You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menuanya organ tubuh tak lebih dari sebuah proses alamiah. Namun, sangat sulit membedakan antara penuaan normal yang tidak bisa dicegah dengan kerusakan organ akibat penuaan yang sebenarnya dapat dicegah,Dari seluruh penyakit yang mendera manusia,penyakit kardiovaskular menempati urutan paling atas.Kerusakan akibat penuaan biasanya akan mengalami dua macam interaksi,yang berasal dari penuaan itu sendiri atau proses patologis yang mengikuti penyakit jantung tersebut. Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan.Di seluruh dunia,jumlah penderita penyakit ini terus bertambah.Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.Angka harapan hidup yang semakin meningkat ditambah peningkatan golongan usia tua semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang sebagian besar diderita oleh orang tua. Sebagian besar penderita lansia tidak memiliki kelainan pada fungsi sistolik,namun mengalami kelainan diastole.Sementara itu,hampir 75 persen pasien geriatri menderita gagal jantung,hipertensi dan atau penyakit arteri koroner.Gejala dan tanda gagal jantung akibat penuaan relatif sama pada gagal jantung orang muda, namun biasanya gejala klinis dan keluhan utama pasien tua seringkali berbeda dan sangat tersembunyi. Biasanya pasien tidak sadar dengan penyakitnya, yang dia alami ialah sebuah perasaan yang tidak berharga, tidak berguna, dan relatif menerima keadaan apa adanya seiring dengan bertambahnya usia. Namun biasanya, karena gagal jantung orang tua cenderung berupa kegagalan diastol, maka gejalanya akan timbul tiba tiba dan membuat orang tua jadi uring uringan.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui serta memahami tentang penyakit-penyakit sistem kardiovaskuler yaitu endokarditis, kelainan katub,penyakit jantung

rematik,kelainan jantung bawaan,dan hypertensi serta penatalaksanaannya.

BAB II PEMBAHASAN

Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata yaitu kardio (jantung) dan vaskuler (pembuluh darah).Jadi penyakit kardiovaskuler adalah adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah, dalam hal ini adalah jantung dan urat-urat darah. Jenis-jenis penyakit jantung itu sendiri bervariasi, seperti : jantung koroner, tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, sakit di dada (anginan) dan penyakit jantung rematik Penyakit kardiovaskuler sendiri biasanya terjadi akibat gaya hidup, pola makan, dan aktivitas sehari-hari yang dijalani si pelaku yang tidak memperhatikan kesehatan.

2.1 Endokarditis Infeksi endokarditis merupakan peradangan endokardium atau katupkatup jantung. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan keganasan dan penyebab yaitu endokarditis bakterial akut dan endokarditis bakterial subakut. Penyebab Infeksi bacterial akut disebakan oleh staphylococcus aureus, sedangkan subakut biasanya disebabkan oleh streptococusviriden atau staphylococcus aureus (jarang). Kedua penyakit ini dapat sebagai kelanjutan dari demam reumatik, syphilis atau penyakit jantung kongenital. Endokarditis bacterial merupakan penyakit pada usia muda dan dewasa pertengahan. Resiko terhadap penyakit ini meningkat bila ada kontak dengan infeksi, misalnya melalui tindakan pembedahan, pencabutan gigi atau pembedahan genitourinaria. Propilaktis dengan antibiotika (penicidilin) diberikan sebelum tindakan pembedahan sebagai tindakan pencegahan. Resiko terhadap endokarditis, juga meningkat pada penderita demam reumatik. Tindakan pemebedahan jantung terbuka untuk memperbaiki katup jantung atau memasukkan anomary artery by pass grafts, mempunyai insiden yang meningkat. Beberapa ahli yakin bahwa ada sekitar 1% pasien yang dilakukan pembedahan jantung mengalami endokarditis pada post operasi. Proses inflamasi

menyebabkan klasifikasi dan jaringan parut pada katup-katup dan endokardium dapat mengakibatkan insufisiensi valvular atau stenosis Gejala dan tanda Serangan endokarditis bacterial akut yang tiba-tiba dan ditandai dengan demam tinggi, menggigil, diaporensis, leukositosis, dan murmur jantung. Emboli mungkin dilepaskan bila fragmen-fragmen infeksi pada katup menjadi rusak dan berjalan ke otak menyebabkan kematian/stroke, atau ke ginjal menyebabkan gagal ginjal. Dalam beberapa hari

berikutnya dapat terjadi gagal jantung bila katup-katup tidak berfungsi. Serangan endokarditis bacterial sub-akut dengan tanda-tanda yang nampak adalah: malaise, demam, menggigil, perspirasi, nyeri pada persendian dan petechiae. Diagnose ditegakkan dengan kultur darah. Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi. Penatalaksanaan Pasien perlu dirawat dan istirahat total selama 2 sampai 6 minggu sampai infeksi teratasi. Untuk menurunkan demam, diberikan antibiotika piretika. Bila terjadi gagal jantung atau kerusakan ginjal maka harus dilakukan pemeriksaan diagnostic lebih lanjut. Beritahu aktifitas yang sesuai untuk pasien. Diet harus mempunyai nilai gizi yang cukup, dan aktivitas serta istirahat harus seimbang. 2.2 Kelainan Katup Jantung Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung. Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi dan efek samping pengobatan Jantung memiliki empat ruangan, 2 ruangan kecil di atas (atrium) dan 2 ruangan besar di bawah(ventrikel). Setiap ventrikel memiliki satu katup masuk searah dan satu katup keluar searah. Katup trikuspidalis membuka dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, dan katup pulmonalis membuka dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmonalis. Katup mitral membuka dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri, dan katup aorta membuka dari ventrikel kiri ke dalam aorta.

Katup-katup jantung bisa mengalami kelainan fungsi baik karena kebocoran (regurgitasi katup) atau karena kegagalan membuka secara adekuat (stenosis katup). Keduanya dapat mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah. Kadang-kadang satu katup mempunyai kedua masalah tersebut. Penyebab Kelainan Katup Jantung Beberapa hal yang memungkinkan seseorang bisa terdapat kelainan katup jantung adalah: 1. Karena keturunan atau daktor genetik yang sudah dialami sejak masih dalam kandungan. 2. Kelainan katup jantung pada seseroang juga bisa dialami ketika terjadi kecelakaan tertentu yang mengakibatkan cedera dan secara langsung taau tidak berpengaruh terhadap jantung. 3. Akibat operasi atau pembedahan pada jantung, bisa terjadi kesalahan teknis tertentu yang menyebabkannya. 4. Bakteri (atau jamur) yang terdapat di dalam aliran darah atau yang mencemari jantung selama pembedahan jantung, dapat tersangkut pada katup jantung dan menginfeksi endokardium. Yang paling mudah terkena infeksi adalah katup yang abnormal atau katup yang rusak; tetapi katup yang normalpun dapat terinfeksi oleh bakteri yang agresif, terutama jika jumlahnya sangat banyak. Gejala Kelainan Katup Jantung Beberapa gejala kelainan katup jantung yang bisa terjadi antara lain adalah: 1. Penderita bisa sering pingsan. 2. Penderita kelainan katup jantung biasanya tidak bisa melakukan aktifitas fisik yang banyak memakai tenaga. 3. Penderita akan mudah kelelahan ketika sedang beraktifitas 4. Nyeri Dada

Nyeri dada dialami oleh penderita stenosis katup aorta yang sudah parah. Jenis nyeri dadanya hampir sama dengan nyeri dada (angina) yang dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner. Pada penderita jantung koroner, nyeri dada disebabkan oleh

tersumbatnya aliran darah karena adanya lapisan lemak dan kolesterol pada pembuluh darah. Namun nyeri dada pada stenosis katup aorta diakibatkan oleh otot jantung yang menebal sehingga harus memompa, melawan tekanan yang tinggi, agar darah bisa melalui klep/katup jantung yang menyempit. Kondisi ini meminta suplai oksigen yang lebih banyak daripada yang dikirim oleh darah sehingga menyebabkan nyeri dada. Pingsan. Penurunan kesadaran pada penderita kelainan katup jantung disebabkan oleh kegembiraan. Kondisi ini menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan berefek pada penurunan tekanan darah. Keadaan kelainan katup ternyata membuat jantung tidak mampu meningkatkan aliran darah sebagai kompensasi turunnya tekanan darah. Hal ini menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen sehinga penderita stenosis katup aorta akan pingsan. 5. Sesak nafas Gejala ini disebabkan oleh kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Jika gejala ini telah dirasakan maka harapan hidup tanpa perawatan yang mumpuni adalah 6 hingga 24 bulan. Jika ditemukan kelainan katup jantung yang telah parah, maka sangat perlu untuk melakukan operasi pergantian katup sesegera mungkin sebab prognosis stenosis katup aorta yang buruk.

Penatalaksanaan Pantangan makanan Kelainan Katup JantungPantangan makanan bagi yang mengalami kelainan katup jantung adalah:Makanan berserat tinggi seperti gandum utuh dan biji-bijian. Juga hindari kacang mete mentah, kubis, paprika, lobak, bawang putih, bawang merah, rempah, acar, makanan yang digoreng, daging, semua jenis buah-buahan mentah kecuali pisang dan pepaya. 2.3 Penyakit Jantung Rematik. Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Adapun yang dimaksud Demam Rematik adalah suatu peradangan pada persendian (artritis) dan jantung (karditis). Penyebab Demam rematik biasanya terjadi akibat infeksi streptokokus pada tenggorokan. Demam rematik bukan merupakan suatu infeksi, tetapi merupakan suatu reaksi peradangan terhadap infeksi, yang menyerang berbagai bagian tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit) Gejala Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang meradang. Biasanya gejala timbul beberapa minggu setelah nyeri tenggorokan akibat streptokokus menghilang. Gejala utamanya adalah: o nyeri persendian (artritis) o nyeri dada atau palpitasi (jantung berdebar) karena karditis o renjatan/kedutan diluar kesadaran (corea Sydenham) o ruam kulit (eritema marginatum) o benjolan kecil dibawah kulit (nodul).

Pengobatan Penyakit Jantung Rematik Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin. Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin. Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.

Pencegahan Penyakit Jantung Rematik,jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR), Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus). Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR.

Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik. 2.4 Penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung kongenital Penyakit jantung bawaan dinamakan juga cacat jantung kongenital (CJK), karena pada jantung pasien terdapat kelainan anatomis, sebagai akibat terganggunya perkembangan jantung sementara sewaktu masih dalam kandungan ibunya. Berkembangnya jantung janin mulai pada kandungan dua minggu dan berakhir sebelum kandungan tersebut berumur tiga bulan.pada akhir

perkembangan tu, jantung janin sudah seperti jantung orang dewasa, kecuali adanya foramen ovale dan duktus srterious yang masih dapat dilalui darah. Penyakit Jantung Kongenital merupakan suatu penyakit jantung bawaan atau suatu penyakit jantung yang dibawa oleh seorang bayi yang berlaku sejak dalam kandungan seperti jantung berlubang dan kecacatan pada jantung. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru

10

ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain : 1. Kelainan Genetik dan Khromosom. Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainankelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.

2. Faktor mekanik Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki

11

sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot). 3. Faktor infeksi Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia. 4. Faktor Obat Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester
12

pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu

dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi. 5. Faktor umur ibu Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. 6. Faktor hormonal Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu

hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal. 7. Faktor radiasi Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda. 8. Faktor gizi Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan
13

kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital. 9. Faktor-faktor lain Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui. Berhubung dengan berfungsinya jantung yang cacat serta kelainan anatomis yang telah terjadi, maka CJK dapat dibedakan menjadi 3 golongan : 1. Cacat Jantung Kongenital Sianotik Kebanyakan CJK (Cacat jantung kongenital) sianotik

meninggal dunia dalam usia kanak-kanak. CJK sianotik yang kadangkadang nampak pada remaja atau orang dewasa, biasanya Tetralogi Fallot, Kompleks Eisenmenger atau pulmonal stenose dengan Atrial Septal Defect. 2. Tetralogi Fallot Nama Tetralogi berdasarkan adanya empat kelainan

kongenital, yakni stenose katup pulmonal, pada valvulus sendiri atau pada infundibulum biasanya disertai post-stenotik dilatasi Arteri Pulmonalis, dengan hipertrofi ventrikel kanan. Selain dari dua kelainan tersebut ada juga lubang dalam septum membranaseum antara ventrikel kanan dan kiri dengan aorta berawal di atas lubang

14

tersebut sehingga pada waktu sistole ventrikel, aorta diisi baik dari ventrikel kiri maupun dari ventrikel kanan, suatu Overriding aorta . 3. Komplex Eisenmenger Kelainan kongenital pada komplex ini hampir serupa dengan Fallot, hanya di sini tidak ada pulmonal stenose melainkan justru ada dilatasi pada Arteri Pulmonalis serta cabang-cabangnya. Selanjutnya ada juga hipertrofi ventrikel kanan, hipertensi pulmonal, ventrikel septum defec dengan overriding aorta. Sianose baru nampak setelah bayi menjadi anak kecil, karena berkat tidak adanya pulmonal stenose oksigenasi darah cukup baik, sehingga walaupun aorta menerima juga darah langsung dari ventrikel kanan, namun reduced Hb yang tercampur pada darah peredaran sistemik, mula-mula belum banyak. Diagnosa Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat dilakukan pada pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko, misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, riwayat adanya kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang mendekati menopausePencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan kromosome, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta meningocele.

15

Penanganan Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.

Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya. 2.5 Hypertensi Defenisi Menurut JNC 7 (Joint National Committee of Hipertension) defenisi hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri 140 mmHg systolic dan 90mmHg diastolig

16

Etiologi Penyebab hipertensi dapat dibagi 2 : 1. Hipertensi Primer atau esensial a. 90 % penderita hipertensi yang ada di masyarakat b. Penelitian menyatakan ginjal penyebabnya. 2. Hipertensi Sekunder a. Kelainan ginjal (GNA, GNC, PNC, penyempitan arteri renalis) b. Kelainan hormon (DM, pil KB, Tumor, Adrenal) c. Kelainan neurologis (Polineurotis, Polimyelitis) d. Lain-lain (obat-obatan) Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 2007 No 1 2 3 Kategori Normal Pre-hipertensi Hipertensi 140-159

Sisitolik (mmHg) < 120 120-139

Diastolik (mmHg) < 80 80-89

90-99 100

Stage 1 Stage 2

160

Pengaruh Terhadap Organ 1. Penyakit pembuluh darah otak (Stroke, pendarahan otak, TIA) 2. Penyakit jantung (gagal jantung, MCI, Angina pectoris) 3. Penyakit ginjal (Gagal ginjal) 4. Penyakit pembuluh darah (artherosklerosis) 5. Penyakit mata (oedema pupil, penebalan retina, pendarahan retina)

17

Gambaran Klinis Kebanyakan tidak mempunyai keluhan Sebagian mempunyai keluhan : sakit kepala, pusing, lemas, sesak napas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah, epistakes, kelemahan otot, dan perubahan mental. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium : fungsi ginjal: urin lengkap, ureum, creatini, BUN, asam urat, darah lengkap Foto thorax : ditemui pembesaran jantung aorta melebar Ekhokardiogram ; tampak penebalan dinding ventrikel kiri.

Pengobatan 1. Nonfarmakologi Pengubahan cara hidup, mengurangi asupan garam, mengurangi asupan alkohol, berhenti merokok, kurangi BB, tingkatkan aktifitas fidik, olah raga teratur, hindari ketegangan, istirahat cukup, berdoa 2. Farmakologi Diuretik, beta bloker, Kalsium antogonis, ACE inhibitor, Alfa adrenergik. Asuhan yang diberikan a. Pengkajian (identitas pasien, nama umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan) b. Riwayat kesehatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kes, Keluarga, riwayat sosek, faktor resiko, kebiasaan sehari-hari) c. Pemeriksaan fisik (BB, Kepala & leher, paru, jantung, abdomen, ekstremitas)

18

Diagnosa 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung, b/d vasokontriksi, iskemia miokard 2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh, ketidak seimbangan suplai kebutuhan. 3. Tidak efektifnya koping individu b/d tidak adekuatnya relaksasi, perubahan cara hidup. 4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, rencana pengobatan hipertensi b/d kurangnya informasi. Tujuan Tujuan yang diharapkan 1. TD terkontrol 2. Tidak terjadi komplikasi 3. Pasien mengerti penyakitb hipertensi 4. Perubahan pandangan hidup Perencanaan Monitor TD, HB Auskultasi bunyi jantung dan paru Observasi dan catat adanya oedema Berikan obat sesuai indikasi Berikan penjelasan tentang efek samping obat Monitor respon obatan Batasi cairan sesuai kebutuhan Monitor intake Output Beri diet rendah garam Hindari makanan berkalori tinggi Kolaborasi dengan ahli gizi Anjurkan untuk menurunkan BB

19

Anjurkan makanan tinggi kalsium Bantu pasien hindari faktor resiko Anjurkan berhenti merokok Anjurkan berhenti alkohol Hindari stress Anjurkan olah raga optimal dan teratur Anjurkan teknik relaksasi Anjurkan Pasien istirahat cukup dan teratur Anjurkan berdoa kepada sang pencipta.

20

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Infeksi endokarditis merupakan peradangan endokardium atau katupkatup jantung. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan keganasan dan penyebab yaitu endokarditis bakterial akut dan endokarditis bakterial subakut. Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Adapun yang dimaksud Demam Rematik adalah suatu peradangan pada persendian (artritis) dan jantung (karditis). Penyakit Jantung Kongenital merupakan suatu penyakit jantung bawaan atau suatu penyakit jantung yang dibawa oleh seorang bayi yang berlaku sejak dalam kandungan seperti jantung berlubang dan kecacatan pada jantung Menurut JNC 7 (Joint National Committee of Hipertension) defenisi hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri 140 mmHg systolic dan 90mmHg diastolig 3.2 Saran Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar,maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.

21

DAFTAR PUSTAKA

Baradero M. (2008). Seri Keperawatan Klien Ganguan Kandiovaskuler. Jakarta ; EGC Lubis, HR dkk. (2008). Hipertensi dan Ginjal. Medan: USU Press. Rokaheni H, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan kardiovaskuler. Edisi I. Jakarta : Jantung Harapan Kita. Ruhyamaddin F. (2006). Askep pada Klien Gangguan Sistem kardiovaskuler. MALANG ; UMM Press

22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Tujuan ......................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Endokarditis ......................................................................... 2.2 Kelainan Katup Jantung .............................................................. 2.3 Penyakit Jantung Rematik. .......................................................... 2.4 Penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung Kongenital ................................................................................... 2.5 Hypertensi ................................................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.................................................................................. 3.2 Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA

i ii

1 2

4 5 8

10 16

21 21

ii 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat dan karuniaNya,penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.yang mana makalah ini penulis beri judul Gangguan sistem kardiovaskuler. Dalam penyusunan makalah ini penulis medapatkan banyak tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak baik berupa masukan materi bahan makalah maupun dorongan semangat,masalah tersebut dapat teratasi.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.Mengingatakan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis mengharapkan sekali adanya kritikan dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis berharap sekali semoga makalah ini dapat bermanfaat da nmanjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,khususnya bagi penulis sendiri sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Amiin.

Pariaman,

November 2012

Penulis

i 24

You might also like