You are on page 1of 13

KODE : PTK.NP 02.015.

01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa 71% dari dunia adalah laut dan 2/3 dari seluruh luas Indonesia adalah laut. Luasnya perairan di Indonesia berarti laut mempunyai fungsi yang sangat strategis, sehingga di perlukan perlindungan lingkungan terutama yang berasal dari pengoperasian kapal dimana potensi laut yang mempunyai sumber daya alam antara lain: Tempat berkembang biaknya binatang laut dan tumbuhan Tempat pariwisata dan olah raga laut Lalu lintas transportasi laut Sebagai produksi tambang Sebagai sumber energi

Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap lingkungan di laut, dibuat suatu aturan yang berlaku secara Internasional yang terkenal dengan sebutan MARPOL 73/74. B. Tujuan Modul ini bertujuan agar para peserta diklat mampu melakukan pencegahan polusi lingkungan laut. Kompetensi ini memerlukan aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pencegahan polusi lingkungan laut. C. Ruang Lingkup Modul Ruang lingkup modul ini terdiri dari 5 pemelajaran, yaitu: 1. Mengidetifikasi sumber pencemaran serta melakukan pencegahan pencemaran serta melakukan pencegahan pencemaran lingkungan laut. 2. Melakukan pola penanggulangan pencemaran lingkungan laut. 3. Pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan pencemaran laut 4. Pengenalan peralatan pencegahan pencemaran laut 5. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut.
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 1 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

BAB II LEMBAR INFORMASI

1. MENGIDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN SERTA MELAKUKAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

1.1 Pencegahan pencemaran klaut, klasifikasi tumpahan minyak dan penyebab tumpahan minyak serta tingkat pencemaran diidentifikasi Dalam hal pencemaran yang terjadi di laut dapat disebabkan oleh benda atau bahan yang ada di kapal lain dari minyak, sampah, kotoran, pencemaran udara dari kapal. Hal ini sudah diatur dalam peraturan pencegahan pencemaran (konvensi MARPOL 73/78) terdiri dari 20 artikel, 2 protokol dan 6 annexes. Konvensi ini diberlakukan untuk semua kapal dari tipe apapun yang dioperasikan di laut, kecuali kapal perang dan kapal pemerintah yang tidak dikomersilkan. Annex yang mengatur tentang pencegahan pencemaran tersebut adalah sebagai berikut : Annex I : Peraturan tentang pencegahan pencemaran dari kapal oleh minyak Annex II : Peraturan tentang pencegahan pencemaran dari kapal oleh bahan cair beracun dalam bentuk curah Annex III : Peraturan tentang pecegahan pencemaran dari kapal oleh barang yan berbahaya dalam bentuk kontak Annex IV : Peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran Annex V : Peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah Annex VI : Peraturan pencegahan pencemaran uadara dari kapal

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007

Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 2 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

1.2

Hukum dan perundang undangan tentang polusi laut Marpol 73/78 ANNEX 1 Sebagai hasil International Convention for the Prevention of Pollution from Ships tahu 1973, yang kemudian disempurnakan dengan TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) Protocol tahun 1978 dan konvensi ini dikenal denga nama MARPOL 73/78 maka MArpol memuat 5 (lima) Annex yang masih berlaku sampai sekarang yakni :

Annex I Annex II Annex III Annex IV Annex V Annex VI

: Minyak (Oil) : Nixious Liquid Substance Carreid in Bulk : Harful Subtance in Packages form : Sewage : Garbage : Air Polution

Konvensi ini berlaku secara Internasional sejak 2 Oktober 1983, dan menjadi keharusan untuk Annex I (Oil), menyusul Compulsory untuk Annex II Nixious Liquid Substance Carreid in Bulk bahan cair berbahaya dalam keadaan curah. 6 April 1987. menyusul kemudian Annex IV (

Sewage) 31 Desember 1988, Annex III : Harful Subtance in Packages form atau bahan cair berbahaya dalam kemasan) pada tangal 1 JUli 1992, sehingga sisa Annex IV (Garbage) yang belum berlaku Internasional sampai saat ini. Isi dan teks MARPOL 73/78 sangat kompleks dan sulit dipahami bila tanpa ada usaha mempelajarinya secara Maritim dan hasil pelaksanaannya memperlukan evaluasi berkelanjutan baik oleh pemerintah maupun pihak industri suatu negara. Annex I MARPOL 73/78 yang berisi mengenai peraturan untuk mencegah pencemaran oleh tumapahan minyak dari kapal sampai 6 Juli 1993 sudah terdiri dadri 26 Regulation: Dokumen penting yang menjadi bagian intergral dadri Annex I adalah : Appendix I Appendix II Appendix III
Tanggal : 5 September 2007

Mengenai daftar dan jenis minyak Bentuk formattiari IOPP Certificate Bentuk format dari Oil Record Book
Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 3 dari 13

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Berikut adalah isi dan bentuk dari dokumen dimaksud berdasarkan MARPOL 73/78 seperti terlampir : List of Oil sesuai Appendix I MARPOL 73/78 adalah daftar dari minyak yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana daftar tersebut tidak akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria industri perminyakan. Intrnational Oil Pollution Prevetion Certificate(IOCP Certficate) untuk semua kapal dagang dimana supplement atau lampiran mengenai Record of Contruction an Equiepment for Other tahn Oil Tankers and Oil Tankers dijelaskan secara terpisah di dalam Appendix II MARPOL 73/78 dimana struktur, peralatan, system, kelengkapan perencanaan dan kondisi kapal memuaskan dan memenuhi ketentuan sesuai Annex I Konvensi MARPOL 1973. Oil Record Book Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan diatas kapal, untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisasisa minyak, campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast pada kapal tanker. Bagian I adalah untuk kegiatan dikamar mesin (machinery space operation) ditrapkan semua kapal ukuran 400 GT atau lebih dengan daftar item yang harus dicatat didalam oil record book dimuat didalam appendix III MARPOL 73/78 Bagian II adalah untuk kegiatan bongkar muat minyak dan iar ballast utnuk kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih (Cargo and Beast Operation) dengan daftar item yang harus dicatat di dalam oil record, dimuat didalam Appendix III MARPOL 73/78, appendix to Annex I MARPOL 73/78

Pada permulaan tahun 1970-an cara pendekatan yang dilakukanoleh IMO dalam membuat peraturan yang berhubungan dengan maritime pollution pada dasarnya sama dengan sekarang, yakni melakukan
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 4 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

kontrol yang ketat pada struktur kapal untuk mencegah jangan sampai trejadi tumpahan minyak atau pembuangan campuran miyak kelaut. Dengan pendekatan demikian MARPOL 73/78 memuat peraturan untuk mencegah mungkin minyak yang mencemari laut, tapi kemudian pada tahun 1984 dilakukan beberapa modifikasi oleh IMO yang menitik beratkan pencegahan padakegiatan operasi tanker pada Annex I dan yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapi dengan Oil Water Separating Equipment dan Oil Dischare Monitoring System. Karena itu pada peraturan MARPOL 73/78 dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori : Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran Peraturan untuk menanggulangi pencemaran Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut

2. MELAKUKAN POLA PENANGGULANGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT Menyadari akan besarnya bahaya pencemaran minyak dilaut serta peningkatan kualitas pencemaran yang berjalan/sebanding dengan meningkatnya kebutuhan minyak sebagai sumber energi, maka timbulah upaya-upaya untuk pencegaha dan penanggulangan bahaya tersebut oleh negara-negara maritime yang selanjutnya dikeluarkanlah ketentuenketentuan lokal atau Internasioanl ileh IMCO dengan konvensi MARPOL 1973 dan yang disempurnakan dengan protokol 1978 atau disebut MARPOL 73/78, dimana dalam konvensi tersebut diantaranya disebutkan bahwa pada dasarnya tidak dibenarkan membuang minyak kelaut, sehingga pada pelaksanaannya timbullah : a. Peraturan pencegahan pencemaran laut dari kapal tanker 1. Pengadaan tangki ballast terpisah (SBT) atau COW pada ukuran kapal-kapal tertentu. 2. Batasan-batasan jumlah minyak yang dapat dibuang kelaut 3. Daerah-daerah pembuangan minyak
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 5 dari 13

tertentu

ditambah

dengan

peralatanm-peralatan

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

4. Keharuasan pelabuhan-pelabuhan, khususnya pealbuhan muat untuk menyediakan tanki pembuangan slop (ballast kotor). b. Peraturan atau usaha-usaha penanggulanganny, misalnya : 1. Membuat Contingency plant regional dan local 2. Ditentukan atau dibuatnya peralatan penanggulangan, misalnya oil boom, Oil skimmer, cairan-cairan sebagai dispersant agent, danlain-lain. Contingency plant adalah tata cara penangulangan pencemaran dengan prioritas pada pelaksanaan serta jenis alat yang digunakan dalam : a. Memperkecil/meminimalkan sumber pencemaran b. Melokalisasi dan mengumpulkan material/bahan pencemaran c. Menetralisir pencemaran

Oil boom alat pengumpul material pencemaa yag terapung, Chemical dispersant (singking agent), sorbent dan bahan-bahan zat penetral adalah berfungsi untuk menetralisasi atau mencerai beraikan/Dispersi material pencemaran dan ini sangat tergantung dari : Jenis minyak dan kerapatan (density) Kepekatan (Viscosity) Pour Point (titik endap) Kadar lilin dan aspal

3. TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP PENCEMARAN LAUT SESUAI DENGAN SOP MARPOL 73/74 3.1 Oil Record Book Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan diatas kapal, untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa minyak, campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast pada kapal tanker. Bagian I adalah untuk kegiatan dikamar mesin (machinery space operation) ditrapkan semua kapal ukuran 400 GT atau
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 6 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

lebih dengan daftar item yang harus dicatat didalam oil record book dimuat didalam appendix III MARPOL 73/78 Bagian II adalah untuk kegiatan bongkar muat minyak dan iar ballast utnuk kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih (Cargo and Beast Operation) dengan daftar item yang harus dicatat di dalam oil record, dimuat didalam Appendix III MARPOL 73/78, appendix to Annex I MARPOL 73/78

3.2 Prosedur Kegiatan Bunker. Pekerjaan muatan harus dipimpin oleh seorang Mulaim I yang cajap, bertanggung jawab dan memenuhi persyaratan ijazah untuk kapal itu. Sebelum pemuatan atau pembongkaran dimulai, nakhoda atau mualim I diharuskanuntuk memeriksa dan mengisi sendiri di formulir CheckList, bahwa ketentuan setempat mengenai keselamatan, pencegahan kebakaran dan pencegahan pencemaran laut telah dilaksanakan. Di pelabuhan bongkar atau muat, nakhoda, kepala kamar mesin, dan mualim-mualim yang bertugas diahruskan megetahui fasilitas-fasilitas setempat yang ada serta mengetahui cara-cara yang tepat untuk meghubungi instalasi darat, regu pemadam kebajaran dan

pencegahan pencemaran. Pekerjaan muatan dan pengisiian bahan bakar harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya tumpahan minyak. Selama pemuatan dan pembongkaran, jika tak ada bak penampungan yang tetap harus ditempatkan loyang penampung minyak yang cukup besar gergaji dan biserpant yang setiap saat dapat dipergunakan.

4. PENGENALAN PERALATAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT Untuk memastikan pembuangan keluar tabung kapla dan kamar mesin sesuai dengan peraturan pembuangan, maka perlu memperhatikan peralatan agar bekerja dengan baik sesuai denga ketentuan yang ada : 1. Peralatan etrsebut adalah sebagai berikut : a. Oil Water Separator dari filter dapat bekerja pada kadar 15 PPM
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 7 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

b. Oil Discharge Monitoring dan Sytem Control c. Automatic Stop dan alarm pada DWS (Deck Water Seal) d. Standar sambungan buangan. 2. Peralatan yag diperlukan untuk kapal tanker adalah : a. Crude oil washing & Equipment Manual b. Oil Record Cargo Book c. Segregated clean ballast tank

d. Dedicated clean ballast tank e. Oil Discharge monitoring

5. PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PERALATAN PENCEGAHAN PENCAMARAN LAUT Untuk mengontrol memonitoring pembuangan minyak digunakan alat Oily Discharge Monitoring dan System Control dan Oil Separator untuk memisahkan antara minyak dan air yang akan memudahkan pompa pembuangan, yang diatur dakam peraturan MARPOL 73/78 Annex I Reg. 1.6. menyebutkan bahwa : a. Kapal ukuran 400 GT atau lebih tetapi lebih kecil dari 1000 GT harus dilengkapi dengan Oil Separator Equipment yang dapat menjamin pembuangan minyak kel laut setalh melalui system tersbut denga kandunga minyak kurang dari 100 ppm. b. Kapal ukuran 10.000 GT atau lebih harus dilengkapi dengan : kombinasi antara Oily Water Separating Equipment dengan Oil Discharge and Controling system atau dilengkapi dengan oil Filter

Equipment yang dapat mengatur buangan. Campurkan minyak ke laut tidak lebih dari 15 ppm, (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran tersebut).

6. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT Pembagian bahan-bahan yang berbahaya GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine Pollution atau kelompok ahli dibidang ilmu pencemaran lingkungan laut diminta
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 8 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

untuk membuat item evaluasi bahan-bahan ini didasarkan atas pengaruh pada : a. Kehidupan bila terakumulasi b. Kerusakan pada sumber daya c. Bahaya pada kesehatan manusia (bila tertelan) d. Bahaya pada kesehatan manusia (bila terkena wit) e. Degredasi kehidupan

Atas dasar diatas GESAMP mendifinisikan bahan-bahan cairan yang merugikan dan membagi ke dalam kategori di bawah ini : Kategori A : Bahan-bahan yang menimbulkan bahaya besar bagi

sumber daya laut dan kesehatan manusia serta kerugian serius bagi lingkungan. Kategori B : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya.

Kategori B termasuk Acrylonitrile butyraldehyde, carbon tertacholide, Epichlorohydrin, ethylene discholoride, phenol dan trichiorocthylene. Kategori C : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya kecil.

Kategori C termasuk Acetaldehyde, Bunlene, Cyclohexane, Ethylbenzene, monoisopro-pilamine, Styene, Topcene, Venylacetate dan Xylene. Kategori D : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya yang

tidak dapat dikenal. Kategori D termasuk Acetone, Butylacrylate, Isopentene, Phosporic Acid dan Yellow.

Annex

ini

juga

berisi

daftar

bahan-bahan

yang

diketahui

tidak

mendatangkan bahaya kesehatan manusia, sumber daya laut, degradasi atau hal yang lainnya di laut.

7. PROSEDUR PEMBERSIHAN TUMPAHAN MINYAK Pengalaman-pengalaman menunjukan bahwa pembersih minyak tidak selalu sama, tumpahan dalam daerah yang kecil da dapat diisolir adalah lebih mudah dibandingkan dengan daerah yang luas. a. Menghilangkan minyak secara mekanik
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 9 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

Memakai bom atau barier pemakaian bom akan baik pada pelaut yang tidak berombak, dan yang arusnya tidak kuat (maksimum 1 knot). Juga tebal minyak yang tidak melapaui tinggi bom b. Absorbents Zat untuk mengabsor minyak, ditaburkan diatas tumpahan minyak tersebut kemudian zat tersebut diangkut yang berarti minyak akan turut terangkut bersamanya. c. Menengelamkan minyak Suatu campuran 3000 ton Calcium Carbonate yang ditambah dengan 1% Sodium pernah dicoba dan berhasil menenggelamkan 20000 ton minyak. Setelah 14 bulan kemudian tidak lagi ditemui tanda-tanda adanya minyak didsasr laut tersebut. d. Dispersant Fungsi Dipersant adalah guna pencampuran dengan 2 komponen yang lain dan masuk ke lapisan minyak kemudian membentuk emulsi. Stabilizer akan menjaga polusi tadi tidak pecah. Dispersant ini menenggelamkan minyak dari permukaan air. Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan dan mempercepat proses penghancuran secara mikroba. e. Pembakaran Pembakaran minyak diatas laut umumnya sedikit sekali dapat berhasil,karena minyak yang terkandung telah menguap secara cepat. Juga panas yang dibutuhkan guna menahan tetap berjalan, cepat seklai diserap oleh air sehinga panas tidak cukup untuk mendukung pembakaran tersebut. Banyak yang dikembangkan adalah menaburkan zat-zat ringan diatas lapisan minyak tersebut yang nantinya berfungsi untuk menambahkan api dengan air. Teknik pembakaran ini akan mengakibatkan polusi udara.

8. TUMPAHAN MINYAK DI PELABUHAN a. Jika terjadi tumpahan minyak digeladak supaya tumpahan itu dibersihkan dengan segera dan diusahakan agar tidak ada yang megalir ke laut.
Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007 Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 10 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

b. Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal kel aut, supaya segera dihilangkan dengan dispersant yang tersedia. Kalau tumpahan minyak terlalu banyak dan sulit dihilangkan, maka mualim jaga harus segera melaporkan kepada petugas darat.

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007

Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 11 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perhubungan, Konvensi Internasional tentang Keselamatan Kapal-Kapal tangki dan Pencegahan Pencemaran, 1978, 1983. Jakarta. Mario, 1987. Maritim Pollution, FAO Tim USKP STP Jakarta, 2004. MOdul BST, STP Jakarta

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007

Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 12 dari 13

KODE : PTK.NP 02.015.01

MELAKUKAN PENCEGAHAN POLUSI LINGKUNGAN LAUT

DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN

GLOSSARY

MARPOL

(Marie Pollutuion ) Suatu ketentuan Internasional yang mengatur tetang Gara pencegahan polusi lingkungan laut

GESAMP

(Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine Pollution) atau kelompok ahli dibidang ilmu

pencemaran lingkungan laut Oily Water Separating Equipment : Perlatan untuk mesisahkan antara Minyak dan air untuk memudahkan dalam proses pembuangan nanti dan mencegah minyak jatuh kelaut Oil Discharge and Controling system Contingency regional dan local plant : Suatu perencanaan yang dibuat secara tebatas untuk mempersiapkan pencemaran. langkah langkah pencegahan : Suatu alat untuk mengontrol tumpahan minyak

Disusun : Jali Samsumar,S.St.Pi Tanggal : 5 September 2007

Edisi Revisi : A Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009 Halaman 13 dari 13

You might also like