You are on page 1of 7

ANALISIS KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TENGAH PERODE 2008-2012 NAMA EKA NOVIA SARI

NOPITA HELMI NIM 1111082000083 1111082000007 NO. HP 0896 0269 5229 0812 8516 8424

MATA KULIAH TEORI EKONOMI MIKRO

KODE: MKD 1213 (1507)

DOSEN PEMBIMBING: Tony S. Chendrawan, S.T., S.E., M.Si.

ABSTRACT This research background by the development of small scale industries in the city of Semarang has progressed quite encouraging. Small industries in order to grow, it should be done in cooperation between industry small, medium and large. The purpose of this study was to determine the price of soybeans to analyze the effect of tempe production. The population in this study is the production of soybean in Indonesia. And the sample used in this study is the production of soybean in Central Java during the period 2008-2012 Data were collected through purposive sampling technique. Then do the methods that include 2 hypothesis testing, F test and t test, analysis of the coefficient of determination (R ), To analyze data using SPSS software version 17.0. Based on the results of tests performed by t test variable raw material no significant effect on soybean production variables. While based on simultaneous test (F test) materials have an influence 2 on soybean production in Central Java. The magnitude R of 0.365 means that 36,5% of the variation of tempe production can be explained by the independent variable (soybean prices) and the remaining 63,5% described other variables outside the model. From research conducted research for soybean producers should pay more attention to the quality of the raw materials (soybeans) that will be used in the production process. Keyword: Local soybean prices, soybean production in Central Java

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakantanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 1998 sebesar 8,13 kg meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat. Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton. Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

input dan margin keuntungan yang diterima pengrajin. Namun, penurunan subsidi BBM tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan input produksi selain kedelai, alokasi pengeluaran untuk bahan baku pembantu dan pendapatan kotor yang diterima pengrajin. Hadipurnomo (2000) mengadakan penelitian mengenai dampak kebijakan produksi dan perdagangan terhadap penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan. Hasil yang diperoleh adalah kebijakan produksi yang berdampak lebih besar pada perubahan luas areal panen, produktivitas dan produksi terutama di wilayah luar Pulau Jawa. Sedangkan kebijakan perdagangan berdampak pada perubahan volume impor, harga impor dan permintaan kedelai. Purnamasari (2006) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Two Stage Least Square (2SLS). Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap harga kedelai domestik adalah harga riil kedelai di tingkat produsen, harga riil kedelai impor, jumlah impor kedelai dan harga riil kedelai domestik tahun sebelumnya. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap harga riil kedelai impor adalah harga kedelai internasional, nilai tukar dan harga riil kedelai impor tahun sebelumnya. Latifah (2005), meneliti mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe, studi kasus pada anggota PRIMKOPTI Kelurahan Cilendek Timur, Kotamadya Bogor dengan menggunakan alat analisis model fungsi produksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kenaikan BBM mempengaruhi kondisi usaha dan hasil produksi mengalami penurunan yang ditandai dengan menurunnya jumlah input yang dipakai. Baik pada kondisi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, penggunaan faktor produksi tempe di daerah Cilendek Timur masih belum efisien.

1.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis pengaruh input harga bahan baku kedelai industri terhadap produksi kedelai (tempe)

1.2 Penelitian Terdahulu Pangastuti (2006) melakukan penelitian mengenai analisis dampak penurunan subsidi BBM terhadap industri tahu skala kecil di Kabupaten Bogor, studi kasus di Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Parung. Alat analisis yang digunakan adalah model fungsi Cobb Douglas. Hasil analisis menyebutkan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara kedua lokasi penelitian. Perbedaan terletak pada jenis tahu, alat pemasakan, jenis koagulen dan pewarna yang digunakan. Hasil analisis perbandingan kondisi sebelum dan sesudah penurunan subsidi BBM menerangkan bahwa penurunan subsidi BBM mempengaruhi volume produksi, pola penggunaan kedelai, alokasi pengeluaran

Bab II Kajian Pustaka Tempe Merupakan makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pence gah penyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk teksturyang memadat. Deradasi komponenkomponenkedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco,kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg. Makanan ini banyak digemari oleh beberapa kalangan mulai dari usia muda sampai usia tua. Hal ini dikarenakan tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lainlain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Dengan pemberian tempe juga, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak

banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Semakin terbatasnya lapangan kerja dewasa ini, ditambah lagi banyaknya karyawan yang mengalami PHK di berbagai perusahaan, menyebabkan banyak munculnya wirausahawan baru. Bidang yang dipilih biasanya yang tidak memerlukan modal besar serta teknologi yang tidak terlalu rumit. Salah satu bidang wirausaha yang banyak dipilih antara lain usaha home industri tempe. Mereka mendapatkan informasi proses pembuatan tempe biasanya secara mandiri. Minimnya pengetahuan akan proses pembuatan tempe yang benar, turut memberikan andil pada semakin rendahnya kualitas tempe yang beredar, terutama di berbagai pasar tradisional. Untuk dapat memproduksi tempe diperlukan komponenkomponen produksi, diantaranya adalah bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja. Kedelai sebagai bahan baku tempe, selain mengandung zat gizi tetapi secara alami mengandung zat anti gizi antara lain tripsin inhibitor, asam fitat, saponin serta anti gizi yang lain. Selain kedelai, komponen produksi tempe yang lain adalah bahan bakar (minyak tanah/kayu). Permasalahannya adalah harga bahan bakar mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, sedangkan harga jual tempe di pasar relatif tidak berubah atau sulit di naikkan. Kedelai yang digunakan pada umumnya adalah kedelai import yang harganya berfluktuatif, tergantung dari nilai tukar dollar terhadap rupiah. Harga kedelai sekarang ini sekitar Rp 7.500-an/kg. Akibatnya banyak pengusaha/pengrajin tempe (terutama yang pemula) yang berimprovisasi pada tahapan proses pembuatan untuk menekan biaya produksi. Tetapi mungkin

karena ketidaktahuan mereka, justru improvisasi yang mereka lakukan akan menghasilkan produk tempe yang berkualitas rendah dan bahkan bisa jadi bersifat antigizi. Berdasarkan pengamatan di pasar tradisional kota Semarang ditemukan adanya kenaikan harga kedelai yang merupakan bahan baku industri tahu dan tempe yang semula Rp. 4.000/kg sekarang naik menjadi Rp. 7.700/kg. Sementara harga jual tempe sekarang mencapai Rp. 7.000/kg hingga Rp. 7.500/kg atau Rp. 85.000 hingga Rp. 100.000/tong. Industri-industri kecil pembuat tempe di Kelurahan Semarang Barat ratarata membeli kedelai untuk memproduksi tempe sebanyak 50 kg per hari dengan mengeluarkan modal untuk membeli bahan baku sebesar Rp. 385.000, sementara hanya bisa menjual tempe matang seharga Rp. 7.500/kg sehingga apabila memproduksi 50 kg hanya memperoleh penghasilan dari penjualan sebesar Rp. 375.000. Industri kecil pembuat tempe mengalami kerugian sebesar Rp. 10.000 setiap memproduksi 50 kg, selain itu biaya upah pekerja sebesar Rp. 10.000/50kg juga menjadi beban yang harus dibayar pengusaha tempe. Pengusaha tempe juga mulai resah dengan adanya kenaikan harga bahan dasar produksi yaitu kenaikan harga kedelai. Masyarakat berharap tempe yang merupakan bahan makanan yang dijadikan sebagian besar masyarakat sebagai lauk pauk harganya tidak terlalu tinggi dan masih terjangkau oleh masyarakat.

bahwa untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih dahulu melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan, menciptakan, dan mengolah barang atau jasa, atau meningkatkan atau menciptakan kegunaan suatu benda agar memiliki nilai guna lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan. Menurut Minto Purwo (2000 : 43) kegitan produksi terdiri dari beberapa macam, yaitu produksi langsung dan produksi tidak langsung, produksi teknis, produksi ekonomis, dan produksi nonekonomis. Produksi langsung atau produksi barang adalah usaha atau kegiatan menciptakan, membuat atau menghasilkan barang yang secara langsung dapat berguna untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Manfaat barang yang diproduksi dapat secara langsung dirasakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia dalam mencapai kemakmuran. Produksi tidak langsung atau produksi alam merupakan usaha atau kegiatan memberikan pelayanan, pengabdian bentuk jasa kepada masyarakat, hasilnya tidak secara langsung dinikmati, tetapi memerlukan proses dan waktu yang lama. Produksi teknis merupakan kegiatan produksi yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah nilai kegunaan suatu benda atau barang. Produksi ekonomis merupakan kegiatan produksi yang selain untuk menambah nilai kegunaan terhadap suatu barang, juga tetap memperhitungkan keuntungan yang akan diperolehnya. Biaya produksi diusahakan lebih kecil dari jumlah penghasilan yang akan diperoleh. Lain dengan produksi nonekonomis yang merupakan kegiatan produksi yang besar, penghasilan lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan, jadi dalam kegiatan produksi ini bukan keuntungan yang diperoleh, tetapi kerugian. Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi diperlukan adanya faktor-faktor produksi untuk menciptakan, menghasilkan benda atau jasa.

Kegiatan Produksi Adanya berbagai macam kebutuhan manusia memunculkan berbagai alat pemenuhan kebutuhan yang berupa barang dan jasa. Namun, barang dan jasa tersebut tidak selalu tersedia, tidak diperoleh dengan mudah, dan tidak secara cuma-cuma. Untuk mendapatkan semua itu harus dengan pengorbanan atau melakukan berbagai kegiatan dan usaha, sehingga manusia dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan. Menurut Minto Purwo (2000: 43) produksi adalah usaha atau kegiatan manusia untuk menciptakan atau menimbulkan kegunaan suatu benda agar menjadi lebih berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi ini jelas

Berikut ini adalah gambaran perkembangan produksi kedelai di provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2009 Harga Kedelai lokal (kg) 7500 6500 Produksi Kedelai 167345 175156 187992 112273 134346

1. Regresi Linier Sederhana Analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Untuk mengetahui pengaruh variabel input bahan baku (X1) yang merupakan faktor produksi kedelai di Kota Semarang digunakan persamaan regresi (Djarwanto, PS, 1985). Adapun bentuk persamaan regresi linear berganda yang digunakan dapat dirumuskan: (Gujarati, 2003): Y = a + bX Keterangan : Y = Produksi kedelai a = konstanta b = koefisien regresi X = harga kedelai

2010 6800 2011 7300 2012* 7500 Sumber: www.deptan.go.id

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel dan Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1998:115). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah produksi kedelai di Indonesia periode 20082012. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling yang berarti pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian (Arikunto, 1998: 117). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi tempe di Jawa Tengah 2008-2012

3.3 Model Penelitian Model Penelitian adalah sebagai berikut :

Input harga kedelai (X)

Produksi Kedelai (Y)

3.2 Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis pertama yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh harga kedelai terhadap produksi kedelai di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Ho : 1 = 0, artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara bahan baku terhadap produksi tempe. H1 : 1 > 0, artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara bahan baku terhadap produksi tempe. Dalam penelitian ini untuk mengolah data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan Analisis Inferensial (kuantitatif). Dimana dalam analisis tersebut dengan menggunakan paket program SPSS 17.0. Analisis data dilakukan dengan bantuan Metode Regresi Linear Sederhana.

BAB IV Hasil Penelitian 4.1 Rangkuman Hasil Perhitungan Regresi


Variabel Terikat Produksi Kedelai (Y) Variabel Bebas Harga Kedelai (X1) R 0.604 T Hitung 1.993 Sig 0,281 Nilai F 1,724 T Tabel 2,776

Persamaan Regresi: Y= 454.166,673 41,958X

1. Uji Statistik t Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan : Ho : i = 0, artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat H1 : i 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai mutlak t hitung > t tabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan bila nilai t hit < ttabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel X1 (variabel harga kedelai) berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi kedelai, hal ini bisa dilihat dari nilai t hitung sebesar 1,993 lebih kecil dari t tabel (2,776) dengan demikian hipotesis yang menyatakan harga kedelai berpengaruh terhadap produksi kedelai ditolak. 2. Uji F Ho : 1 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : 1 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho diterima apabila F hitung F tabel, artinya semua variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, artinya semua variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Dari Tabel di atas (uji F) F hitung yang didapat sebesar 1,724 dan F tabel sebesar 10,13 maka hasilnya Ho diterima yang artinya variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. 3. Koefisien Determinasi 2 Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan varisi variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi antara 2 nol dan satu (0<R2<1). Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel tidak bebas amat terbatas, begitu pula sebaliknya apabila nilai 2 R besar yaitu mendekati satu, maka variabelvariabel bebas mempunyai kemampuan menjelaskan variabel tidak bebas secara luas (Kuncoro, 2001).

Dari Tabel didapat R sebesar 0,365 artinya sekitar 36,5% persen produksi kedelai dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (harga bahan baku) dan sekitar 63,5% dijelaskan variabel lain di luar model.

4.1 Pengaruh Harga Kedelai Terhadap Produksi Kedelai Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% dapat dilihat bahwa bahan baku tidak berpengaruh secara signifikan dan bertanda negatif terhadap produksi tempe. Tanda negatif menunjukkan bahwa apabila harga kedelai naik 1 kg, maka produksi tempe pun menurun sebesar 454.166,673 kg. Adanya pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe menandakan bahwa dalam usaha tempe sangat tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku merupakan bahan dasar utama yang digunakan untuk memproduksi tempe, apabila bahan baku kurang tersedia, maka akan berdampak pada terhambatnya produksi tempe yang akan dihasilkan oleh produsen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Karjadi Mintaroem (2003) yang menyimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku berpengaruh positif terhadap jumlah produksi. 4.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah input faktor harga bahan baku berpengaruh terhadap tingkat produksi kedelai (tempe) di Jawa Tengah 4.3 Kesimpulan Hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan sesuai tujuan penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara uji t didapatkan hasil bahwa variabel bahan baku berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi tempe. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan harga bahan baku tidak berpengaruh terhadap produksi tempe (Ho) diterima. 2. Secara (uji F) variabel bebas yang terdiri dari harga input bahan baku mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel produksi kedelai pada tingkat kepercayaan sampai dengan =5% Dengan demikian hipotesis H1 yang

menyatakan semua variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebas, ditolak dan Ho diterima. 3. Dari hasil regresi didapat R sebesar 0,365 artinya sekitar 36,5%, variasi produksi kedelai dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (harga kedelai) dan sekitar 63,5% dijelaskan variabel lain di luar model. DAFTAR PUSTAKA http://www.setneg.go.id/index.php?option=com _content&task=view&id=3493&Itemid=29 http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan/TPAT AP-2011-ARAM-II2012/Produksi%20Kedelei.pdf http://www.ekon.go.id/media/filemanager/2011 /11/19/k/e/kementan.pdf

You might also like