You are on page 1of 5

TUGAS HUKUM PIDANA NAPZA

OLEH

MARGARET S.P.

030810349

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011

Perbedaan Mendasar antara Undang-Undang No.22 tahun 1997 dengan UndangUndang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika : Hal Penggolongan Undang-Undang No.22 tahun 1997 Narkoba jenis psikotropika seperti shabu-shabu dan ekstasi masuk dalam golongan 1 dan 2 peranan Badan Narkotika Nasional tidak diatur dalam perundangundangan tentang narkotika Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Narkoba jenis psikotropika seperti shabu-shabu dan ekstasi masuk dalam golongan 1

Penyidikan

Alat Bukti

Pada UU No 35 tahun 2009, secara jelas peranan dan kewenangan dari BNN sebagai badan Nasional diatur sedemikian rupa terutama mengenai kewenangan penyidikan penyidikan hanya pasal 81 bahwa Penyidik dilakukan Penyidik Kepolisian Negara Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan Republik Indonesia dan penyidik BNN PPNS sesuai pasal 65 berwenang melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika berdasarkan Undang-Undang ini, ditambah dengan PPNS tertentu Tidak terdapat wewenang Pasal 75 i memberi untuk melakukan wewenang penyidik BNN penyadapan telepon pada melakukan penyadapan orang yang dicurigai telepon pada orang yang melakukan tindak pidana dicurigai melakukan narkotika tindak pidana narkotika Berlaku alat bukti dalam perluasan alat bukti KUHAP elektronik sebagaimana yang tercantum dalam pasal 86 ayat (2) yang menyatakan bahwa : Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. informasi yang

Penyimpanan Narkotika

Pasal 11 mengatakan bahwa yang boleh menyimpan narkotika adalah importer, ekspotir, pabrik obat, pedagang farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan Pecandu dianggap sebagai pelaku Pasal 46 mewajibkan

Pecandu

diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan b. data rekaman atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: 1. tulisan, suara, dan/atau gambar; 2. peta, rancangan, foto atau sejenisnya; atau 3. huruf, tanda, angka, simbol, sandi, atau perforasi yang memiliki makna dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya Pada pasal 14 tampak adanya pembatasan tentang penyimpanan narkotika. Pihak yang diperbolehkan melakukan penyimpanan hanya terbatas pada industri farmasi, pedagang besar farmasi, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuaan. Pecandu dianggap sebagai korban Pasal 55 mewajibkan

orang tua/wali ( untuk pecandu yang belum cukup umur) dan orang tua/wali pecandu sendiri untuk melapor kepada pejabat yang ditunjuk tanpa dijelaskan lebih lanjut tentang pejabat mana yang dimaksud.

Peran Serta Masyarakat

Ketentuan Pidana

pecandu narkotika untuk melaporkan diri mereka kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Kewajiban tersebut juga menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga. Dalam pasal 57, Dalam pasal 104 dan 106, masyarakat dianggap Masyarakat dianggap sebagai pembantu sebagai pembantu pemerintah dalam upaya pemerintah dalam upaya pencegahan dan pencegahan dan pemberantasan pemberantasan penyalahgunaan dan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika serta dijadikan seperti penyelidik dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dan mendapatkan pelayanan dalam hal-hal tersebut Peran serta masyarakat Dalam pasal 108, Peran tidak dikoordinasi oleh serta masyarakat yang suatu badan apapun dikumpulkan dalam suatu wadah oleh BNN menggunakan sistem menggunakan sistem pidana maksimal pidana minimal Tidak memuat ancaman Memuat ancaman hukuman bagi penyidik hukuman bagi penyidik yang tidak menjalankan dan jaksa yang tidak aturan setelah menyita menjalankan aturan barang bukti narkotika setelah menyita barang (pasal 94) bukti narkotika (pasal 140, 141) Tidak ada penentuan hukuman bagi para jumlah barang yang pelaku disesuaikan dibawa dan tidak dengan jumlah barang menentukan bukti. Semakin banyak berat/ringannya pidana jumlah barang bukti, maka semakin berat pidananya.

You might also like