You are on page 1of 24

Euploidi dan Aneuploidi A.

Pendahuluan Dalam mengikuti prinsip-prinsip ketururnan, biasanya kita beranggapan bahwa keadaan bahan genetik adalah konstan selama pengamatan. Anggapan inilah menyebabkan mudahnya mengikuti berbagai hukum keturunan tanpa mengingat adanya kemungkinan terjadinya perubahan selama suatu eksperimen berlangsung. Akan tetapi sesungguhnya dapat terjadi perubahan pada bahan genetik. Pada umumnya bila terjadi perubahan genetik, dikatakan ada mutasi. Untuk mudahnya, dapat dibedakan mutasi yang sitologis tampak didalam inti sel sebagai perubahan kromosom, dan mutasi gen yang sitologis tidak tampak namum mempunyai pengaruh pada fenotip suatu organisme. Berdasarkan perjanjian, istilah mutasi umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan kromosom yang dapat diamati dikenal dengan variasi kromosom atau aberrasi. Terjadinya variasi kromosom biasanya mengakibatkan abnormalitas pada individu. Aberrasi kromosom dibedakan atas perubahan dalam jumlah kromosom dan perubahan dalam struktur kromosom. (Suryo, 1994) Mutasi dapat dibedakan atas mutasi sitologis yakni perubahan bentuk, ukuran ataupun jumlah kromosom, serta mutasi gen yang secara sitologis tidak tampak namun mempengaruhi penampakan fenotip. Mutasi terakhir ini dapat dideteksi dengan teknik molekuler. Perubahan jumlah kromosom dapat dibedakan atas euploidi dan aneuploidi. Pada kondisi euploidi jumlah kromosom merupakan kelipatan dari kromosom dasarnya. Variasi euploidi yang dapat terjadi adalah: monoploid (haploid; 1n), diploid (2n) dan poliploid yang terdiri dari: triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), septaploid (7n), oktaploid (8n), dan nonaploid (9n). Variasi aneuploid meliputi delesi, duplikasi, inversi dan translokasi. Delesi atau defisiensi adalah hilangnya satu bagian kromosom. Duplikasi adalah penambahan kromosom. Inversi adalah penyisipan kembali gengen secara terbalik. Translokasi adalah pindahnya suatu bagian kromosom ke kromosom lain yang bukan homolognya (dalam jurnal Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin

B. ISI 1.1. Abnormalitas akibat perubahan jumlah kromosom Diantara variasi kromosom yang paling mudah diamati adalah biasanya yang menyangkut jumlah kromosom. Dapat dibedakan dua tipe, yaitu euploidi ialah bila variasi menyangkut seluruh set kromosom, dan aneuploidi ialah bila variasinya menyangkut hanya kromosom-kromosom tunggal di dalam suatu set kromosom.

1.1.1. Euploidi Individu euploidi ditandai dengan dimilikinya set kromosom yang lengkap. eu = benar; ploid = unit). Makhluk hidup yang terjadi dari perkembangbiakan secara kawin , pada umumnya bersifat diploid, memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n kromosom). Organisme yang kehilangan I set kromosomnya disebut monoploid. Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya. sel kelamin (gamet), yaitu sel telur (ovum) dan spermatozoon, masing masing memiliki satu perangkat kromosom. Satu genom (n kromosom) yang disebut haploid. sedang organisme yang memiliki lebih dari dua genom disebut poliploid, misalnya: triploid (3n kromosom): tetraploid (4n kromosom); heksaploid( 6n kromosom). Poliploid yang terjadi pada tumbuhan misalnya pada apel, dan semangka. poliploid pada hewan misalnya pada Daphnia, Rana esculenta, dan Ascaris.

Gambar 1. poliploid pada semangka (tanpa biji)

A. Monoploid Monoploid jarang terdapat pada hewan, kecuali lebah madu jantan karena terjadi secara partenogenesis. Pada tumbuh-tumbuhan sering dijumpai (misalnya pada ganggang, cendawan, lumut). Pada spesies diploid, individu monoploid biasanya tumbuh abnormal dan embrionya jarang mencapai stadium dewasa. Monoploidi biasa juga disebut haploid. Ganggang hijau biru, bakteri, dan virus biasanya haploid. Pada rumput hati (liverwort) dan lumut, keadaan haploid adalah bentuk utama yang kita lihat (gametofit). Tanaman haploid sering juga terlihat. Tanaman-tanaman ini timbul secara spontan dari perkembangan sel telur tanpa pembuahan. Penyerbukan yang terlambat kadang-kadang menyebabkan sel telur berkembang bersatu dengan inti sperma dari gametofit jantan. Tanaman kembar kadang-kadang berkembang dari satu sel telur dan salah satu haploid. Penyebab dari Monoploid ini antara lain adalah sterilitas biasanya timbul pada haploid karena proses meiosis yang tidak teratur. Tidak ada kromosom homolog, sehingga tidak dapat berpasangan. 2). Diploid Di dalam sel-sel tubuh organisme diploid terdapat dua set kromosom atau dua perangkat genom (2n). Jadi, setiap kromosom memiliki pasangan masing-masing. Sebagai contoh, sel-sel tubuh manusia memiliki 2 x 23 kromosom.

3). Triploid Organisme triploid memiliki tiga set kromosom (3n) di dalam sel-sel tubuhnya. Organisme ini biasanya steril. Triploid timbul karena disebabkan oleh: 1. Kegagalan proses meiosis normal (non disjunction) sehingga gamet diploid. terbentuk dan kemudian di buahi oleh gamet haploid dari spesies yang sama menimbulkan triploid (3n) 2. Persilangan antara diploid ( yang menghasilkan gamet haploid) dan tertraploid ( yang menghasilkan gamet diploid). Varietas buah-buahan tanpa biji, misalnya semangka, pisang, dan anggur, biasanya triploid Dalam jurnal TEKNIK PEMBENTUKAN SEMANGKA

TETRAPLOID UNTUK PERAKITAN VARlETAS SEMANGKA TANPA

BIJI untuk memperoleh tanaman triploid dapat diperoleh dari persilangan tanaman tetraploid (2n = 4x) dengan tanaman diploid (2n = 2x), dan melalui induksi endosperma. Langkah pertama pada persilangan untuk mendapatkan benih triploid ialah melakukan penyediaan tetua tetraploid melalui penggandaan kromosom tanaman diploid dengan kolkhisin. Efektivitas kolkhisin meningkat bila dicampur dengan dimetil sulfoksida (DMSO) 4). Tetraploid Tetraploid berarti terdapat empat set kromosom (4n) di dalam tubuh suatu organisme. Individu tetraploid umumnya subur (fertile). Tanaman autotetraploid timbul karena hal-hal berikut : 1.Penyimpangan pada meiosis 2.Penggunaan colchicine Contoh penggunaan tetraploidi sejumlah tanaman yang dibudidayakan adalah tetraploidi secara alami: alfalfa, apel Mc. Intosh, white cloper, kopi, kentang, kacang tanah. Banyak tetraploidi buatan (menggunakan colchicine) yang digunakan dalam perdagangan misalnya tanaman hias, rye, barley, bit gula, red clover. Jagung tetraploidi lebih kekar daripada jagung diploid, menghasilkan tepung dengan kandungan vitamin A lebih tinggi, tetapi memperlihatkan tingkat sterilitas yang tinggi sehingga hanya sedikit biji yang jadi, karena itu tidak digunakan secara komersial. Macam poliploid ada dua, yaitu otopoliploid, terjadi pada krornosom homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan alopoIiploid, terjadi pada kromosom non homolog, misalnya Rhaphanobrassica (akar seperti kol, daun mirip lobak). Beberapa variasi euploid dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1-1. Variasi set kromosom yang lengkap Jumlah genosom Komplemen kromosom A,B,C, bukan kromosom homolog Satu (n) ABC Dua (2n) Lebih dari 2n: Tiga (3n) AAABBBCCC AABBCC

Tipe euploid Monoploid Diploid Poliploid: Triploid

Tetraploid Pentaploid

Empat (4n) Lima (5n)

AAAABBBBCCCC AAAAABBBBBCCCCC

Heksaploid Enam (6n) Septaploid Oktoploid dsb Tujuh (7n) Delapan (8n) dsb

Individu tetraploid merupakan individu yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies diploid. Individu tetraploid mempunyai kemampuan dalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan normal (PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GONAD IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn.) DIPLOID DAN TETRAPLOID)

B. Poliploid Individu yang memiliki tiga atau lebih banyak set kromosom yang lengkap dinamakan poliploid. Keadaan ini banyak dijumpai pada tumbuh-tumbuhan, tetapi amat jarang pada hewan. Tanaman 4n (tetraploid) misalnya akan membentuk gamet-gamet 2n, yang pada kebanyakan spesies dapat melakukan pembuahan sendiri sehingga terbentuklah banyak tanaman 4n. Bunga mawar (Rosa sp.) misalnya memiliki spesies dengan jumlah kromosom somatis 14,21,28,35,42, dan 56. perhatikan bahwa tiap angka merupakan tanaman diploid, triploid, tetraploid, pentaploid, heksaploid dan oktoploid. Selain itu dua pertiga dari semua spesies rumputan diperkirakan poliploid. Pada hewan, poliploidi menimbulkan keadaan yang takseimbang dalam mekanisme penentuan jenis kelamin, sehingga menyebabkan sterilitas. Dalam jurnal Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya

Terhadap Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum mengatakan bahwa
Poliploidi merupakan gejala yang umum dan tersebar luas dalam tumbuhan. Berbagai spesies paku dan tumbuhan berbunga terdapat sebagai sitotipe poliploid Tumbuhan poliploid pada Pteridophyta kurang lebih 95%. Pada

marga Adiantum berkisar 56,5 %, bahkan tumbuhan poliploid pada Adiantum sebanyak 96,7 % dari 61 sitotipe. Variasi derajat ploidi yang ditemukan adalah 2x (diploid) sampai dengan 7x (septaploid). peristiwa poliploidisasi pada paku dan tumbuhan berbunga merupakan mekanisme evolusioner yang penting pada taksa tumbuhan.

Tanaman dengan sel bersifat poliploid memiliki beberapa kelebihan, yaitu penampakan morfologi tanaman lebih kekar, stomata lebih besar, sel-sel lebih besar, daun lebih lebar, tanaman lebih tahan terhadap perubahan lingkungan seperti lebih tahan serangan patogen dan kekeringan, serta produksinya lebih tingggi. hal ini dikutip dari jurnal PENAMPILAN FENOTIPIK TANAMAN CABAI MERAH KERITING HASIL INDUKSI POLIPLODISASI

DENGAN EKSTRAK UMBI KEMBANG SUNGSANG (Gloriosa superba L)

C. Poliploidi pada manusia Orang yang lengkap poliploid seluruhnya tidak ditemukan, beberapa kasus ditemui tetapi selalu mengalami keguguran spontan atau lahir mati. Ada yang pernah dijumpai tetapi hanya dapat hidup beberapa jam saja Terjadinya embrio manusia yang poliploid pada saat ini masih sulit diterangkan. Secara teoritis, persatuan gamet monoploid dengan gamet diploid tentunya akan menghasilkan individu yang triploid. Fertilisasi sel telur monoploid normal oleh oleh lebih dari satu spermatozoa secara toeritis juga dimungkinkan, karena polispermi semacam itu kadang-kadang didapatkan pada tikus dan kelinci. Namun yang dapat dipastikan ialah bahwa poliploidi pada manusia, entah lengkap atau sebagai mozaik, selalu menimbulkan anomali berat dan kematian.

C.1. Aneuploidi Individu aneuploid memiliki kekurangan atau kelebihan kromosom dibandingkan dengan jumlah kromosom diploid dari individu itu ( misalnya 2n 1, 2n 2, 2n + 1, 2n + 2, dan sebagainya). Dengan penemuan bridges dalam tahun 1916 tentang adanya lalat Drosoplhila yang kekurangan sebuah kromosom X (jantan XO) dan kelebihan kromosom kelamin (betina XXY), yang diketahui sebabnya karena

berlangsungnnya nondisjunction diwaktu gametogenesis, maka namyak penelitian yang dilakukan mengenai berbagai macam aneuploidi.

Tabel 1 -2. Varian dalam Aneuploidi tipe Disomi (normal) Monosomi Nullisomi Polisomi a. trisomi b. dobel trisomi c. tetrasomi d. pentasomi e. heksasomi f. septasomi g. dsb 2n 2n 1 2n 2 Kromosom ekstra 2n + 1 2n + 1 + 1 2n + 2 2n + 3 2n + 4 2n + 5 dsb AA BB CCC AA BBB CCC AA BB CCCC AA BB CCCCC AA BB CCCCCC AA BB CCCCCCC Jumlah kromosom Contoh AA BB CC AA BB C AA BB

Dalam popuasi manusia dikenal beberapa aneuploidi yang semuanya dihasilkan oleh karena adanya nondisjuction pada waktu pembentukan gametgamet. Aneuploid yang paling penting terdapat pada tabel berikut.

Tabel 1-3. Aneuploidi dalam Populasi Manusia Karena Nondisjuction Nomenklatur kromosom 45, X 47, + 21 47, + 13 47, + 18 47, XXY 48, XXXY 48, XXYY 49, XXXXY 50, XXXXXX 47, XXX Formula kromosom 2n 1 2n + 1 2n + 1 2n + 1 2n + 1 2n + 2 2n + 2 2n + 3 2n + 4 2n + 1 Triple X 1/700 Perkiraan Sindroma klinik frekuensi pada saat lahir Turner Down Trisomi 13 Trisomi 18 Klinefelter 1/3000 1/700 1/20.000 1/8.000 1/500

C1.1. Monosomi pada Manusia a. Sindrom Turner dalam tahun 1938 turner menemukan seorang yang memiliki fenotip perempuan. Kelihatannya ia normal, tetapi setelah diamati ternyata terdapat beberapa sifat abnormal seperti tubuhnya pendek (hanya kira-kira 120 cm untuk usia dewasa), leher pendek dan pangkalnya seperti bersayap, dada lebar, tanda kelami sekunder tidak berkembang, misalnya payudara dan rambut kelamin tidak tumbuh, puting susu letaknya saling berjauhan. Dalam keadaan ekstrim, kulit pada leher sangat kendur sehingga mudah ditarik kesamping.

Gambar 2. Penderita sindrom turner Penderita sindrom Turner biasanya sudah memperlihatkan tanda-tanda diwaktu masih bayi, yaitu adanya kulit tambahan pada leher Gambar 3. Bayi sindrom Turner

Sindrom turner terdapat kira-kira satu dalam 3000 kelahiran hidup. Lebih dari 90% mengalami abortus spontan. Perkiraan kasar untuk sindroma Turner dewasa dalam populasi umum ialah 1 tiap 5.000. Jika dilakukan tes seks kromatin, maka penderita sindroma Turner adalah seks kromatin negatif. Hal ini sesuai denga hipotesa Lyon yang menyatakan bahwa banyaknya seks kromatian adalah sama dengan jumlah kromsom X dikurangi satu, sedangkan penderita sindroma Turner = 45, X. Penyelidikan mikroskopis dari ovariumhanya menunjukkan beberapa gores jaringan sisa-sisa ovarium. Karena itu ia steril. Pembuatan karyotipe dari penderita menunjukkan adanya sebuah kromosom X saja, ehingga ia hanya memiliki 45 kromosom saja.oleh karena wanita normal biasanya disebut juga XX, maka penderita sindroam Turner disebut juga XO. Intelejensinya tidak rendah, tetapi memang sangat lebah dalam matematika. Kurangnya hormon kelamin yang dibentuk menyebabkan ia kurang perhatian terhadapkehidupan seksual, tetapi dengan perlakuan estrogen (hormon wanita) maka kekurangan itu dapat ditingkatkan.

Gambar 4. Karyotipe sindrom turner

Terjadinya sindrom Turner Monosomi X seperti halnya dengan sindroma turner ini mungkin terjadi karena adanya nondisjunction diwaktu ibunya membentuk sel telur. Kemungkinan lain disebabkan karena hilangnya sebuah kromosom kelamin selama mitosis setelah zigot XX atau XY terbentuk. Kemungkinan yang terakhir ini didukung oleh tingginyafrekuensi mozaik yang dihasilkan dari kejadian sesudah terbentuknya zigot pada penderita sindroma Turner.mosaik dengan kromosom kelamin X/XX memperlihatkan tanda-tanda sindroma Turner, tetapi biasanya orangnya lebih tinggi daripada X dan mempunyai lebih sedikit anomali dari pada wanita non-mosaik 45,X. Mereka lebih memperlihatkan kewanitaannya, mempunyai siklus haid lebih kearah normaldan mungkin subur. Kini banyak dijumpai kasus fenotip Turner somatis tanpa disertai kombinasi kromosom 45,X. Kebanyakan dari pasien ini memiliki sebuah kromosom X normal dan sebuah potongan dari kromosom X yang ke dua rupa-rupanya sangat diperlukan untuk diferensiasi ovarium secara normal. Individu yang hanya memiliki lengan panjang dari kromosom X ke dua, mempunyai tubuh pendek dan menunjukkan tandatanda lain dari sindroma Turner. Mereka yang hanya memiliki lengan pendek dari kromosom X yang ke dua, mempunyai tubuh normaldan tidak menunjukkan banyak tanda-tanda sindroma Turner. Pendapat baru inilah memberi kesan bahwa fenotip Turner itu diawasi oleh gen-gen yang terdapat dalam lengan pendek dari kromosom X. Hasil penelitian lain yang menarik perhatian pula dapat diterangkan sebagai berikut. Pasien yang kehilangan sebagian dari sebuah kromosom X adalah seks kromatin positip dan berhubungan dengan itu dapat mengakibatkan kekeliruan dalam diagnosa bila pemeriksaan hanya dilakukan dengan tes seks kromatin saja. Kromosom X yang mengalami defisiensi (kehilangan sebagian) selalu membentuk seks kromatin.pada beberapa individu dengan fenotip Turner terdapat pula sebuah kromosom Y.pasien-pasien demikian ini biasanya mosaik untuk 45,X/46,XY dengan sebuah kromsom Y normal. Ornag dengn sebuah kromosom dan sebuah potongan kromosom Y, tidak termasuk lenga pendek dari kromosom Y, hanya memiliki goresan ovarium, tetapi memiliki fenotip normal.

Hal ini memberikan petunjuk bahwa gen-gen yang menentukan jantan terdapat pada lengan pendek dari kromosom Y.

46 XY
Normal

46 X
Normal

23 X

23 Y
Spermatozoa

24 XX
ovum

22

F1

45 X
Sindrom Turner

Gambar 5. Diagram perkawinan antara suami-istri normal yang karena adannya nondisjunction selama oogenesi ada kemungkinan dihasilkan anak sindrom turner.

C1.2. Trisomi Pada Manusia Individu trisomi mempunyai kelebihan sebuah kromosom jika

dibandingkan dengan individu disomi/diploid (2n +1). Individu ini akan membentuk dua macam gamet, yaitu gamet n dan gamet n +1. Trisomi pada manusia dibedakan menjadi trisomi untuk kromsom kelamin dan trisomi untuk autosom.

A. Trisomi untuk kromosom kelamin Ini berarti bahwa kromosom yang kelebihan itu berupa kromosom kelamin. Ada beberapa kelainan yang ditemui pada manusia yaitu:

1. Sindroma klinefelter Dalam tahun 1942 Klinefelter menemukan orang yang mempunyai fenotip pria tetapi emperlihatkan tanda-tanda wanita seperti tumbuhnya payudara, pertumbuhan rambut kurang, lengan dan kaki ekstrim panjang sehingga seluruh tubuh tampak tinggi, suara tinggi seperti wanita, testis kecil, alat genitalia eksterna tampak normal, tetapi biasanya spermatozoa tidak dibentuk.

Gambar 6. Penderita Sindrom

Setelah dibuat karyotipenya ternyata, bahwa orang itu mempunyai d buah kromosom X dan sebuah kromosom Y, sehingga keseluruhan memiliki 47 kromosom (47, XXY). Berhubungan dengan itu pada saat dilakukan tes seks kromatin, ia bersifat seks kromatin positif, karena memiliki sebuah seks kromatin. Penderita biasanya tuan mental.

Gambar 7. karyotipe Sindrom Klinefelter

Terjadinya sindrom Klinefelter Individu sindroma Klinefelter dapat terjadi melalui fertilisasi dari sel telur XX oleh spermatozoa Y atau melalui fertilisasi dari sel telur X oleh spermatozoa XY. Kebanyakan karyotipe untuk sindroma Klinefelter (kira-kira dari semua kasus) adalah 47,XXY. Akantetapi tanda-tanda dari sindroma ini biasanya tampak meskipun terdapat lebih dari satu kromosom X asal masih ada satu kromosom Y. Karena itu karyotipe yang lebih kompleks yang ada hubungannya dengan sindroma Klinefelter ialah seperti XXYY, XXXY, XXXYY, XXXXY, XXXXYYY dan XXXXXY. Penghambatan mental biasanya dijumpai apabila terdapat lebih dari dua kromosom X. Walaupun sebagian besar dari penderita sindroma Klinefelter itu

dilahirkan oleh ibu-ibu dibawah umur 30 tahun, akan tetapi perlu diingat bahwa sebagian besar dari semua kelahiran memang terdapat pda waktu itu. Setelah terjadi penurunan kelahiran sindroma Klinefelter antara umur 27 32, maka terdapatlah sedikit kenaikan lagi sesudahnya umur 32, sedangkan jumlah seluruh

kelahiran menurun dengan cepat pada umur itu. Ini memberi kesan bahwa nondisjuction dari kromosom X di dalam oosit yang bertambah usiannya merupakan faktor yang lebih penting daripada nondisjuction XY selama spermatogenesis. Dengan perkataan lain, sindroma Klinefelter lebih banyak disebabkan oleh nondisjuction XX selama Oogenesis. Suatu hasi penelitian yang memperkuat pendapat ini menyatakan bahwa 70% dari pria XXY yang diperiksa, kedua kromosom X itu berasal dari ibunya; yang 30 % lainnya menerima kromosom Xy dari ayahnya.

46 XY
Normal

46 X
Normal

23 X

23 Y
Spermatozoa

24 XX
ovum

22

F1

47 XXY
Sindrom Klinefelter

Gambar 8. Diagram Perkawina yang Menunjukkan Terjadinya Individu Sindroma Klinefelter.

2. Sindroma Tripel-X Dalam tahun 1959 untuk pertama kali dilaporkan adanya individu tripel-X, yaitu 47,XXX. Individu ini jelam mempunyai fenotip perempuan, tetapi pada umur 22 ia mempunyai alat kelamin luar seperti kepunyaan bayi. Alat kelamin

dalam, dan payudara tidak berkembang dan ia sedikit mendapat gangguan mental. Semenjak itu makin banyak ditemukan wanita XXX dan dapat diperkirakan frekuensinya adalah antara 1 dalam 1000 dan 1 dalam 2000 kelahiran hidup wanitaialah tripel-X.

Gambar 9. Penderita Sindrom Tripel-X

Sindroma tripel-X ini dalam beberapa hal dapat dibandingkan dengan lalat Drosophila betina super (XXX). Tetapi pada Drosophila, lalt demikian ini biasanya sangat abnormal da steril atau bahkan letal. Sedangkan orang perempuan XXX kadang-kadang sukar dibedakan dari orang perempuan normal, meskipun ada tanda-tanda kelainan, seperti mental abnormal, menstruasi sangat tidak teratur. Penelitian jacobs pada seorang pasien perempuan berusia 37 tahun menyatakan adanya menstruasi yang sangat tidak teratur, ovarium dalam keadaan seperti sudah menopause, pemeriksaan mikroskopis dari ovarium menunjukkan kelainan pada pembentukan follikel ovarium dan dari 63 sel yang diperiksa maka 51 sel memiliki 47 kromosom, sedangkan kromosom tambahannya adalah kromsosom X. Tes seks kromatis menunjukkan bahwa pasien ini mempunyai 2 buah seks kromatin. Kecuali wanita tripel-X pernah juga ditemukan wanita poli-X, yaitu berupa tetra-X (48,XXXX) dan penta-X (49, XXXXX). Makin bertambah banyak jumlah kromosom X yang dimiliki seseorang, makin kurang intelegensinya dan semakin bertambah gangguan mentalnya.

Gambar 10. Karyotipe Sindrom Tripel-X Terjadinya wanita tripel-X Sesuai dengan penelitian jacobs yang menunjukkan bahwa banyak sel-sel dari jaringan ovarium yang mengandung kromosom XX, maka wanita tripel-X kebanyakan dihasilkan karena adanya nondisjuction pada waktu ibu membentu gamet.

46 XY
Normal

46 X
Normal

23 X

23 Y
Spermatozoa

24 XX
ovum

22

F1

47 XX X

Tripel-X

Gambar 11. Skema Terjadinya Wanita Triple-X

3. Pria XYY Dala penelitiannya pada suatu populasi 197 orang laki-laki dirumah penjara di skotlandia dalam tahun 1965, Jacobs menemukan 7 orang yang mempunyai ukuran tubuh ekstrim tinggi (rata-rata 183 cm) sedangkan laki-laki lainnya dalam rumah penjara yang sama mempunyai ukuran tinggi tubuh (ratarata 165 cm). Intelegensinya mempunyai IQ antara 80 118. penyelidikan kromosom membuktikan bahwa orang-orang ini mempunyai kelebihan kromosom Y, sehingga memiliki formula kromosom 47,XYY. Pada beberapa orang itu didapat pula abnormaliter mengenai alat genitalia luar dan dalam, tetapi tidak menimbulkan anomali pada tubuh.

Gambar 12. Pria XYY (sebelah kanan) Hasil studi tentang pria XYY selanjutnya menyatakan bahwa mereka pada umumnya lebih agresip dibandingkan dengan laki-laki normal dan mereka suka berbuat jahat serta melanggar hukum. Penyelidikan di berbagai negara menunjukkan bahwa hasil studi tersebut diatas ada kebenarannya walapun masih terlalu prematur. Suatu studi pada kelahiran di rumah sakit New Haven di Yale, Amerika Serikat dalam tahun 1970 ditemukan 4.366 anak XYY sehingga frekuensinya 0,69 tiap seribu.

Terjadinya Pria XYY Oleh karena pria XYY mempunyai dua buah kromosom Y maka nondisjunction tentunya berlangsung pada waktu ayahnya membentuk

spermatozoa. Nondisjuction berlangsung selama meiosis II, sehingga ada spermatozoa yang memiliki 2 kromosom Y. Apabila spermatozoa ini membuahi sel telur (mwmbawa X) maka terjadilah zigot yang kemudian berkembang menjadi anak laki-laki XYY(47,XYY).

Gambar 13. Karyotipe Pria XYY

B. Trisomi untuk autosom Individu mempunyai kelebihan sebuah autosom dibandingkan dengan yang disomi/diploid. Oleh karena kelainannya terjadi pada autosom, maka individu yang menderita kelainan itu dapat laki-laki ataupun perempuan. Yang terpenting diantarannya ialah: 1. Sindrom Down Kelainan ini pertama kali diketahui olehSeguin dalam tahun 1984, tetapi tanda-tanda klinis tentang kelainan ini mula-mula diuraikan dalam tahun 1866 oleh seorang dokter bangsa Inggris bernama J. Langdon Down. Berdasarkan fenotip dari pasien yang menunjukkan tanda-tanda tuan mental dan adanya lipatan

pada kelopak mata, maka kelainan ini semula disebut mongolisme. Tetapi agar tidak menyakiti hati bangsa mongol. Maka cacat ini kemudian dinamakan sindrom Down. Setelah dibuat karyotipe dari penderita, ternyata psien mempunyai kelebihan sebuah autosom nomor 21. oleh karena kelainnanya terjadi pada autosom, maka penderita sindrom down dapat laki-laki atau perempuan, sehingga formula kromosom dapat dituliskan sebagai berikut: Untuk penderita laki-laki = 47, XY + 21

Untuk penderita perempuan = 47, XX + 21

Cara penulisan +21 berarti ada kelebihan autosom pada nomor 21. Penderita sindrom Down biasanya memiliki tubuh pendek dan puntung, lengan atau kaki kadang kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antara kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik yang disebut bintik-bintik Brushfield.

Gambar 14. Brushfield Sindrom Down

Mata, hidung dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak. Hal ini disebabkan karena ia tidak sadar untuk menjaga kebersiah dirinya sendiri. IQ rendah, yaitu antara 25 75, kebanyakan kurang dari 40. biasanya mempunyai kelainan pda jantung dan tidak resisten terhadapa penyakit. Karena itu dahulu

penderita biasanya berumur maksimal 20 tahun, akan tetapi tersedianya berbagai macam antibiotika, maka usia mereka kini dapat diperpanjang. Pada umumnya penderita sindrom down selalu tampak gembira, mereka tidak sadar akan cacat yang dideritanya. Penderita pria umumnya steril , walaupun dari beberapa penelitian menemukan cukup banyak penderita pria melakukan onani, suatu tanda bahwa mereka sebenarnya memiliki kesadran seksual. Resiko mendapatkan anak sindrom Down tidak bergantung pada bangsa, kedudukan atau keadaan sosial orang tua. Pada saat ini sindroma Down merupakan cacat kelahiran yang paling banyak dijumpai dengan frekuensi satu dalam 600 kelahiran hidup.

Gambar 15. Penderita Sindrom Down

Dari sudut sitologi dapat dibedakan dua tipe sindroma Down: 1. Sindroma Down Triplo-21 atau trisomi 21, sehingga penderita memiliki 47 kromosom. Penderita laki-laki = 47, XY + 21 sedang penderita perempuan = 47, XX + 21. kira-kira 92,5 % Dari semua kasus sindrom Down tergolong tipe ini.

2. Sindrom Down Translokasi. Traslokasi ialah peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom, disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan potongan kromosom lainnya yang bukan homolognya.

Gambar 16. Karyotipe Sindrom Down

Terjadinya anak sindrom Down Lahirnya anak sindrom Down ini berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada korelasi yang konsisten dengan umur ayah. Seorang perempuan lahir dengan semua oosit yang pernah dibentuknya, yaitu berjumlah hampir 7 juta. Semua oosit tadi berada dalam keadaan istirahat pada profase I dari meiosis sejak sebelum ia lahir sampai mengadakan ovulasi. Denagn demikian maka suatu oosit dapat tinggal dalam keadaan istirahat untuk 12-45 tahun. Selama waktu yang panjang itu, oosit dapat mengalami nondisjunction. Berhubungan dengan itu penderita sindrom Down biasanya lahir sebagai anak terakhir dari suatu keluarga besar atau dari seorang ibu yang melahirkan pada usia agak lanjut Sebaliknya testis kira-kira 200 juta spermatozoa sehari dan meiosis di dalam spermatosit keseluruhannya membutuhkan waktu 48 jam atau kurang. Berhubungan dengan itu nondisjunction boleh dikatakan tidak pernah berlangsung selama spermatogenesis. Pada sindrom down trisomi-21, nondisjunction dalam meiosis I menghasilkan ovum yang mengandung dua buah autosom nomor 21, maka terbentuklah zigot trisomi.

Kadang kadang dijumpai juga penderita sindrom Down yang hanya memiliki 46 kromosom. Individu ini ialah penderita sindromaDown Translokasi 46, t(14q21q).setelah kromosom dari orangtuanya diselidiki terbukti bahwa ayahnya normal, tetapi ibunya hanya memiliki 45 kromosom, termasuk 1 autosom nomor 21, satu autosom 14 dan satu autosom Translokasi 14q21q.

3. Sindroma trisomi-13 (sindrom Patau) Sindroma trisomi-13 (47, +13)yang diuraikan oleh patau dalam tahun 1960, terdapat pada kira-kira 1 dalam 20.000 kelahiran. Sindroma ini jarang ditemukan pada anak-anak dan tidak pernah pada orang dewasa karena cacat yang hebat ini mendatangkan kematian pada usia yang sangat muda, yaitu dalam 3 bulan pertama setelah lahir. Tapi beberapa anak dapat hidup sampai umur 5 tahun. Penderita cacatmental dan tuli, ada celah bibir, polidaktili, mata kecil, mempunyai kelainan otak, kelinan jantung,ginjal dan usus. Tangan dan kaki tampak rusak. Sindroma trisomi-13 disebut juga sindroma Patau terjadi karena adanya nondisjunction.

Gambar 17. Penderita Sindroma Trisomi-13

Gambar 18. Karyotipe Trisomi-13

4. Sindroma trisomi-18 (Sindroma Edwards) Sindroma trisomi-18 (47, +18) pertama kali diurakan oleh Edwards pada tahun 1960. penderita memiliki banyak bentuk kelaina pada banyak alat, telinga rendah, rahang bawah juga rendah, mulut kecil, tuna mental, ginjal dobel dan tulang dada (sternum) pendek. Sembilan puluh persen penderita meninggal pada usia 6 bulan pertama setelah lahir, sehingga ini tidak pernah dijumpai pada anak dewasa

B A Gambar 19. Karyotipe Trisomi-18 (A). Penderita Sindrom Trisomi-18 (B)

B. PENUTUP Perubahan jumlah kromosom dapat dibedakan atas euploidi dan aneuploidi. Pada kondisi euploidi jumlah kromosom merupakan kelipatan dari kromosom dasarnya. Variasi euploidi yang dapat terjadi adalah: monoploid (haploid; 1n), diploid (2n) dan poliploid yang terdiri dari: triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), septaploid (7n), oktaploid (8n), dan nonaploid (9n). Perubahan yang meliputi jumlah kromosom dalam satu perangkat disebut aneuploidi. Perubahan ini meliputi: 1. Nullisomik (2n 2) Bila suatu organisme kehilangan 2 kromosom sejenis (homolog) dalam selselnya. Kemungkinan lulus hidup kecil. 2. Monosomik (2n 1) Satu kromosom hilang dalam satu perangkat. Pada manusia kehilangan satu kromsom X dalam gonosomnya akan menyebabkan sindrom turner. 3. Trisomik (2n + 1) Organisme trisomik mempunyai kelebihan satu kromosom dalam sel-selnya. Sindrom klinefelter pada manusia disebabkan oleh kelebihan kromosm X menjadi 47, XXY. Bila terjadi pada kromosom autosom mengakibatkan salah atunya Sindrom Down. 4. Tetrasomik (2n + 2) Bila ada kelebihan 2 kromosom sejenis dalam genosom suatu individu.

You might also like