You are on page 1of 7

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

A.

Dasar Pemikiran Pada dasarnya film dapat dimaknai atau dilihat memiliki fungsi sebagai berikut: Sebagai media ekspresi seni Sebagai media komunikasi Sebagai media hiburan Ketiga hal di atas secara umum dapat digunakan untuk membuat acuan penilaian sebuah film. Dengan kata lain, sebuah film yang baik haruslah memiliki bobot sesuai tiga fungsi film di atas. Tidak berarti ketiganya harus tercakup dalam sebuah film, karena belum tentu sebuah film dibuat dengan menjadikan ketiga hal di atas sebagai tujuannya, namun paling tidak salah satu diantaranya akan menjadi landasan bagi produksi sebuah film. Film dokumenter, misalnya, dibuat dengan kecenderungan menjadikan media film sebagai sarana untuk mengomunikasikan gagasan atau membuat tafsiran subyektif terhadap sebuah peristiwa nyata, riwayat seorang tokoh dan seterusnya. Film dokumenter dengan demikian cenderung mengesampingkan aspek hiburan sehingga tidak terlalu populer bila dibandingkan dengan film cerita yang memang dibuat dengan tujuan untuk menghibur. Meskipun demikian, tidak berarti film cerita semata-mata dibuat dengan tujuan menghibur belaka. Sebuah film hiburan bisa pula berisi informasi yang berguna sekaligus sarat nuansa ekspresi seni pembuatnya. Ada banyak contoh film cerita yang berkat kepiawaian dan kreatifitas pembuatnya mampu memberikan nilai yang lebih dari sekedar hiburan, penonton juga turut memperoleh pengetahuan dan pemaknaan baru tentang kehidupan. Dengan mendasarkan pada pandangan bahwa film merupakan salah satu cabang seni, maka kita bisa menjadikan kriteria penilaian karya seni secara umum sebagai pedoman dalam menilai

sebuah film. Secara umum, penilaian terhadap karya seni mencakup dua unsur yang melekat dalam setiap karya seni; unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik sebuah film yang perlu mendapat perhatian di antaranya penyutradaraan, skenario, editing, tata artistik, tata musik, dan pemeranan. Sedangkan unsur ekstrinsik atau unsur progresif sebuah film yang perlu mendapat perhatian adalah muatan ide-ide yang ditawarkan pembuatnya (subyektifitas sineas) maupun gambaran budaya yang terefleksi dalam film. Keseimbangan dalam menilai kedua unsur tersebut, intrinsik dan ekstrinsik, akan membuat pandangan terhadap film tidak terjebak pada pengertian seni untuk seni (Marselli Sumarno, 1996). Film akan mampu dilihat sebagai karya ekspresi kebudayaan hasil eksplorasi dan pergumulan terhadap kehidupan manusia, bukan sekedar media hiburan dan barang dagangan atau benda seni semata. Terkait dengan pengembangan perfilman di Indonesia, sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2009 tentang perfilman, dilakukan kegiatan fasilitasi produksi film pendek yang mendukung komunitas-komunitas film pendek untuk membuat karya yang mengandung nilai budaya, kearifan lokal dan produksi. Dukungan dan fasilitasi produksi film pendek .berkarakter kebangsaan diharapkan mampu merangsang seluruh insan perfilman untuk menghasilkan karya-karya berkualitas, dan meningkatkan standar etika, moral serta kualitas estetika dan artistik karya film anak bangsa. Melalui kegiatan ini, dimasa mendatang film pendek Indonesia memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan dan mampu berprestasi di tingkat internasional maupun nasional.
B.

pembangunan karakter bangsa. Bentuk fasilitasi adalah melalui

pendampingan proses produksi produksi film mulai dari pra produksi, produksi hingga pasca

Prosedur Pendekatan Penilaian Film Secara umum, penilaian terhadap sebuah film dengan mempertimbangkan keseimbangan unsur intrinsik dan ekstrinsiknya adalah sbb:

1. Persoalan tema dan maksud/tujuan pembuatnya. Dengan kata lain, apa yang ingin

dikatakan/disampaikan sutradara kepada penontonnya;


2. persoalan terkait peran setiap unsur yang membangun film (unsur intrinsik) dalam

mewujudkan filmnya; bagaimana peran/kontribusi setiap unsur terhadap tema, tujuan dibuatnya film, atau terhadap kseluruhan proses produksi;
3. menimbang dengan teliti maksud dibuatnya sebuah film terkait dengan 3 fungsi film

yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah film yang bertujuan untuk menghibur tentu tidak tepat diukur dengan kriteria mengukur film ekspresif (film seni/ art film) atau informatif (dokumenter)
4. Evaluasi obyektif terkait keberhasilan filmnya sesuai poin 3 di atas (bila film hiburan,

apakah menghibur? Bila film dokumenter, apakah informatif?)


5. Penilaian subyektif penilai/juri terkait dengan maksud penyelenggaraan kompetisi ini.

Apakah film yang dinilai sesuai dengan criteria yang diinginkan penyelenggara atau tidak (hal ini terkait dengan pedoman/Petunjuk Teknis Fasilitasi Produksi Film Pendek dan Dokumenter 2012 yang menyebutkan dalam salah satu Ketentuan Umum: Film Cerita Pendek adalah film yang memiliki kandungan nilai budaya, kearifan local dan pembangunan karakter bangsa yang memiliki durasi tayang maksimal 30 menit dan Dokumenter adalah film dengan muatan utama dokumentasi, informasi dan ilmu pengetahuan yang memiliki kandungan nilai budaya, kearifan lokal dan pembangunan karakter bangsa dengan durasi tayang minimal 10 menit) Sebagai pedoman bagi penerapan kelima prosedur di atas, pandangan dasar terhadap film cerita dan film dokumenter berikut ini dapat dijadikan pertimbangan penilaian khususnya bagi pertimbangan criteria pencapaian artistik film.
a. Film Cerita dapat diartikan sebagai pengutaraan ide tau cerita dengan bantuan rangkaian

gambar, gerak serta suara. Cerita merupakan pembungkus atau kemasan bagi realitas rekaan yang merupakan sebuah alternatif dari realitas nyata. Ide dan maksud yang ingin disampaikan pembuatnya disampaikan melalui bungkus sebuah kisah dan bersifat persuasif. Dengan demikian, cerita rekaan hanyalah alat yang digunakan (symbol) untuk menyampaikan maksud yang sesungguhnya. Oleh karena itu pilihan penyajiannya

menjadi sangat terbuka melalui beragam genre, misalnya drama, horror, film aksi, dsb. Kecenderungan film cerita dibuat dengan tujuan menghibur.
b. Film Dokumenter adalah film yang selain menyajikan fakta (kejadian nyata) juga

mengandung subyektivitas pembuatnya/opini dalam memandang peristiwa yang diangkat melalui filmnya. Film dokumenter bukanlah cerminan pasif atas kenyataan, namun merupakan proses penafsiran pembuat film atas kenyataan yang difilmkan, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana yang tepat untuk mengungkap realitas yang jarang terungkap lewat media lain pada umumnya bahkan dapak dijadikan media untuk menstimulasi perubahan. Film dokumenter yang baik dengan demikian akan mencerdaskan penontonnya. C. Kriteria Penilaian Film Cerita Pendek dan Dokumenter 2012

Berdasarkan pemahaman terhadap Prosedur Pendekatan Penilaian Film dan mengacu kepada petunjuk teknis Fasilitasi Pembuatan Film Cerita Pendek dan Dokumenter, maka criteria penilaian film Cerita Pendek dan Dokumenter tahun 2012, adalah sebagai berikut: I. Seleksi Administrasi Seleksi tahap pertama, adalah seleksi administrasi dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Tabel 1 Kriteria Penilaian Administrasi Kriterian Penilaian Latar Belakang Bobot Nilai (100%) 15 % Penjelasan Latar belakang sineas untuk memproduksi Maksud dan Tujuan 20% film dengan tema yang dipilih Maksud dan tujuan sineas dalam Jadual Pembuatan Film Lokasi Gambar 5% memproduksi film dengan tema yang dipilih Jadual pembuatan film apakah realitis untuk dicapai Lokasi pengambilan gambar apakah sesuai dengan latar belakang dan maksud dan tujuan film yang diproduksi

Pengambilan 15 %

Perencanaan Biaya Tim Produksi

5% 10%

Biaya produksi film realistis Tim Produksi telah memenuhi unsur minimun antara lain Pimpin Produksi, Sutradara, kameraman, Soundman, mengandung pembentukan Narasumber Sinopsis film lokal dan

Treatment/Sinopsi

25%

unsur nilai budaya, kearifan karakter bangsa Jadual Shooting realistis

Jadual Shooting II. Seleksi Teknis Naskah

5%

Naskah film/proposal yang lolos tahap pertama, akan diseleksi secara teknis dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 2 Kriteria Seleksi Teknis Film Cerita Kriterian Penilaian Ide Cerita Bobot Nilai (100%) 20% Penjelasan Ide cerita adalah menjadi

original dan belum pernah diproduksi sebuah film; Ide cerita disampaikan Tema Cerita 30% secara jelas Tema cerita

mengandung unsur nilai budaya, kearifan lokal dan pembentukan Alur Cerita 15% bangsa Alur cerita bertele-tele apabila alur karakter liner, penuh penuh

apakah atau cerita

kejutan. Yang menarik adalah

Penokohan

20%

kejutan Karakterisasi tokoh terasa data atau hidup dan menyakinkan. Yang baik adalah terasa hidup dan menyakinkan. Dialog terasa wajar

Dialog

15%

Tabel 3 Kriteria Seleksi Teknis Film Dokumenter

Kriterian Penilaian Ide Cerita

Bobot Nilai (100%) 20%

Penjelasan Ide

cerita

adalah menjadi

original dan belum pernah diproduksi sebuah film; Ide cerita disampaikan Tema Cerita 25% secara jelas Tema cerita mengandung unsur nilai budaya, kearifan lokal Alur Cerita 15% dan pembentukan liner, penuh penuh karakter bangsa Alur cerita apakah bertele-tele apabila Peluang perubahan Subjektifitas kenyataan Narasumber 10% terhadap 10% menstimulus 20% alur atau cerita

kejutan. Yang menarik adalah kejutan Apakah film tersebut akan dapat memberikan perubahan di masyarakat Apakah film tersebut

memberikan tafsiran terhadap kenyataan Narasumber film memperkuat

dan sesuai dengan ide, tema dan alur cerita D. Penutup Demikianlah kriteria penilaian Film Cerita Pendek dan Dokumenter 2012 disusun untuk dijadikan sebagai acuan/pedoman dalam menyeleksi naskah film pendek dan dokumenter yang maksud. Jakarta,................Oktober 2012 Hormat Kami

(.....................................) Ketua Dewan Juri Anggota

(......................................................)

(.............................................)

(......................................................)

(.............................................)

(......................................................)

(.............................................)

You might also like