You are on page 1of 3

Skenario Pembelajaran Di sebuah ruang kelas V SD, terlihat seorang guru yang sedang memberikan materi pelajaran kepada

para siswanya. Guru tersebut bernama Bu Mira. Bu Guru: Selamat pagi, anak-anak! Murid : Selamat pagi, Bu! Bu Guru: Sudah sarapan semuanya? Murid : Sudah, Bu! Bu Guru: Wah semangat-semangat sekali ya murid-murid Ibu. Siap untuk belajar hari ini? Murid : Siap, Bu! Bu Guru: Hari ini kita akan belajar (Bahasa Indonesia) mendiskusikan konflik yang ada dalam sebuah cerita yang berjudul Cici dan Sahabatnya. Sebelumnya Ibu akan membacakan ceritanya, setelah itu kalian mendiskusikan konflik apa saja yang terjadi di dalam cerita dan bagaimana cara penyelesaiannya. Mengerti anak-anak? Murid : Mengerti, Bu! (Guru membacakan cerita yang berjudul Cici dan Sahabatnya) Bu Guru: Sekarang kalian diskusikan konflik yang terdapat dalam cerita tadi dan bagaimana cara penyelasaiannya. (10 menit kemudian) Bu Guru: Baik sekarang Ibu bertanya kepada kalian, siapa yang mau mengutarakan pendapatnya mengenai konflik yang ada dalam cerita Cici dan Sahabatnya? : (Sambil mengacungkan tangan) Saya, Bu!

Mukhlis

Bu Guru: Iya Mukhlis, silahkan utarakan pendapatmu! Mukhlis: Seorang gadis kecil yang berasal dari keluarga kaya tidak malu bersahabat dengan anak yang hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Itulah konflik ceritanya, Bu. Bu Guru: Bagus sekali jawaban kamu, Mukhlis. Siapa lagi yang mau mengutarakan pendapatnya mengenai konflik cerita tadi?

Nurul : Saya, Bu! Bu Guru: Silahkan Nurul! Nurul : Konflik yang terjadi dalam cerita yaitu meskipun adik-adiknya Ami hanya makan nasi dengan sepotong kerupuk tetapi adik-adiknya Ami yaitu Eri dan Ida membayangkan bahwa sepotong kerupuk yang dimakannya itu sebagai lauknya seperti ayam kentaki dan semur daging.

Bu Guru: Wah jawabanmu tidak kalah bagus dengan Mukhlis, Nurul. Coba sekarang Nabiila, masih adakah konflik lain yang terjadi dalam cerita? Nabiila : Ada, Bu. Pada saat Cici menyusuri gang sempit dan kotor waktu diajak bermain ke rumah Ami. Keadaan rumah Ami yang hanya berdinding papan dan triplek yang dipaku asal jadi dan dinding didalamnya hanya ditempeli Koran-koran bekas agar angin tidak masuk melalui celah-celah dinding serta lantai rumahnya yang hanya beralaskan karpet bekas yang tidak satu motif, Cici tercengang melihat keadaan tersebut. Bu Guru: Bagus sekali jawabanmu, Nabiila! Sekarang Ibu ingin bertanya kepada Herlina. Jika kamu berada di posisi Cici, apa yang kamu rasakan pada saat mengetahui keadaan temanmu dalam kondisi serba kekurangan? Herlina : Saya merasa iba dan terharu melihat keadaan Ami dan adik-adiknya, ingin rasanya membantu orang-orang seperti Ami dan adik-adiknya.

Bu Guru: Iya, betul sekali. Mudah-mudahan kita bisa membantu orang-orang seperti Ami dan adik-adiknya, Amiin. Sekarang jika kalian berada di posisi Eri, apa yang kalian rasakan? Siapa yang mau mengutarakannya lagi? Winda : Saya, Bu! Bu Guru: Ya Winda, bagaimana pendapatmu? Winda : Saya akan tetap mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan kepada saya, meskipun keadaan kami serba kekurangan asalkan saya dan adik-adik masih bisa makan. Bu Guru: Nah, jika seandainya Ipah berada di posisi adik-adiknya Ami, apa yang Ipah rasakan? Ipah : Saya merasa sangat sedih karena setiap hari kami makan hanya dengan sepotong kerupuk dan membayangkan kerupuk itu seperti ayam kentaki dan semur daging yang saya inginkan.

Bu Guru: Wah jawaban murid-murid Ibu semuanya bagus ya, sekarang giliran Tri. Bagaimana penyelesaian konflik dalam cerita tadi menurut kamu? Tri : Kalau menurut saya, dalam keadaan apapun kita harus bisa mensyukuri hidup ini. Sekalipun kita berada dalam keadaan serba kekurangan (miskin) janganlah kita berputus asa dan terus mengeluh, tetapi kita harus selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk hidup ini. Namun jika kita berada dalam keadaan yang serba ada (kaya) jangan kita merasa sombong dengan apa yang kita miliki, karena semuanya hanyalah titipan Tuhan.

Bu Guru: Bagus sekali Tri jawabanmu. Nah anak-anak dari jawaban Tri tadi dapat kita simpulkan bahwa kita harus selalu mensyukuri bagaimanapun keadaan kita, yang miskin jangan merasa rendah saat bersama dengan yang lebih kaya darinya, dan yang kaya pun jangan merasa tinggi ketika berhadapan dengan yang miskin. Dan jangan pernah membeda-bedakan status social kita, karena semuanya sama dihadapan Tuhan. Semua yang kita miliki hanyalah titipan Tuhan yang sewaktu-waktu dapat diambil-Nya. Materi sekarang cukup sampai disini, dan pertemuan yang akan dating kita akan mempelajari tentang Membuat dan Mengapresiasikan Puisi. Silahkan kalian istirahat. Murid : Terima kasih, Bu! Teng teng teng teng (lonceng sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat tiba)

You might also like