You are on page 1of 26

BAB III PEMBAHASAN 3.1.

Power (Tenaga/Kekuatan) Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu. 3.1.1. His (Kontraksi Uterus) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his. His dibedakan menjadi: 1. His Pendahuluan atau His Palsu (False Labor Pains) Merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His

pendahuluan ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri perut bagian bawah pada lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila ibu berjalan, bahkan semakin berkurang. His pendahuluan tidak berpengaruh pada serviks. 2. His Persalinan Walaupun his merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri. Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita, yang ditentukan oleh kondisi jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan; namun dapat dipengaruhi dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan.

14

Sifat HIS:
a. His adalah kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan

b. His yang efektif: Kontraksi otot rahim di mulai dari daerah tuba dan ligamentum rotundum kemudian menjalar ke seluruh bagian uterus. Gelombang kontraksi simetris dan terkoordinasi. Di dominasi oleh fundus kemudian menjalar ke seluruh otot rahim. Kekuatannya seperti mekanisme memeras isi rahim. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan terjadi pembentukan segmen bawah rahim. c. Amplitudo Kekuatan his di ukur dengan mmHg dan menimbulkan naiknya tekanan intrauterus sampai 35 mmHg. Cepat mencapai puncak kekuatan dan di ikuti relaksasi yang tidak lengkap, sehingga kekuatannya tidak mencapai 0 mmHg. d. Setelah otot rahim mengalami retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah berkontraksi tidak akan kembali lagi ke panjang semula. e. Frekuensi, yaitu jumlah terjadinya his selama 10 menit.

15

f. Durasi his, yaitu lamanya his yang terjadi setiap saat di ukur dengan detik. g. Interval his, yaitu tenggang waktu antara kedua his. Pada permulaan persalinan his, timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran (kala II) muncul sekali dalam 2 menit. h. Kekuatan his, yaitu perkalian antara amplitudo dengan frekuensi yang di tetapkan dengan satuan unit montevideo. Rumus: Kekuatan his (unit mentevideo) = amplitudi (mmHg) x frekuensi his

Tiap fase persalinan mempunyai ciri kontraksi yang khas, dan karakteristik ini di jadikan sebagai salah satu data klinis pada saat melakukan asuhan kepada pasien. Ciri atau karakter his yang di maksud adalah: 1. Saat hamil Akibat adanya perubahan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron, terjadi kontraksi otot rahim dengan sifat yang tidak teratur dan tidak nyeri. Kekuatan dari kontraksi ini masih rendah yaitu 5 mmHg, muncul mulai kehamilan trimester II tepatnya mulai minggu ke-30. Kontaksi ini di sebut braxton hicks, dan akan menjadi his dalam persalinan. 2. Saat persalinan kala I Karakteristik dari kontraksi uterus pada kala I: a. Kontraksi bersifat simetris

16

b. Fundal dominan, artinya bagian fundus uterus berfungsi sebagai pusat dan mempunyai kekuatan paling besar. c. Involunter, maksudnya tidak dapat di kendalikan oleh pasien. d. Kontraksi bersifat terkoordinasi, artinya arah kekuatan terkoordinasi mulai dari pusat his. e. Intervalnya makin lama makin pendek f. Kekuatannya makin lama makin besar dan pada kala II di ikuti dengan keinginan untuk meneran.
g. Di ikuti dengan retraksi, artinya otot rahim yang telah

berkontraksi tidak akan kembali lagi ke panjang semula. h. Setiap kontraksi di mulai dari pacemaker yang terletak di sekitar insersi tuba, dengan arah penjalaran ke daerah serviks uterus dengan kecepatan 2 cm/detik. Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks semakin berkurang menyebabkan serviks menjadi pasif, sehingga terjadi regangan (penipisan) seolah-olah janin terdorong ke arah jalan lahir. Bagian rahim yang berkontraksi dengan yang menipis dapat di raba atau terlihat, tetapi tidak melebihi batas setengah pusat-simfisis. 3. Saat persalinan kala II Kekuatan his pada akhir kala I atau awal kala II mempunyai amplitudo 60 mmHg, yang berarti lebih kuat dari kekuatan sebelumnya. Kekuatan his dan meneran mendorong janin ke bawah dan menimbulkan keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan his menimbulkan faksi dalam, penurunan bagian terendah akan menekan serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser yang menyebabkan refleks untuk meneran.

17

Kedua kekuatan ini seanjutnya mampu mendorong janin ke bawah sehingga terjadilah pembukaan pintu jalan lahir oleh janin, penipisan perinium, dan akhirnya ekspulsi kepala berturut-turut sehingga lahirlah ubun-ubun besar, dahi, muka dan kepala seluruhnya. 4. Saat persalinan kala III Setelah istirahat selama 8-10 menit, rahim berkontraksi kembali untuk melepaskan plasenta dari dinding rahim. Pelepasan plasenta dapat di mulai dari pinggir, tengah, atau kombinasi dari keduanya. 5. Saat persalinan kala IV Saat plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat. Kontraksi ini tidak di ikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus, maka terjadi penghentian pengeluaran darah pasca persalinan. Untuk mengefektifkan his, diberikan obat uterotonika sesaat setelah bayi lahir.

Perubahan-perubahan akibat his:


1. Pada uterus dan servik

18

Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
2. Pada ibu

Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin

Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 160 per menit, tidak teratur. 3.1.2. Tenaga Meneran Tenaga meneran pasien akan semakin menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janin akan semakin terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin meningkat ketika pasien dalam posisi yang nyaman, misalnya setengah duduk, jongkok, berdiri, atau miring ke kiri. Ada dua cara meneran: 1. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit di angkat, sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia dapat melihat perutnya. 2. Sikap seperti di atas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan, tergantung pada letak punggung anak. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik di lakukan bila

19

putaran paksi dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi kanan wanita tersebut. 3.2. Passage Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun janin lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin lahir berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

Anatomi jalan lahir, terdiri atas : 1. Jalan lahir keras/pelvis/panggul


a.

Os. Coxae

1) Os illium / tulang usus -

Ukurannya Sebagaimana

terbesar batas

dibanding dinding

panggul atas dan

lainnya. belakang

panggul/pelvis.
-

Pinggir atas os illium yang tumpul dan menebal : crista iliaka.

20

Bagian terdepan crista iliaka : spina iliaka anterior superior (SIAS) dan beberapa cm dibawahnya menonjol : spina iliaka anterior inferior (SIAI).

Bagian paling belakang dari crista iliaka posterior inferior (SIPI).

Lengkungan dibawah SIPI dinamakan incisura ischiadika mayor.

Pada sisi dalam os ilium merupakan batas atas antara panggul mayor dan panggul minor dinamakan linea innominata/linea terminalis.

2) Os. Ischium -

Posisi os ischium terletak dibawah os ilium, pada bagian belakang terdapat cuat duri dinamakan spina ischiadika.

Lengkungan dibawah spina ischiadika dinamakan incisura ischiadika minor.

Pada bagian bawah menebal, sebagai penopang tubuh saat duduk dinamakan tuber ischiadikum.

3) Os. Pubis -

Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu foramen obturatorium. Fungsi didalam persalinan belum diketahui secara pasti.

Diatas foramen obturatorium dibatasi oleh sebuah tangkai dari os pubis yang menggabungkan dengan os ischium disebut ramus superior ossis pubis, sedang dinding baawah foramen dibatasi oleh ramus superior ossis pubis.

Pada ramus superior ossis pubis kana dan kiri terdapat tulang yang bersisir, dinamakan pecten ossis pubis.

21

Kedua ramus inferior ossis pubis kiri dan kanan membentuk sudut yang disebut arkus pubis. Pada panggul wanita normal sudut ini tidak krang dari 90o.

Pada bagian atas os pubis terdapat tonjolan yang dinamakan tuberkulum pubis.

b.

Os. Sacrum / tulang kelangka Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga diatas dan puncak segitiga pada ujung dibawah. Terdiri lima ruas yang bersatu, terletak diantara os coxae dan merupakan dinding belakang panggul. Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat cuat duri dinamakan crista sakralia. Permukaan depan membentuk cekungan disebut arkus sakralia yang memperlebar luas panggul kecil/pekvis minor. Dengan lumbal ke-5 terdapat artikulasio lumbosacralis. Bagian depan paling atas dari tulang sakrum dinamakan promontorium, dimana bagian ini bila dapat teraba pada waktu periksa dalam, berarti ada kesempitan panggul.

c. -

Os. Coccygis Dibentuk oleh 3-5 ruas tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan bentuk segitiga.
-

Pada kehamilan tahap akhir, koksigeum dapat bergerak (kecuali jika struktur tersebut patah).

2. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen a. Pintu Panggul

22

1) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh

promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.


2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,

disebut midlet
3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,

disebut outlet
4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara

inlet dan outlet.


b. Sumbu Panggul

Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan (sumbu Carus)
c. Bidang-bidang :

1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian

atas symphisis dan promontorium


2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir

bawah symphisis.
3) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina

ischiadika kanan dan kiri.


4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os

coccygis
d. Stasion bagian presentasi atau derajat penurunan :

23

1) Stasion 0 : sejajar spina ischiadica 2) 1 cm di atas spina ischiadica disebut Stasion 1 dan seterusnya

sampai Stasion 5
3) - 1 cm di bawah spina ischiadica disebut stasion -1 dan

seterusnya sampai Stasion-5


e. Ukuran-ukuran panggul 1. Ukuran luar panggul :

Distansia spinarum : jarak antara kedua spina illiaka

anterior superior : 24 26 cm

Distansia cristarum : jarak antara kedua crista illiaka

kanan dan kiri : 28 30 cm


Konjugata externa (Boudeloque) 18 20 cm Lingkaran Panggul 80-90 cm Konjugata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm -

Distansia Tuberum (dipakai Oseander) 10,5 cm.


2. Ukuran dalam panggul :

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea inniminata, dan pinggir atas simfisis pubis
24

konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh

konjugata diagonalis 10,5-11 cm


konjugata transversa 12-13 cm konjugata obliqua 13 cm konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah

simfisis ke promontorium.
3. Ruang tengah panggul : a. b. c.

bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm jarak antar spina ischiadica 11 cm

4. Pintu bawah panggul (outlet) : 1) 2) 3)

ukuran anterio posterior 10-11 cm ukuran melintang 10,5 cm arcus pubis membentuk sudut 900 lebih, pada laki-

laki kurang dari 800 Inklinasi Pelvis (Miring panggul) adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60
5. Jenis Panggul

25

Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok jenis panggul :
1) 2) 3) 4)

Ginekoid Android Antropoid Platipeloid

6. Otot - otot Dasar Panggul

Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus:


a. Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum

(Mackendrot) : Ligamen terpenting untuk mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis.
b. Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum :

Menahan uterus tidak banyak bergerak. Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kananmelalui dinding rektum kearah os sacrum kiri dan kanan.
c. Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round

Ligament) : Ligamen yang menahan uterus dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal kiri dan kanan.
d. Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad

Ligament) : Dari uterus kearah lateral.


e. Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi.

Dari infundibulum ke dinding pelvis.

Tabel perbandingan tipe panggul

26

Bagian Pintu atas

Ginekoid(50

Android(23

Anthropoid (24% wanita) Oval anteroposterior lebih lebar

Platipeloid (3% wanita) Sisi anteroposterior pipih, kiri lebar Pipih Dangkal Lurus Tumpul,terpisa h jauh kanan

% wanita) % wanita) Sedikit lonjong Berbentuk atau sisi kiri hati bersudut dan kanan hati dalam konvergen Menonjol, diameter interspinosa sempit bulat bulat sedang lurus Tumpul,agak jauh terpisah

bentuk kedalama n Dinding tepi Spina iskiadika

oval dalam lurus Menonjol, diameter interspinosa seringkali sempit Sedikit melengkung

sakrum

Dalam, melengkung

Sedikit, melengkung, bagian ujung sering bengkok sempit Sesaria sulit, forsep

Sedikit melengkung

Lengkung subpubis Model persalinan terjadi

lebar Pervaginam

sempit Forsep/spontan dengan posisi r atau oksipito anterior jika oksipitoposteri

Lebar spontan

spontan posisi pervaginam anterior menggunakan

yang biasa oksipito

3.3. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)

Cara penumpang (Passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga

27

dapat juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal. Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Kepala banyak mengalami cedera pada persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin. Pada persalinan, oleh karena tulangtulang masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat menyisip antara tulang satu dengan tulang yang lain (disebut Moulage/molase) sehingga kepala bayi bertambah kecil. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dari janin akan dengan mudah menyusul 3.3.1. Janin a. Ukuran Kepala Janin Ukuran dan sifat kepala janin relatif kaku sehingga mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri atas dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksipital. Tulangtulang ini disatukan oleh sutura membranosa: sagitalis, lamdoidalis, koronaris, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak dipertemuan antar sutura. Saat persalinan dan setelah selaput ketuban pecah, fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin; pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir. Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior. Fontanel yang paling besar (fontanel anterior) berbentuk seperti intan dan terletak pada pertemuan sutura sagitalis, koronaris, dan frontalis; menutup pada usia 18 bulan. Fontanel posterior terletak di pertemuan sutura dua tulang parital dan satu tulang oksipital, berbentuk segitiga, dan menutup pada usia 6-8 minggu. Sutura dan fontanel menjadikan tengkorak bersifat fleksibel, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi. Akan tetapi,

28

karena belum dapat menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih (disebut Molase). Kemampuan tulang untuk saling menggeser memungkinkan kepala bayi beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu.

Tulang Tengkorak (Kranium)

1. Bagian Muka dan Tulang-Tulang Dasar Tengkorak (basis

cranii) Os. Nasalis (tulang hidung) Os. Maksilaris (tulang rahang atas) Os. Mandibularis (tulang tahang bawah) Os. Zygomatik (tulang pipi) 2. Bagian Tengkorak

29

Os. Frontalis (tulang dahi)

Os. Parietalis (tulang ubun-ubun) Os. Temporalis (tulang pelipis)


Os. Oksipitalis (tulang belakang kepala)

3. Sutura

Sutura sagitalis (sela panah) Sutura koronaria (sela mahkota) Sutura lamdoidalis (sela lamda) Sutura frontalis (sela dahi)
4. Ubun-ubun (Fontanel)

Ubun-ubun besar (fontanel mayor) Pertemuan antara sutura sagitalis, sutura frontalis, dan sutura koronaria, berbentuk segi empat panjang. Fontanel ini menutup pada usia bayi 18 bulan. Ubun-ubun kecil (fontanel minor)

30

Pertemuan

antara

sutura

sagitalis

dan

sutura

lamdoidea. Berbentuk segitiga dengan puncak segitiga runcing searah dengan muka janin dan dasar segitiga searah dengan punggung janin. Fontanel ini menutup pada usia 6-8 minggu. 5. Daerah-daerah
Sinsiput (depan kepala)

Verteks (puncak kepala) Oksiput (belakang kepala) 6. Ukuran Diameter

Diameter oksipito-oksipitalis: 12 cm (letak kepala) Diameter mento-oksipitalis: 13 cm 9letak dahi)

Diameter suboksipito-bregmatika: 9.5 cm (LBK) Diameter biparietalis: 9.25 cm Diameter bitemporalis: 8 cm 7. Ukuran Sirkumferensia (Keliling)

31

C. Fronto-oksipitalis: 34 cm

C. Mento-oksipitalis: 35 cm C. Suboksipito-bregmatika: 32 cm 8. Planum (Bidang) Plan. Fronto-oksipitalis: 34 cm Plan. Maksilo-parietalis: 35 cm Plan. Trakeo-parietalis: 234 cm (letak muka) b. Postur Janin dalam Rahim Istilah-istilah yang dipakai untuk kedudukan janin dalam rahim adalah sebagai berikut.
1. Sikap (Attitude=habitus).

32

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengann sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada. Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian lagi akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondidi normal, punggung janin sangat fleksi ke arah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut, disebut fleksi umum. Tangan disilang didepan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat kelahiran. Mesalnya pda presentasi kepala, kepala janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang menyebabkan diameter kepala berada dalam posisi yang tidak menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu. Diameter biparietal adalah diameter lintang terbesar kepala janin. Kepala dalam sikap fleksi sempurna memungkinkan diameter sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki panggul sejati dengan mudah.
2. Letak (lie = situs)

Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada pada sumbu ibu. Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak, yaitu (1) memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu; (2) melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sakrum.
3. Presentasi (presentasion)

33

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di dalam bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, bokong, bahu, dan lain-lain.

4. Bagian terbawah (presenting part)

Sama dengan presentasi , hanya diperjelas istilahnya. Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas

34

panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama ialah kepala (96%); sunsang (3%); dan bahu (1%). Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagian presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.

5. Posisi (position)

Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil kiri depan (UUK), atau kanan belakang. Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum [dagu], sinsiput, puncak kepala yang defleksi/ menengadah) terhadap 4 kuadran panggul ibu. Posisi dinyatakan dengan singkatan yang terdiri atas huruf pertama masing-masing kata kunci; OAKa= posisi Oksipito Anterior Kanan.

35

c. Letak Janin dalam Rahim Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Terdapat dua macam letak janin dalam rahim, yaitu (1) memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin pararel dengan sumbu panjang ibu; (2) melinyang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sakrum. 1. Letak membujur (longitudinal). a) b)
2. 3.

Letak kepala Letak sungsang

Letak lintang (transverse lie) Letak miring (oblique lie)


36

Posisi dan variasi:


1. Letak belakang kepala. 2. Presentasi dahi. 3. Presentasi muka. 4. Presentasi bokong. 5. Letak lintang.

Selama janin dan plasenta berada dalam rahim, belum tentu pertumbuhannnya normal. Adanya kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal seperti berikut: 1. Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus, atau janin makrosomia. 2. Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, dan kelainan oksiput. 3. Kelainan letak janin: letak sungsang, letak lintang, letak mengolak (oblique), presentasi rangka (kepala tangan, kepala kaki, atau kepala tali pusat). Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut; 1. Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya akan lebih mudah lahir. 2. Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat

digerakkan ke segala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam. 3. Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.

37

3.3.2. Stasion

Stasion adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik dari spina ischiadika ibu, stasiun dinyatakan dalam centimeter (cm), yakni di atas atau di bawah spina.

3.3.3. Plasenta Oleh karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal. 3.3.4. Air Ketuban Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptura atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul, penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga disaat terjadinya dilatasi servik atau pelebaran muara dan saluran servik yang terjadi di awal persalinan dapat juga terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh.

38

Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion terdapat likuor amnii/air ketuban. Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000 sampai 1500 cc. Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput janin diatas ostium uteri yang menonjol waktu terjadi his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

39

You might also like