You are on page 1of 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GULMA LAHAN PERTANIAN

Disusun Oleh :

Nama NIM Jurusan Fakultas Acara

: Fitra Priyana : 11/14386/BP/SPKS : Budidaya Pertanian : Pertanian : II. Pengenalan Herbisida dan Alat Pengendaliannya

Co.ass

: Endah Yuli Mulyani

INSTITUT PERTANIAN STIPER YOGYAKARTA 2012

I. II. III. IV.

ACARA

: II. Pengenalan Herbisida dan Alat Pengendaliannya

TANGGAL : 29 Oktober 2012 TUJUAN :Mengetahui berbagai jenis herbisida dengan spesifikasinya.

DASAR TEORI Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan gulma. Reaksi yang ditimbulkan herbisida pada gulma berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan aktif herbisida dan morfologi gulma yang akan dikendalikan

(Tjitrosoedirdjo, et al, 1984). Herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida sistemik dan herbisida kontak. Berdasarkan waktu aplikasi, herbisida dibedakan menjadi herbisida pra tanam, pra tumbuh dan puma tumbuh (Moenandir, 1988). Aplikasi herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mematikan langsung jaringan yang terkena herbisida terutama yang berwarna hijau. Herbisida sistemik adalah herbisida yang setelah diserap kemudian ditranslokasikan ke seluruh tubuh. (Moenandir, 1988). Teknik pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida lebih sering digunakan karena lebih efisien dari segi waktu dan biaya. (Sukman dan Yakup, 1995). Salah satu alat yang digunakan untuk mengaplikasikan herbisida adalah alat semprot yang dikenal dengan nama knapsak sprayer. Nama ini diberikan karena larutan herbisida yang disemprotkan oleh alat karena adanya tekanan pada larutan tersebut. Ada dua prinsip alat semprot berdasarkan tekanan tersebut, yaitu : 1. Larutan dihisap dari reservoir oleh pompa dan dengan tekanan pompa ini dialirkan/disemprotkan melalui nozzle, sehingga penyebaran partikel-partikel larutan terjadi karena adanya tekanan pompa.

2. Udara dari luar diambil oleh suatu kompresor dan udara ini akan menekan larutan, sehingga larutan yang tertekan ini akan menyemprot melalui nozzle. Klasifikasi Herbisida Dalam klasifikasinya, herbisida digolongkan antara lain berdasarkan : 1. Berdasarkan cara aplikasi a. b. c. d. e. Blanket spraying : herbisida disemprotkan secara merata (cairan). Broadcast treatment : disebar secara merata (granuler/butiran). Band treatment : menurut jalur tanaman (strip, circle). Directed spraying : disemprotkan secara lagsung. Overhead spraying : penyemprotan dilakukan diatas tajuk tanaman. f. Spot treatment : penyemprotan herbisida setempat (hanya gulma sasaran saja yang disemprot). g. Wipping : dengan cara dioles/ mengurut herbisida dengan sarung tangan. 2. Berdasarkan waktu aplikasi a. Pre-emergence : herbisida tumbuh. b. Pre-palnting : pemberian herbisida sebelum tanaman ditanam, baik gulma sudah tumbuh atau belum tumbuh. c. Post-emergence : pemberian herbisida setelah gulma/tanaman tumbuh. 3. Berdasarkan daya kerja a. Kontak : herbisida yang langsung mematikan bagian tumbuhan yang terkena. b. Sistemik : herbisida yang hanya dapat mematikan tumbuhan apabila sudah masuk dalam tubuh tumbuhan. 4. Berdasarkan daya bunuh a. Selektif : membunuh jenis-jenis tumbuhan tertentu saja dengan tidak mematikan jenis tumbuhan lainnya. diberikan sebelum gulma/tanaman

b. 5.

Tidak selektif : membunuh semua jenis yang dikenainya.

Berdasarkan cara penggunaan a. Folliar application : untuk herbisida larutan (2,4-D), emulsi (Propanil), suspensi (ametrin, diuron). b. c. Soil application : atrasin, diuron, dalapon, simasin. Tree injection.

6.

Berdasarkan formulasi a. Larutan : berupa campuran yang homogen, secara mekanis sukar dipisahkan. b. EC = Emulsifiable concentrate : berbahan aktif yang hanya larut didalam minyak, ditambahkan dengan bahan emulsi agar dapat larut dalam air. c. WP = Wettable Powder : untuk membuat campuran yang homogen dibuat suspensi, yaitu campuran zat padat dan zat cair, dimana zatpadat tersebut tidak dapat larut dalam zat cair. Untuk memperoleh larutan yang baik maka zat padat digerus menjadi bagian yang kecil kemudian didispersikan kedalam zat cair. d. WDG = Water Dispersable Granule : berbentuk butiran halus (micro granules) bebas debu, bersifat kurang stabil (mudah mengendap), sehingga harus sering diaduk/dikocok secara teratur pada saat pemakaian.

V.

ALAT dan BAHAN A. Alat : 1. Pensil 2. Pulpen B. Bahan : 1. 2. Herbisida Sprayer

VI.

CARA KERJA A. Herbisida 1. Amati dan pelajari herbisida yang ada di depan saudara 2. Mencatat nama bahan aktif dan nama dagang 3. Mencatat gulma-gulam sasaran 4. Berikan keterangan sesuai klasifikasinya. B. Alat Semprot 1. Gambarkan secara utuh dan berikan nama bagian-bagian alat semprot yang anda amati 2. Tuliskan cara kerjanya

VII.

HASIL PENGAMATAN No Nama dagang Bahan aktif 1 GRAMAQUART parakuat diklorida 2 RAMBASAN kalium MCPA 3 4 5 6 7 8 9 10 LINDOMIN WEEDROL DuPont Ally 20 WG GOAL 2E Ally Plus METAFURON ROUNDUP GRAMOXONE 2,4 D dimetil amina 2,4 D dimetil amina metil metsufuron oksifluorien 2,4 D garam Natrium metil metsufuron isopropilama glifosfat parakuat diklorida Cara aplikasi blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying blanket spraying Waktu aplikasi postemergence pre-planting postemergence postemergence pre-emergence pre-emergence pre-emergence pre-emergence postemergence postemergence Daya kerja kontak sistemik Sistemik Sistemik Sistemik Sistemik Sistemik Sistemik Sistemik Kontak Formulasi nonselektif selektif selektif selektif selektif selektif selektif selektif selektif nonselektif Gulma sasaran ageratum conyzoides, chromolaena odorata, mimosa sp. cyperus rotundus, ageratum conyzoides, chromolaena odorata elausine indica, ageratum conyzoides, paspalum conjugatum cyperus rotundus, chromolaena odorata, ageratum conyzoidez cyperus rotundus, ageratum conyzoides, paspalum conjugatum cyperus rotundus, ageratum conyzoides, mimosa sp., cyperus rotundus paspalum conjugatum, ageratum conyzoides, imperata cylindrica cyrodondactylon, imperata cylindrica, ageratum conyzoides ageratum conyzoides, cyperus rotundus, paspalum conjugatum

Gambar alat semprot Knapsak

VIII. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kita mencoba untuk mengamati berbagai macam herbisida yang di jual di pasaran. Selain mengamati kita juga mengelompokkan herbisida tersebut ke dalam berbagai macam kelompok. Selain mengamati herbisida kita juga mengamati sprayer yang digunakan untuk menyemprotkan herbisida. Dalam pengelompokan herbisida kita membagi herbisida berdasarkan bahan aktif, cara aplikasi, waktu aplikasi, daya kerja, formulasi dan gulma sasaran. Hal ini bertujuan agar kita dapat menentukan herbisida mana yang akan kita pilih untuk mengendalikan gulma yang ada di lapangan karena banyak sekali jenis herbisida yang beredar di pasaran yang memiliki fungsi yang sama tetapi memiliki nama dagang yang berbeda. Kali ini kami mengamati sepuluh herbisida yang beredar di pasaran, herbisida itu adalah GRAMAQUAT, RAMBASAN, LINDOMIN, WEEDROL, DuPont Ally 20WG, GOAL 2E, Ally Plus, METAFURON, ROUNDUP, dan GRAMOXONE. Gramaquat dan gramoxone adalah herbisida yang memiliki bahan aktif parakuat diklorida sehingga keduanya memiliki sifat yang hampir mirip. Cara aplikasi kedua herbisida ini juga sama yaitu dengan cara blanket spraying yaitu dengan cara di semprotkan secara merata. Waktu aplikasi pada saat post-emergence yaitu pada saat gulma tumbuh dan tanaman juga tumbuh. Daya kerjanya bersifat kontak sehingga dapat membunuh berbagai jenis gulma yang terkena atau non-selektif. Formulasinya adalah larutam, tetapi untuk gulma sasaran dari masingmasing sedikit berbeda di mana gramaquat membunuh ageratum

conyzoides, chromolaena odorata, mimosa sp. Sedangkan gramxoxone membunuh conjugatum. Rambasan adalah herbisida dengan bahan aktif kalium MCPA dan memiliki cara aplikasi yang berupa blanket spraying, waktu aplikasi yang tepat dilakukan pada saat tanaman belum ditanam, baik gulma sudah ageratum conyzoides, cyperus rotundus, paspalum

tumbuh atau belum tumbuh (pre-planting). Daya kerja dari herbisida ini adalah sistemik dan membunuh secara selektif sehingga ada beberapa gulma yang tidak akan terbunuh, gulma yang dapat dibunuh adalah cyperus rotundus, ageratum conyzoides, chromolaena odorata. Lindomin dan weedrol merupakan herbisida yang memiliki bahan aktif berupa 2,4D dimetil amina, cara aplikasi dari herbisida ini adalah dengan cara blanket spraying yang dilakukan pada waktu post-emergence. Herbisida ini bersifat sistemik dan memiliki daya bunuh yang selektif formulasinya berupa larutan. Walaupun keduanya mirip tetapi gulma sasaran dari masing-masing herbisida berbeda, untuk lindomin digunkan pada elausine indica, ageratum conyzoides, paspalum conjugatum, sedangkan weedrol digunakan untuk cyperus rotundus, chromolaena odorata, ageratum conyzoidez. DuPont Ally 20 WG dan Metafuron adalah herbisida yang memiliki bahan aktif metil metsulfuron, cara aplikasi dari herbisida ini adalah blanket spraying yang dilakukan dengan cara blanket spraying dan dilakukan pada pre-emergence. Herbisida ini memiliki daya kerja yang sistemik sehingga bersifat selektif, formulasinya adalah berupa larutan. Kedua herbisida ini memiliki gulma sasaran yang berbeda, gulma sasaran untuk DuPont Ally 20WG adalah cyperus rotundus, ageratum conyzoides, paspalum conjugatum, sedangkan gulma sasaran untuk metafuron adalah paspalum conjugatum, ageratum conyzoides, imperata cylindrica. Goal 2E adalah herbisida yang memiliki bahan aktif oksiflurien, cara aplikasi dari herbisida ini adalah blanket spraying dan dilakukan pada saat pre-emergence. Daya kerja dari herbisida ini sistemik sehingga memiliki daya bunuh yang selektif, formulasinya berupa larutan. Herbisida ini cocok untuk gulam cyperus rotundus, ageratum conyzoides dan mimosa sp.. Ally Plus adalah herbisida dengan bahan aktif berupa 2,4 D garam natrium, cara aplikasinya dengan menggunakan blanket spraying yang diaplikasikan pada saat pre-emergence. Herbisida ini bersifat sistemik dan

membunuh secara selektif, formulasinya berupa larutan. Gulma sasaran untuk herbisida ini adalah cyperus rotundus, paspalum conjugatum, dan eleusin indica. Round Up merupakan herbisida berbahan aktif isopropilama glifosfat, cara aplikasinya dengan cara menggunakan blanket spraying yang di aplikasikan pada saat post-emergence. Herbisida ini bersifat sistemik dan hanya membunuh gulma secara selektif, formulasinya berupa larutan. Gulma sasaran untuk herbisida ini adalah cynodon dactylon, imperata cylindrica, ageratum conyzoides. Selanjutnya kita mengamati alat yang digunakan untuk melakukan aplikasi di lapangan yang berupa knapsack sprayer. Alat ini terdiri dari beberapa bagian utama. Bagian-bagian itu adalah tangki, pompa, tuas pompa, selang karet, tuas stick, stick penyambung, nozzle. Tangki merupakan bagian yang akan kita gunakan untuk menampung larutan herbisida yang akan kita gunakan untuk menyemprot gulma. Pompa merupakan bagian yang digunakan untuk memberikan tekanan ke selang agar herbisida yang ada ditangki masuk ke selang. Tuas pompa digunkan untuk memompa dan mengatur tekanan pompa yang ada di dalam tangki agar tetap stabil. Penggendong digunakan untuk menggendong pompa di bahu Selang karet digunakan untuk menyalurkan herbisida yang keluar menuju ke stick penyambung, bahan yang terbuat dari karet memudahkan pengguna untuk menggerakkan secara fleksibel. Hand stick merupakan bagian yang digunakan untuk menyambungkan selang karet dengan tuas setick, pada bagian ini juga digunakan untuk memegangi stick. Tuas stick digunkan untuk menyambung atau memutus aliran yang akan dikeluarkan lewat nozzle. Tuas ini juga untuk menahan herbisida terbuang percuma ketika tidak digunakan atau pada saat istirahat.

Stick

penyambung

digunakan

untuk

memudahkan

pengguna

menjangkau tempat-tempat yang jauh. Stick ini harus lurus agar herbisida dapat keluar dengan lancar. Nozzle merupakan bagian paling ujung yang digunkan untuk memecahkan cairan herbisida sehingga menjadi kecil-kecil. Prinsip kerja yang digunakan sprayer ini adalah dengan cara menggisi herbisida ke dalam tangki sampai penuh. Kemudian memompanya sampai ada tuas tidak dapat dipompa lagi. Setelah itu arahkan stick penyambung ke gulma sasaran dan tekan tuas setick sampai herbisida keluar untuk menjaga tekanan pompa tuas.

IX.

KESIMPULAN Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari kesepuluh herbisida yang ada diaplikasikan dengan cara blanket spraying, yaitu herbisida yang disemprotkan secara merata dan formulasinya berupa larutan. 2. Waktu aplikasi herbisida dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : postemergence, pre-planting, dan pre-emergence 3. Jika daya kerja herbisida kontak maka sifat bunuh herbisida nonselektif begitu juga sebaliknya jika daya kerjanya sistemik maka daya bunuhnya selektif. 4. Hampir semua herbisida dapat membunuh gulma cyperus rotundus 5. Dalam memilih herbisida kita harus jeli karena ada beberapa herbisida yang memiliki bahan aktif yang sama tetapi memiliki gulma sasaran yang berbeda, hal ini berkaitan dengan efektif dan efisien 6. Knapsack sprayer adalah sprayer yang digunakan untuk menyemprot gulma dan digerakkan dengan cara dipompa.

DAFTAR PUSTAKA

Muin, Abdul. 2012. Panduan Praktikum Pengelolaan Organisme Pengganggu tanaman (gulma). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta. Soekisman T., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.

Mengetahui, Co. Asisten

Yogyakarta, 5 November 2012 Praktikan

( Endah Yuli Mulyani )

( Fitra Priyana )

You might also like