You are on page 1of 4

1. 2.

Beberapa Teknik Penarikan Contoh Penarikan Contoh Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Gunakan : tabel random, undian! Penarikan Contoh Sistematik (Systematic Sampling) Tentukan terlebih dahulu interval untuk anggota populasi yang terpilih sebagai anggota sampel! contoh : Ditentukan interval = 20 Anggota populasi ke-7 terpilih sebagai anggota ke-1 dalam sampel Anggota populasi ke-27 menjadi anggota ke-2 dalam sampel Anggota populasi ke-47 menjadi anggota ke-3 dalam sampel, dst Penarikan Contoh Acak Berlapis (Stratified Random Sampling) Populasi terlebih dahulu dibagi ke dalam kelas yang (cenderung) homogen. Dalam Setiap Kelompok, ambil contoh acak! Contoh : Dari 1000 orang mahasiswa/i GD akan diambil 200 orang sebagai Mahasiswa/i Kelas 1 = 50 orang Kelas 2 = 50 orang Kelas 3 = 50 orang Kelas 4 = 50 orang sampel

3.

4.

Penarikan Contoh Gerombol/Kelompok (Cluster Sampling) Contoh yang diambil berupa kelompok dan bukan individu! contoh sebanyak

Contoh : Dari 5 000 karung beras, masing-masing berisi 100 kg akan diambil 1000 kg. Bagaimana caranya? Lakukan pengacakan karungnya saja ambil 10 karung (jadi tidak perlu seluruh isi ke-5 000 karung dituang, diacak baru 5. Penarikan Contoh Area (Area Sampling) Prinsipnya sama dengan Cluster Sampling. Pengelompokkan ditentukan oleh lokasi geografis atau administratif.

diambil 1 000 kg)

contoh : Pengambilan contoh di daerah JAWA BARAT, maka dapat dilakukan per Kotamadya. Misalkan, Terpilih Kodya Bogor, Sukabumi,Cirebon

pengambilan contoh

Cluster sampling adalah pengambilan sampel teknik yang digunakan ketika kelompok "alami", tetapi relatif homogen yang jelas dalam populasi statistik . It is often used in marketing research . Hal ini sering digunakan dalam riset pemasaran . In this technique, the total population is divided into these groups (or clusters) and a simple random sample of the groups is selected. Dalam teknik ini, total populasi dibagi menjadi kelompok-kelompok (atau kelompok) dan sampel acak sederhana dari kelompok yang dipilih. Then the required information is collected from a simple random sample of the elements within each selected group. Kemudian informasi yang diperlukan dikumpulkan dari sampel acak sederhana dari unsur-unsur dalam setiap kelompok yang dipilih. This may be done for every element in these groups or a subsample of elements may be selected within each of these groups. Hal ini dapat dilakukan untuk setiap elemen dalam kelompok-kelompok atau subsampel elemen dapat dipilih dalam masing-masing kelompok. A common motivation for cluster sampling is to reduce the average cost per interview. Sebuah motivasi umum untuk cluster sampling adalah untuk mengurangi biaya rata-rata per wawancara. Given a fixed budget, this can allow an increased sample size. Mengingat anggaran tetap, hal ini dapat memungkinkan ukuran sampel meningkat. Assuming a fixed sample size, the technique gives more accurate results when most of the variation in the population is within the groups, not between them. Dengan asumsi ukuran sampel tetap, teknik memberikan hasil yang lebih akurat ketika sebagian besar variasi dalam populasi dalam kelompok, bukan antara mereka.

Acak (Random sampling) Artinya, setiap anggota dari populasi memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih [3] sebagai sampel. Tidak ada intervensi tertentu dari peneliti.Masing-masing jenis dari pengambilan [3] acak (probability sampling) ini memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Pengambilan acak sederhana (Simpel random sampling) Merupakan sistem pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan undian atau tabel angka [4] random. Tabel angka random merupakan tabel yang dibuat dalam komputer berisi angka-angka yang terdiri dari kolom dan baris, dan cara pemilihannya dilalukan secara bebas.[3] Pengambilan acak secara sederhana ini dapat menggunakan prinsip pengambilan sampel dengan pengembalian [3] ataupun pengambilan sampel tanpa pengembalian. Kelebihan dari pemngembilan acak sederhana [3] ini adalah mengatasi bias yang muncul dalam pemilihan anggota sampel, dan kemampuan [3] menghitung standard error. Sedangkan,kekurangannya adalah tidak adanya jaminan bahwa setiap sampel yang diambil secara acak akan merepresentasikan populasi secara tepat.[3] Pengambilan acak secara sistematis (Systematic random sampling) Merupakan sistem pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan selang interval [4] tertentu secara berurutan. Misalnya, jika ingin mengambil 1000 sampel dari 5000 populasi secara [3] acak, maka kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari interval pertama antara angka 1[3] 5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka berikutnya dari interval selanjutnya. Kelebihan dari pengambilan acak secara sistematis ini adalah lebih praktis dan hemat dibanding dengan [3] pengambilan acak sedderhana. Sedangkan, kekurangannya adalah tidak bisa digunakan pada penelitian yang heterogen karena tidak mampunya menangkap keragaman populasi heterogen.[3] Pengambilan acak berdasar lapisan (Stratified random sampling) Merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi menurut lapisan-lapisan tertentu dan masing[4] masing lapisan memiliki jumlah sampel yang sama. Kelebihan dari pengambilan acak berdasar lapisan ini adalah lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili [3] oleh sampel. Sedangkan, kekurangannya adalah harus memiliki informasi dan data yang cukup [3] tentang variasi populasi penelitian. Selain itu, kadang-kadang ada perbedaan jumlah yang besar [3] antar masing-masing strata. Pengambilan acak berdasar area (Cluster sampling) Merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi berdasarkan areanya. Setiap area memiliki [4] jatah terambil yang sama. Kelebihan dari pengambilan acak berdasar area ini adalah lebih tepat [3] menduga populasi karena variasi dalam populasi dapat terwakili dalam sampel. Sedangkan, kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lama karena harus membaginya dalam area-area tertentu Tidak acak (Non-random sampling) Merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak dimana masing-masing anggota tidak [3] memiliki peluang yang sama untuk terpilih anggota sampel. Ada intervensi tertentu dari peneliti dan biasa peneliti menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Pengambilan sesaat (Accidental/haphazard sampling) Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan tiba-tiba berdasarkan siapa yang [5] ditemui oleh peneliti. Misalnya, reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang [3] lewat. Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam pemillihan anggota
[4]

sampel. Sedangkan, kekurangannya adalah belum tentu responden memiliki karakteristik yang [3] dicari oleh peneliti. Pengambilan menurut jumlah (Quota sampling) Merupakan pengambilan anggota sampel berdasarkan jumlah yang diinginkan oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan menurut jumlah ini adalah praktis karena jumlah sudah ditentukan dari [3] [3] awal. Sedangkan, kekurangannya adalah bias, belum tentu mewakili seluruh anggota populasi. Pengambilan menurut tujuan (Purposive sampling) Merupakan pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari [3] [3] peneliti. Kelebihan dari pengambilan menurut tujuan ini adalah tujuan dari peneliti dapat terpenuhi. [3] Sedangkan, kekurangannya adalah belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada. Pengambilan beruntun (Snow-ball sampling) Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan sistem jaringan responden. Mulai [3] dari mewawancarai satu responden. Kemudian, responden tersebut akan menunjukkan responden lain dan responden lain tersebut akan menunjukkan responden berikutnya.[3] Hal ini dilakukan secara terus-menerus sampai dengan terpenuhinya jumlah anggota sampel yang diingini oleh peneliti.[3] Kelebihan dari pengambilan beruntun ini adalah bisa mendapatkan responden yang kredibel di [3] bidangnya. Sedangkan, kekurangannya adalah memakan waktu yang cukup lama dan belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada. Sebagai contoh seorang Kepala Sekolah ingin mengetahui tanggapan Siswa tentang pelaksanaan program Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000 orang dgn komposisi kelas 3 sebanyak 600 siswa kelas 2 sebanyak 400 siswa dan kelas 1 sebanyak 1000 siswa besar sampel yg akan diambil adl 200 orang jika strata berdasarkan Kelas maka langkah yg harus dilakukan adl : Tetapkan proporsi strata dari populasi hasil kelas 3 sebesar 30% Kelas 2 sebesar 20% dan kelas 1 sebesar 50% Hitung besar sampel utk masing-masing strata hasil kelas 3 sebanyak 60 siswa kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1 sebanyak 100 siswa Kemudian pilih anggota sampel utk masing-masing strata secara acak (random sample).
[3] [3]

[3]

Cara lain penentuan sampel berstrata adl menentukan dulu proporsi sampel atas populasi dalam kasus di atas proporsi adl 10 % kemudian proporsi ini dikalikan jumlah siswa pada tiap strata dan hasil akan sama dgn cara diatas. Sesudah langkah tersebut dilakukan baru instrumen penelitian disebarkan kepada anggota sampel yg sudah terpilih. Apabila jumlah sampel disamakan utk tiap strata cara itu disebut penarikan sampel strata tak proporsional (Disproportional Stratified Sampling) sedangkan jika disesuaikan dgn proporsi strata dalam populasi disebut pengambilan sampel strata proporsional (Proportional Stratified Sampling) baca juga Simple Random Sampling Systematic Sampling 3) Cluster Random Sampling/sampel gugus : Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi dibagi keadalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: (1) Memilih kluster dengan cara simple random sampling. (2) Memilih satuan sampling dalam kluster. Jika pemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.

Contoh : Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas, karena Jawa Barat sangat luas, dipilihlah kabupaten/kota tertentu sebagai sampel klaster ke-1 secara random. Dari tiap kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitu kecamatan-kecamatan tertentu dengan cara random sebagai sampel klaster ke-2. Selanjutnya dari masing-masing kecamatan dilakukan pemilihan sekolah yang juga dilakukan secara random. 4) Systematic Sampling atau Sampel Sistematis : Merupakan teknik sampling jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang keberapa. Contoh : Misalnya setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal keberapanya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. 1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan. Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling tidak disengaja atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.

You might also like