You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Dalam tubuh manusia terdapat 2 macam alat gerak, antara lain : alat gerak aktif dan alat alat gerak pasif. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan alat gerak pasifnya adalah rangka (tulang). Otot memiliki mekanisme kontraksi yang dipicu oleh potensial aksi. Dimana potensial kontraksi tersebut adalah miofilamen, yang terdiri atas aktin dan myosin, yang akan menghasilkan kontraksi dalam jumlah banyak. Selain itu juga, otot diklasifikasikan kedalam beberapa golongan yaitu dilihat dari fungsional dan anatominya serta berdasarkan bentuk seratnya. Berdasarkan fungsi dan anatominya otot dibagi menjadi : Otot Skelet/rangka (skeletal muscle) Otot Jantung (cardiac muscle) Otot Polos (smooth muscle)

Berdasarkan bentuk seratnya otot dibagi menjadi : Otot Bergaris. Otot bergaris meliputi otot lurik dan otot jantung. Otot Tidak Bergaris adalah otot polos. Dimana otot polos ini dapat dibagi menjadi 2 tipe utama, yakni : otot polos unit tunggal/visceral dan otot polos multi-unit.

Pada percobaan ini kita menggunakan otot polos pada lambung katak. Oleh sebab itu kita akan mengupas lebih lanjut tentang otot polos secara lebih mendalam dan terperinci.

1.1.1 Morfologi Otot Polos Otot polos secara anatomi berbeda dari otot rangka dan otot jantung karena otot polos tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang. Otot ini memiliki aktin dan miosin yang bergeser satu sama lain untuk menghasilkan kontraksi. Akan
1

tetapi, filamen-filamen itu tidak tertata dalam susunan yang teratur, seperti pada otot rangka dan jantung, sehingga tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang. Otot polos juga mengandung tropomiosin, tetapi tampaknya tidak memiliki troponin. Isoform aktin dan miosin otot polos berbeda dengan yang terdapat pada otot rangka. Di dalam otot polos terdapat retikulum sarkoplasma, tetapi tidak berkembang dengan baik. Secara umum, otot polos mempunyai sedikit mitokondria, dan sangat bergantung pada proses glikolisis untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya.

1.1.2 Proses Kontraksi Otot Polos Otot polos mengandung filamen aktin dan miosin,yang akan saling berinteraksi satu sama lain. Selanjutnya kontraksi diaktifkan oleh ion kalsium dan adenosin trifosfat(ATP) dan akan dipecah menjadi adenosin difosfat (ADP) untuk memberikan energi bagi kontraksi. Otot polos tidak mengandung troponin yang dibutuhkan dalam pengaturan kontraksi otot rangka. Filamen miosin memiliki diameter dua kali lebih besar daripada filamen aktin. Dan filamen aktin lebih banyak sekitar 15 kali lebih banyak dari filamen miosin. Oleh karena itu kemungkinan terlihatnya filamen aktin dalam jumlah berlebihan pada suatu irisan otot polos pun meningkat dan filamen miosin relative jarang bila dibandingkan dengan filamen aktin. Otot polos pun dapat berkontraksi secara efektif lebih dari duapertiga panjang regangannya. Mekanisme LATCH Mekanisme Latch adalah mempertahankan kontraksi yang lama pada otot polos selama berjam-jam dengan menggunakan sedikit energi. Selain itu dibutuhkan sedikit sinyal dari sumber hormonal. Otot polos juga memilki

kemampuan untuk mempertahankan besar tekanan tanpa mempedulikan panjang sera otot dalam waktu beberapa detik atau beberapa menit saja. Fenomena ini biasa disebut dengan stres-relaksasi dan stress relaksasi balik. Disebut stress-relaksasi bila adanya peningkatan tekanan yang besar,dan otot polos akan menormalkan kembali tekanan tersebut hampir pada nilai tekanan

asalnya.

Atau

disebut

stress-relaksasi

balik

bila

tekanan

akan

menurun/rendah,dan otot polos akan menaikan tekanan pada nilai aslinya.

1.1.3 Potensial Membran dan Potensial Aksi Potensial Membran Nilai kuantitatif dari potensial membran pada otot polos bervariasi dari satu tipe polos ke tipe lainya,dan bergantung pada keadaan otot saat itu. Pada keadaan istirahat yang normal,potensial membrane biasanya kira-kira sekitar 50-60 milivolt. Potensial Aksi Potensial aksi terdapat pada otot polos unit tunggal. Biasanya tidak terjadi pada otot polos multi unit. Potensial aksi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Potensial Paku Potensial aksi berbentuk paku, yang khas. Lamanya potensial aksi ini 10-50 milidetik. Potensial aksi ini dapat timbul melalui banyak cara, misalnya melalui rangsangan listrik,melalui kerja hormon terhadap otot polos, dan sebagai hasil dari pembentukan spontan dalam serat otot itu sendiri. 2. Potensial Aksi Gambaran Plato Mulanya potensial aksi ini mirip dengan potensial aksi paku, namun sebagai pengganti repolarisasi cepat pada membran serat saraf. Repolarisasi akan diperlambat selama beberapa ratus hingga seribu milidetik. Makna dari gambar plato adalah bahwa ia dapat menunjukkan perpanjangan waktu kontraksi yang terjadi pada keadaan tertentu. Potensial gelombang lambat (slow wave) dalam otot polos unit tunggal Beberapa otot polos bersifat dapat terangsang sendiri,artinya potensial aksi dapat timbul dengan sendirinya tanpa rangsangan dari luar. Keadaan ini sering sekali dihubungkan dengan adanya irama gelombang lambat ,dasar potensial membran khususnya otot polos dinding usus atau lambung. Penyebab dari tejadinya irama gelombang lambat sendiri belum diketahui. Gelombang lambat
3

itu sendiri tidak dapat menyebabkan kontraksi otot. Namun jika gelombang meningakat melebihi 35milivolt akan memicu potensial aksi dan menyebabkan kontraksi otot. Kontraksi Otot Polos Tanpa Potensial Aksi Barangkali sedikitnya separuh dari kontraksi otot polos tidak dicetuskan oleh potensial aksi, namun oleh karena faktor perangsang yang bersifat bukan potensial aksi. Faktor perangsang meliputi : faktor jaringan setempat dan berbagai macam hormon. Respons terhadap faktor jaringan setempat Otot polos bersifat sangat kontraktil, yang bersifat sangat merespons cepat terhadap perubahan keadaan setempat dalam cairan interstisial sekirarnya. Dengan cara ini, sistem pengatur umpan balik setempat yang sangat kuat akan mengatur aliran darah yang menuju ke daerah jaringan setempat. Beberapa faktor pengendali yang khas adalah sebagai berikut: 1. Kekurangan oksigen dalam jaringan setempat,menyebabkan relaksasi otot polos. Dan karena itu menimbulkan vasodilatasi. 2. Kekurangan karbon dioksida akan menimbulkan vasodilatasi. 3. Peningkatan konsentrasi ion hydrogen juga akan menimbulkan peningkatan vasodilatasi. Pengaruh hormon terhadap kontraksi otot polos Kebanyakan hormon yang bersirkulasi dalam tubuh akan mempengaruhi kerja otot polos hingga derajat tertentu dan beberapa diantaranya mempunyai pengaruh besar. Contohnya norepinefrin, epinefrin, asetilkolin, angiotensin, vasopressin, oksitosin, serotonin, dan histamie. Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot mengandung reseptor perangsang untuk hormone tertentu.

Struktur dan fungsi otot polos di berbagai bagian tubuh sangat beragam. Otot polos dari setiap organ jelas berbeda dengan kebanyakan organ lain dalam beberapa hal : (1) ukuran fisik, (2) susunan untuk membentuk berkas atau lembaran, (3) respons terhadap
4

berbagai jenis rangsangan, (4) sifat persyarafan, (5) fungsi. Namun untuk tujuan penyederhanaan, pada umunya otot polos dapat dibagi menjadi dua tipe utama yaitu : otot polos unitary (unit tunggal)/visceral smooth muscle dan otot polos multi-unit (multi unit smooth muscle).

1.1.4 Otot Polos Unit Tunggal (Visceral) Istilah unit tunggal bersifat membingungkan karena istilah ini tidak memaksudkan suatu serabut otot tunggal. Justru inilah mengartikan berkontraksi bersama-sama sebagai suatu unit tunggal. Serabut-serabut biasanya tersusun dalam bentuk lembaran atau berkas, dan membran selnya berlekatan satu sama lain pada banyak titik sehingga kekuatan yang terbentuk dalam satu serabut otot dapat dijalarkan ke serabut berikutnya. Selain itu membrane sel dihubungkan oleh banyak taut rekah (gap junction) yang dapat dilalui ion-ion secara bebas dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga potensial aksi atau aliran ion yang sederhana tanpa potensial aksi dapat berjalan dari satu serabut ke serabut berikutnya dan menyebabkan serabut otot dapat berkontraksi bersama-sama. Jenis otot polos ini dikenal juga sebagai otot polos sinisital karena sifat antar hubungan sinisitalnya di antara serabut-serabut. Otot ini juga disebut otot polos visceral karena otot ini ditemukan pada dinding sebagian besar organ visera tubuh, termasuk usus, duktus biliaris, ureter, uterus, saluran empedu dan banyak pembuluh darah.

Perangsangan terjadinya potensial aksi dan kontraksi otot polos visceral bisa berasal dari : 1. Peregangan Mengakibatkan penurunan potensial membran dan peningkatan frekuensi potensial aksi serta peningkatan tonus secara umum. 2. Efek Hormone Menyebabkan kontraksi atau relaksasi otot melalui mekanisme reseptor. 3. Rangsangan Neurotransmitter dari sistem syaraf Dasar timbulnya potensial aksi terjadi pada otot polos itu sendiri tanpa adanya ekstrinsik stimulasi. Hal ini dikarenakan adanya ritme gelombang lambat (basic
5

slow wave rhytm) yang timbul karena ketidakmantapan potensial membran. Slow wave itu sendiri bukan suatu potensial aksi. Apabila slow wave ini mampu mencapai nilai ambang (kira-kira 35 milivolt) maka timbul lah potensial aksi yang selanjutnya akan menyebar ke seluruh otot polos visceral yang akhirnya kemudian disusul dengan terjadinya kontraksi. Mengingat karakter slow wave seperti itu, slow wave sering disebut pula sebagai gelombang pace maker.

Dan pada praktikum ini dilakukan percobaan terhadap kontraksi otot polos lambung katak yang termasuk salah satu contoh dari otot polos unit tunggal / visceral.

1.1.5 Otot Polos Multi Unit Permukaan luar serat ini ditutupi oleh lapisan tipis seperti membrane basal, yakni campuran kolagen halus dan fibrila glikoprotein yang membantu menyekat serat-serat terpisah satu dengan yang lainnya. Sifat yang paling penting dari otot polos ini adalah bahwa masing-masing serat dapat berkontraksi secara tidak tergantung pada yang lain dan hampir seluruhnya karena rangsangan saraf dan sangat sedikit oleh factor stimulasi dari local tissue serta pengaturannya terutama dilakukan oleh sinyal saraf. Sifat tambahan lainnya adalah otot ini jarang bahkan hampir tidak menunjukan kontraksi yang spontan. Otot polos multi-unit tersusun atas unit-unit tersendiri tanpa jembatan penghubung (tidak membentuk sinsitium seperti pada otot visceral). Masingmasing serat berdiri sendiri, diinversi oleh single nerve ending seperti pada otot skelet (skeletal muscle fiber). Pada permukaan luar dari tiap serat otot ditutup oleh lapisan yang disebut basement membrane like substance, yang merupakan glukoprotein. Otot jenis ini tidak dapat dikendali secara volunter, tetapi memiliki banyak persamaan fungsional dengan otot rangka. Setiap sel otot polos multi-unit

memiliki ujung en passant serabut saraf, tetapi di otot polos visceral lebih sedikit sel memiliki taut en passant, dengan eksitasi yang menyebar ke sel lain melalui taut celah. Selain itu, sel-sel ini berespons terhadap hormon dan bahan lain yang
6

terdapat di dalam sirkulasi. Pembuluh darah memiliki otot polos multiunit dan visceral didindingnya. Contoh dari otot polos multi-unit : - Otot Cilliary dari mata - Iris pada mata - Nictating membrane yang menutup mata dari beberapa binatang tingkat rendah - Piloerector muscle yang menyebabkan berdirinya rambut - Otot-otot polos dari pembuluh-pembuluh darah besar.

1.1.6 Obat-obatan yang Berpengaruh

PILOCARPIN Pilocarpin adalah sejenis alkaloid kolinominetik yang diperoleh dari daun tanaman pilocarpus dan memiliki efek muskarinik. Ketika diberikan pada mata, senyawa ini menyebabkan miosis (kontraksi pupil) dan peningkatan sementara serta penurunan persisten pada tekanan intraocular. Digunakan dalam pengobatan glaucoma dan diberikan secara iontoforesis untuk menghasilkan proses berkeringat pada sweat chlortide test untuk fibrosis kistik. Bila pilocarpin diberikan pada cairan perendam sediaan otot polos in vitro: 1. Potensial membran menurun. 2. Potensial aksi meningkat. 3. Aktivitas otot seiring dengan meningkatnya kontraksi tonik dan jumlah kontraksi ritmik.

SULFAT ATROPINE Sulfat atropine adalah suatu antikolinergik dan antipasmodik untuk mengendorkan otot-otot polos. Obat ini dapat diberikan baik secara parenteral maupun secara oral. Atropine ini juga digunakan untuk menghilangkan tremor dan kekakuan kepada penyakit Parkinson, dan meningkatkan nadi dengan

mengahambat nervus vagus, sebagai antidotum untuk berbagai bahan toksik dan antikolinesterase juga sebagai anti sekresi, mitriatik, Bila sulfat atropinee diberikan pada cairan perendam sediaan otot polos in vitro:
7

1. Potensial membran meningkat 2. Potensial aksi menurun 3. Kontraksi menurun

ADRENALIN Adrenalin memiliki nama lain yaitu Epinefrin yang merupakan hormon katekolamin yang disekresi oleh bagian medulla kelenjar adrenal dan sebuah neurotransmitter yang kemudian diteruskan oleh neuron-neuron tertentu yang bekerja aktif di sistem susunan saraf pusat. Adrenalin tersimpan dalama granul kromatin dan akan dilepaskan sebagai respon terhadap hipoglikemia, stress, dan rangsangan lain. Epinefrin merupakan stimulator kuat pada reseptor adrenergik sistem saraf simpatis dan stimulan jantung yang kuat yang mempercepat frekuensi denyut jantung dan meningkatkan curah jantung. Hormon ini juga meningkatkan glikogenolisis dan mengeluarkan efek merabolik lain.obat ini diberikan baik secara intranasal,oral,parenperal, atau melalui inhalasi. Bila adrenalin diberikan pada cairan perendam sediaan otot polos invitro: 1. Potensial membran meningkat 2. Potensial aksi menurun 3. Kontraksi otot meningkat

1.2 Permasalahan Dalam laporan ini kami selaku tim penyusun mengambil beberapa rumusan masalah dari judul yang sudah ditentukan yang untuk kemudian kami bahas dalam laporan ini. Berikut rumusan masalah yang kami susun : 1.2.1 Bagaimana pengaruh masing-masing obat (Pilocarpin, Sulfat Atropin, dan Adrenalin) yang direaksikan dalam praktikum ini ? 1.2.2 Apa saja pertanyaan yang bisa muncul dalam praktikum ini untuk didiskusikan bersama-sama ? 1.2.3 Mengapa otot polos yang diamati pada percobaan ini adalah otot polos visceral?

1.2.4 Mengapa ketika medulla spinalis pada sistem saraf pusat katak sudah dirusak otot polos pada lambung katak masih dapat berkontraksi? 1.2.5 Mengapa pylorus diikat pada benang penulis sedangkan bagian cardia dikaitkan pada tabung perendam? 1.2.6 Mengapa larutan Thyrode yang digunakan untuk merendam lambung katak? 1.2.7 Apa fungsi pengambilan kontrol? 1.2.8 Apa pengaruh obat-obatan pilocarpin, sulfat altropin, dan adrenalin terhadap kontraksi otot polos lambung katak? 1.3 Tujuan Praktikum Laporan ini disusun selain karena untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah Ilmu Faal dan melalui praktikum yang kami lakukan ini juga memiliki tujuan lain yang sangat penting guna menambah pengetahuan. Tujuan itu diantaranya adalah mahasiswa mampu untuk : 1.3.1 Memahami fisiologi otot polos, baik otot polos unit tunggal/visceral maupun otot polos multi-unit 1.3.2 Mengetahui pengaruh obat-obatan (Pilocarpin, Sulfat Atropin, dan Adrenalin) terhadap kontraksi otot polos lambung secara teoritis dan mekanisme kerjanya 1.3.3 Mampu membandingkan hasil praktikum dengan teori serta menyebutkan alasanalasannya jika hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori 1.3.4 Untuk memahami hubungan medulla spinalis pada sistem saraf pusat katak dengan otot polos pada lambung katak yang masih dapat bekerja. 1.3.5 Untuk mengetahui alasan pylorus yang diikat pada benang penulis sedangkan bagian cardia dikaitkan pada tabung perendam. 1.3.6 Untuk mengetahui alasan larutan Thyrode yang digunakan untuk merendam lambung katak. 1.3.7 Untuk memahami pentingnya pengambilan data kontrol setiap sebelum melakukan percobaan.

BAB II METODE KERJA

2.1

Alat dan Bahan Praktikum Untuk praktikum ini digunakan alat-alat sebagai berikut : 1. Kymograph 2. Kertas pencatat (kertas milimeter blok) 3. Tabung perendam lambung katak 4. Alat untuk mengalirkan oksigen ke dalam tabung perendam lambung katak 5. Benang dan penulis tanda kontraksi 6. Jarum pentul sebagai fiksasi kaki katak 7. Penusuk otak atau medulla spinalis katak 8. Alat-alat bedah seperti : pisau bedah (scalpel), gunting, dan pinset Untuk praktikum ini dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Katak yang akan diambil lambungnya 2. Obat-obatan yang akan diselidiki pengaruhnya terhadap otot polos lambung katak a. Larutan Pilocarpin b. Larutan Sulfat Atropin (SA) c. Larutan Adrenalin 0,5 % 0,01 % 0,01 %

3. Larutan Thyrode untuk merendam lambung katak yang mempunyai susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit cair tubuh katak. Berikut ini komposisi dari larutan thyrode : NaCl KCl CaCl MgCl2 NaHCO3 NaH2PO4 40 gr 1 gr 1 gr 0,5 gr 5 gr 0,25 gr
10

- Glukosa - Aquades

5 gr 5 liter

2.2

Tata Kerja Praktikum 2.2.1 Bunuhlah katak dengan cara sebagai berikut : 1. Peganglah katak dengan tangan kiri dan jari telunjuk diletakkan di bagian belakang kepala, sedang ibu jari diletakkan di bagian punggungnya. Tekanlah jari telunjuk, agar kepala menjadi sedikit tertunduk, sehingga terdapat lekukan antara cranium dan columna vertebralis. 2. Ujung jarum penusuk dipegang dengan tangan kanan, kemudian ditusukkan pada tempat lekukan antara cranium dengan columna vertebralis. 3. Rusaklah otak katak dengan mengarahkan jarum tersebut ke cranial, kemudian jarum digerakkan kian kemari sampai kedua tungkai kaki katak tersebut menjadi lemas dan dalam posisi ekstensi. 2.2.2 Setelah katak dibunuh, maka bedahlah dinding rongga perut dengan cara sebagai berikut : 1. Tempatkan katak terlentang di atas papan kemudian fiksir kedua kaki belakangnya dengan menggunakan jarum pentul. 2. Irislah rongga dada dan perut katak tersebut dengan irisan berbentuk huruf Y. Pada waktu mengiris kulit, harap dilakukan dengan hatihati menggunakan gunting (hindari menggunakan scalpel). Kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang dipegang dengan tangan kiri, sedang tangan kanan memotong kulit katak tersebut dengan menggunakan gunting. Ingat, waktu menggunting jangan sampai memotong organ-organ lain. Setelah perut katak terbuka, perhatikanlah secara invivo pergerakan-pergerakan lambung katak tersebut. 3. Bebaskan lambung katak tersebut dari jaringan sekitarnya dengan hatihati dan jangan sampai terlalu banyak mengadakan tekanan/sentuhan pada lambung tersebut, karena hal ini merupakan stress sehingga akan mempengaruhi kontraksi lambung tersebut.
11

4.

Ikatlah bagian pylorus sedistal dan bagian cardia proksimal dengan benang, kemudian potonglah bagian pylorus di sebelah distal dari ikatan dan potonglah bagian cardia di sebelah proksimal dari ikatan.

5.

Angkatlah dengan segera, potonglah lambung tersebut dan masukkan ke dalam larutan Thyrode dalam tabung perendam supaya lambung tidak sampai rusak.

6.

Sebelum lambung dimasukkan ke dalam tabung perendam, larutan thyrode harus dialiri oksigen dengan keepatan optimal.

7.

Ikatlah ujung cardia pada kait dalam tabung perendam, sedang ujung pylorus dihubungkan dengan benang penulis sehingga percobaan pengaruh obat terhadap kontraksi lambung dapat dimulai.

8.

Adanya kontraksi lambung katak ditandai dengan pemendekan otot lambung yang akan menarik penulis ke bawah sehingga terbentuk gambaran garis naik pada kertas pencatat yang terpasang pada tabung kymograph.

9.

Kemudian sesudah terjadi kontraksi beberapa saat, maka otot lambung akan relaksasi yang ditandai dengan kembalinya otot pada panjang semula sehingga akan menggerakkan penulis ke bawah dan membentuk gambaran garis menurun kembali pada posisi awal.

10.

Dan dengan adanya kontraksi dan relaksasi otot secara ritmis akan membentuk gambaran gelombang naik turun sehingga bisa kita mengukur frekuensi, amplitudo serta tonus dari gelombang tersebut.

11.

Catatlah gerakan lambung normal sebanyak minimal 3 kali kontraksi (yang bentuknya seragam) sebagai kontrol percobaan pengaruh obat yang pertama (Pilocarpin).

12.

Teteskanlah 3 tetes Pilocarpin ke dalam tabung perendam lambung katak dan berilah tanda pada kertas pencatat pada saat meneteskan obat tersebut. Dan catatlah sebanyak minimal 3 kali kontraksi seragam.

12

13.

Kemudian mulai selidikilah pengaruh obat yang telah diteteskan terhadap kontraksi otot polos lambung katak dengan melihat perubahan frekuensi, amplitudo serta tonus sebelum ditetesi obat (kontrol) dan sudah ditetesi obat (perlakuan) dengan syarat kontraksi kontrol dan perlakuan dicatat dalam satu kali putaran kymograph. Apabila pengaruh obat kurang nyata maka obat dapat diteteskan lagi sehingga terlihat jelas efeknya.

14.

Setelah cukup mempelajari pengaruh satu macam obat, maka cucilah lambung katak tersebut dengan jalan mengganti cairan didalam tabung perendam dengan larutan thyrode baru sebanyak 3 kali.

15.

Kerjakanlah langkah nomor 11 sampai 14 untuk obat Sulfat Atropin dan Adrenalin. (Pada penggunaan larutan adrenalin harap diperhatikan agar larutan tersebut selalu dalam keadaan fresh, yaitu proses pembuatannya kurang dari 24 jam).

13

BAB III HASIL PRAKTIKUM

3.1 Perhitungan Adanya kontraksi dan relaksasi otot dapat diukur dari frekuensi, amplitudo, dan tonus gelombang naik turun yang telah digambarkan sebelumnya. Rumus dasar yang digunakan untuk perhitungannya adalah: a. Frekuensi= Frekuensi= b. Amplitudo= cm. ; dengan t= kontraksi/menit

Kecepatan yang digunakan dalam percobaan ini konstan yakni: V =1 mm/detik

3.2 Hasil Perhitungan Praktikum Kelompok kami tidak dapat menghitung frekuensi, amplitudo, dan tonus sebab otot polos lambung katak milik kami kontraksinya tidak ritmis. Sehingga gelombang yang ditimbulkan jadi rancu.

14

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil Praktikum Dalam praktikum yang kami lakukan, otot polos lambung katak kontraksinya tidak ritmis meski belum diberi perlakuan. Sehingga kami sulit menentukan hasil sesudah dan sebelum diberi perlakuan, kecuali untuk Adrenalin. Sebab Adrenalin tidak menunjukkan efek apapun. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut : 1. Ketegangan otot dari masing-masing katak yang digunakan dalam percobaan tidak sama 2. Adanya sentuhan secara berlebihan terhadap lambung katak ketika lambung katak dipreparasi, diangkat atau mungkin dipindahkan ke tabung peren daman. 3. Cara mengikat bagian pylorus dan cardia yang tidak sempurna dan terlalu lama mengikat bagian tersebut bisa mempengaruhi kontraksi otot polos lambung katak 4. Kecepatan aliran oksigen yang tidak optimal. Hal ini bisa dimungkinkan dari saluran oksigen dari alat penghasil oksigen yang kotor atau tersumbat 5. Keterlambatan memasukkan lambung ataupun obat ke dalam tabung perendam 6. Pencucian lambung katak (setelah mengalami perlakuan) yang kurang bersih 7. Sentuhan atau goncangan pada meja praktikum yang mempengaruhi alat kymograph dalam mencatat gelombang kontraksi otot lambung 8. Kesalahan pada alat kymograph yang bisa berhenti mencatat gelombang ditengah-tengah percobaan

15

4.2 Diskusi Pertanyaan Dari praktikum ini setidaknya muncul beberapa pertanyaan yang perlakuan maupun hasil dari praktikum ini yang bisa pertanyaan dan jawaban diskusi tersebut. 1. Mengapa dalam praktikum Kontraksi Otot Polos Lambung Katak ini memakai otot polos visceral bukan otot polos multi-unit ? Jawabannya : a. Susunan sel-sel penyusun otot polos visceral saling berhimpit satu sama lain dimana hal ini akan membentuk hubungan antar sel (jembatan penghubung) yang berfungsi sebagai sinsitium. Dengan adanya sinsitium ini akan mempermudah dan mempersingkat terjadinya penjalaran suatu potensial aksi dari suatu membran sel yang letaknya berjauhan untuk diteruskan ke segala arah pada membran miofibril b. Sel-sel penyusun otot polos di inervasi oleh satu neuron (satu saraf banyak sel) sehingga akan lebih mudah dirangsang untuk kontraksi dan relaksasi c. Ketidakmantapan potensial membran yang mampu menciptakan slow wave rhytm. Sehingga dengan tanpa adanya ekstrinsik stimulus slow wave bisa meningkat mencapai nilai ambang yang mampu menimbulkan potensial aksi yang dapat disebarkan ke seluruh bagian otot polos visceral sebagai kontraksi spontan. d. Pada otot polos multi-unit akan berkontraksi hampir seluruhnya disebabkan rangsangan saraf dan sedikit sekali oleh faktor stimulasi dari local tissue. Sedangkan otot polos visceral bisa berkontraksi dan relaksasi tanpa harus ada rangsangan saraf dan hanya pemberian hormone atau obat-obatan semacamnya sehingga lebih mudah untuk digunakan dalam praktikum ini. 2. Mengapa posisi pylorus diikat pada benang penulis dan bagian cardia diikat pada pengait di dalam tabung perendam ? Jawabannya : Kontraksi yang ditimbulkan oleh pylorus lebih keras dibandingkan kontraksi yang dihasilkan oleh bagian cardia karena perbedaan ketebalan otot di pylorus yang lebih
16

berkaitan dengan Berikut ini

didiskusikan.

tebal dibanding otot di cardia. Sehingga pergerakkan lobus menuju intestinum sangat terbantu dan daya kontraksi otot pylorus yang dicatat berupa grafik akan lebih jelas dan mudah dicatat dikertas pencatat serta hasil grafiknya pun mudah dibaca.

3. Mengapa pada praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini digunakan larutan thyrode bukan larutan ringer ? Jawabannya : Karena komposisi Larutan Thyrode memiliki kandungan elektrolit yang menyerupai kandungan elektrolit cairan tubuh katak sehingga dapat digunakan untuk merendam lambung katak. Hal ini tampak jelas dari komposisinya, yang dipaparkan sebagai berikut:

Larutan Thyrode NaCl KCl CaCl2 NaHCO3 NaH2PO4 MgCl2 Glukosa 137mM/L 4,5mM/L 1,8mM/L 11,9mM/L 0,6mM/L 0,5mM/L 11mM/L NaCl KCl CaCl2

Cairan tubuh katak 105mM/L 3,8mM/L 0,7mM/L 18,5mM/L 0,77mM/L 1,5mM/L 8,5mM/L

NaHCO3 NaH2PO4 MgCl2 Glukosa

4. Mengapa saat dimasukkan hingga praktikum selesai lambung katak dalam larutan thyrode harus dialiri oksigen ? Jawabannya : Karena fungsi dari oksigen itu sendiri sebagai penyuplai energi melalui proses oksidasi (pembakaran bahan-bahan makanan). Sehingga tanpa adanya oksigen maka energi tidak akan terbentuk dan mengakibatkan suplai energi dalam otot polos lambung katak tersebut tidak ada dan mengakibatkan otot lambung tersebut tidak bisa berkontraksi sehingga pengukurannya tidak akan berjalan baik karena kontraksinya
17

sudah tidak ada lagi padahal dalam praktikum ini pengamatan kita lakukan dengan melihat kontraksi dan relaksasinya otot polos lambung katak ini. 5. Mengapa dalam setiap percobaan (setelah pemberian obat yang satu ke obat berikutnya) lambung katak harus dicuci dengan larutan thyrode kembali ? Jawabannya : Karena disetiap percobaan itu obat-obatan yang diberikan akan menempel didinding-dinding lambung sehingga masih bisa bereaksi dan kalau tidak dicuci lalu ditambahkan obat lainnya maka pengaruh obat pertama yang masih menempel pada dinding lambung tersebut masih ada dan bisa menghalangi pengaruh obat yang akan diberikan selanjutnya. Sehingga pengaruh obat-obatan itu tidak bisa terlihat maksimal. Makanya lambung pada setiap percobaan harus dicuci minimal 3 kali untuk menghilangkan kadar obat-obatan yang masih menempel di dinding lambung katak tersebut agar tidak mengganggu reaksi obat berikutnya sehingga pengukuran pengaruh obat-obatan tersebut bisa dilakukan dengan baik dan meminimalisir kesalahan. 6. Mengapa dalam setiap percobaan perlu dilakukan kontrol terlebih dahulu sebelum melakukan perlakuan ? Jawabannya : Kontrol pada setiap percobaan memiliki fungsi sebagai acuan terhadap keadaan kontraksi normal lambung katak sebelum dilakukan perlakuan (pemberian obatobatan). Selain itu juga dijadikan suatu pembanding untuk mengetahui pengaruh dari pemberian suatu obat tersebut (perlakuan yang dilakukan pada lambung tersebut).

7. Mengapa ketika medulla spinalis pada sistem saraf pusat katak sudah dirusak otot polos pada lambung katak masih dapat berkontraksi? Jawabanya : Kontraksi otot polos disebabkan oleh potensial aksi. Potensial aksi otot polos pada lambung katak tidak hanya dipengaruhi oleh peregangan, efek hormon, dan

18

rangsangan neurotransmitter dari sistem saraf tetapi dasar potensial aksi muncul terjadi pada otot polos itu sendiri tanpa adanya ekstrinsik stimulus.

8. Apa pengaruh obat-obatan pilocarpin, sulfat altropin, dan adrenalin terhadap kontraksi otot polos lambung katak? Jawabanya : Pilocarpin menyebabkan potensial membran menurun, dan meningkatkan potensial aksi sehingga memicu peningkatan kontraksi otot polos. Sulfat Atropine menyebabkan potensial membran meningkat, dan menurunkan potensial aksi sehingga menhambat kontraksi otot polos. Adrenalin menyebabkan potensial membran meningkat, dan menurunkan potensial aksi sehingga menhambat kontraksi otot polos

19

BAB V PENUTUP

5.1 Saran Berdasarkan percobaan yang telah dilakukanm maka penulis dapat memberi saran bagi peneliti lain sebagai berikut: 5.1.1 Sebaiknya grafik hasil penelitian dari masing-masing obat yang akan diuji dilakukan dalam satu putaran grafik sehingga memudahkan untuk melihat perbandingannya antara kontrol dan perlakuan. 5.1.2 Sebaiknya obat yang ingin diuji, diberikan dengan meneteskan obat tersebut tetes per tetes dan memperhatikan perubahan grafik dari tetes pertama, kedua, sampai ketiga, sehingga akan terlihat jelas perbedaan grafik dari tetes pertama sampai ketiga. 5.1.3 Sebaiknya saat membilas lambung katak dengan menggunakan larutan Thyrode dilakukan berulang-ulang (minimal 3x), karena pembilasan yang kurang bersih, efek obat sebelumnya akan mempengaruhi grafik percobaan selanjutnya.

20

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F.1999.Fisiologi Kedokteran edisi 17.EGC: Jakarta Ganong, W.F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22.EGC: Jakarta Guyton, Arthur C.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9.EGC: Jakarta Guyton, Arthur C. MD dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11.EGC: Jakarta Ward, J. and Robert Clarke.2009.At a Glance Fisiologi.EMS: Jakarta

21

You might also like