You are on page 1of 10

Kemoterapi (bahasa Inggris: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit.

Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.

Daftar isi

1 Kemoterapi pada Kanker 2 Kemoterapi selain Kanker 3 Lihat pula 4 Referensi 5 Pranala luar

Kemoterapi pada Kanker


Pengobatan kanker dewasa ini hampir selalu melibatkan operasi, penyinaran dan atau kemoterapi. Tujuan kemoterapi pada penyembuhan kanker adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel onkogen (kanker) pada tubuh pasien. Prinsip kerja obatobatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau berkembang dengan cepat, yang diharapkan adalah sel onkogen yang bereplikasi. Obat kemoterami hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalam masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun terkadang sel-sel rambut dan sel-sel yang sedang aktif membelah lainnya dapat terkena dampak obat ini apabila siklus mitosisnya berada dalam target obat-obatan kemoterapi yang sedang digunakan.

Kemoterapi selain Kanker


Dalam penggunaaan selain kanker, istilah ini dapat juga menunjuk ke antibiotik (kemoterapi antibakteri). Dalam artian tersebut, agen kemoterapi modern pertama adalah arsfenamin Paul Ehrlich, sebuah senyawa arsenik yang ditemukan pada 1909 dan digunakan untuk merawat sifilis. Ini kemudian diikuti oleh sulfonamida ditemukan oleh Gerhard Domagk dan penisilin G ditemukan oleh Alexander Fleming. Penggunaan lain dari agen kemoterapi sitostatik adalah perawatan penyakit autoimun dan penekanan transplant rejection (lihat immunosupresi dan DMARD).
CHEMOTHERAPY A.Definisi Khemotherapy atau chemical treatment sering disingkat dengan kata Chemo. Obat ini berguna untuk membunuh sel kanker secara langsung kadang ditujukan sebagai obat Anti Canser atau Antineoplastics. Obat chemo yang lain diantaranya adalah biologic response modifeirs, hormone therapy dan monoclonal antibody yang berbeda-beda dalam mengobati kanker. Saat ini, jenis-jenis obat chemo lebih dari 100 macam, dan masih banyak obat lagi yang sedang dalam penelitian dan pengembangan.

B.Manfaat Chemotherapi digunakan untuk bermacam-macam tujuan, antara lain : Untuk mengobati penyakit kanker tertentu Untuk mengontrol pertumbuhan tumor ketika penyembuhan sudah tidak mungkin Mengecilkan ukuran tumor sebelum operasi atau terapi radiasi Membebaskan dari banyak gejala (antara lain rasa sakit) Menghancurkan sel kanker microscopic yang mungkin masih ada setelah operasi (Disebut sebagai Adjuvant Therapy). Tujuannya untuk menjaga agar kanker tidak kambuh lagi. C.Istilah_Istilah Dalam Chemotherapy. Adjuvant Chemotherapy Diberikan untuk menghancurkan sel-sel microscopic tumor yang mungkin masih ada setelah tumor diangkat melalui operasi . tujuannya agar kanker tidak kambuh. Neoadjuvant Chemotherapy Diberikan sebagai pendahuluan sebelum operasi dilakukan. Bertujuan untuk mengecilkan tumor sehingga area operasi tidak meluas First Line Chemotherapi Chemoterapi yang telah dinyatakan/ditetapkan melalui hasil riset dan uji klinis sebagai obat yang paling baik untuk merawat pasien kaknker. Bisa disebut juga sebagai standart therapy. Second Line Chemotherapy Diberikan apabila tidak ada respon atau kambuh lagi setelah first line chemotherapi. Diharapkan dengan obat-obatan second line ini pengobatannya menjadi efektif. Bisa juga disebut sebagai salvage therapy. Palliative Chemotherapy Tujuan utamanya bukan untuk menghilangkan tumor lagi, tetapi untuk meningkatkan kwalitas hidup pasien, menghilangkan rasa sakit. Biasanya kanker telah mengalami metastase. D.Metode Pemberian Kemoterapi diberikan dengan berbagai cara. Metode pelaksanaan pengobatakn kemoterapi dan dosis yang digunakan ditentukan setepat-tepatnya dari tes percobaan klinis. Kadang getah lambung bisa merusak beberapa zat kimia didalamnya, sehingga mengakibatkan suatu obat tidak bisa diberikan dalam bentuk tablet. Beberapa zat diketahui sebagai obat anti kanker hanya bisa diberikan secara intarvenous (diinfuskan), ada pula yang disuntikkan melalui Inta Muskuar (Otot).

KEMOTERAPI
Introduksi a. Definisi

Kemoterapi adalah adalah pemberian obat anti kanker (sitostatika) yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Tujuan kemoterapi: dapat sebagai terapi kuratif, bagian dari terapi paliatif atau sebagai radiosensitizer. Strategi pemberiannya: dapat sebagai terapi ajuvan, konsolidasi, induksi, intensifikasi, pemeliharaan, neoadjuvan, ataupun paliatif. Cara pemberiannya: dapat secara oral, intra vena, intraarterial, intraperitoneal, atau intrakavitas b. Ruang lingkup 1. 2. 3. 4. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian kemoterapi (pada tumor solid?) Menentukan tujuan terapi Memahami mekanisme dan cara kerja obat kemoterapi Mampu mempersiapkan pemberian kemoterapi sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku 5. Mampu menilai respon pemberian kemoterapi 6. Mampu melakukan monitoring efek samping kemoterapi 7. Mampu menangani komplikasi/efek samping pemberian kemoterapi c. Indikasi Adjuvan: kanker stadium awal atau stadium lanjut lokal setelah pembedahan Neoadjuvan (induction chemotherapy): kanker stadium lanjut lokal Paliatif: kanker stadium lanjut jauh Sensitisizer: bersama-sama dengan radioterapi d. Kontra indikasi

Status performance yang jelek Komorbiditas yang berat

e. Pemeriksaan penunjang Mandatory:


Diagnosa keganasan harus sudah confirmed (tripple diagnostic) yang terdiri dari: pemeriksaan fisik, imaging dan patologi atau sitologi. Penentuan stadium: foto toraks, USG abdomen, mamografi kontralateral, bone scan dan lain-lain sesuai dengan jenis kankernya Laboratorium dasar: DL, SGOT, SGPT, BUN, S.C Tinggi dan berat badan: mengukur luas permukaan tubuh.

Optional:

clearance creatinin, EKG ataupun ekokardiografi, asam urat, serum elektrolit, tumor marker Prosedur Pemberian Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya adalah sama dengan pemberian obat-obatan yang lain yaitu terdiri dari:

Persiapan penderita Persiapan pemberian obat Penilaian respon Monitor efek samping dan penanganannya.

Persiapan penderita terdiri dari: persiapan penderita dan keluarga, aspek onkologis dan aspek medis Persiapan penderita: 1. Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan penyakitnya 2. Penjelasan mengenai macam obatnya, jadwal pemberian dan persiapan yang diperlukan setiap siklus obat kemoterapi diberikan 3. Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita 4. (Penjelasan mengenai harga obat) 5. Informed consent Aspek onkologis: 1. Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (tumor diukur dengan kaliper atau penggaris), radiologis dan patologis (triple diagnostic), kalau memungkinkan diperiksakan juga tumor marker 2. Tentukan stadium (klinis, imaging) 3. Tentukan tujuan terapi (neoadjuvant, adjuvant, terapeutik, paliatif) 4. Tentukan regimen kombinasi kemoterapi, dosis dan prosedur pemberiannya Aspek medis: 1. Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang dapat mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain. 2. Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit tersebut di atas (klinis, imaging dan laboratorium). Pemeriksaan laboratorium terdiri dari darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah puasa dan 2 jam pp (sesuai indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) atau kalau perlu ekokardiografi. Bila fasilitas ada, dapat diperiksakan tumor marker CEA, Ca15-3 yang akan dipakai sebagai data dasar dan kelak dapat digunakan dalam follow up terapi. Pada pemberian kemoterapi siklus berikutnya, bila tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik cukup diperiksakan darah lengkap saja. (HB, lekosit, trombosit, netrofil) 3. Penentuan status performance (Karnoffsky atau ECOG) Pemberian Kemoterapi (drug administration)

Keamanan penanganan obat onkologi merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan personel dokter, perawat, farmasis, penderita, gudang/distribusi 1. Persiapan obat: (kemoterapi dan obat emergency dan extravasation kit)

Dosis: Bila tak ada ketentuan spesifik dari data tersebut dosis ditentukan dengan menggunakan luas permukaan tubuh (body surface area=BSA) yang diketahui dengan mengukur TB dan BB. Storage dan Stability: Baca petunjuk mengenai storage dan stability masing-masing obat sehingga kondisi obat dalam keadaan baik. Obat yang tidak mengandung preservasi setelah dibuka/dilarutkan (oplos) harus segera dibuang dalam waktu 8-24 jam. Preparasi (pelarutan)

Pelarut untuk masing masing obat biasanya disebutkan dalam penjelasan pemakaian masing masing obat. Kadang kadang ada pelarut yang incompatible terhadap obat obat tertentu. Secara umum pelarut yang biasa dipakai adalah: Dextrose 5% atau NaCL fisiologis Pelarutan/preparation dilakukan dalam tempat tertentu dan dilakukan oleh petugas (dokter, perawat) atau pharmacist yang terlatih. 2. Persiapan provider - Memakai gaun yang khusus atau schort - Memakai masker yang disposibel - Memakai handschoen karet - Memakai topi pelindung kepala - Memakai kaca mata pelindung terhadap percikan obat, tanpa menghalangi lapangan penglihatan.(kaca goggle) - Well trained. 3. Persiapan peralatan dan cairan - Jarum suntik yang halus, abbocath/surflo No 20/22 - Spuit disposabel 5 cc, 20 cc, 30 cc - Infus set, pada obat golongan taxan telah dipakai infus set khusus - Larutan Nacl 0,9% 100 cc, NaCl 0,9% 500 cc dan Aquadest 25 cc - Syringe pump (kalau ada) - Alas penyuntikan, untuk menghindari kontak obat dengan sprei tempat tidur. 4. Penyuntikan

- Teliti protokol kemoterapi yang akan diberikan. - Cek apakah informed consent sudah ada. - Pilih vena yang paling distal dan lurus ( biasanya meta carpal bagian dorsal) dan kontralateral dari kankernya. Dipastikan tidak terjadi ekstravasasi dengan memasang infus dan drip cepat. - Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas obat sitostatika dimasukkan dalam kantong plastik dan diikat serta dimasukkan dalam sampah medis khusus. - Buat catatan pada rekaman medik penderita, catat semua tindakan. Penilaian Respon atau Treatment Outcome: Penilaian respon kemoterapi meliputi: 1. Penilaian respon obyektif 2. Penilaian respon subyektif 3. (Survival) Penilaian respon obyektif terdiri dari: 1. Ukuran tumor 2. Tumor marker 3. Objective qualitative : perubahan gejala klinis misal pada tumor otak gejala neurologis Respon dapat dinilai menggunakan petunjuk dari buku who handbook for reporting results of cancer treatment Measurable disease:

Complete response: tumor menghilang yang ditentukan oleh 2 orang observer < 4 minggu Partial response: ukuran total tumor mengecil > 50% yang ditentukan oleh 2 observer < 4 minggu dan tidak ditemukan adanya lesi yang baru. No Change: ukuran total tumor mengecil < 50 % atau ditemukan peningkatan ukuran tumor > 25% Progressive disease: didapatkan peningkatan > 25% ukuran tumor atau adanya lesi baru

Pada pemberian neoadjuvant chemotherapy, setiap akan memberikan kemoterapi siklus berikutnya dilakukan pengukuran tumor primernya dan setelah pemberian siklus ke 3, dilakukan penilaian respon terapi dan operabilitasnya. Bila didapatkan respon parsial dan menjadi operable, maka dilanjutkan dengan operasi. Bila respon terapi menunjukkan no change atau tidak operabel, maka dilanjutkan dengan radioterapi atau kombinasi kemoterapinya ditingkatkan menjadi second line chemotherapy. Penilaian respon subyektif:

Status performance : Karnoffsky, ECOG Monitor Efek Samping Obat (follow up efek toksik)

Selama kemoterapi:

- reaksi alergi: ringan,sedang, berat - ekstravasasi obat - mual, muntah


Paska kemoterapi dini: mual, muntah, dehidrasi, stomatitis, hematologis (anemi, lekopeni, trombositopeni) dan lain-lain. Late effect: hematologis (anemi, lekopeni, trombositopeni), cardiotoxicity, neurotoxicity, nephrotoxicity, alopecia Pemeriksaan DL 1 minggu paska kemoterapi untuk mengetahui adanya efek samping hematologi (neutropeni, lekopeni, anemi) dan memberikan terapi yang sesuai agar saat kemoterapi berikutnya dapat sesuai dengan jadwal.

Penanganan efek samping Prinsip penanganan efek samping adalah: 1. Antisipasi dan prevensi 2. Monitor efek samping yang berhubungan dengan dosis 3. Early treatment dari efek samping Efek samping yang sering memerlukan intervensi adalah efek samping hematologis. Anemi dapat diberikan human recombinant erythropoietin atau transfusi PRC, netropeni diberikan GcSF sedang trombositopeni diberikan TC. Pada severe netropeni atau febrile neutropenia penderita dirawat di ruang isolasi dengan memberikan tambahan antibiotika profilaksis dan anti jamur Teknik pemberian kemoterapi Persiapan alat-alat kesehatan, obat kemoterapi dan obat-obat emergency 1. Persiapan provider 2. Pemberian di awali premedikasi dengan injeksi deksametason 10-20 mg/iv (berperan sebagai antiemetik) , cimetidin 300 mg/ranitidin 50 mg dan ondansetron 8mg/tropisetron 5 mg/granisetron 3 mg. Obat-obat kemoterapi dimasukkan sesuai dengan jenis keganasan dan protokol pemberiannya.
http://www.slideshare.net/roywidhie/kemoterapi#btnNext

Obat-obatan Kemoterapi yang umum digunakan a. Kanker Payudara

Pada kasus kanker payudara, obat-obatan kemoterapi biasanya diberikan dalam bentuk cocktailperpaduan beberapa obat, seperti: AC: Antrasiklin & Cyclophosphamide TC: Taxanes & Cyclophosphamide AC+Taxol : Antrasilin, Cyclophosphamide dan Taxol AC biasa diberikan untuk kasus kanker payudara yang belum menyebar ke kelenjar getah bening (4 siklus) atau sudah menyebar ke getah bening (6 siklus). Biasanya diberikan dalam interval 3 minggu. TC biasanya diberikan untuk wanita yang terdeteksi kanker payudara stadium awal. Biasa diberikan dalam 4-6 siklus setiap 3 minggu. Efek sampingnya juga lebih rendah daripada AC. AC+Taxol biasa diberikan dalam bentuk 4 siklus AC yang diikuti oleh 4 siklus Taxol dan biasanya diberikan untuk kanker payudara yang sudah menyebar ke getah bening. b. Kanker Serviks

Kemoterapi biasanya merupakan standard pengobatan kanker serviks yang sudah menyebar. Obat kemo yang paling sering digunakan adalah Cisplatin, yang biasanya dibarengi dengan radioterapi. Ada obat-obatan kemoterapi lainnya, seperti: - Carboplatin - Paclitaxel - Fluororacil, 5-FU - Cyclophosphamide - ifosfamide c. Kanker Hati

Pada kasus kanker hati stadium lanjut, biasanya penggunaan obat-obatan kemoterapi terbatas manfaatnya karena kebanyakan kasus kanker hati stadium lanjut cukup resistant terhadap banyak obat kemoterapi. Namun demikian, kemoterapi dapat digunakan pada kasus kanker hati stadium awal. Berikut ini adalah obat-obatan kemoterapi yang umum digunakan di negara maju untuk mengobati kanker hati (hepatocellular carcinoma):

Negara Eropa Amerika Serikat Jepang Cina

Urutan Pertama Gemcitabine Gemcitabine Epirubicin Fluororacil

Urutan Kedua Oxaliplatin Bevacizumab Gemcitabine Pirarubicin

Urutan Ketiga Mitomycin Fluororacil Mitomycin Oxaliplatin

d.

Kanker Paru

Pada kasus kanker paru stadium awal, kemoterapi dianggap cukup efektif dan biasanya dibarengi dengan pengobatan lainnya, seperti: operasi/pembedahan dan/atau radioterapi.

Untuk kasus kanker paru stadium lanjut (NSCLC), kemoterapi biasanya menjadi opsi utama pengobatan untuk jenis kanker paru yang sudah menyebar ataupun ukurannya terlalu besar untuk dioperasi. Sejak tahun 2006, untuk kasus kasus kanker paru stadium lanjut, biasanya diobati dengan kombinasi obat target terapi bevacizumab (Avastin) dengan obat kemo berbasis platinum, seperti: Carboplatin ataupun Cisplatin. e. Leukemia

Kemoterapi biasanya merupakan terapi utama untuk mengobati leukemia, karena tidak dapat dioperasi. Untuk mengobati leukemia, diperlukan kemoterapi yang intensif dan pasien biasanya perlu rawat inap di rumah sakit. Beberapa protocol regimen yang umum digunakan untuk mengobati kasus leukemia akut adalah: - daunomycin (Cerubidine) atau idarubicin (Idamycin) - cytarabine (Cytosar) Untuk kasus leukimia akut stadium lanjut, biasanya diobati dengan transplantasi sum-sum tulang, ataupun radioimunoterapi dan adoptive T-cell terapi

Efek Samping Anda tidak akan mengalami atau hanya mengalami sedikit efek samping. Namun, Anda sebaiknya mengetahui konsekuensinya agar dapat memberi tahu tim medis saat Anda mengalami hal ini. - Mual dan muntah Obat kemoterapi dapat menimbulkan mual dan muntah. Namun, ini biasanya dapat dikendalikan dengan obat antimabuk baru dalam bentuk suntikan atau tablet. Anda akan diberi obat ini sebelum menjalani kemoterapi untuk menghindari mabuk sejak dini. - Mudah lelah Mudah lelah adalah salah satu efek samping kemoterapi yang paling sering dijumpai, walaupun kita tak mengerti penyebabnya dengan jelas. Jika penyebabnya anemia, transfuse darah dapat digunakan untuk mengoreksi gangguan. - Rambut rontok (alopesia) Rambut rontok adalah efek kemoterapi terhadap sel folikel rambut yang membelah sangat cepat, tapi banyak pasien tidak mengalami rambut rontok sama sekali. Jika ini memang timbul, sifatnya hanya sementara dan rambut Anda akan tumbuh kembali saat kemoterapi telah selesai.

Banyak orang merasa terbantu oleh rambut palsu dan Anda sebaiknya mencari rambut palsu secepatnya, agar rambut Anda dapat dicocokkan. Pendinginan kulit kepala memperlambat aliran darah ke kulit kepala dan dapat menghentikan kemoterapi mencapai folikel rambut. Tanyakan tim medis mengenai ini. Efek Samping Jangka Panjang - Sterilitas Agen kemoterapi dapat mempengaruhi fertilitas, walaupun hanya sementara. Wanita mungkin berhenti mendapat haid. Kemoterapi diketahui menimbulkan sterilitas permanen, walaupun jarang dijumpai. - Jumlah sel darah putih yang rendah Jika jumlah sel darah putih menurun (netropenia) yang merupakan efek samping umum kemoterapi, risiko Anda terkena infeksi semakin besar. Perhatikan tanda-tanda infeksi dan beri tahu dokter jika Anda mengalami gejala ini: Demam dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius, menggigil dan berkeringat, luka dan tukak mulut, batuk dan nyeri tenggorokan, kemerahan dan bengkak di sekitar luka pada kulit, tinja cair/diare, sistitis atau sensasi terbakar selama buang air kecil, keluarnya cairan dari Miss V atau gatal tidak wajar

You might also like