalu 3. ANGKET Adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.[3] Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun angket: Pertama, pertanyaan hendaknya pendek dan jelas. Kedua, mengandung satu jawaban. Ketiga, pertanyaan tidak boleh menyinggung peserta didik. Contoh angket dalam bentuk puilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar ranah afektif 1. dalam melaksankan ibadah sholat sekarang ini, saya merasa: 1. masih sulit untuk memusatkan diri 2. dapat berkonsentrasi tetapi mudah sekali pudar 3. tidak begitu sulit untuk berlkonsentrasi 4. mudah untuk melakukan pemusatan perhatian 5. senang karena dapat berdialog dengan Allah contoh angket dalam bentuk likert dalam rangka mengungkap hasil belajar ranah afektif 1. hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai oleh silih bergantinya suasana sedih dan gembira. Suasana sedih dan gembira itu sebenarnya merupakan ujian dari Allah bagi umatNya. Terhadap pernyataan tersebut, saya: 1. sangat setuju 2. setuju 3. ragu-ragu 4. tidak setuju 5. sangat tidak setuju 4. UNJUK KERJA Penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu[4].

Karakteristik dasar penilaian unjuk kerja adalah: 1. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas 2. Produk dari performance assessment lebih penting dari pada perbuatannya Contoh: Gerakan shalat Sikap awal gerakan ini adalah berdiri tegak menghadap ke kiblat. Gerakan selanjutnya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. gerakan takbiratul ihrom gerakan ruku gerakan itidal gerakan sujud gerakan duduk diantara dua sujud gerakan salam BAB III PENUTUP Wawancara adalah teknik untuk mandapatkan data dengan cara berhubungan dengan peserta didik (face to face relation). Wawancara juga bisa dilengkapi dengan alat berupa tepe recorder, sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan lebih lengkap. Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku pesserta didik di dalam kelas maupun diluar kelas Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis Unjuk kerja Penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. REFERENSI Fuadi, Athok Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006). Sudjana, Djudju Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset: 2006 Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1989

[1] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1989).hal.69. [2] Ibid.hal.5. [3] Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset: 2006).177. [4] Athok Fuadi, Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).

Makalah Evaluasi Pendidikan NON TES

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik NON TES. Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono,2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan tentang resume pengertian, bentuk-bentuk nontes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan teknik non tes. Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga banyak dan juga persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes. Namun kepentingan yang ada membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting B. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian teknik evaluasi non tes. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi non tes.

C. Manfaat Makalah

1. Untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian teknik evaluasi non tes. 2. Untuk memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis evaluasi non tes.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)

B. Jenis-jenis teknik non tes Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi:

1. Pengamatan (observation) Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. a. 1) Tujuan utama observasi antara lain : Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan 2) Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill) 3) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya b. Karakteristik Observasi 1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. 2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. 3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi. 4) Praktis penggunaannya. c. Pembagian Observasi Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

2)

Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak

dibatasi oleh

suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu: 1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki. 2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu. 3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti. d. kelebihan Dan Kekurangan Observasi Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain: Kelebihan 1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena. 2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan. 3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi. 4) Tidak terikat dengan laporan pribadi. Kekurangan 1) Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri. 2) Biasanya masalah pribadi sulit diamati. 3) Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh. e. Pedoman penyusunan observasi Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan observasi 2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi 3. Menyusun pedoman observasi 4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran

5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi 6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba 7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung 8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi Berikut ini contoh format observasi

Nama Sekolah Mata Pelajaran Bahan Kajian

: : :

Nama Guru : .. Hari/tanggal : Pukul :

A.

Tujuan Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukut kemampuan guru mengelola pembelajaran askeb I (kehamilan) di kelas dengan model konstad

B.

Petunjuk 1) Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara member tanda cek () pada lajur yang tersedia

2)

3)

Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4 (baik) No I. a. Aspek yang diamati/penilaian Fase Persiapan Mental Menyampaikan secara lisan hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu member penjelasan Memotivasi mahasiswa dengan cara member informasi tentang pentingnya mengenal manfaat bahan kajian untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya maupun kehidupan seharihari Memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu dipahami mahasiswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana mahasiswa dapat menggunakan pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar Fase Advance Organizer Mengaktifkan pengetahuan prasyarat mahasiswa dengan cara : Mempersilahkan mahasiswa membaca bagian tertentu buku mahasiswa Melakukan komunikasi interaktif dengan mahasiswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif ini termuat dalam lembar Advance Organizer (LAO) Mengaktifkan pola berpikir mahasiswa agar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksikan pengetahuan baru. Fase Konstruksi Pengetahuan Baru Penyampaian masalah dalam wujud tertulis kepada mahasiswa dengan cara : Menyerahkan LKS dan memberi penjelasan Skala Penilaian 1 2 3 4

b.

c.

II. a. 1. 2.

b.

III. a. 1.

2. b.

c.

d. 1. 2.

3.

IV

a.

b. c. V VI a. b.

tentang bekerja dengan LKS tersebut Mempersilahkan mahasiswa membuka buku mahasiswa pada bagian tertentu Memberi kesempatan pada mahasiswa utnuk menyelidiki masalah dengan cara mempersilahkan mahasiswa membaca LKS yang sudah diberikan. Dosen memantau mahasiswa yang sedang menyelidiki masalah Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah dengan mengisi LKS, selanjutnya dosen berkeliling kelas memantau aktifitas mahasiswa dan jika perlu member masukan kepada mahasiswa secara individu. Dalam hal ini dosen tidak memberikan jawaban kepada mahasiswa tetapi dosen mengiuti jawaban mahasiswa. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan klarifikasi ide dengan cara: Mempersilahkan mahasiswa duduk dengan formasi kelompok Mempersilahkan mahasiswa berdisukusi dalan kelompoknya tentang hasil yang dicapai dalam mengisi LKS. Mengikuti diskusi mahasiswa dan member masukan berdasarkan jawaban mahasiswa Mempersilahkan wakil dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil disukusi Fase Penguatan Kognitif Baru Menguji gagasan baru yang dikonstruksikan mahasiswa dengan cara : Memersilahkan mahasiswa mengerjakan soal tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan memantau pekerjaan mahasiswa Membahas bersama mahasiswa soal yang tidak dapat dipecahkan oleh kebayakan mahasiswa Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini Pengelolaan Waktu Pengamatan suasana kelas : Siswa antusias Guru antusias

., Pengamat/ Penilai

..

2. Wawancara (interview) a. Pengertian Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi). b. Pembagian wawancara Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:

1) Wawancara terpimpin (guided interview) Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. 2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika. c. Hal-hal yang perlu diperhatikan Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan. d. Tujuan wawancara Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni : 1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. 2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. 3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu. e. Kelebihan Dan Kekurangan Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ; 1) dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu 2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber 3) Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula 4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan 5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail. Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain : 1) memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya

2)

dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara. Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara:

Pertanyaanpertanyaan : 1) Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen atau petunjuk dari dalam LKS? .

2)

Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada dosen? 3) Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi pelajaran? 4) Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas? 5) Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen? 6) Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak? 7) Apakah mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain? 8) Apakah menurut mahasiswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar? 9) Apakah orang tua mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar? 10) Apakah mahasiswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya? 3. Kuesioner a. Pengertian Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

b. Tujuan kuesioner/ angket

Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah : 1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika. 2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu. 3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar. 4) Membantu anak yang lemah dalam belajar. 5) Untuk mengetahui kesulitan kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika. c. Jenis kuesioner Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010) 1. Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:

1) Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll. 2) Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar. 3) Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta. 4) Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai. 2. Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu : 1) Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan. 2) Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri 3) Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan. 3. Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :

1) Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.

2) Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya). d. Kelebihan dan kekurangan Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu: 1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. 2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama 3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan Sedangkan kelemahan angket, antara lain: 1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali 2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. 3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. 4. Riwayat Hidup Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai. Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat

tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009). Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta 5. Studi kasus a. Pengertian Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu: 1) Mengapa kasus tersebut bisa terjadi? 2) Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut? 3) Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan? Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya. b. Kelebihan dan kekurangan Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan

kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary

B. Saran Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik

dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi. Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006). Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/makalah-evaluasi-pendidikan-nontes.html#ixzz2Dni3zBeJ

Otobiografi Dalam Pemahaman Individu Tehnik NonTes


Diposkan oleh Gibraltar blog Jumat, 24 Februari 2012

AUTOBIOGRAFI DALAM PEMAHAMAN INDIVIDU

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 OTOBIOGRAFI DALAM PEMAHAMAN INDIVIDU Oleh : Kelompok kerja 4 PENGANTAR Biografi dan Autobiografi adalah alat pengumpul data dalam rangka program bimbingan di sekolah untuk mengetahui bagaimana perkembangan hidup murid tertentu secara menyeluruh dan garis besarnya ( Depdikbud, 1975 ). Autobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh murid sendiri tentang riwayat hidupnya sampai saat sekarang (WS. Winkel, 1985). Berdasarkan dua pendapat tersebut autobiografi dapat kita artikan sebagai karangan riwayat hidup seseorang yang ditulis sendiri. Sedangkan kedudukannya dalam proses pemahaman individu adalah sebagai alat pengumpul data dalam rangka program bimbingan di sekolah. Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan hidup murid secara menyeluruh. Setiap individu mempuyai perbedaan-perbedaan, mempuyai ciri khas sendiri, mempuyai minat dan selera sendiri-sendiri. Mereka perlu dipahami secara tepat. Untuk memahami siswa diperlukan alat ukur tes dan alat ukur non tes (Ruslan Abdul Gani, 1986, dalam buku Testing Psikologis Sebagai Teknik Memahami Individu halaman 3). Dengan Autobiografi, seorang konselor dapat mengetahui seluruh aspek kepribadian siswa dan informasi tentang diri siswa, sehingga dapat memudahkan konselor dalam memberikan bimbingan untuk siswa. Dalam autobiografi diceritakan berbagai kejadian penting di masa yang lalu, terungkapkan juga pikiran dan perasaan subyektif tentang kejadian yang disebutkan. Deskripsi kualitatif ini menolong konselor dalam memahami kehidupan batin siswa dan menbantu siswa untuk lebih menyadari garis besar riwayat perkembangannya sampai sekarang. Salah satu dari beberapa alat ukur non tes yang ada, salah satunya adalah Autobiografi.

PEMBAHASAN

1. Definisi Autobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh murid sendiri tentang riwayat hidupnya sampai saat sekarang (WS. Winkel, 1985). Biografi dan Autobiografi adalah alat pengumpul data dalam rangka program bimbingan di sekolah untuk mengetahui bagaimana perkembangan hidup murid tertentu secara menyeluruh dan garis besarnya ( Depdikbud, 1975). Autobiografi adalah tulisan mengenai gambaran tentang kejadian-kejadian yang dialami oleh seseorang dalam hidupnya yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadinya yang ditulis oleh individu itu sendiri (Anonim). Jadi, Autobiografi merupakan biografi yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan. 2. Tujuan dan Manfaat 2.1 Tujuan Tujuan dari autobiografi adalah sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui bagaimana perkembangan hidup individu tertentu secara menyeluruh. 2.2 Manfaat Manfaat dari menulis suatu autobiografi tergantung dari kerelaan siswa untuk membuka diri; dari kemampuan individu untuk merefleksi diri; dari kemampuan individu untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya secara tertulis; serta dari kemampuan petugas bimbingan untuk menginterpretasikannya secara bijaksana dan seimbang. Manfaat autobiografi tersebut bagi orang lain adalah: 1. Memperoleh gambaran mengenai kejadian-kejadian penting dalam kehidupan individu. 2. Mengetahui reaksi-reaksi pribadi atau sikap pribadi terhadap kejadian-kejadian penting yang dihadapi individu dalam kehidupannya. 3. Memperoleh data mengenai individu / pribadi murid dan lingkungan hidupnya.

3. Macam-macam Autobiografi Berdasarkan Bentuk 3.1. Autobiografi terstruktur Autbiografi terstruktur biasanyanya terbatas pada topik-topik tertentu. Autobiografi terstruktur menguraikan aneka topik yang luas dalam urutan tertentu atau hanya menanggapi singkat topik yang ditunjuk. 3.2. Autobiografi tidak terstruktur Autobiografi tidak terstruktur biasanya disebut komprehensif. Autobiografi ridak terstruktur biasanya menyajikan riwayat hidup tanpa berpegang pada suatu kerangka yang diikuti secara ketat, dengan memasukkan segala sesuatu yang dianggap penting. 4. Data data yang Diperoleh 1. Keterangan tentang diri: a. Nama lengkap, nama panggilan b. Tempat, tanggal lahir. c. Alamat asal. d. Tempat tinggal sekarang. e. Cita-cita f. Pengalaman yang paling mengesankan g. Riwayat pendidikan g.1. Tuliskan sekolah yang pernah anda masuki, namanya, dimana, kapan

masuk dan keluarnya. g.2. Pernahkan anda tinggal kelas, di kelas berapa, di sekolah apa dan mengapa. g.3. Sebutkan mata pelajaran yang anda sukai dan yang kurang anda sukai pada masing-masing sekolah yang anda masuki. g.4. Sebutkan kegiatan ekstra kurikuler yang anda sukai pada masing-masing sekolah. g.5. Sebutkan dan jelaskan pengalaman yang paling berkesan bagi anda di setiap sekolah. g.6. Apakah rencana anda setelah tamat dari sekolah. 3. Saya dan keluarga. b. Apakah anda hidup dengan keluarga ? Jika tidak, mengapa ? c. Nama, umur dan pekerjaan orang tua. d. Nama, umur dan pekerjaan saudara-saudara anda. e. Kebiasaan, bakat, minat dari keluarga anda. f. Bahasa yang biasa dipergunakan. g. Terangkan hal-hal yang masih diingat sebelum masuk Sekolah Dasar h. Keadaan orang tua 4. Riwayat kesehatan a. Penglihatan dan pendengaran b. Penyakit yang paling berat yang anda derita dalam hidup, dimana, kapan, mengapa dan berobat kepada siapa. c. Pernahkan anda ditimpa kecelakaan, jenis apa, kapan, dan apa akibatnya. 5. Kegiatan yang digunakan untuk mengisi waktu luang a. Apakah hobi anda ? b. Apakah anda seorang kolektor ? Jika ya, jelaskan kegiatan anda yang berhubungan dengan hal itu. c. Apakah anda berpartisipasi dalam kegiatan olah raga atau organisasi ? d. Sebutkan dan jelaskan bacaan dan film yang anda senangi. 6. Hubungan dengan teman-teman 5. Instrumen 5.1. Buku Buku adalah alat atau media yang dapat digunakan untuk menulis Autobiografi.Dengan menggunakan buku, penulis dapat menuangkan segala bentuk pengalaman pribadi atau hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya. 5.2. Internet Selain buku, sekarang banyak orang merambah ke dunia intermet untuk menulis autobiografinya. Biasanya mereka menulis di blog, dengan demikian setiap orang dapat mengakses tentang autobiografi penulis hanya dengan membuka alamat webnya. 6. Teknik/Langkah-langkah 6.1 Perencanaan 6.1.1. Mencari database yang dibutuhkan tentang individu yang akan 6.2. Pelaksanaan 6.2.1. Mempelajari dan memahami hal-hal yang menonjol dalam 6.2.2. Memperhatikan Setiap kejadian penting yang ditulis dalam

dipelajari autobiografi autobiografi

6.3. Evaluasi 6.3.1. Membuat laporan hasil analisis database 6.4. Analisis Hasil Evaluasi Melakukan analisis terhadap laporan hasil pengamatan. Setelah melakukan analisis data, kita berikan tindak lanjut terhadap seberapa besar perkembangan tiap individu yang kita amati. 6.5. Tindak Lanjut Memberikan bimbingan kepada individu yang mengalami hambatan. Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan data autobiografi yang telah dipelajari dan dievaluasi. Sedangkan untuk individu yang tidk mengalami hambatan yang serius dalam perkembangan tetap diberikan layanan bimbingan. Bimbingan yang diberikan sesuai dengan minat, bakat dan kecenderungan pribadi sesuai data yang telah dipelajari dan dievaluasi. 6.6. Laporan 6.6.1. Laporan Tertulis 6.6.2. Laporan Dokumentasi Fisik 7. Hal yang perlu Diperhatikan a. Harus ada kepastian bahwa penulisan autobiografi akan membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapi. Kalau ada indikasi bahwa siswa akan bertambah bingung kalau disuruh menulis autobiografinya lebih baik tidak usah menulis. Konselor dapat menanyakan pengalamanpengalaman di masa lalu sejauh perlu ditanyakan. b. Konseli tidak boleh dipaksa untuk menulis untuk menulis autobiografi. Penulisan autobiografi hanya dapat diusulkan. c. Konselor harus menilai dulu, apakah siswa memang mampu untuk mengungkapkan semua secara tertulis dan sudah cukup matang dalam refleksi diri. d. Konselor perlu menekankan bahwa segi teknik pembahasan tidak akan diperhatikan; spontanitas dalam ekspresi dan keterbukaanlah yang diharapkan, bukan kesempurnaan dalam teknik penulisan. e. Pada umumnya lebih baik konselor memberikan beberapa petunjuk tentang topik-topik yang harus diungkapkan, dengan menperhatikan masalah yang sedang dicari penyelesaiannya. Dengan demikian karangan akan berbentuk terstruktur dan relevan isinya bagi informasi yang dibutuhkan. f. Kerahasiaan autobiografi harus dijamin sepenuhnya. Untuk itu konseli dapat ditawari menerima kembali karangannya setelah dipelajari oleh konselor. g. Dalam mengadakan interpretasi konselor akan mencari jawaban atas serentetan pertanyaan. h. Seandainya konseli tidak menerima usul untuk menulis autobiografi atau dipandang kurang mampu menyusunnya, konseli dapat ditanyai apakah dia mempunyai suatu buku harian yang diisi secara berkala. Kalau demikian, konselor dapat minta ijin untuk melihatnya karena didalamnya mungkin terdapat informasi yang bermanfaat. i. Kadang-kadang sepucuk surat yang berisi ungkapan permasalahan bersama latarbelakangnya, sedikit banyak dapat menggantikan autobiografi. Ada siswa yang baru dapat berbicara secara leluasa, setelah masalahnya diuraikan secara tertulis terlebih dahulu. PUSTAKA W.S Winkel & M.M. Sri Hastuti.2004.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Yogyakarta:Media Abadi. Anonim.2010.Autobiografi dan Biografi. Diakses dari alamat blog

http://vrastoadjie.blogspot.com/2010/09/autobiografi-dan-biografi.html pada tanggal 20 Februari 2012. Konselor.2010.Metode Biografis (Bahan Kuliah Pemahaman Individu Teknik Nontes). Diakses dari alamat blog http://susilorahardjo.blogspot.com/2010/10/metode-biografis.html pada tanggal 20 Februari 2012. Anonim.2009. diakses dari alamat internet bk2009.files.wordpress.com/2010/06/ppt-oto.pptx pada 21 Februari 2012.

Education
Pendidikan Bagi Kita Semua

Rabu, 22 September 2010

Instrumen Penilaian Non Tes


PENDAHULUAN Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya. Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat-sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kegitan belajar. Sasaran test ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9) penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan tugas-tugas yang riil. Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung. Disini pemakalah akan membahas secara lebih lanjut tentang pengembangan instrumen non tes. PEMBAHASAN A. Hakikat Penilaian Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.

B. Pengertian Penilaian Non Test Belajar dan mengajar mengandung 3 unsur yaitu perencanaan pengajaraan kegiatan belajar mengajar dan penilaian . Pada dasarnya penilaian atau evaluasi bukan halyang baru dalam proses pencapaian tujun pengajaran, karena penilaian merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dari seluruh rangkaian belajar mengajar, penilaian menentukan dan mengukur seberapa besar pelajaran yang sudah dikuasai oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan (Hasan dan Zainul, 1992). Ditinjau dari segi bahasa, sebagaimana dikutip dari buku Kamus lengkap Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa penilaian diartikan sebagai proses menggunakn nilai suatu objek untuk dapat menentukan suatu nilai atau hanya suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria (Poerwaderminta, 1984: 671). Sedangkan menurut Sudjana (1989: 3), Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepda objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Adapun menurut Hasyim (1997: 103), Penilaian meliputi seluruh proses dan alat yang digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai perkembangan atau penilaian hasil belajar siswanya. Dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian diartikan sebuah istilah umum yang menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai belajar siswa (pengamatan, penilaian, penampilan atau proyek test tertulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai kemajuan belajar sisiwa. Mengingat penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar yang digunakan baik siswa maupun guru dan pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, maka dalam penilaian yang dilihat sejauh mana keefektifan dalam efisiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akaibat dari proses. Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian. Menurut Sudjana (1989:6) Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan). Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan

apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera. Adapun menurut Hasyim (1997: 8) Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya. Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstaasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian etentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilain secara langsung performasi murid dengan setting yang alami. Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilain yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkjan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenispenilaian lain yaitu non test. C. Fungsi Penilaian Non Test. Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandungan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efensiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa. Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut: 1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaiain dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional. 2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain. 3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilanilaii prestasi yang didapatinya. 4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. 5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain. D. Teknik Non Test Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada

umumnya bersifat kualitatif. Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya. Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor. Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu: 1. Observasi (pengamatan) Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan. Selain itu observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut: dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu direncanakan secara sistematis hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan perlu diperiksa ketelitiannya. a. Pembagian Observasi Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam: 1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada diluar garis seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain. 2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini

sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegorikategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga. 3) Observasi Eksperimental Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk: a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok. c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data. b. Sifat Observasi Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu: 1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran 2. Direncanakan secara sistematis 3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan 4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya. c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak. 2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting 3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket 4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan. 2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang. 3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya. Langkah-langkah menyusun observasi : 1. Merumuskan tujuan

2. Merumuskan kegiatan 3. Menyusun langkah-langkah 4. Menyusun kisi-kisi 5. Menyusun panduan observasi 6. Menyusun alat penilaian 2. Wawancara (Interview) Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : 1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai 2. Keterampilan pewawancara Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara. 3. Pedoman wawancara Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan. Langkah-langkah penyusunan wawancara : 1. Perumusan tujuan 2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai 3. Penyusunan kisi-kisi 4. Penyusunan pedoman wawancara 5. Lembaran penilaian Kelebihan dan kelemahan wawancara Kelebihan wawancara yaitu : 1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek 2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya 3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi 4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek. 5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket. Sedangkan Kelemahan wawancara:

1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai. 2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara 3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara 4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu: a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview) yaitu interview yang dilkukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menulis jawaban ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai keadaan responden. b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi. 3. Angket Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Beberapa petunjuk untuk menyusun angket: gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap susun kalimat sederhana tapi jelas hindari kata-kata yang sulit dipahami pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden. Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi : a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab: (1) Kuesioner langsung Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya. (2) Kuesioner tidak langsung Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya b) Ditinjau dari segi cara menjawabnya: (1) Kuesioner tertutup Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawabam lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. (2) Kuesioner terbuka

Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang. Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain: 1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. 2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama 3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan Sedangkan kelemahan angket, antara lain: 1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali. 2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. 3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. Langkah-langkah menyusun angket : 1. Merumuskan tujuan 2. Merumuskan kegiatan 3. Menyusun langkah-langkah 4. Menyusun kisi-kisi 5. Menyusun panduan angket 6. Menyusun alat penilaian 4. Catatan anekdot Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat: a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak. b. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid. c. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid. Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Objektif Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: Catatan dibuat sendiri oleh guru. Pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi.

Deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri. b. Deskriptif Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya. c. Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid. 5. Autobiografi Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebgainya.Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya. Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur. 1. Terstruktur Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: citacitaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya. 2. Tidak terstruktur Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu. 6. Sosiometri Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang: murid yang populer (banyak disenangi teman). murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman). klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid). Sosiometri juga dapat digunakan untuk: memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu. menentukan kelompok kerja meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu. 7. Skala penilaian/ rating skala Skala penilaian digunakan untuk mengetahui keterangan tentang proses pembelajaran, misalnya: sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika. 8. Daftar cocok Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok ( ) pada kolom yang telah disediakan. 9. Riwayat hidup Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu

kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai. E. Pengembangan Instrumen Penilaian Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut : berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas. relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran. menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb. mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. mengikuti kaidah penulisan soal. F. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor): 1. Menentukan spesifikasi instrumen 2. Menulis instrumen 3. Menentukan skala pengukuran 4. Menentukan penskoran 5. Menelaah instrument 6. Melakukan uji coba 7. Menganalisis hasil uji coba 8. Melaksanakan pengukuran 9. Menafsirkan hasil pengukuran PENUTUP Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera. Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut : berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas. relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran. menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb. mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. mengikuti kaidah penulisan soal. Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor): Menentukan spesifikasi instrumen

Menulis instrumen Menentukan skala pengukuran Menentukan penskoran Menelaah instrument Melakukan uji coba Menganalisis hasil uji coba Melaksanakan pengukuran Menafsirkan hasil pengukuran Diposkan oleh Andi "Ghothenx" El-Faraby di 10:54:00 PM

TEKNIK EVALUASI DATA NON TES Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Teknik Evaluasi Pendidikan Di susun oleh: Nur rina mufida M. Syamsul Huda Nana wijayanti

Dosen pengampu: Gusni Satriawati

Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMNEGERI (STAIN) PONOROGO 2009 BAB I PENDAHULUAN

Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar.

Tehnik evaluasi disebut juga instrumen atau alat pengumpul data[1] hasil belajar, tidak hanya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai bentuk atau variasinya, akan tetapi masih ada teknik lainya yang bisa digunakan, yaitu teknik non tes. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).[2] Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis),[3] dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri. Dalam makalah ini kami akan membahas terkait dengan teknik evaluasi atau instrumen pengumpulan data dengan bentuk teknik analisis dokumentasi, studi kasus, dan sosiometri, teknik evalusi partisipasif.

BAB II PEMBAHASAN 1. Analisis dokumentasi (pemeriksaan dokumen)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai daftar pribadi (personality infentory); seperti kapan peserta didik dilahirkan, agama yang dianut dan lain-lain, dan juga mengenai riwayat hidup (auto biografi) seperti: apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih atau mendapatkan penghargaan dan masih banyak lagi yang lainya. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik orang tua dan lingkunganya pada saat tertentu akan sangat dibutuhkan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.[4] Melalui analisis dokumen data pribadi dapat memberikan sumber keterangan untuk mengadakan penilaian tentang data pribadi siswa, memberikan bimbingan belajar secara optimal dan mengarahkan pilihan karir jabatan dimasa mendatang.[5] 2. Studi kasus.

Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Kelebihan studi kasus dan studi lainya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Pada umunya permasalahanya berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa.[6] Beberapa petunjuk untuk melaksanakan studi kasus dalam bidang pendidikan khusunya disekolah: 1. Menemukan siswa sebagai kasus, artinya menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus. 2. Menetapkan jenis masalah apa yang dihadapai siswa dan perlu mendapat bantuan pemecahan oleh guru dalam langkah ini guru sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi siswa tersebut. 3. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi siswa tersebut melalui analisis hasil belajar yang dicapainya, mengamati perilakunya, bertanya kepada teman sekelasnya, kalau perlu minta penjelasan dari orang tuanya. 4. Mencari sebab-sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek yang berkenaan dengan siswa itu sendiri. 5. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkanya dengan tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai latar belakang siswa.

6. Dengan informasi yang telah lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan sebuah alternatif pemecahanya. Setiap informasi dikaji lebih lanjut untuk menetapkan alternatif mana yang paling baik untuk dapat mengatasi masalah siswa. 7. Alternatif yang telah teruji sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri ataupun oleh guru. 8. Terus mengadakan pengamatan dan pemantauan terhadap tingkah laku siswa tersebut untuk melihat perubahan-perubahanya, jika belum menunjukan perubahan, perlakuan guru harus lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan alternatif lain yang telah ditemukan sebelumnya. Studi lain yang hampir sama adalah studi perkembangan. Studi perkembangan mempelajari karakteristik individu dan bagaimana karakteristik itu berubah dalam pertumbuhanya. Karakteristik individu mencakup segi-segi intelektual, emosional, sosial dan kepribadian individu. Studi ini dapat dilakukan pada sekelompok individu pada usia tertentu atau dapat juga dilakukan pada seorang individu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, oleh karena itu kelemahan utama oleh studi ini adalah waktunya yang terlalu lama, sehingga menuntut biaya, tenaga, dan sumber-suber lain yang cukup banyak. Penanganan suatu kasus hendaknya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan orang tuanya. Dalam hal ini peranan wali kelas: guru pembimbing, guru bidang studi sangat diperlukan. Perhatian terhadap siswa yang menjadi kasus harus ditingkatkan melalui berbagai cara, satu diantaranya mendekatkan diri terhadap siswa tersebut sehingga ia merasa diperhatikan. Lebih jauh lagi guru, pembimbing, wali kelas menggali informasi dari siswa yang bersangkutan sebabsebab terjadinya kasus sebagai bahan untuk mencari pemecahanya. 3. Sosimetri.

Salah satu cara untuk megetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya, adalah teknik sosiometri. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain.[7] Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu atau dua temanya yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam memilih kesempatan tersebut agar tidak ada siswa yang berusaha melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya. Tulislah nama pilihan tersebut pada kertas kecil, kemudian digulung dan dikumpulkan oleh guru, setelah seluruhnya terkumpul guru mengolahnya dengan dua cara. Cara pertama melukiskan alur-alur pilihan dari setiap siswa dalam bentuk diagram sehingga terlihat hubungan antar siswa berdasarkan pilihanya, dengan hasil pilihan tersebut dinamakan sosiogram. Dengan demikian, hasil dari sosiometri dapat dijadikan bahan bagi guru dalam mempelajari para siswanya terutama dalam menganalisis sebab-sebab seorang siswa termasuk kedalam siswa yang disenangi, atau sebaliknya menjadi yang terisolasi. Dengan perkataan lain sosiometri dapat digunakan sebagai salah satu alat dalam menemukan kasus-kasus siswa disekolah dilihat dari hubungan sosialnya, dan dijadikan alat untuk melengkapi data mengenai perkembangan siswa.

4.

Teknik evaluasi partisipatif

Teknik-teknik evaluasi partisipatif disini maksudnya adalah bahwa evaluator melibatkan langsung subjek yang di evaluasi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian evaluasi.[8] Teknik-teknik tersebut diantaranya: 1. Teknik respon terperinci ( itemized responsee). Teknik ini pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang mencakup materi atau bahan pelajaran, proses pembelajaran, keluaran atau dampak pembelajaran. Pengembangan teknik ini menuntut keterlibatan subjek-subjek yang dievaluasi secara sungguhsungguh. Efektifitas teknik dipengaruhi oleh sejauh mana pengalaman dan kepentingan pihak yang dievaluasi erat hubunganya dengan unsur-unsur program yang sedang dikaji. Dalam menggunakan teknik respon terperinci evaluator membuat dua kolom dan lajur pada sehelai kertas lebar atau papan tulis. Pada kolom sebelah kiri ditulis sebuah pernyataan yang berbunyi: hal-hal yang telah dianggap baik tentang materi atau proses pembelajaran yang baru dilakukan. Pada kolom kiri ditulis hal-hal yang masih perlu dikembangkan dalam materi astau proses pembelajaran yang baru dilakukan. Untuk mengisi kedua kolom tersebut diatas para subjek yang dievaluasi diminta mengajukan pendapat untuk mengisi kolom sebelah kiri sampai selesai, kemudian dilanjutkan yang sebelah kanan. Dan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menjawabnya. Setelah semua kolom terisi, selanjutnya dapat ditanyakan kepada semua subjek tentang jawaban mana yang dianggap prioritas berdasarkan ranking yang disusun sesuai pendapat para subjek. Keunggulan teknik jawaban terinci adalah (1) subjek yang kurang berani bicara dipaksa oleh situasi untuk mengemukakan pendapat, (2) subjek mengemukakan pendapat secara terbuka, bebas dan tidak khawatir dikritik atau di cemooh orang lain, (3) subjek membiasakan diri untuk memperhatikan dan menghargai pendapat orang lain serta menghubungkan jalan pikiranya dengan jalan pemikiran orang lain, dan (4) subjek dapat memahami jawaban yang berbeda-beda terhadap pertanyaan sehingga mereka memperoleh berbagai informasi, dan (5) jawaban disampaikan oleh subjek secara singkat, sederhana, padat, dan jelas. Adapun kelemahanya adalah (1) subjek yang kurang terbiasa mengemukakan pendapat mungkin memberikan jawaban yanhg kabur, terlalu umum, dan berputar-putar (2) subjek akan cenderung menyamakan pendapatnya terhadap jawaban orang lain, (3) mungkin ada jawaban yang dicemoohkan orang lain, (4) memerlukan alat bantu seperti kertas lebar, papan tulis, dan (5) kemungkinan waktu yang digunakan lebih lama dari yang ditetapkan. 1. Teknik cawan iklan (fish-bowl technique). Teknik cawan iklan adalah teknik yang digunakan dalam evaluasi dengan mengamati kegiatan diskusi yang sedang berlangsung. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

lingkaran dalam misalnya terdiri dari 7 orang dan kelompok lingakaran luar misalnya terdiri dari 13 orang. Tempat duduk lingakaran dalam bertugas melakukan diskusi tentang berbagai topik topik, yang dipimpin oleh ketua kelompok. Kemudian tempat duduk lingkaran luar disusun melingkar diluar kelompok lingkaran dalam. Tugasnya adalah mengamati diskusi yang dilakukan subjek pada lingkaran dalam. Apabila ada subjek dari kelompok lingkaran luar ingin bicara dilingkaran dalam maka bersangkutan harus bertukar tempat dengan seoarang yang berada dilingkaran dalam dengan cara memberi isyarat, misalnya menyentuh bahu temanya. Teknik cawan iklan ini dapat menumbuhkan kegiatan evaluasi yang gembira, aktif, saling belajar, dan mengharuskan peserta terlibat dalam diskusi, mendengarkan dan mengamati. Keunggulan penggunaan teknik cawan iklan adalah (1) kegiatan evaluasi dilakukan dalam suasana gembira dan penyampaian pendapat dikemukakan secara terbuka, (2) pertanyaan terarah pada materi yang dievaluasi, (3) pertanyaan telah disiapkan sebelumnya, (5) pendapat atau jawaban akan lebih lengkap karena peserta pada kedua lingkaran dapat saling beganti peran, (5) isi pembicaraan dicatat oleh pencatat dan dilaporkan oleh ketua kelompok diskusi, dan (6) penggunaan teknik dapat dilengkapi dengan alat perekam. Kelemahan teknik cawan iklan adalah (1) jawaban atau pendapat mungkin menyimpang dari materi yang dievaluasi, (2) peserta yang senang berbicara dapat mendominasi pembicaraan, (3) membutuhkan ketrampilan dalam mengemukakan pendapat yang singkat dan tepat, (4) waktu pelaksanaan mugkin bertambah dari waktu yang ditetapkan, dan (5) pengamat yng kurang berani mengemukakan pendapat enggan untuk bertukar tempat dengan peserta diskusi.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

1. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain). 2. Teknik non tes dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis, melakukan wawancara, menyebar angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen, dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri. 3. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. 4. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu atau dua temanya yang paling dekat atau paling akrab. 5. Teknik evaluasi partisipati terdiri dari dua bagian yaitu: 1. teknik respon terperinci. 2. Teknik cawan iklan.

REFERENSI

Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) Sudiyono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta) Fuadi Athok, System Pengembangan Evaluasi (Poorogo Press,2006) Sudjana Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995)

[1] Djuju sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 173 [2] Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta :15) [3] Ibid [4] Ibid: 90 [5] Athok Fuadi, System Pengembangan Evaluasi (Poorogo Press,2006),13 [6] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) 94-95 [7] Ibid: 99 [8] Djuju sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 202

You might also like