You are on page 1of 12

Hakikat Pendidik

Makalah ini disusun untuk memenui tugas Matakuliah Filsafat Pendidikan Islam Diampu oleh: Dr. Ahmad Janan Asifuddin, M.A

Disusun oleh: Rifai Kusuma Nurudin (1220411189) PAI Mandiri B

KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012 1

HAKIKAT PENDIDIK A. Pendahuluan Pendidik merupakan salah satu komponen penopang berdirinya pendidikan. Pendidik memanglah memiliki banyak term dengan latar belakang yang berbeda-beda, misalnya, tutor, guru, ustadz, kyai, syeikh, muqri, ulama (jamak alim), allamah dan lain-lain sebagainya, namun memiliki satu inti yang sama yaitu mendidik. Ya inilah kata yang sangat pas untuk diposisikan dalam menempati arti dari hakikat pendidik yaitu mendidik. Yang dalam Islam, maka kurang lebih konseptualisasinya pendidik adalah mendidik peserta didik untuk menjadi hamba Allah Swt yang diridhai-Nya dengan kata lain untuk mencapai tujuan penciptaan peserta didik itu sendiri dengan dasar ajaranajaran Islam. Untuk lebih jelasnya dalam memahami hakikat pendidik, maka dalam makalah ini akan dirumuskan secara ringkas seputar tentang pendidik dalam perspektif Islam yang meliputi: pengertian pendidik, kedudukan pendidik, syarat-syarat pendidik, karakteristik pendidik ideal, dan kontribusinya bagi konseptualisasi pendidikan Islam.

B. Pembahasan 1. Pengertian Pendidik Dalam dunia pendidikan Islam terdapat beberapa sebutan bagi pendidik, antara lain al-muallim, al-muaddib, dan al-murabby. Muallim artinya pengajar atau pemberi ilmu, konsekuensinya dia harus berilmu, menghargai nilai-nilai ilmiah serta memiliki komitmen tinggi bagi pengembangannya. Muaddib, berarti pendidik adab atau akhlak. Artinya ia mempunyai tugas melatih perserta didik hingga bisa membedakan baik da buruk berdasarkan agama (Islam), dalam memahami ajaran itu pada umumnya menggunakan hati nurani dan akal (ijtihad). Kemudian mndorong untuk mengarahkan peserta didik terbiasa melakukan yang baik dan menghindari yang buruk hingga perilaku demikian menjadi kebiasaan dan karakter. sedangkan murabby, akar katanya (rabba, yurabbi) artinya dapat mencakup seluruh aktivitas mendidik, termasuk: memlihara, mengurus, menumbuhkembangkan potensi,

mengarahkan, dan sebagainya termasuk mengajar dan menanamkan nilai-nilai.1 Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.2 Dari konsep-konsep di atas, maka dapat ditarik kesimpulannya bahwa tujuan dan tugas pendidik adalah mengajari ilmu, menanamkan adab atau akhlak, memelihara dan menumbuh kembangkan potensi, mencerdaskan, dan menjadi panutan, bagi peserta didik.

2. Kedudukan Pendidik Ada penyebab khusus mengapa orang Islam amat menghargai pendidik, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya bersumber dari Tuhan.3 Firman Allah Swt:

w.. zN= !$uZs9 w) $tB !$oYtFJ=t ( ..


tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami(al-Baqarah [2]: 32) Begitu pula dengan statement Allah Swt tentang mulianya pendidik, yaitu:

st !$# t%!$# (#qZtB#u N3ZB t%!$#ur (#q?r& zO=9$# ;My_uy 4 !$#ur $yJ/ tbq=yJs?
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (al-Mujaadilah [58]: 11)
1 Ahmad janan Asifudin, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam, (Yohyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2010), hlm. 124-125 2 http://ml.scribd.com/doc/51007071/Hakikat-Pendidik diakses pada tanggal 1 Desember 2012 pukul 16:32 wib 3 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 177

Maksud

redaksi

ayat

di

atas

adalah

Allah

Swt

akan

mengangkat derajat para ahli ilmu (pendidik) yang senantiasa mengamalkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.4 Di dalam ayat al-Quran yang lain Allah Swt berfirman:

ygx !$# mRr& Iw tms9) w) uqd ps3n=yJ9$#ur (#q9'r&ur O=9$#


Allah Swt telah bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan selain Diri-Nya, begitupun dengan para malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan, mereka semua bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Swt. (Ali Imran [3]: 18) Dalam redaksi ayat di atas, dapat kita lihat bagaimana Allah Swt mengawali (suatu persaksian) dengan pertama-tama menyebutkan Diri-Nya, kemudian secara berturut-turut menyebutkan para malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan (pendidik). Hal ini kranya cukup menjelaskan kepada kita perihal derajat kemuliaan dan keutamaan para pendidik yang memiliki ilmu pengetahuan di sisi Allah Swt.5 Dalam wacana yang lain, bahwa kedudukan Pendidik dalam Pandangan Islam Pendidik adalah spiritual father (bapak rohani), bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik memiliki kedudukan tinggi. Dalam beberapa Hadits disebutkan: Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah engkau menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak. Dalam Hadits Nabi Saw yang lain: Tinta seorang ilmuwan (yang menjadi pendidik) lebih berharga ketimbang darah para syuhada. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al-Syawki bersyair : Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul. Al-Ghazali menukil beberapa Hadits Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar yang aktivitasnya lebih baik daripada ibadah setahun (perhatikan QS. At-Taubah:122). Selanjutnya AlGhazali menukil dari perkataan para ulama yang
4 Hasyim Asyari, Etika Pendidikan Islam, terj.Mohamad Kholil, (Yogyakarta: Titian Wacana, 2007), hlm. 1 5 Ibid., hlm. 2

menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab: pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.6

3. Syarat-syarat pendidik Syarat-syarat menjadi Pendidik dalam Pandangan Islam Syaikh Ahmad Ar Rifai mengungkapkan, bahwa seseorang bisa dianggap sah untuk dijadikan sebagai pendidik dalam pendidikan Islam apabila memenuhi dua criteria, yaitu : pertama, Alim yaitu mengetahui betul tentang segala ajaran dan syariahnya Nabi Muhammad Saw, sehingga ia akan mampu mentransformasikan ilmu yang komprehenshif tidak setengah-setengah. Kedua, Adil riwayat yaitu tidak pernah mengerjakan satupun dosa besar dan mengekalkan dosa kecil, seorang pendidik tidak boleh fasik sebab pendidik tidak hanya bertugas mentransformasikan ilmu kepada anak dididiknya namun juga pendidik harus mampu menjadi contoh dan suri tauladan bagi seluruh peserta didiknya. Di khawatirkan ketika seorang pendidik adalah orang fasik atau orang bodoh, maka bukan hidayah yang diterima anak didik namun justru pemahamanpemahaman yang keliru yang berujung pada kesesatan.7 Khoiron Rosyadi mengusulakan enam syarat pendidik, sebagaimana yang dia kutip dari Suwarno, antara lain: a. Kedewasaan. Salah satu ciri kedewasaaan adalah kewibawaan, dan kewibawaan bersumber pada kepercayaan dan kasih sayang antara pendidik dan peserta didik. b. Identifikasi norma, artinya menjadi satu dengan norma (itu sendiri) yang disampaikan kepada perserta didik. Dalam hemat
6 http://ml.scribd.com/doc/51007071/Hakikat-Pendidik diakses pada tanggal 1 Desember 2012 pukul 16:32 wib 7 Ibid.

penulis, bahwa pendidik harus mengerjakan apa yang diajarkannya kepada peserta didik. c. Identifikasi anak, artinya pendidik dapat menempatkan diri dalam kehidupan peserta didik, agar tidak tumpang tindih dalam mendidik dalam arti lain sesuai dengan tempat dan kondisi (misal, ranah dan usia). d. Knowledge, mempunyai pengetahuan yang cukup perihal pendidikan. e. Skill, mempunyai ketrampilan dalam mendidik.
f. Attitude, mempunyai sikap jiwa yang positif terhadap pendidik.

Dalam bahasa penulis, tidak hanya positif thingking, melainkan juga positif feeling terhadap peserta didik.8

4. Karakteristik pendidik ideal Konsep-konsep mengenai karakteristik pendidik ideal sungguh sangatlah banyak, oleh karena itu penulis hanya mengambil konsep-konsep tersebut beberapa saja, yang menurut penulis sudah cukup mewakili. Yang pertama menurut AlAbrasyi sebagaimana yang dikutip oleh Khoiron Rosyadi9 menyebutkan karakteristik pendidik dalam pendidikan Islam sebagai berikut: a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena menacari keridhaan Allah Swt semata. Zuhud yang dimaksud adalah bukan tidak mau menerima imbalan materi. Menerima gaji itu tidak bertentangan dengan maksud mencari keriaan Allah Swt dan zuhud di dunia ini boleh, karena seorang alim atau sarjana betapa pun zuhud dan kesederhanaan hidupnya membutuhkan juga uang dan harta untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
8 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 181-182 9 Ibid., hlm.188

b. Kebersihan. Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat riya, dengki, permusuhan, dan lain sebagainya. c. Ikhlas dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-muridnya. Tergolong ikhlas adalah seorang yang ucapannya sesuai perbuatannya, melakuakan apa yang diucapakan dalam aktivitas sehari-hari. d. Pemaaf. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, sanggup menahan diri. Menahan kemarahan, lapang hati, sabar, berkepribadian dan mempunyai harga diri. e. Harus mengetahui tabiat murid. Guru harus mengetahui tabiat pembawaan, adat-istiadat dan pemikiran murid agar tidak salah arah dalam mendidik anak-anak.10 Selanjutnya dari buku karya Baharuddin dan Makin yang mereka kutip dari Ahmad Tafsir, menyebutkan bahwa karakter pendidik antara lain:
a. Mengetahui karakter peserta didik b. Pendidik harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik

dalam

bidang

yang

diajarkannya

maupun

dalam

cara

mengajarkannya.
c. Pendidik

harus

mengamalkan

ilmunya,

jangan

berbuat

berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.11

10 Ibid., hal. 188 11 Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanitik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 182-183

5. Kontribusi bagi konseptualisasi pendidikan Islam Beberapa konsep tentang pendidik yang layak dijadikan kontribusi dalam konseptualisasi pendidikan Islam dan cukup relevan bagi dinamika pendidikan sekarang ini, menurut penulis adalah sebagai berikut: a. Pendidik SMILE yang diuraikan sebagai berikut: S M I L E : Spirited and Sympathetic : Motivating and Mobile : Imaginative, Impressive, Innovative, and Initative : Locus and Leadership : Encouraging, Empowering, and Empathetic12

1) Spirited and Sympathetic Spirit artinya semangat. Semangat untuk mengabdikan ilmu pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa dengan tanpa memperhitungkan balas jasa adalah hal yang terpuji. Denga penuh semangat, guru diharapkkan dapat melaksanakan tugasnya sebagai panggilan jiwa dan panggilan hati nurani bukan hanya sebagai panggilan hidup. Simpati adalah perasaan yang diwujudkan dengan menaruh rasa hormat dan menyayangi orang lain. Pendidik harus menaruh rasa simpati juga pada siswa. Rasa simpati ini akan member dampak bertambahnya perhatian pada berbagaui kesulitan yang dihadapi peserta didik sehingga pendidik berupaya untuk membantunya.

2) Motivating and Mobile Motivasi berarti dorongan untuk bergerak ke arah sesuatu yang diinginkan atau diharapakan. Mobilitas artinya bergerak dinamis. pendidik
12 Dadi Permadi & Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hal. 131-134

harus menumbuhkan dinamika peserta didik dan harus bergerak dinamis. pendidik yang bergerak penuh dinamika akan mempercepat terselesaikannya suatu tugas atau pekerjaan.

3) Imaginative, Impressive, Innovative, and Initiative Imajinasi berarti gambaran tentang sesuatu yang tampak dalam khayalan. Pendidik perlu membangkitkan imajinasi peserta didik agar peserta didik mempunyai dorongan untuk mencapainya. Impresif artinya menumbuhkan kesan positif terhadap seseorang atau sesuatu. Pendidik harus disenangi oleh peserta didiknya sehingga mereka merasa senang belajar. Inovasi adalah hal-hal baru yang bermanfaat dan menarik. Pendidik harus mampu melahirkan ide-ide atau gagasan baru yang lebih menarik, baik dalam metode mengajar maupun dalam mencipatakan sesuatu seperti alat peraga, permainan, dan diharapkan inovasi tersebut berkelanjuatan. Inisiatif artinya prakarsa positif yang dilakukan tanpa mendapat tekanan atau perintah dari pihak lain. Prakarsa untuk melakukan tindakantindakan yang positif diperlukan guna melancarkan dan melaksanakan berbagai tugas dengan lebih cepat dan lebih baik.

4) Locus Leadership Leadership atau kepemimpinan diperlukan bagi setiap orang, apalagi pendidik. Yang posisinya adalah sebagai pemimpin bagi peserta didiknya. Locus Leadership adalah kepemimpinan yang fokus terhadap perubahan.

5) Encouraging, Empowering, Empathetic To encourage artinya mendorong. Pendidik hendaknya bisa 9

mendorong peserta didiknya untuk rajin belajar dan mendorong ke hal-hal yang positif, seperti memberikan semangat dalam belajar untuk mencapai cita-citanya. Empowering artinya memberdayakan. Pendidik harus mampu memberdayakan peserta didik, terutama bakat dan potensi yang dimiliknya, sehingga mencapai titik optimal. Pendidik harus mampu melihat bakat dan inat peserta didik untuk kemudian memupuk dan mendorong dan memfasilitasi agar bakat dan minat tersebut berkembang. Empati artinya turut merasakan apa yang dirasakan dan diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Rasa empati pendidik tehadap peserta didiknya bisa ditunujukkan dengan tidak merendahkan martabat mereka di depan teman-temannya. Mereka perlu dilindungi dan dibangkitkan semangatnya.

b. Pendidik FIESTA13

1) F

: friendly (ramah) Pendidk haruslah memiliki karakter ramah. Jika tidak ramah, tak

seorangpun peserta didik yang menyukainya, apalgi mau belajar dengannya. 2) I : innovative (inovatif) Seorag pendidik harus innovatif dalam segala hal, contohnya dalam metode pemebelajaran, sehingga peserta didiknya idak akan bosan 3) E : efficient and affecitve (efisien dan efektif) Sorang pendidik haris bisa mendorong dan mendukung peserta didiknya agar mereka bisa menjadi orang yang berhasil, baik dalam bidang akademis maupun di masyarakat 4) S : sportive (sportif) Seorang pendidik harusnya sportif, dalam term Islamnya ialah
13 Ibid., hlm.139-140

memiliki kejujuran. Dia tidak boleh menyalah gunakan amanah yag ditanggnya, misal dalam pembelajaran, tidak korupsi waktu. 5) T : technology savvy (bisa mengggunakan teknologi) Seorang pendidik harus bisa menggunakan teknologi dalam proses KBM, harus bisa merangsang peserta didiknya untuk menggunakan teknologi dalam belajarnya 6) A : ambitious (memiliki ambisi) Seorang pendidik harus memiliki ambisi agar bisa

mengembangkan kariernya, bisa hidup sejahtera dan bahagia dari kariernya.

C. Penutup Seiring terjadinya perubahan dalam dunia pendidikan yang merupakan kontekstualisasi dari dinamika zaman, maka pendidik memiliki peran sentral dalam mendidik peserta didik, yang tidak lain untuk membekalinya dalam mengarungi bahtera kehidupan yang kelak tujuannya yaitu untuk menggapai ridho ilahi. Oleh karena itu, pendidik tetaplah harus berpegang pada prinsip dasar dalam menjalankan perannya sebagai pendidik yang Islami yang melandaskan gerak-geriknya pada garis pembatas (syariat) yang diberikan oleh Islam itu sendiri. Namun, tidak dipungkiri, pendidik haruslah bersikap inovatif demi kemajuannya untuk mengiringi perubahan zaman yang selalu dinamis ini. Dengan kata lain, pendidik haruslah tetap kokoh dalam tugasnya yang dapat beradaptasi dengan dinamika pendidikan yang kian modern serta tetap berpegang teguh pada prinsip ajaran ilahi.

D. Daftar Pustaka Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanitik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009 Dadi Permadi & Daeng Arifin, The Smiling Teacher, Bandung: Nuansa Aulia, 2010 11

Janan Asifudin, Ahmad, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam, Yohyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2010125 http://ml.scribd.com/doc/51007071/Hakikat-Pendidik Desember 2012 pukul 16:32 wib diakses pada tanggal 1

Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 Hasyim Asyari, Etika Pendidikan Islam, terj.Mohamad Kholil, Yogyakarta: Titian Wacana, 2007

You might also like