Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Endang Hilmi2 dan Parengrengi3
ABSTRAK
Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik dan khas yang ditumbuhi
oleh berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh pada daerah yang tergenang, dengan
kadar garam yang tinggi dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hanya jenis tanaman
mangrovelah yang dapat tumbuh didaerah tersebut, sedangkan jenis tanaman lain
dipastikan tidak akan tumbuh.
Namun saat ini tingkat kerusakan ekosistem mangrove sangat tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan (1) di propinsi Riau dan kepulauan
Riau, dimana di Propinsi Riau ekosistem mangrove yang berhutan lebat adalah 4.298,85
ha, kerapatan sedang seluas 123.869,52 ha, kerapatan jarang seluas 13.147,68 ha dan
kerapatan sangat jarang seluas 119.969,28 ha. Sedangkan untuk potensi kerapatan
ekosistem mangrove di Kepulauan Riau adalah yang berhutan lebat adalah 6.772,59 ha,
kerapatan sedang seluas 25.446,33 ha, kerapatan jarang seluas 18.733,59 ha dan
kerapatan sangat jarang seluas 127.465,04 ha (2) di Seram Bagian Timur dimana
sebagian besar ekosistem mangrovenya termasuk kedalam kategori jarang.
Kerusakan ekosistem mangrove akan berdampak pada rusaknya ekosistem pesisir,
hilangnya habitat satwa daratan dan lautan, hilangnya pulau, hilangnya dan kematian dari
beberbagai jenis satwa dan flora, serta dampak-dampak lingkungan lainnya seperti
aberasi, intrusi dan banjir serta kematian organisme perairan.
Untuk itu perlu dibangun beberapa kebijakan yaitu (1) konsep pengelolaan yang
berbasis berkelanjutan (sustainable), memiliki visi ke depan (future time), terintegrasinya
kepentingan ekonomi dan ekologi, dan pelibatan masyarakat (2) membangun Kawasan
hutan lindung, (3) Melakukan Kegiatan rehabilitasi hutan (4) Perlu dibangun renstra
pengelolaan pada ekosistem mangrove (5) adanya political will untuk mempertahankan
ekosistem mangrove
PENDAHULUAN
Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik dan khas yang ditumbuhi
oleh berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh pada daerah yang tergenang, dengan
kadar garam yang tinggi dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hanya jenis tanaman
mangrovelah yang dapat tumbuh didaerah tersebut, sedangkan jenis tanaman lain
dipastikan tidak akan tumbuh. Kondisi ini sangat dilematis, karena cukup tingginya nilai
ekonomi dari beberapa jenis mangrove (seperti Rhizophora spp dan Bruguiera spp) yang
mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang tinggi terhadap jenis tersebut serta terjadinya,
disisi lain adanya anggapan tentang rendahnya nilai ekonomi ekosistem mangrove
memacu konversi ekosistem mangrove menjadi peruntukan lainnya. Kondisi ini jika
1
Seminar Nasional dan Kongres Perikanan 17 Juli 2007
2
Staf Pengajar Program Perikanan dan kelautan Unsoed
3
Staf Pengajar Fakultas Perikanan Unri Riau
dibiarkan terus menerus akan ini menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem mangrove
dan hilangnya ekosistem mangrove.
Kerusakan ekosistem mangrove harus dapat dicermati dan diperhatikan secara
mendalam. Karena dengan terjadinya kerusakan ekosistem mangrove selalu diikuti
dengan permasalahan-permasalahan lingkungan, diantaranya terjadinya aberasi pantai,
banjir, sedimentasi, menurunnya produktivitas perikanan, sampai terjadinya kehilangan
beberapa pulau kecil. Karena dengan kerusakan ekosistem mangrove berarti hilangnya
bufferzone (daerah penyangga) yang berfungsi untuk menjaga kesetabilan ekosistem
pesisir, pantai dan daratan.
Kestabilan ekosistem pesisir, pantai dan daratan merupakan suatu hal yang jarang
diperhatikan oleh hampir semua stakeholder yang berkecimpung didalam pemanfaatan
ekosistem mangrove. Sehingga kerusakan ekosistem mangrove dianggap merupakan
suatu hal yang wajar sebagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan pengelolaan.
Banyak stakeholder yang cenderung enggan untuk memperbaiki dan merehabilitasi
ekosistem mangrove yang dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sesuatu
yang sangat naif yang berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove, ketidakstabilan
ekosistem pesisir dan daratan.
Salah satu permasalahan yang saat ini sangat mengusik adalah laju degradasi
ekosistem mangrove sangat cepat. Bahkan pada daerah Bengkalis dan Indragiri Hilir
tingkat kerusakan saat ini sudah mencapi 50 %. Hal ini akan menyebabkan banyak
muncul permasalahan-permasalahan lingkungan. Untuk itu mari kita cermati beberapa
kerusakan ekosistem mangrove yang terjadi di beberapa Propinsi di Indonesia. Seberapa
besar tingkat dan laju kerusakan tersebut ? dan apa yang harus diperbuat untuk
memperbaiki kondisi ekosistem mangrove dari kerusakan saat ini ? Bagaimana caranya ?
DAFTAR PUSTAKA