You are on page 1of 10

FEBRIS A.

Pengertian Demam Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000) B. Etiologi Demam Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. C. Manifestasi klinis Tanda dan gejala demam antara lain : 1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C) 2. Kulit kemerahan 3. Hangat pada sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil

6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan D. Patofisiologi Demam Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point. (Julia, 2000) Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang

menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003) Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush. Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999) E. Patways. F. Penatalaksanaan Demam 1. Secara Fisik a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu. b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen

ke otak yang akan berakibat rusaknya sel sel otak. e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya. f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan). h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suamsuam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh. 2. Obat-obatan Antipiretik Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga

set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. I. DEFINISI, KLASIFIKASI DAN POLA DEMAM 1.1. Definisi International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host. El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam o adalah peningkatan suhu tubuh 1 C atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahan set point ini, terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan 1,2 memproduksi panas. Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal). Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 06.00 dan tertinggi pada awal malam hari pukul 16.00 18.00. Kurva demam 1,2 biasanya juga mengikuti pola diurnal ini. Suhu tubuh juga dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan suhu udara ambien. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi 3,4 tergantung pada tempat pengukuran (Tabel 1).

Tempat pengukuran Aksila

Jenis termometer Air raksa, elektronik Air raksa, elektronik Air raksa, elektronik

Rentang; rerata o suhu normal ( C) 34,7 37,3; 36,4 35,5 37,5; 36,6

Demam ( C) 37,4
o

Sublingual

37,6

Rektal

36,6 37,9; 37

38

Telinga

Emisi infra merah

35,7 37,5; 36,6

37,6

Suhu rektal normal 0,27 0,38 C (0,5 0,7 F) lebih tinggi dari suhu oral. o o 5 Suhu aksila kurang lebih 0,55 C (1 F) lebih rendah dari suhu oral. Untuk kepentingan klinis praktis, pasien dianggap demam bila suhu rektal o o o mencapai 38 C, suhu oral 37,6 C, suhu aksila 37,4 C, atau suhu membran o 1 tympani mencapai 37,6 C. Hiperpireksia merupakan istilah pada demam o o 5 yang digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,1 C (106 F). Pola demam Demam memiliki pola-pola tertentu. Dari pola-pola demam ini bisa diketahui kemungkinan suatu penyakit yang diderita. Informasi tentang pola demam yang terjadi pada anak sangat bermanfaat untuk menjadi petunjuk diagnosis dokter yang merawatnya. Ada beberapa pola demam yang dikenal dalam literatur medis, yaitu:

Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Demam kontinyu Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh terus menerus dan menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 derajat Celcius selama periode 24 jam. Demam septik Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar. Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga di atas normal, sering disertai menggigil dan berkeringat. Demam remitten Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal. Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya tidak sebesar demam septik. Demam intermiten Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari. Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan demam disebut kuartana. Demam quotidian Demam quotidian disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap hari. Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam). Demam rekuren Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel. Relapsing fever dan demam periodik Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang

dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4). Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF). Berikut adalah pola-pola demam dan penyakit yang menyertainya. Pola Demam Kontinyu Remitten Intermitten Septik atau Hektik Quotidian Double quotidian Penyakit Demam tifoid, malaria falciparum malignan Sebagian besar penyakit virus dan bakteri Malaria, limfoma, endokarditis Penyakit kawasaki, infeksi pyogenik Malaria karena P. Vivax Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin) Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis Familial mediterranean fever

Relapsing atau periodik Demam rekuren

Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal o 0,4 C selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.

Gambar 3. Demam intermiten Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif) Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak o mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5 C per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi. Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar. Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap hari. Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)

Gambar 4. Demam quotidian Gambar 2. Demam remiten Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis. Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.

Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas. Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel. Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa). Relapsing fever dan demam periodik: o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.

Gambar 5. Pola demam malaria

Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).

Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing) Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-tiba berlangsung selama 3 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai o o 40,6 C pada tick-borne fever dan 39,5 C pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala, nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering ditemukan setelah mengobati pasien syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus leptospirosis, Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan dan fatigue sampai reaksi anafilaktik full-blown.

Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis. Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang berlangsung 3 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia hemolitik.

Tabel 3. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek pediatrik Lama demam pada umumnya <1 minggu

Klasifikasi Demam dengan localizing signs Demam tanpa localizing signs

Penyebab tersering

Infeksi saluran nafas atas

Infeksi virus, infeksi saluran kemih Infeksi, juvenile idiopathic arthritis

<1minggu

Fever of unknown origin

>1 minggu

Tabel 4. Definisi istilah yang digunakan Istilah Demam dengan localization Definisi Penyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat didiagnosis setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik Penyakit demam akut tanpa penyebab demam yang jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik Kontak mata tidak ada atau buruk, tidak ada interaksi dengan pemeriksa atau orang tua, tidak tertarik dengan sekitarnya

Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola PelEbstein).

1.3. Klasifikasi demam Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis 2 masalah. Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas 7 akut, subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa localizing signs. Tabel 3. dan Tabel 4. memperlihatkan tiga kelompok utama demam yang 1 ditemukan di praktek pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan. Demam tanpa localization

Letargi

Toxic appearance

Gejala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk, cyanosis, hipo atau hiperventilasi Menandakan penyakit yang serius, yang dapat mengancam jiwa. Contohnya adalah meningitis, sepsis, infeksi tulang dan sendi, enteritis, infeksi saluran kemih, pneumonia Bakteremia menunjukkan adanya bakteri dalam darah, dibuktikan dengan biakan darah yang positif, septikemia menunjukkan adanya invasi bakteri ke jaringan, menyebabkan hipoperfusi jaringan dan disfungsi organ

Kelompok Infeksi saluran nafas atas Pulmonal Gastrointestinal Sistem saraf pusat Eksantem Kolagen Neoplasma

Penyakit ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika Bronkiolitis, pneumonia Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis Meningitis, encephalitis Campak, cacar air Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki Leukemia, lymphoma Kala azar, cickle cell anemia

Infeksi bakteri serius

Bakteremia dan septikemia

Demam dengan localizing signs

Tropis

Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada pada kategori ini (Tabel 5.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan 1 pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.

Demam tanpa localizing signs

Tabel 5. Penyebab utama demam karena penyakit localized signs

Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Tabel 6. 1 menunjukan penyebab paling sering kelompok ini. Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36 6 bulan.

Tabel 6. Penyebab umum demam tanpa localizing signs

Penyebab Infeksi

Contoh Bakteremia/sepsis Sebagian besar virus (HH-6) Infeksi saluran kemih Malaria

Petunjuk diagnosis Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis Tampak baik, CRP normal, leukosit normal Dipstik urine Di daerah malaria

Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah 1 investigasi 1 minggu di rumah sakit.

Jenis Demam Berdasarkan penyebabnya demam dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu demam infeksi, demam noninfeksi, dan demam fisiologis. Berikut uraian ketiga jenis demam tersebut. Demam infeksi Demam infeksi adalah demam yang disebabkan karena adanya infeksi, yaitu masuknya kuman, bakteri, virus atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya mengakibatkan demam pada anak balita antara lain: Tetanus; Mumps atau parotitis epidemic, Morbili atau Measles atau Rubella, Demam Berdarah, TBC, Batuk Rejan. Demam karena infeksi ini dibedakan menjadi demam karena infeksi virus dan demam karena infeksi bakteri. Pada umumnya, demam pada bayi anak sering disebabkan oleh infeksi virus. Misalnya demam yang disertai sariawan, ruam cacar, atau ruam lainnya yang mudah dikenali, virus sebagai penyebab demam dapat segera disimpulkan tanpa membutuhkan pemeriksaan khusus. Demam ringan juga dapat ditemukan pada anak dengan batuk pilek, dengan rinovirus salah satu penyebab terseringnya. Virus lain yang bisa menyebabkan demam pada anak adalah virus rotavirus yang menimbulkan enteritis atau peradangan saluran cerna. Sementara itu, demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada anak salah satunya yang paling sering ditemukan adalah infeksi saluran

PUO (persistent pyrexia of unknown origin) atau FUO Pasca vaksinasi

Juvenile idiopathic arthritis

Pre-articular, ruam, splenomegali, antinuclear factor tinggi, CRP tinggi

1.

Vaksinasi triple, campak

Waktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinasi Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi

Drug fever

Sebagian besar obat

Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)

kemik (ISK). Umumnya tidak disertai dengan gejala lainnya. Resiko paling besar dimiliki bayi yang berusia di bawah 6 bulan. Infeksi bakteri yang lebih serius seperti pneumonia atau meningitis (infeksi selaput otak) juga dapat menimbulkan gejala demam. Namun persentasenya tidaklah besar. Dari bayi di atas 3 bulan dan anak 1-3 tahun dengan demam lebih dari 39 derajat celcius, hanya 2 persennya saja yang bakterinya sudah memasuki peredaran darah. Usia yang menuntut kewaspadaan tinggi bagi orang tua adalah usia di bawah 3 bulan. Bayi harus menjalani pemeriksaan yang lebih teliti karena 10 perseennya dapat mengalami infeksi bakteri yang serius (IBS). Yang dimaksud infeksi bakteri serius adalah meningitis, bakterimia, infeksi saluran kemih, pneumonia, infeksi tulang dan sendi, dan gastroenteritis. Berikut adalah tabel berisi panduan bagi orang tua guna mengetahui bayi di bawah usia12 bulan mengalami infeksi bakteri serius atau tidak. Penilaian Tangisan Stimulasi Kewaspadaan Warna kulit Pernafasan Respon Keinginan bermain Minum/makan Kontak mata 2. Non IBS Kuat Respon cepat dan kuat Waspada Pink Normal Senyum Ada Baik Ada IBS Lemah, high pitch cry Respon lambat Mengantuk Pucat, lembab Takipnea, grunting Tidak ada senyum dull face Tidak ada Tidak tertarik Tidak ada

3.

darah, tumor, atau adanya penyakit autoimun seseorang seperti rematik, lupus, dan lain-lain. Demam fisiologis Demam fisiologis adalah demam yang bukan disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri, juga bukan disebabkan hal-hal yang sifatnya turunan. Demam fisiologis seperti kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara yang terlalu panas, dan lain-lain. Demam jenis ini yang tidak memerlukan pengobatan, dan umumnya jarang melebihi 38C.

Demam non-infeksi Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh: demam karena penyakit berat seperti leukimia atau kanker

10

You might also like