You are on page 1of 2

A. Pengertian Morfologi Dalam sistem gramatikal, terdapat subsistem yang disebut morfologi.

Subsistem ini telah banyak mengundang perhatian para linguis, seperti: Crystal (1980), Bauer (1983), Akmajian (1984), Kridalaksana (1989), OGrady dan Dobrovolsky (1989), dan Rusmadji (1993). Crystal (dalam Badulu, 2005) menyatakan bahwa morfologi didefinisikan sebagai cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Secara umum morfologi terbagi ke dalam dua bidang, yakni telaah infleksi (inflectional morphology) dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Morfologi infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sedangkan pembentukan kata membahas leksem-leksem baru dari basis tertentu. OGrady dan Dobrovolsky (dalam Badulu, 2005) menyatakan bahwa morfologi merupakan komponen tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Mereka membedakan morfologi ke dalam dua teori, yakni teori morfologi umum (kaidah morfologi dalam bahasa-bahasa alamiah) dan teori morfologi khusus (kaidah morfologi dalam pembentukan kata baru dan wujud pengetahuan penutur asli suatu bahasa).

B. Kata, Bentuk Kata, dan Leksem Kata secara umum dapat didefinisikan sebagai satuan makna atau gagasan. Namun, hal ini membuat konsep kata itu sendiri menjadi samar sehingga dibuatlah beberapa perbedaan teoretis. Secara fisik kata didefinisikan sebagai satuan dalam rentang tulisan atau bicara sehingga digunakanlah kata ortografis (untuk tulisan) dan kata fonologis (untuk bicara), sedangkan istilah netral bagi keduanya adalah bentuk kata (word form). Secara abstrak kata dirujuk pula sebagai leksem. Leksem adalah satuan kosakata yang didaftarkan di dalam kamus. Menurut Kridalaksana (dalam Badulu, 2005), leksem didefinisikan sebagai satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Contoh: sleep, sleeps, slept, sleeping adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep. Dalam operasi gramatikal, kata merupakan suatu satuan gramatikal dari jenis teoretis yang sama seperti morfem dan kalimat. Dalam model analisis hierarkis, kalimat terdiri atas kata dan kata terdiri atas morfem. OGrady dan Dobrovolsky (dalam Badulu, 2005) menyatakan bahwa kata dalam suatu bahasa terdapat dalam dua kategori utama, yaitu, (1) kategori kata tertutup (closed categories), yang mencakup kata-kata fungsi, dan (2) kategori kata terbuka (open categories)

yang meliputi kategori-kategori leksikal mayor, seperti nomina (N), verba (V), adjektiva (Adj), dan adverbia (Adv). Selanjutnya, ditinjau dari segi bentuknya terdapat dua jenis kata dalam bahasa manusia, yaitu, (1) kata sederhana (simple words) dan (2) kata kompleks (complex words).

C. Morfem, Morf, Alomorf, dan Formatif Akmajian dkk. (dalam Badulu, 2005) mendefinisikan morfem sebagai satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat dikenal. Morfem terbagi ke dalam dua jenis, yakni morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas terdiri dari kata penuh dan kata fungsi, sedangkan morfem terikat terdiri afiks dan pangkal terikat. Morfem dapat pula didefinisikan sebagai satuan minimal dari analisis gramatikal. Namun, sama halnya dengan konsep kata, secara abstrak morfem alam bentuk fonetis (ortografis) tidak disebut sebagai morfem, tetapi diistilahkan sebagai morf. Morf dapat didefinisikan sebagai bagian atau ruas dari bentuk yang mewakili suatu morfem tertentu. Selanjutnya terdapat istilah alomorf yang merupakan anggota dari himpunan morf yang mewakili morfem khusus yang ditentukan secara fonetis, leksikal atau gramatikal. Lebih luas lagi dari konsep-konsep morfologis ini terdapat pula istilah formatif dapat menghindari masalah apakah suatu unsur tertentu dari kata merealisasikan suatu morfem atau tidak. Dapat dikatakan bahwa semua morf adalah formatif, namun tidak semua formatif adalah morf.

D. Akar Kata, Stem, dan Basis

E. Perbedaan Morfologi Infleksional dan Derivasional Bickford dkk. (dalam Badulu, 2005) menyatakan bahwa morfologi sering dibagi ke dalam dua kategori besar, yaitu morfologi derivasional (mengambil satu kata dan mengubahnya menjadi kata lain) atau morfologi infleksional (menghasilkan bentuk lain dari kata yang sama). Terdapat tiga perbedaan penting antara infleksi dan derivasi. Perbedaan pertama menyangkut produktivitas; morfologi infleksional lebih produktif dibanding morfologi derivasional. Perbedaan kedua adalah bahwa afiks derivasional sering memiliki makna leksikal, sedangkan afiks infleksional biasanya memiliki makna gramatikal. Perbedaan ketiga adalah infleksi biasanya disusun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak.

You might also like