Professional Documents
Culture Documents
Abdulazis_abdulazis@yahoo.co.id
Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika Tahun Lulus 2012
Abstract The aim of this study is to find out the differences of learning result between the students who use modified inquiry learning model and expository learning model. The learning results by using both of these learning models will be compared to find out which is an appropriate learning model used in basic vocational competency with competence standard applying electricity basic and basic competency using the laws of alternating current in electric circuits. Population or the data subject of this study is 10th class Audio Video Engineering at SMK Taruna Bangsa. Samples taken by 30 students in the first Audio Video Engineering class and 30 students in the second Audio Video Engineering class at random. After the post-test, the average data learning result for the control class is 65,73 and the average learning results of experiment class is 79,2. After counted the hypothesis test, it was obtained thitung (6,545) > ttabel (1,671). So it can be concluded that the learning results of electricity basic to the 10th class Audio Video Engineering at SMK Taruna Bangsa school year 2011/2012 using modified inquiry learning model is higher than expository learning model.
Kata kunci : hasil belajar, rangkaian listrik arus bolak-balik, model pembelajaran, model pembelajaran modified inquiry, model pembelajaran ekspositori. Pendidikan merupakan salah satu Pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 1
pondasi yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa dan negara.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
yang disebutkan bahwa salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
peserta
didik
dalam
pembelajaran.
Dengan demikian guru haruslah benarbenar mampu menemukan cara-cara untuk mendorong dan mengembangkan pemenuhan seluruh kebutuhan siswa berdasarkan potensi yang dimilikinya. Proses pengajaran merupakan perpaduan dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Suatu pengajaran akan disebut berjalan dan berhasil dengan merubah baik diri manakala siswa ia atau mampu mampu
Nasional Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian kecerdasan, diri, akhlak kepribadian, mulia, serta
menumbuhkembangkan kesadaran siswa untuk belajar. Kunci pokok pengajaran itu ada pada seorang guru, tetapi bukan berarti dalam proses pengajaran hanya guru yang aktif, sedangkan siswa pasif. Proses pengajaran menuntut keaktifan dua belah pihak yang sama-sama Proses
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses belajar dapat lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya
bukan sekedar mengetahuinya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, cara termudah mengukur
menjadi
subyek
pengajaran.
keberhasilannya yaitu dengan melihat hasil belajar siswa untuk kemudian membandingkan dengan standar
pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru (teacher centered), guru masih dijadikan sebagai satu-satunya sumber belajar aktif, akibatnya siswa hanya terlibat sebagai penerima informasi dari guru. Konsep yang diajarkan guru hanya digambarkan pada papan tulis dan disampaikan secara lisan. Di sini guru berperan mentransfer materi namun terkadang kurang melibatkan keaktifan siswa dan cenderung sangat teoretis, tidak mengharmoniskan dengan realitas sesungguhnya yang akhirnya siswa
nasional yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. senantiasa Proses menuntut pembelajaran guru untuk
menerapkan model pembelajaran dalam pelaksanaanya agar pembelajaran dapat berjalan dengan sistematis, nyaman, serta dapat mencapai tujuan
hanya menerima secara pasif dan hanya aktif mencatat materi yang disampaikan
guru. Ini yang terjadi pada proses pembelajaran di SMK Taruna Bangsa pada kelas X Teknik Audio Video ketika dilakukan observasi, guru menggunakan model pembelajaran ekspositori yang merupakan bentuk dari pendekatan
menyampaikan materi. Ketika model yang digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif, mungkin saja tujuan yang diharapkan tidak tercapai. Dari pandangan tersebut, maka permasalahan bagaimana yang upaya timbul guru adalah untuk
pembelajaran yang berorientasi pada guru, karena dalam model pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan. Dari penggunaan model
memperbaiki atau meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar sehinga dapat meningkatkan aktivitas dan pada
pembelajaran ekspositori yang banyak bersifat ceramah, siswa kurang terlibat secara langsung dan Siswa dalam kurang lebih apa kegiatan digali banyak yang
akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran
dan menulis
(manager of learning). Efektivitas proses pembelajaran terletak pada kreativitas guru. Baik tidaknya atau suatu model suatu
diinformasikan oleh guru. Aktivitas guru lebih menonjol daripada siswa, dan terbatas pada hafalan masih semata. bersifat
pembelajaran
pemilihan
Pembelajaran
ekspositoris, sehingga belum mampu membangkitkan budaya belajar pada diri siswa. Disamping itu hasil belajar siswa belum memenuhi KKM (Kriteria
didik dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan sumber yang ada. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dalam memilih model
Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan pada standar kompetensi produktif di SMK Taruna Bangsa yaitu 75.
pembelajaran agar sesuai dengan yang diharapkan. pembelajaran modified Saat inquiry ini dengan sudah konsep jenis banyak
mengalami perubahan pada kemampuan kognitif, Salah afektif, satu dan psikomotorik. utama yang
inquiry
faktor
diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam model pembelajaran modified inquiry, siswa dirangsang
mempengaruhi siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu model yang digunakan guru dalam
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannnya. Pemecahan masalah
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada kelas X Jurusan Teknik Audio Video di SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi. Waktu pelaksanaan pada penelitian dilaksanakan
dilakukan atas inisiatif atau caranya sendiri. Peran guru modified pada model ini
pembelajaran
inquiry
semester
sebagai pemberi motivasi, nara sumber (resource bantuan person) yang dan memberikan untuk
2011/2012, yakni bulan April sampai bulan Juni 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah
diperlukan
kelancaran proses belajar mengajar. Oleh karena itu, model pembelajaran modified inquiry sangatlah penting pada saat di dalam kelas, bila model
metode penelitian eksperimen. Jenis metode eksperimen yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen atau dapat disebut juga eksperimen semu. Dalam metode kuasi eksperimen
pembelajaran modified inquiry berjalan maka memungkinkan dapat dianalisa sehingga dapat terlihat dan mampu diukur seberapa besar dalam
kelompok kontrol, penggunaan subyek pada kedua kelompok tersebut tidak ditentukan secara random tetapi
penguasaan
menggunakan kelas yang telah ada. Hal ini berbeda dengan murni kelas dalam dua penelitian harus Metode penelitian yang
uraian di
untuk memperoleh
yang baru.
gambaran lengkap tentang penggunaan model pembelajaran modified inquiry dalam proses pembelajaran pada kelas X Teknik Audio Video di SMK Taruna Bangsa, maka penelitian mengangkat judul Perbedaan Hasil Belajar
perlakuan
model pembelajaran ekspositori adalah kelompok kontrol, sedangkan kelompok yang diberikan model pembelajaran modified inquiry adalah kelompok
Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori pada kelas X Teknik Audio Video di SMK Taruna Bangsa
eksperimen. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan tertentu yang yang
mempunyai
variasi
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah faktor stimulus atau input yaitu faktor yang diplih oleh peneliti untuk melihat pengaruh
Sesuai
dengan
lingkup
penelitian,
populasi atau wilayah data yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X program keahlian Teknik Audio Video (TAV) pada dasar kompetensi kejuruan dengan standar kompetensi menerapkan dasar-dasar kelistrikan dan kompetensi dasar menggunakan hukumhukum rangkaian listrik arus bolak-balik di SMK Taruna Bangsa Bekasi tahun ajaran 2011/2012, yaitu kelas X TAV 1 dengan jumlah murid 30 siswa dan kelas X TAV 2 dengan jumlah murid 30 siswa. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Sudjana, tidak ada
terhadap gejala yang diamati. Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk mengetahui efek variabel bebas. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, peneliti menetapkan: Variabel bebas yang (X): Model :
pembelajaran
dikategorikan
Model pembelajaran modified inquiry dan Model pembelajaran ekspositori Variabel terikat (Y): Hasil belajar siswa pada standar kompetensi menerapkan dasar-dasar kompetensi kelistrikan dasar dengan
ketentuan yang baku atau rumus pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya, mendekati populasi atau tidak, bukan pada jumlah atau banyaknya. Dalam penelitian,
menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus bolak-balik. Populasi generalisasi adalah yang terdiri wilayah atas
penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling adalah teknik penarikan
sampel dari populasi yang cukup besar sehingga dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian,
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga,
karena populasi yang ada telah dibagi berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis sampel bukan individu, tetapi kelompok, yaitu berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
kelompok sosial, sekolah, kelas, dan organisasi. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam
Parametrik Pearson Product Moment, sebagai adalah berikut: suatu Tingkat parameter kesukaran untuk
menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Sebuah soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Jika soal terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk memecahkan soal tersebut, sedangkan jika soal terlalu sukar akan menyebabkan keputusasaan pada siswa yang mengakibatkan menurunnya
penelitian adalah dalam bentuk Tes objektif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum maka dan sesudah tes
pembelajaran
digunakan
objektif sebanyak 25 soal dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Valid menunjukkan derajat
keinginan siswa untuk mencoba lagi. Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.00 soal yang
mendekati indeks 0.00 diartikan soal itu sukar. Dan soal yang mendekati nilai 1.00 diartikan soal itu mudah. Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Reliabel menunjukkan derajat
ketepatan, yaitu ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya data yang dalam obyek berwarna biru, maka data yang terkumpul oleh peneliti juga harus berwarna biru. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) valid. Validitas berarti ukuran yang
konsistensi (keajegan), yaitu konsistensi data dalam interval waktu tertentu. Misalnya data yang terkumpul dari obyek kemarin berwarna biru, maka sekarang pun atau besok juga masih tetap berwarna biru. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Perhitungan uji validitas instrumen pada penelitian menghitumg menggunakan dilakukan dengan cara
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan Reliabilitas data menunjuk yang pada sama. adanya
koefisien rumus
validitas, Korelasi
dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
pengertian reliabilitas tes, berhubungan Tabel 3.6 Hasil Uji Soal Instrumen Kriteria Penilaian No. Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Validitas Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Sedang Sedang Sedang Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah Daya Pembeda Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Cukup Cukup Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Cukup Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tingkat kesukaran Mudah Mudah Sukar Sedang Mudah Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang Mudah 0.899556378 (Tinggi) Keputusan Reliabilitas Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Rendah Sedang Rendah Rendah Sangat Rendah Tidak Valid Sedang Sedang Sedang Sangat Rendah Sedang Rendah
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Cukup Sangat Tinggi Cukup Sangat Tinggi Cukup Sangat Tinggi
Mudah Sukar Sukar Sedang Mudah Sukar Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah
Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan
Bangsa. digunakan
Jenis
instrumen tes
yang
adalah
obyektif
diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian. Tujuan yang ingin dicapai dengan analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat
(pilihan ganda) dengan jumlah item soal 30 item dan 5 pilihan jawaban. Pengujian instrumen soal ini
diperlukan untuk mengetahui baik tidaknya alat ukur hasil belajar berdasarkan kriteria valid, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
dimengerti dan ditafsirkan, sehingga hubungan- hubungan yang ada dalam masalah penelitian dapat dipelajari dan diuji.
reliabel dalam penyusunan instrumen post-test. post-test Penyusunan melewati instrumen beberapa
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian diawali dengan melakukan uji instrumen soal pada kelas XI TAV (Teknik Audio Video) 3
berdasarkan kompetensi
indikator dan
pencapaian guru
penilaian
dengan soal yang dibuat. Instrumen soal post-test tersebut akan diberikan pada siswa yang sudah diperlakukan sebagai kelompok kontrol yang
dengan
standar
kompetensi
menerapkan dasar-dasar kelistrikan dan kompetensi dasar menggunakan hukum-hukum rangkaian listrik arus bolak-balik. Setelah dilakukan posttest pada kelas kontrol dan hasil
menggunakan model pembelajaran ekspositori yaitu kelas X TAV 1 dan siswa yang diperlakukan sebagai kelompok eksperimen yang
eksperimen,
didapat
perhitungan rata-rata kelas kontrol sebesar 65,733 dan kelas eksperimen sebesar79,2.
menggunakan model pembelajaran modified inquiry yaitu kelas X TAV 2 pada dasar kompetensi kejuruan
N 30 30
Berdasarkan
tabel
4.1
dapat
dijelaskan bahwa, rata-rata nilai posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Kelas kontrol atau kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori sebesar
normalitas post-test di kelas kontrol diketahui jumlah siswa (n) di kelas eksperimen yaitu 30 siswa, dengan rata-rata nilai 65,733. Nilai maksimal pada kelas kontrol yaitu 80 dan nilai minimalnya 52. Banyaknya kelas interval setelah dihitung
65,733, sedangkan kelas eksperimen atau kelas yang menggunakan model pembelajaran modified inquiry
sebesar 79,2. Standar deviasi untuk kelas kontrol yaitu 8,578 dan kelas eksperimen 7,308. Varians untuk
menggunakan aturan Struges yaitu sebanyak 6 kelas dengan panjang kelas masing-masing 4 interval.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
Derajat
kebebasan
(dk)
yang
= 0,05.
Berdasarkan tabel 4.3, dari hasil perhitungan didapat Chi Kuadrat (X2) = 4,669. Dengan = 0,05 dan dk = 3, maka didapat Xtabel = 5,99. Jika Xhitung < Xtabel maka sampel berdistribusi normal. Dari perhitungan didapat Xhitung = 4,669, dan Xtabel Maka = 5,99 (4,669 < 5,99). disimpulkan bahwa
eksperimen diketahui jumlah siswa (n) yaitu 30 siswa, nilai rata-rata post-test di kelas eksperimen 79,2. Dengan nilai maksimal pada kelas eksperimen sebesar 92 dan nilai minimalnya sebesar 68. Banyaknya kelas interval setelah dihitung
menggunakan aturan Struges yaitu sebanyak 5 kelas dengan panjang kelas Derajat masing-masing kebebasan 5 (dk) interval. yang
dapat
sampel berdistribusi normal. Sama dengan uji normalitas pada kelas eksperimen, normalitas diketahui dalam uji post-test di kelas
10
Untuk nilai varians masingBerdasarkan tabel 4.5, dari hasil perhitungan didapat Chi Kuadrat (X2) = 1,651. Dengan = 0,05 dan dk = 2, maka didapat Xtabel = 5,99. Jika Xhitung < Xtabel maka sampel berdistribusi normal. Dari masing kelas, setelah dilakukan
sedangkan kelas eksperimen atau kelas yang menggunakan model pembelajaran memiliki 53,407. nilai modified varians inquiry sebesar dilakukan
perhitungan didapat Xhitung = 1,651, dan Xtabel = 5,99 (1,651 < 5,99) . Maka dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Pada perhitungan homogenitas diketahui jumlah siswa (n) 30 siswa, dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 29 dan derajat kebebasan (dk) penyebut 29. Derajat kebebasan (dk)
Setelah
sebesar 1,85. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka sampel bersifat
homogen. Diketahui bahwa 1,378 < 1,85 maka dapat disimpulkan bahwa sampel bersifat homogen. Pada
perhitungan homogenitas diketahui sehingga nantinya dapat jumlah siswa (n) 30 siswa, dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 29
11
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
Setelah dilakukan perhitungan didapat nilai Fhitung sebesar 1,378 dan nilai Ftabel sebesar 1,85. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka sampel bersifat homogen. Diketahui bahwa 1,378 < 1,85 maka dapat disimpulkan bahwa sampel bersifat homogen. Uji
pembilang dan penyebut digunakan untuk sehingga mengetahui nantinya nilai Ftabel dapat
dibandingkan dengan nilai Fhitung. Untuk nilai varians masing-masing kelas, setelah dilakukan perhitungan kelas kontrol atau kelas yang
hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji satu pihak karena data yang telah diolah akan
menggunakan model pembelajaran ekspositori memiliki nilai varians sebesar 73,582 sedangkan kelas kelas yang
eksperimen
atau
meningkatkan hasil belajar siswa. Hipotesis statistika pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6.
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar menerapkan dasar-dasar kelistrikan antara yang menggunakan model pembelajaran modified inquiry dan pembelajaran ekspositori. H1 : Hasil belajar menerapkan dasar-dasar kelistrikan yang menggunakan model pembelajaran modified inquiry lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Tolak H0 jika : thitung > ttabel
Diketahui bahwa kedua sampel memiliki jumlah siswa (n) yang sama, berdistribusi normal, dan
12
t-test. Rincian
perhitungan untuk uji hipotesis post-test dapat dilihat pada lampiran 8. Diketahui nilai-nilai yang didapat dari perhitungan awal yaitu ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rata-Rata dan Varians Hasil Post-Test Kelas Eksperimen Kontrol Rerata 79,2 65,733 Varians 53,407 73,582 N 30 30
Dari perhitungan hipotesis untuk post-test didapat nilai thitung sebesar 6,545 dan ttabel sebesar 1,671. Dapat dilihat bahwa 6,545 > 1,671. Maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak, dan dapat belajar disimpulkan Hasil
dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Rekapitulasi data hasil belajar siswa kelas kontrol atau kelas yang menggunakan model
menerapkan
dasar-dasar
menggunakan model pembelajaran modified inquiry dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen Post-Test Kelas Komponen Kontrol Jumlah Siswa Rata-Rata Standar Deviasi Nilai Tertinggi 30 65,733 8,578 80 Eksperimen 30 79,2 7,308 92
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
13
Nilai Terendah Uji Normalitas X2 hitung X2 tabel Kesimpulan Uji Homogenitas Fhitung Ftabel Kesimpulan Fhitung < Ftabel Uji Hipotesis thitung ttabel Kesimpulan thitung > ttabel
52
68
Penelitian
yang
dilakukan
dengan
standar
kompetensi
menerapkan dasar-dasar kelistrikan dan kompetensi dasar menggunakan hukum-hukum rangkaian listrik arus bolak-balik di SMK Taruna Bangsa Bekasi tahun ajaran 2011/2012, yaitu kelas X TAV 1 dengan jumlah murid 30 siswa dan kelas X TAV 2 dengan jumlah murid 30 siswa. Penelitian bertujuan untuk
perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok siswa. Kelompok pertama, yang diberikan model pembelajaran ekspositori adalah kelompok kontrol, sedangkan kelompok yang diberikan model inquiry eksperimen. Populasi atau wilayah data yang adalah menjadi siswa subyek kelas X penelitian program pembelajaran adalah modified kelompok
mengetahui perbedaan hasil belajar pada standar kompetensi menerapkan dasar-dasar kompetensi kelistrikan dasar dan
menggunakan
pembelajaran yang berbeda yaitu model pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol dan model
sebesar 79,2. Dan pada hasil uji hipotesis untuk post-test didapat nilai thitung sebesar 6,545 dan ttabel
sebesar 1,671. Dapat dilihat bahwa 6,545 > 1,671. Maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak, Hasil dan dapat belajar disimpulkan
pertemuan yang telah ditentukan pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), untuk pertemuan
menerapkan dasar-dasar kelistrikan pada kelas X TAV 1 dan kelas X TAV 2 di SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi dengan waktu pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang menggunakan model pembelajaran modified
pertama materinya adalah rangkaian AC dan rangkaian R,L,C, pertemuan kedua tentang rangkaian osilator dan multivibrator dan pertemuan terakhir mengenai rangkaian yang bersifat resistif, induktif, dan kapasitif serta tentang resonansi pada rangkaian seri R,L,C. Setelah pemberian materi dengan menggunakan model
KESIMPULAN Berdasarkan analisis terhadap data hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa: Penelitian yang dilaksanakan pada kelas X TAV 1 dan kelas X TAV 2 di SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi dengan waktu pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun ajaran 2011/2012, yakni hasil belajar pada standar kompetensi menerapkan dan
pembelajaran ekspositori untuk kelas kontrol dan model pembelajaran modified eksperimen, kelompok inquiry hasil untuk belajar kelas kedua
mengalami
perbedaan.
Perbedaan hasil belajar ditunjukkan oleh rata-rata nilai post-test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, kelas kontrol atau kelas yang
dasar-dasar kompetensi
kelistrikan dasar
menggunakan
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
15
pembelajaran
pembelajaran. Sedangkan hasil belajar yang dicapai siswa dengan ekspositori model pada
inquiry lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan model pembelajaran modified inquiry pada standar
pembelajaran standar
kompetensi
menerapkan dan
dasar-dasar kompetensi
kelistrikan dasar
menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus bolak-balik di kelas X TAV 1 SMK Taruna Bangsa pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 lebih rendah dari model pembelajaran modified inquiry. Peningkatan hasil belajar yang tidak signifikan disebabkan oleh pembelajaran yang hanya
rangkaian listrik arus bolak-balik di kelas X TAV 2 SMK Taruna Bangsa pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 mengalami peningkatan. Model pembelajaran modified
16
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran
Dimyati
dan
Mudjiono. dan
1999.
Belajar
Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Pembelajaran Menciptakan Kreatif dan
Inovtif dan kreatif Dalam Kelas. Jakarta: Pustakaraya. Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta: Rineka PT. Prestasi NK,
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Roestiyah. Belajar 2008. Strategi Jakarta:
Mengajar.
Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rusmono. 2012. Strategi
Praktik. Bandung: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. DasarDasar Evaluasi Pendidikan,
(Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan, M.D. 1990. Model-Model Mengajar. Diponegoro. Daryanto, dkk. 2005. Modul Fisika SMK Teknik 2. Jakarta: PT. Galaxy Puspa Mega. Bandung: CV.
Berorientasi Pendidikan.
Jakarta: Kencana. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ilmu Pendidikan
Fakultas
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis)
17
Slameto. 2010. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudirman, dkk. 1979. Bandung: Ilmu CV.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2007. Model-Model Inovatif Konstruktivistik.
Pendidikan.
Remadja Karya. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. Proses 2001. Penilaian Hasil
Pembelajaran Berorientasi
Belajar
Mengajar.
18