You are on page 1of 79

JURNAL EKONOMI      ISSN:1693‐5233 

EQUILIBRIUM
 
 
 
Analisis Persepsi Pelanggan Telpon terhadap Mutu Pelayanan P.T. Telkom
Cabang Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat
Zalviwan

Analisa Prosedur Pelaporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pada Dinas


Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat
Jaurino

Analisis Prilaku Konsumen terhadap Minuman Lidah Buaya “Saviera” di Kota


Pontianak
Uray Mustakim Z.

Analisis Finansial Pembangunan Tempat Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau


Kabupaten Sambas
Sigit Sugiardi

Evaluasi Penerapan PSAK No 27 Dalam Penyusunan Laporan Keuangan


Koperasi di Kota Pontianak
Sartono
 
Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Daerah pada Pemerintahan Daerah
Kabupaten Sanggau
Adi Mursalin
 
 
FAKULTAS EKONOMI 
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI 
PONTIANAK 
 
EQUILIBRIUM VOLUME IV NOMOR 1 APRIL 2007
JURNAL EKONOMI EQUILIBRIUM

Ketua Penyunting:
Hartono Azas L.

Wakil Ketua:
M. Agusman

Penyunting Pelaksana:
Aisyah
Febriati
Ery Niswan
Usman Rumapea
Reni Dwi Widyastuti

Penyunting Ahli:
Ny. Hj. Irene A. Musli (Universias Tanjungpura)
JG Nirbito (Universitas Negeri Malang)
Anwar Sanusi (Universitas Merdeka Malang)
Yusuf Imam S (Universitas Islam Malang)

Mistra Bestari:
Supriyanto (Universitas Negeri Malang)
Bambang Suyono (Universtas Negeri Malang)

Penyunting Tamu:
Tuharjo (Universitas Negeri Malang)
Sunaryanto (Universitas Negeri Malang)
Sulastri (Universitas Negeri Padang)
Indra Safri (Universitas Riau)

Pelaksana Tata Usaha:


Syarif Nuh

Alamat penyunting dan tata usaha: Gedung D, Fakultas Ekonomi, Universitas Panca
Bhakti Pontianak, Jl. Kom Yos Sudarso, Pontianak 78113 telepon (0561) 772627, 776820.
Langganan 2 nomor setahun Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) Uang langganan dapat
dikirimkan dengan wesel poske alamat tata usaha
Jurnal Ekonomi Equilbrium diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti
Pontianak. Dekan : Jaurino. Pembantu Dekan I : Adi Mursalin. Pembantu Dekan II:
M.Zalviwan. Pembantu Dekan III. Naiyun Untung Utama
JURNAL EKONOMI

EQUILIBRIUM
Volume IV, Nomor 1, April 2007

DAFTAR ISI
Zalviwan Analisis Persepsi Pelanggan Telpon terhadap
Mutu Pelayanan P.T. Telkom Cabang
Kabupaten Sanggau Kalimantan
Barat ....................…………………….. 1-14

Jaurino Analisa Prosedur Pelaporan Surat


Pertanggungjawaban (SPJ) pada Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan
Barat ................................................………. 15-25

Uray Mustakim Z. Analisis Prilaku Konsumen terhadap


Minuman Lidah Buaya “Saviera” di Kota
Pontianak ...................................................... 26-40

Sigit Sugiardi Analisis Finansial Pembangunan Tempat


Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau
Kabupaten Sambas ....................…………… 41-50

Sartono Evaluasi Penerapan PSAK No 27 Dalam


Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi di
Kota Pontianak .......................... 52-63

Adi Mursalin Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Daerah


Pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Sanggau ......................................................... 64-75
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, akhirnya Jurnal Ekonomi Equilibrium Volume IV,


Nomor 1, April 2007 dapat diterbitkan. Pada terbitan kali ini sudah ada penulis
dari Universitas Tanjungpura yang mengirimkan tulisan untuk diterbitkan di
jurnal ini. Kedepan dengan semakin eksisnya jurnal ini diharapkan banyak pihak-
pihak lain baik di Kalimantan Barat ataupun dari luar daerah yang
menyumbangkan tulisannya untuk diterbitkan pada Jurnal Ekonomi Equilibrium.

Dalam terbitan kali ini, lingkupan tulisan meliputi beberapa kabupaten


dan kota serta Provinsi Kalimantan Barat. Ragam materi tulisan meliputi
Manajemen Strategi dan Kebijakan Publik.

Akhirnya diucapkan terimakasih yang tak terhingga bagi semua pihak


yang telah membantu penerbitan jurnal ini. Semoga jurnal ini bermanfaat.

Penyunting
ANALISIS PERSEPSI PELANGGAN TELPON TERHADAP MUTU
PELAYANAN PT. TELKOM CABANG KABUPATEN SANGGAU
KALIMANTAN BARAT

M. Zalviwan*)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan yang
terdiri dari variabel-variabel : reliability (keandalan), responsiveness
(cepat tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati), dan tangible
(nyata) serta kepuasan pelanggan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 50 responden pelanggan telepon rumah, teknik
pengambilan sampel ditentukan dengan Incidental Sampling. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis tingkat kesesuaian dan
penggujian dengan menggunakan sign test dengan taraf signifikansi α =
5%, yang menggunakan program spss for windows versi 15.0. Hasil
dari penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian antara pelayanan yang
diberikan oleh PT. TELKOM Cabang Kabupaten Sanggau dengan
harapan pelanggan kesemua dimensi jasa serta indikator masing dimensi
tidak satupun sama dengan 100% atau lebih. Untuk uji kinerja
pelayanan jasa PT. TELKOM Cabang Kabupaten Sanggau terhadap
kepentingan pelanggan telepon kesemua dimensi ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat kinerja pelayanan dengan tingkat kepentingan
pelanggan telepon, dimana pelanggan merasa tidak puas atas kinerja
pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Kabupaten Sanggau.

Kata kunci : Kepuasan pelanggan, kualitas pelayanan, tingkat kesesuaian

Dewasa ini kebutuhan akan jasa telekomunikasi sangat dibutuhkan oleh


masyarakat sehingga timbul fenomena dimasyarakat dimana kebutuhan jasa
telekomunikasi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat. Jasa
telekomunikasi dianggap lebih efisien dalam menyampaikan pesan, selain tidak
perlu menggunakan waktu yang lama dalam menyampaikan pesan yang
diinginkan juga bisa melakukan interaksi dua arah. Persaingan didalam dunia
telekomunikasi khususnya untuk Indonesia cukup ketat ini dikarenakan
bermunculan operator-operator selular yang menawarkan jasa telekomunikasi.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang
telekomunikasi PT. TELKOM menyediakan berbagai produk jasa telekomunikasi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas yang dikelola dengan manajemen
modern dan professional serta memanfaatkan teknologi muktahir sehingga dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

*)
M. Zalviwan, SE, MM adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak
1
2 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Karakteristik perusahaan telekomunikasi di Indonesia hampir sama, yaitu


mempunyai keterbatasan dalam kemampuan penyedian jasa telekomunikasi
telepon rumah (supplay) yang biasanya lebih kecil dibandingkan dengan
permintaan (demand). Untuk dapat menyediakan sambungan telepon rumah
memang menerlukan investasi yang sangat besar, dan butuh persiapan yang
cukup panjang. Sehingga laju pertumbuhan permintaan lebih cepat bila
dibandingkan supply jaringannya.
Pada dasarnya setiap produk barang atau jasa dibuat untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, demikian pula dengan produk jasa telekomunikasi
dalam pembangunannya selalu diawali dengan survey kebutuhan dan keinginan
konsumen untuk mengevaluasi apakah layak untuk mengadakan produk dan jasa
sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Demikian halnya PT.
TELKOM tetap juga harus memperhatikan keinginan konsumen dengan
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya untuk menghindari kekecewaan dari
pelanggan meskipun PT. TELKOM merupakan salah satu perusahaan jasa
telekomunikasi yang umumnya banyak diketahui oleh masyarakat.
Setiap perusahaan berorientasi untuk mencari keuntungan yang maksimal
dengan berbagai cara yang wajar. Hal ini membuat perusahaan untuk terus
meningkatkan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan atau dikelola secara
efisien dan efektif dengan tetap memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi
pelanggan agar keuntung dapat terus meningkat. Untuk itu pelayanan yang
terbaik yang diberikan oleh perusahaan merupakan cara yang paling jitu untuk
dapat meyakinkan konsumen akan komitmen yang ditawarkan serta sesuai
dengan keinginan keinginan mereka sehingga kosumen menjadi puas, dan pada
akhirnya memciptakan keuntungan jangka panjang pada perusahaan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yaitu “Bagaimana Persepsi
Konsumen Terhadap Mutu Pelayanan Diberikan PT. TELKOM (Persero) Cabang
Sanggau ?”.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui tentang persepsi terhadap mutu pelayanan yang diberikan
oleh PT. Telkom (Persero) Cabang Sanggau Kalimantan Barat.
b. Menguji perbedaan pencapaian kinerja pelayanan PT. TELKOM (Persero)
terhadap kepentingan konsumen.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk :
a. Sebagai pertimbangan perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran
diwaktu yang akan datang.
b. Dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang
mengambil topik yang sama.
c. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dibidang manajemen pemasaran.
M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 3

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder untuk
pengumpulan data, adapun yang dimaksud dengan kedua data tersebut adalah :
a) Data Primer
Dalam hal ini penulis langsung mengambil data dengan cara penyebaran
pengisian kuisioner oleh para responden.
b) Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh
dari PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau Kalimantan Barat, data yang
tersedia dari literature, internet yang berkaitan tentang jasa telekomunikasi,
service quality, dan kepuasan pelanggan.
Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2006 selama 6 bulan dari bulan dari
bulan Januari sampai dengan juni. Adapun lokasi penelitian adalah kabupaten
Sanggau Kalimantan Barat
Menurut Sugiyono (2000:57) ’’Populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan’’. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan
telepon rumah PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau.
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber data
yang sesungguhnya dalam penelitian. (Sudjana, 1997:5). Adapun banyaknya
sampel yang diambil peneliti adalah berjumlah 50 orang responden pelanggan
telepon rumah PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau. Pemilihan sampel
dengan cara sengaja dengan menggunakan insident sampling.
Tehnik analisis data merupakan salah satu alat untuk menganalisa data.
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja (Importance–performance
Analisis)
Untuk mengetahui sejauh mana tingkatan kepuasan pelanggan
terhadap PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau, maka digunakan
Importance-Performance Analysis atau analisis tingkat kepentingan dan
kepuasan pelanggan. Dalam hal ini, digunakan skala 5 tingkat (Likert) untuk
kepentingan pelanggan yaitu: sangat penting, penting, cukup penting, tidak
penting dan sangat tidak penting. Sedangkan untuk tingkat kepuasan
pelanggan terdiri dari: sangat baik, baik, cukup baik, tidak baik dan sangat
tidak baik. Dari kelima penilaian tersebut diberi bobot agar didapatkan nilai
dari perhitungan, yaitu:
Tingkat Kinerja Pelayanan Tingkat Kepentingan Pelanggan
- Sangat Baik : bobot 5 - Sangat Penting : bobot 5
- Baik : bobot 4 - Penting : bobot 4
- Cukup Baik : bobot 3 - Cukup Penting : bobot 3
- Kurang Baik : bobot 2 - Kurang Penting : bobot 2
- Tidak Baik : bobot 1 - Tidak Penting : bobot 1
4 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variable yang diwakili oleh huruf
X dan Y dimana variable X merupakan variable tingkat kinerja (kepuasan)
PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau sedangkan variable Y merupakan
tingkat kepentingan Konsumen PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau.
Adapun rumus yang dipergunakan menurut (Nasution : 42) adalah :

Tki = Xi x 100%
Dimana Yi
:
Tki : Tingkat kesesuaian responden.
Xi : Skor kinerja perusahaan
Yi : Skor nilai kepentingan para konsumen.
Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut yaitu :
Metode R = 1 atau R = 100%
Dimana R adalah tingkat kinerja dan tingkat kepentingan
PT.TELKOM (Persero) Cabang Sanggau.
Jika Tki < 100 % : Maka konsumen belum mencapai tingkat kepuasan
seperti yang diharapkan.
Jika Tki ≥ 100 % : Maka konsumen sudah mencapai tingkat kepuasan seperti
yang diharapkan
2. Hipotesis dan Uji Beda Tanda (Sign Test)
Hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat kepentingan konsumen dengan kinerja
pelayanan dari tiap-tiap dimensi terhadap kepuasan pelanggan.
Ha : Terdapat perbedaan berarti (significance) tingkat kepentingan
konsumen dengan kinerja pelayanan yang diberikan oleh PT.
TELKOM (Persero) kepada konsumen dari tiap-tiap dimensi
terhadap kepuasan pelanggan.
Untuk mengujinya hipotesis tersebut di atas menggunakan uji statistik non
parametrik. Ini dikarenakan penelitian ini menggunakan data ordinal
sehingga lebih baik menggunakan alat-alat statistik non parametrik. Jenis Uji
yang dipergunakan penelitian ini adalah uji sign test, dimana score
pencapaian masing-masing responden tentang kinerja pelayanan dan
kepentingan dibandingkan untuk tiap-tiap dimensi mutu pelayanan. Adapun
rumus yang dipergunakan adalah :
( X ± 0,5 ) - μ
Z =
σ
Dimana X = jumlah beda yang bertanda positif
µ=n.p
σ=√n.p.q
Bila X < µ gunakan ( X – 0,5 )
Bila X > µ gunakan ( X + 0,5 )
M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 5

Variabel Penelitian
Variabel penelitian mutu pelayanan jasa telekomunikasi dari PT. Telkom
(Persero) Cabang Sanggau Kalimantan Barat Adalah : (a) Keandalan
(Reliability); (b) Ketanggapan (Responsiveness); (c) Kepastian (Assurance); (d)
Empati (Emphaty); (e) Berwujud (Tangibles)

Hasil dan Pembahasan


Analisis Mutu Pelayanan Pada PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau
Penelitian yang dilakukan mengenai tingkat kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan di PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau berfokus pada dimensi
servequal. Berdasarkan hasil kuisioner yang diseberkan dianalisis tingkat
kepentingan pelanggan dan tingkat kinerja PT. TELKOM (Persero) Cabang
Sanggau dan kemudian penulis akan membandingkan atau menilai tingkat kinerja
dan tingkat kepentingan pelanggan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau
untuk melihat tingkat kesesuaian (Tki) pencapaian kinerja terhadap kepentingan
setiap dimensi mutu pelayanan, dapat dilihat tabel-tabel berikut (secara lengkap,
lihat lampiran), dan dilakukan penggujian dengan mengunakan uji sign test untuk
melihat apakah kinerja yang dinilai keseluruhan responden (pelanggan) berbeda
terhadap kepentingannya.
Keandalan (Reliability). Keandalan disini merupakan kemampuan PT.
TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Tanggapan responden terhadap dimensi keandalan sebagai berikut:

Tabel 1. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan


Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM
Dimensi Keandalan
No. Penilaian Penilaian
X Y Tki
Pertanyaan Kinerja Kepentingan
1 192 208 3,84 4,16 92,31%
2 179 215 3,58 4,30 83,26%
3 176 201 3,52 4,02 87,56%
4 179 208 3,58 4,16 86,06%
5 173 222 3,46 4,44 77,93%
899 1054 3,60 4,22 85,29%
Sumber : Data Olahan, 2006

Dari Tabel 1 tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan
mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan
pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang
nilainya 100% atau lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi keandalan dari
pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat
seluruh memuaskan pelanggannya. Untuk total dari kelima indikator juga
menunjukan tingkat kesesuaiannya juga masih dibawah 100%. Pencapaian
6 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

kinerja yang cukup baik dicapai pada kemampuan PT. TELKOM Cabang
Sanggau dalam memproses pemasangan telepon baru yaitu 92,31%.
Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat
pencapaian score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi keandalan,
dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test dengan menggunakan SPSS
15.0 for windows sebagai berikut:
Frequencies
N
Kepentingan - Kinerja Negative
6
Differences(a)
Positive
41
Differences(b)
Ties(c) 3
Total 50
a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan =
Kinerja

Test Statistics(a)
Kepentingan - Kinerja
Z -4,959
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Sign Test
Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 6
responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 3 responden
mempunyai score yang sama dan 41 responden menilai kinerja masih dibawah
atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil
perhitungan sebesar -4,959 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini
berarti – 4,956 < - 1,96 atau significance 0,000 < 0,05 ini berarti Ho ditolak
dan Ha diterima dengan demikian terbukti bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM
Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimendi keandalan masih dibawah
dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.
Ketanggapan/Daya Tanggap (Responsiveness). Daya tanggap merupakan
kecepatan dan kemampuan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam
melihat atau mengatasi suatu kendala atau keluhan yang datang dari konsumen.
Palayanan jasa yang diberikan kepada konsumen dapat berdampak positif dan
juga berdampak negatif. Daya tanggapan PT. TELKOM (Persero) Cabang
Sanggau yang mungkin terjadi meliputi tanggapan terhadap kemampuan PT.
TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam menangani keluhan atau permintaan
yang disampaikan untuk konsumen dan keterbukaan karyawan dalam
menanggapi keluhan dan masalah pelanggan.
Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu daya tanggap PT
TELKOM Cabang Sanggau sebagai berikut:
M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 7

Tabel 2. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan


Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM
Dimensi Daya Tanggap
No Penilaian Penilaian
X Y Tki
Pertanyaan Kinerja Kepentingan
1 180 196 3,60 3,92 91,84%
2 188 219 3,76 4,38 85,84%
3 176 201 3,52 4,02 87,56%
4 171 200 3,42 4 85,50%
5 188 219 3,76 4,38 85,84%
903 1035 3,61 4,14 87,25%
Sumber: Data Olahan, 2006

Dari Tabel 2 tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan
mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan
pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang
nilainya 100% atau lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi daya tanggap
dari pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum
dapat seluruh memuaskan pelanggannya. Untuk total dari kelima indikator
menunjukan tingkat kesesuaiannya juga masih dibawah 100%. Pencapaian
kinerja yang cukup baik dicapai pada keluangan waktu petugas administrasi PT.
TELKOM Cabang Sanggau menanggapi keluhan pelanggan yaitu 91,84%.
Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian
score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi daya tanggap,
dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut:
Frequencies
N
Kepentingan - Kinerja Negative
8
Differences(a)
Positive
37
Differences(b)
Ties(c) 5
Total 50
a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan =
Kinerja

Test Statistics(a)
Kepentingan - Kinerja
Z -4,174
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Sign Test
8 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 8


responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 5 responden
mempunyai score yang sama dan 37 responden menilai kinerja masih dibawah
atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil
perhitungan sebesar -4,959 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini
berarti – 4,174 < - 1,96 atau significance test 0,000 < 0,05 level of significance,
ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat
kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi daya
tanggap masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.
Kepastian (Assurance). Kenyataan merupakan kepastian yang memiliki
seseorang terhadap kinerja yang di lakukan oleh pihak PT. TELKOM (Persero)
Cabang Sanggau memberikan pelayanan kepada konsumen dengan cara
memberikan pengetahuan dan kecakapan, sikap sopan santun yang harus
ditunjukkan, penciptaan rasa aman diruangan pelayanan, peranan karyawan
dalam menanamkan kepercayaan kepada pelanggannya dan keramahtamahan
karyawan dalam melayani pelanggan.
Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu pelayanan PT TELKOM
Cabang Sanggau berkaitan dengan dimensi kepastian sebagai berikut:

Tabel 3. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan


Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM
Dimensi Kepastian
No. Penilaian Penilaian
X Y Tki
Pertanyaan Kinerja Kepentingan
1 189 201 3,78 4,02 94,03%
2 193 209 3,86 4,18 92,34%
3 204 225 4,08 4,50 90,67%
4 178 199 3,56 3,98 89,45%
5 195 224 3,9 4,48 87,05%
959 1058 3,84 4,23 90,64%
Sumber : Data Olahan, 2006

Sama halnya dengan dimensi keandalan dan daya tanggap, pelayanan jasa
PT. TELKOM Cabang Sanggau dimensi kepastian juga menunjukkan tidak ada
satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian
di atas atau sama dengan tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari
tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih. Hal ini
mengindikasikan bahwa dimensi kepastian dari pelayanan yang diberikan PT.
TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan
pelanggannya atau tidak seperti yang diharapkan. Pencapaian kinerja yang cukup
baik dicapai pada pengetahuan dan kecakapan karyawan pelayanan PT.
TELKOM Cabang Sanggau dalam memberikan pelayanan pada pelanggan yaitu
M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 9

94,03%, Sikap sopan yang ditunjukkan karyawan sebesar 92,34% dan


Penciptaan rasa aman diruangan pelayanan sebesar 90,67%.
Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian
score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi kepastian, dilakukan
pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut:
Frequencies
N
Kepentingan - Kinerja Negative
6
Differences(a)
Positive
40
Differences(b)
Ties(c) 4
Total 50
a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan =
Kinerja

Test Statistics(a)
Kepentingan -
Kinerja
Z -4,866
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Sign Test

Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 6


responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 4 responden
mempunyai score yang sama dan 40 responden menilai kinerja masih dibawah
atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil
perhitungan sebesar -4,866 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini
berarti – 4,866 < - 1,96 atau significance test 0,000 < 0,05 level of significance,
ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat
kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi
kepastian masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.
Empati (Emphaty). Empati merupakan sikap atau perhatian yang diberikan
seseorang dalam memberikan pelayanan. Empati dapat ditunjukkan dari
kesabaran karyawan, perhatian individu karyawan, waktu beroperasi untuk
melayani, kesungguhan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam
memperhatikan kebutuhan karyawan serta kemampuan karyawan memberikan
solusi atas keluhan dan masalah pelanggan.
Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu pelayanan PT TELKOM
Cabang Sanggau berkaitan dengan dimensi kepastian sebagai berikut:
10 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Tabel 4. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan


Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM
Dimensi Empati
No. Penilaian Penilaian
X Y Tki
Pertanyaan Kinerja Kepentingan
1 186 187 3,72 3,74 99,47%
2 172 195 3,44 3,90 88,21%
3 183 199 3,66 3,98 91,96%
4 180 190 3,60 3,8 94,74%
5 181 208 3,62 4,16 87,02%
902 979 3,61 3,92 92,13%
Sumber : Data Olahan, 2006

Pada Table 4 hasil jawaban responden, pelayanan jasa PT. TELKOM


Cabang Sanggau dimensi empati tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh
pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat
kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada
satupun yang nilainya 100% atau lebih termasuk juga reratanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa dimensi empati dari pelayanan yang diberikan PT.
TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan
pelanggannya atau tidak seperti yang diharapkan. Pencapaian kinerja yang cukup
baik dicapai pada Kesabaran karyawan PT. TELKOM Cabang Sanggau dalam
melayani pelanggan dengan tingkat kesesuaian 99,47%, waktu beroperasi
perusahaan dalam pelayanan sebesar 91,96%, dan kesungguhan perusahaan
dalam memperhatikan kebutuhan pelanggan.
Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian
score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi empati, dilakukan
pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut:
Frequencies

N
Kepentingan - Kinerja Negative
8
Differences(a)
Positive
34
Differences(b)
Ties(c) 8
Total 50
a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan =
Kinerja
M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 11

Test Statistics(a)
Kepentingan -
Kinerja
Z -3,858
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Sign Test
Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 8
responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 8 responden
mempunyai score yang sama dan 36 responden menilai kinerja masih dibawah
atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil
perhitungan sebesar -4,866 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini
berarti – 3,858 < - 1,96 atau significance test 0,000 < 0,05 level of significance,
ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat
kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi empati
masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.
Berwujud. Berwujud adalah bentuk fisik yang dimiliki oleh perusahaan
meliputi : perlengkapan dan peralatan diruang pelayanan, penampilan dan cara
berpakaian karyawan perusahaan, desain ruang dan meja kerja petugas pelayanan,
kebersihan, kerapian serta kenyamanan diruang pelayanan dan tempat parkir
kendaraan.
Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu pelayanan PT TELKOM
Cabang Sanggau berkaitan dengan dimensi kepastian sebagai berikut:

Tabel 5. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan


Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM
Dimensi Keberwujudan
No. Penilaian Penilaian
X Y Tki
Pertanyaan Kinerja Kepentingan
1 201 220 4,02 4,4 91,36%
2 193 197 3,86 3,94 97,97%
3 213 222 4,26 4,44 95,95%
4 217 224 4,34 4,48 96,88%
5 216 235 4,32 4,7 91,91%
1040 1098 4,16 4,39 94,72%
Sumber : Data Olahan, 2006

Pada Table 5 hasil jawaban responden, pelayanan jasa PT. TELKOM


Cabang Sanggau dimensi keberwujudan tidak ada satupun dari kinerja yang
dinilai oleh pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan
tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki),
tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih termasuk juga reratanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa dimensi empati dari pelayanan yang diberikan
12 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan


pelanggannya atau tidak seperti yang diharapkan. Namun demikian dari sisi
pencapaian kinerja dimensi keberwujudan sudah cukup baik dimana tingkat
kesesuaian (Tki) diantara 90% sampai dengan 100%.
Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian
score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi empati, dilakukan
pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut:

Frequencies
N
Kepentingan - Kinerja Negative
12
Differences(a)
Positive
25
Differences(b)
Ties(c) 13
Total 50
a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan =
Kinerja

Test Statistics(a)
Kepentingan -
Kinerja
Z -1,973
Asymp. Sig. (2-tailed) ,049
a Sign Test
Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 12
responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 13
responden mempunyai score yang sama dan 25 responden menilai kinerja masih
dibawah atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai
Z hasil perhitungan sebesar -1,973 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ±
1,96 ini berarti – 1,973 < - 1,96 atau significance test 0,049 < 0,05 level of
significance, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti
bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada
dimensi empati masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan
kepentingannya.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah:
1. Lima dimensi mutu pelayanan jasa yaitu Keandalan (Reliability),
Ketanggapan (Responsiveness), kepastian (Assurance), empati (Emphaty),
berwujud (Tangibles) PT. TELKOM berdasarkan tanggapan responden,
dimana dinilai kinerja yang dirasakan oleh pelanggan masih di bawah atau
M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 13

masih rendah dari tingkat kepentingan yang diharapakan, sehingga tidak


semua konsumen merasa puas atas kinerja dari pelayanan jasa perusahaan PT.
TELKOM Cabang Sanggau.
2. Hasil pengujian lima dimensi mutu jasa pelayanan yang dilakukan PT.
TELKOM Cabang Sanggau dengan menggunakan sign test menunjukan tidak
satupun dimensi dari hasil pengujian jawaban responden menerima hipotesis
nihil (Ho). Hanya dimensi keberwujudan yang significance (0,049) mendekati
level of significance test (0,05). Dengan demikian dimensi keberwujudan
yang hampir memenuhi harapan dari pelanggan PT. TELKOM Cabang
Sanggau. Ini juga terlihat dari tingkat kesesuaiannya diatas 90% dibawah
100% berarti pencapaiannya cukup baik. Pencapaian indicator dari dimensi-
dimensi jasa pelayanan lainnya yang cukup baik antara lain :
- Kemampuan dalam memproses pemasangan telepon baru
- keluangan waktu petugas administrasi menanggapi keluhan pelanggan
- Pengetahuan dan kecakapan karyawan pelayanan dalam memberikan
pelayanan pada pelanggan.
- Sikap sopan yang ditunjukkan karyawan
- Penciptaan rasa aman diruangan pelayanan
- Kesabaran karyawan dalam melayani pelanggan dengan tingkat
kesesuaian.
- Waktu beroperasi perusahaan dalam pelayanan.
- Kesungguhan perusahaan dalam memperhatikan kebutuhan pelanggan.
Saran yang diberikan berkenaan dengan penelitian ini adalah:
1. PT. TELKOM Cabang Sanggau hendaknya memperbaiki pelayanan pada
kelima dimensi jasa pelayanan, khususnya pada indicator yang pencapaiannya
dibawah 90%. Khususnya pada dimensi keandalan dan daya tanggap. Ini
dikarenakan dari 5 indicator yang ditanyakan kepada responden hanya 1
indicator yang diatas 90% atau cukup baik yaitu Kemampuan dalam
memproses pemasangan telepon baru dan keluangan waktu petugas
administrasi menanggapi keluhan pelanggan dengan demikian keempat
indicator dari dimensi keandalan dan daya tanggap dibawah 90%, jadi
diperlukan perbaikan mutu pelayanannya.
2. Untuk dimensi yang indicatornya mencapai 90% keatas harus dipertahankan
dan ditingkatkan agar pelanggan merasa harapan kepentingan mereka dapat
terpenuhi dan pada akhirnya mereka merasa puas atas pelayanan yang
diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau diwaktu yang akan datang.

Daftar Pustaka
Zeithaml, V. A., M. J. Bitner, 1996. Service Marketing, New Jersey: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Parasuraman, A; Zeithaml, Valarie A. & Berry, Leonard L. (1998) Serqual : A.
Multiple-Items Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service
Quality. Journal of Retailing. Volume 64, number 1, p 12 – 37.
14 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Kotler, Philip & Amstrong, Garry. (1997) Dasar-dasar Pemasaran. Jilid I. Alih
Bahasa Alexander Sindoro. Prenhallindo, Jakarta.
Sudjana, 1997, Statistik Untuk Ekonomi. Penerbit : Tarsito, Bandung.
Sugiono, Prof, Dr. 1999, Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta, Bandung
Hawkins, et all. (1980) Consumer Implication For Marketing Strategy. Business
Publications, Georgetown
Craven, W. David. (1996) Pemasaran Strategis. Alih Bahasa Lina Salim, MBA
Jilid 1, Edisi ke empat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Penerbit Ekonisa,
Yokyakarta.
Simamora, Bilson, 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Penerbit
Prenhallindo, Jakarta.
Nasution, M.N, M.Sc. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Penerbit : Ghalia
Indonesia, Jakarta

Lampiran 1 : Dimensi pelayanan jasa (reliability, responsiveness, assurance,


empathy, dan tangible) Beserta Indicator
No Dimensi Indicator
1 Keandalan 1. Kemampuan perusahaan dalam proses pemasangan telepon baru
(Reability) 2. Ketepatan jadwal dalam pemasangan telepon baru
3. Kemudahan layanan administrasi dalam pemasangan telepon baru
4. Keakuratan system administrasi pembayaran rekening yang diberikan pihak
perusahaan
5. Keakuratan jumlah yang dibayarkan dengan jumlah pemakaian telepon
2 Daya 1. Keluangan waktu petugas administrasi menanggapi keluhan pelanggan
Tanggap 2. Kejelasan informasi yang disampaikan petugas administrasi kepada pelanggan
(Responsivene
3. Respon karyawan terhadap masalah yang dialami pelanggan
ss)
4. Kesediaan karyawan membantu kesulitan yang dialami pelanggan
5. Keterbukaan karyawan terhadap menanggapi masalah-masalah pelanggan
3 Kepastian 1. Pengetahuan dan kecakapan karyawan dalam memberikan pelayanan
(assurance) 2. Sikap sopan yang ditunjukkan karyawan terhadap pelanggan
3. Penciptaan rasa aman diruangan pelayanan
4. Peranan karyawan dalam menanamkan kepercayaan kepada pelanggan
5. Keramah tamahan karyawan dalam melayani pelanggan
4 Empati 1. Kesabaran karyawan dalam melayani pelanggan
(empathy) 2. Perhatian individu karyawan terhadap pelanggan
3. Waktu beroperasi perusahaan untuk melayani pelanggan
4. Kesungguhan perusahaan dalam memperhatikan kebutuhan pelanggan
5. Kemampuan karyawan memberikan solusi atas keluhan dan masalah pelanggan
5 Berwujud 1. Kelengkapan perlengkapan dan peralatan diruang pelayanan
(tangable) 2. Penampilan dan cara berpakaian karyawan perusahaan
3. Desain ruang dan meja kerja petugas pelayanan
4. Kebersihan, kerapian dan kenyaman diruang pelayanan
5. Tempat parkir yang luas dan aman
Persepsi Kinerja : Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik, Tidak Baik
Kepentingan : Sangat Penting, Penting, Cukup Penting, Kurang Penting, Tidak Penting
ANALISIS PROSEDUR PELAPORAN SURAT
PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ) PADA DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Jaurino*)

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
Pelaporan SPJ oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Bendahara
Pengeluaran pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan Pelaporan SPJ.
Alat analisis yang digunakan adalah kuesioner, laporan SP2D yang
diterbitkan serta jumlah SPJ yang dilaporkan pada tahun 2006. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaporan SPJ telah berjalan dengan
efektif namun tidak efesien.

Kata Kunci : Permendagri No 13 Tahun 2006, efektif, efesien, Surat


Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem dengan berbagai pusat


pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang mencerminkan rencana dan
tindakan dari tiap-tiap pertanggungjawaban tersebut dengan cara membebankan
tanggung jawab kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Pemberian wewenang
dan tanggung jawab kepada daerah-daerah ditujukan agar tidak terjadi tumpang
tindih tanggung jawab dalam melaksanakan program-program yang telah di
rencanakan, serta dapat melaksanakan program secara sungguh-sungguh dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Setiap Bendahara Pengeluaran wajib mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya dengan
menyampaikan surat pertanggungjawaban ( SPJ ) pengeluaran kepada PPKD
( Pejabat Pengelola keuangan Daerah ) selaku BUD paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban bendahara pengeluaran
secara fungsional dilaksanakan setelah diterbitkan surat pengesahan laporan
pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran / kuasa pengguna
anggaran. Laporan SPJ yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran kepada
PPKD adalah laporan yang telah direkap dari SPJ yang dilaporkan oleh Pembantu
Bendahara. Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, Bendahara Pengeluaran
Pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada
Bendahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Jika terdapat
penyimpangan di setiap satuan kerja itu merupakan tanggungjawab pimpinan

*)
Drs. Jaurino, M.Si adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak
15
16 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

satuan kerja / pengelola keuangan daerah / pengguna anggaran bukan tanggung


jawab kepala daerah.
Bendahara Pengeluaran Pembantu Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Barat harus menyampaikan Laporan SPJ pada Bendahara
Pengeluaran paling lambat tanggal 5 setelah diterbitkan SP2D dan Laporan SPJ
tersebut harus dipertanggungjawabkan minimal 75 % dari nilai SP2D. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas Pelaporan
SPJ oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran.

Kerangka Teoritik
Kinerja Akuntansi Sektor Publik
Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang
berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (Sektor Publik) adalah
value for money yang meliputi penilaian efesiensi, efektifitas, dan ekonomis.
Efesiensi dan efektifitas anggaran belanja merupakan salah satu prinsip utama
dalam penyelenggaraan anggaran belanja suatu organisasi sektor publik agar
dapat memberikan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal.
Indikator kinerja dalam suatu organisasi yang menggunakan value for
money harus menggambarkan pencapaian tingkat pelayanan pada biaya ekonomis
yang terbaik (economical cost). Ini berarti unit biaya yang terendah tidak selalu
menggambarkan value for money yang terbaik, karena dengan biaya termurah
tidak selalu merupakan yang terbaik. Untuk lebih jelasnya, efesiensi, efektifitas
dan ekonomis akan diuraikan sebagai berikut:
• Efesiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa
yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu.
• Efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan, di mana efektifitas
diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input di mana barang dan jasa
dibeli pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang
dimungkinkan.
Konsep value for money sangat penting bagi pemerintah daerah sebagai
pemberi pelayanan kepada masyarakat karena pemakaian konsep tersebut akan
memberi manfaat berupa :
1) Efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan tepat sasaran.
2) Meningkatkan mutu pelayanan publik
3) Dengan menghilangkan setiap inefesiensi dalam seluruh tindakan
pemerintaah maka biaya pelayanan yang diberikan menjadi murah dan selalu
dilakukan penghematan dalam pemakaian sumber daya.
4) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
5) Meningkatkan public cost awarenes sebagai akar dari akuntabilitas
Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 17

Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai
karena value for money mempunyai kaitan yang erat dengan pengukuran output
dan input. Permasalahan yang sering muncul adalah tidak tersedianya data yang
lengkap terutama data output tidak tersedianya data output yang lengkap tidak
berarti analisis value for money tidak dapat dilakukan.

Outcome Pelayanan Publik


Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkali lebih sulit
dibanding penetapan dan pengukuran terhadap input maupun output. Ada berapa
hal yang menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur:
1) Outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana
yang memudahkan proses monitoring (pemantauan)
2) Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Misal: untuk
mengubah pola pembiayaan sektor publik sangat tergantung pada siapa yang
berkuasa, bagaimana arah kebijakan politiknya.
3) Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi
kualitas.jika input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah
meningkat, operasi sudah lebih ekonomis dan efesien, tetapi apa yang
dihasilkan ternyata tidak berkualitas, tentu akan merugikan organisasi yang
bersangkutan.
value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan
biaya input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money
pada organisasi sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya
tuntutan akuntabilitas publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi
konsep value for money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik
dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat implementasi konsep value for
money pada organisasi sektor publik antara lain:
a. Meningkatkan efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran;
b. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
c. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefesiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input;
d. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan
e. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (publik costs awarenes) sebagai
akar pelaksanaan akuntabilitas publik.
Sistem Pengendalian Intern
Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern
Menurut Hartadi (1999:3)”Sistem pengendalian intern dalam hubungannya
dengan manajemen dan audit dijelaskan tentang pengertian sistem pengendalian
intern dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, pengendalian intern sama
dengan pengertian internal check yang merupakan prosedur mekanisme untuk
memeriksa ketelitian data-data administrasinya. Sedangkan dalam arti luas,
18 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial yang


mempunyai makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Sistem
tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur alat-alat fisik, dokumentasi
organisasi yang berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk:
1) Melindungi harta perusahaan
2) Menjamin ketelitian data akuntasi
3) Dapat diperoleh operasi secara efesien
4) Menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan.
Menurut Widjajanto (2001:18)”Pengendalian intern (internal control) adalah
suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua
metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk :
1) Mengamankan harta perusahaan
2) Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi
3) Meningkatkan efesiensi
4) Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran
organisasi.
Menurut H.Bodnar dan S.Hopwood (2001:11) ”Pengendalian intern adalah
yang ditetapkan untuk memberikan jaminan tercapainya tujuan:(a) keandalan
laporan keuangan, (b) efektivitas dan efesiensi operasi, (c) ketaatan atas ketentuan
dan peraturan yang berlaku.

Unsur-Unsur Pengendalian Intern


Menurut Widjajanto (2001:18)”Agar dapat berjalan baik, suatu sistem
pengendalian intern harus memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
c. Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi.
d. Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab yang
dipikulnya.

Metode Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian, penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kalimantan Barat. Adapun yang ingin dikaji adalah Prosedur,
Efektivitas Laporan Surat Pertanggungjawaban dari Bendahara Pengeluaran
Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran, yang meliputi jumlah SP2D yang
diterbitkan dan jumlah SPJ yang dipertanggungjawabkan. Penelitian ini
menggunakan data pada tahun 2006, yang bersumber dari Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kalimantan Barat.
Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 19

Model Analisis
Analisis data dilakukan dengan cara kualitatif deskriptif, yaitu :
Analisis Efektifitas
Untuk menganalisis efektifitas Pelaporan SPJ dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah SPJ
x 100 %
Jumlah SP2D + Sisa Panjar

Dimana :
Jumlah SPJ = Jumlah yang dipertanggungjawabkan berdasarkan
SP2D yang diterbitkan
Jumlah SP2D = Jumlah SP2D yang diterbitkan oleh Pemda
Sisa Panjar = Jumlah SP2D dikurangi SPJ periode sebelumnya

Pembahasan
Prosedur Pelaporan SPJ
Berdasarkan prosedur pelaporan SPJ yang berlaku pada Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat, maka analisis yang didapat
penulis adalah sebagai berikut:
1) Alur Dokumen
Alur dokumen Pelaporan SPJ pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Barat telah berjalan dengan memadai. Dimana dokumen SP2D
untuk pencairan dana telah dibuat sebanyak 4 rangkap, dimana rangkap
pertama untuk Bank yang ditunjuk, rangkap kedua untuk Pengguna
Anggaran, rangkap ketiga untuk arsip BUD dan rangkap keempat untuk
pihak ketiga (Bendahara Pengeluaran Pembantu). Dengan demikian tujuan
dari pengendalian intern dapat terlaksana dengan baik yaitu mengamankan
harta perusahaan dan mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi.
2) Dokumen / Formulir yang digunakan
a. SP2D ( Surat Perintah Pencairan Dana )
b. Buku Kas Umum Pengeluaran
c. Buku Kas Umum Pengeluaran Pembantu
d. Buku Pembantu panjar
e. Buku Pembantu Pajak
3) Bagian – bagian yang terlibat
Bagian yang terlibat dalam prosedur pelaporan SPJ adalah :
a. Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran bertugas untuk mengotorisasi SPJ sebelum
diserahkan ke Bendahara Pengeluaran.
b. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran bertugas untuk mengotorisasi SPJ setelah
dibukuhkan oleh Pembantu Bendahara Pengeluaran Pencatat dokumen
c. Pembantu Bendahara Pengeluaran Pencatat Dokumen
20 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Bendahara Pengeluaran Pembantu Bertugas untuk memeriksa kebenaran


terima panjar pada Laporan SPJ dengan SP2D yang telah diterbitkan
sebelumnya, memeriksa kelengkapan laporan SPJ, mencatat SPJ yang
diserahkan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu masing-masing
proyek ke dalam Buku Kas Umum Pengeluaran, mencatat Panjar
kegiatan ke dalam Buku Pembantu Panjar dan mencatat pajak ke dalam
Buku Pembantu Pajak
d. Pembantu Bendahara Pengeluaran Penyusunan dan Penyampaian
Laporan Keuangan
Bagian ini bertugas untuk mencatat SPJ yang telah dibukuhkan ke Buku
Kas Umum ke Rekap Laporan SPJ dan Menyerahkan Laporan SPJ ke
Pemda/BUD.
e. Bendahara Pengeluaran Pembantu Proyek
Bagian ini bertugas untuk membuat laporan SPJ dan mencatat ke dalam
Buku Kas Umum Pengeluaran Pembantu atas penggunaan SP2D yang
telah digunakan dan menyampaikannya ke Bagian Keuangan
f. BUD
Memeriksa SPJ yang telah diserahkan oleh Bagian Keuangan Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Kalbar.
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur
Pelaporan SPJ yang diterapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan
Barat telah berjalan dengan memadai karena pada alur dokumen telah dibuat
rangkap sesuai dengan bagian yang terlibat langsung pada pelaporan, dokumen
yang digunakan sudah mencantumkan tanda tangan orang yang
bertanggungjawab atas transaksi atau kejadian yang telah terjadi dan bagian yang
terlibat menjalani tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta fungsi
pencatatan, pelaksanaan dan penyimpanan telah terpisah.

Efektivitas Pelaporan SPJ


Tabel 1. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalbar
Tingkat Efektifitas SPJ Tahun 2006
Uraian SP2D Sisa Panjar Jumlah SPJ Efektifitas Ket
Panjar (%)
Bidang TU
Aparatur dan Umum
Biaya Perangko, Materai
Terima Panjar I 939,200 99.98 Efektif
939,200 - 939,000
Terima Panjar II 3,659,000 99.95 Efektif
3,658,800 200 3,657,000
Terima Panjar III 2,301,000 99.87 Efektif
2,299,000 2,000 2,298,000
Terima Panjar IV 1,802,000 100.00 Efektif
1,799,000 3,000 1,802,000
Biaya Listrik, Air dan Telepon
Terima Panjar I 45,316,400 80.22 Efektif
45,316,400 - 36,352,762
Terima Panjar II 77,347,238 31.74 Tidak
68,383,600 8,963,638 24,553,428 Efektif
Terima Panjar III 52,793,810 64.25 Tidak
Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 21

- 52,793,810 33,918,301 Efektif


Terima Panjar IV 18,875,509 84.96 Efektif
- 18,875,509 16,036,922
Terima Panjar V 70,801,587 59.39 Tidak
67,963,000 2,838,587 42,045,713 Efektif

Biaya Cetak dan Penggandaan


Terima Panjar I 13,275,000 100.00 Efektif
13,275,000 - 13,275,000
Terima Panjar II 12,777,313 99.99 Efektif
12,777,313 - 12,776,100
Terima Panjar III 13,027,369 99.98 Efektif
13,026,156 1,213 13,024,400
Terima Panjar IV 2,001,400 99.85 Efektif
1,998,431 2,969 1,998,400

Perencanaan Umum
Penyusunan & Pengumpulan
Data
Terima Panjar I 81,240,057 98.61 Efektif
81,240,057 - 80,112,725
Terima Panjar II 61,127,332 98.05 Efektif
60,000,000 1,127,332 59,935,450
Terima Panjar III 64,344,132 98.48 Efektif
63,152,250 1,191,882 63,363,550
Terima Panjar IV 53,818,982 98.18 Efektif
52,838,400 980,582 52,838,400
Penyelenggaraan Forum SKPD
Terima Panjar I 33,930,000 99.71 Efektif
33,930,000 - 33,830,000
Terima Panjar II 10,050,000 99.00 Efektif
9,950,000 100,000 9,950,000
Terima Panjar III 1,156,000 91.35 Efektif
1,056,000 100,000 1,056,000

Penyusunan Laporan Semester


Terima Panjar I 16,767,550 100.00 Efektif
16,767,550 - 16,767,200
Terima Panjar II 5,000,350 100.00 Efektif
5,000,000 350 5,000,250
Terima Panjar III 22,609,850 100.00 Efektif
22,609,750 100 22,609,600
Terima Panjar IV 19,691,950 100.00 Efektif
19,691,700 250 19,691,700

Bidang SDA
Pelaksanaan Normalisasi
Sungai
Terima Panjar I 71,251,550 83.19 Efektif
71,251,550 - 59,271,550
Terima Panjar II 40,460,504 70.88 Tidak
28,480,504 11,980,000 28,678,000 Efektif
Terima Panjar III 25,884,029 57.88 Tidak
14,101,525 11,782,504 14,981,525 Efektif

Rehab Jaringan Irigasi & Rawa


Terima Panjar I 123,214,180 61.34 Tidak
123,214,180 - 75,584,180 Efektif
Terima Panjar II 100,924,245 70.23 Tidak
53,294,245 47,630,000 70,874,145 Efektif
Terima Panjar III 61,321,675 83.82 Efektif
31,271,575 30,050,100 51,401,475

Rehab Petani Pemakai Air


Terima Panjar I 88,658,480 36.09 Tidak
88,658,480 - 31,998,480 Efektif
Terima Panjar II 130,946,920 74.31 Tidak
74,286,920 56,660,000 97,306,920 Efektif
22 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Terima Panjar III 53,994,600 94.20 Efektif


20,354,600 33,640,000 50,864,600

Bidang UPMKL
Belanja Telepon
Terima Panjar I 6,000,000 87.79 Efektif
6,000,000 - 5,267,368
Terima Panjar II 5,332,632 25.18 Tidak
4,600,000 732,632 1,342,969 Efektif

Belanja Listrik
Terima Panjar I 6,000,000 90.25 Efektif
6,000,000 - 5,414,700
Terima Panjar II 585,300 100.00 Efektif
- 585,300 585,300

Belanja Surat Kabar


Terima Panjar I 900,000 54.44 Tidak
900,000 - 490,000 Efektif
Terima Panjar II 410,000 85.37 Efektif
- 410,000 350,000

Bidang Bindal
Monitoring, Evaluasi &
Pelaporan
Rencana Tata Ruang
Terima Panjar I 48,556,000 98.29 Efektif
48,556,000 - 47,726,000
Terima Panjar II 35,709,000 96.86 Efektif
34,879,000 830,000 34,589,000
Terima Panjar III 17,685,000 97.06 Efektif
16,565,000 1,120,000 17,165,000
Pelaksanaan Pengendalian
Pengawasan Bidang Ke-Puan
Terima Panjar I 38,338,100 95.60 Efektif
38,338,100 - 36,650,000
Terima Panjar II 43,810,100 99.43 Efektif
42,122,000 1,688,100 43,560,100
Terima Panjar III 31,859,000 84.81 Efektif
31,609,000 250,000 27,020,000

Penyusunan Laporan Progress


Terima Panjar I 12,510,000 98.34 Efektif
12,510,000 - 12,302,650
Terima Panjar II 6,927,350 94.12 Efektif
6,720,000 207,350 6,520,000
Terima Panjar III 6,177,350 93.41 Efektif
5,770,000 407,350 5,770,000

Sosialisasi dan Desiminasi


Peraturan Perundangan Jaskon
Terima Panjar I 26,935,000 73.60 Tidak
26,935,000 - 19,825,000 Efektif
Terima Panjar II 25,480,000 47.92 Tidak
18,370,000 7,110,000 12,210,000 Efektif
Terima Panjar III 22,320,000 98.43 Efektif
9,050,000 13,270,000 21,970,000

Pengawasan Terhadap Perijinan


Jaskon
Terima Panjar I 49,730,000 91.20 Efektif
49,730,000 - 45,355,000
Terima Panjar II 26,280,000 96.12 Efektif
21,905,000 4,375,000 25,260,000

Bidang Bina Marga


P2TPROP
Terima Panjar I 78,999,000 85.76 Efektif
78,999,000 - 67,752,600
Terima Panjar II 66,187,292 97.38 Efektif
Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 23

54,940,892 11,246,400 64,451,792


Terima Panjar III 67,356,400 85.90 Efektif
65,620,900 1,735,500 57,856,000
Akses Jembatan kapuas II
Terima Panjar I 29,228,500 89.38 Efektif
29,228,500 - 26,123,435
Terima Panjar II 18,605,065 80.37 Efektif
15,500,000 3,105,065 14,952,800
Terima Panjar III 20,923,765 82.51 Efektif
17,271,500 3,652,265 17,264,100

Sei Durian- Rasau Jaya


Terima Panjar I 56,793,054 97.00 Efektif
56,793,054 - 55,091,750
Terima Panjar II 40,592,057 95.51 Efektif
38,890,753 1,701,304 38,770,500
Terima Panjar III 34,800,749 93.94 Efektif
32,979,192 1,821,557 32,690,900
Terima Panjar IV 33,543,295 92.91 Efektif
31,433,446 2,109,849 31,165,692
Kebimargaan
Terima Panjar I 323,619,100 84.50 Efektif
323,619,100 - 273,446,02
0
Terima Panjar II 216,432,855 28.10 Tidak
166,259,775 50,173,080 60,815,920 Efektif
Terima Panjar III 168,706,185 -
12,089,250 156,616,93 -
5
Terima Panjar IV 194,380,185 87.91 Efektif
13,337,000 181,043,18 170,887,92
5 0
Terima Panjar V 170,793,490 97.78 Efektif
160,638,225 10,155,265 166,994,20
0
Imam Bonjol - Adi Sucipto
Terima Panjar I 42,356,160 99.15 Efektif
42,356,160 - 41,998,230
Terima Panjar II 23,164,390 -
22,806,460 357,930 -
Terima Panjar III 36,390,230 81.79 Efektif
6,612,920 29,777,310 29,765,100
Terima Panjar IV 22,818,670 96.27 Efektif
22,806,460 12,210 21,968,070

Bidang Cipta Karya


Rehab Rumah JabatanKetua
DPR
Terima Panjar I 11,879,250 88.61 Efektif
11,879,250 - 10,526,300
Terima Panjar II 9,502,200 97.89 Efektif
8,149,250 1,352,950 9,302,050
Terima Panjar III 18,753,500 99.37 Efektif
18,553,500 200,000 18,635,800

Kerja Tata Bangunan


Terima Panjar I 10,548,750 18.20 Tidak
10,548,750 - 1,920,000 Efektif
Terima Panjar II 8,628,450 73.48 Tidak
- 8,628,450 6,340,000 Efektif
Terima Panjar III 53,829,700 44.96 Tidak
51,541,250 2,288,450 24,200,750 Efektif
Terima Panjar IV 36,868,950 86.85 Efektif
7,240,000 29,628,950 32,021,500
Program Air Minum Provinsi
kalbar
Terima Panjar I 12,266,250 21.37 Tidak
12,266,250 - 2,621,800 Efektif
Terima Panjar II 9,644,450 86.73 Efektif
- 9,644,450 8,365,000
24 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Terima Panjar III 46,053,200 56.46 Tidak


44,773,750 1,279,450 26,001,450 Efektif

Terima Panjar IV 24,431,750 86.24 Efektif


4,380,000 20,051,750 21,070,000

Infrastruktur Rumah Akibat


Bencana Alam
Terima Panjar I 15,154,250 48.15 Tidak
15,154,250 - 7,296,900 Efektif
Terima Panjar II 7,857,350 92.87 Efektif
- 7,857,350 7,296,900
Terima Panjar III 21,803,600 89.73 Efektif
20,124,250 1,679,350 19,563,750
Terima Panjar IV 6,784,850 66.99 Tidak
4,545,000 2,239,850 4,545,000 Efektif

Program Air Minum dan


Limbah
Terima Panjar I 16,154,250 54.95 Tidak
16,154,250 - 8,876,450 Efektif
Terima Panjar II 7,277,800 75.68 Efektif
- 7,277,800 5,508,000
Terima Panjar III 21,894,050 53.49 Tidak
20,124,250 1,769,800 11,712,000 Efektif
Terima Panjar IV 14,727,050 95.91 Efektif
4,545,000 10,182,050 14,125,000

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari beberapa kegiatan


masih banyak Pelaporan SPJ yang kurang dari 75 %. Sekitar 26 % Pelaporan
SPJ belum berjalan dengan efektif. Hal ini diakibatkan karena belum adanya
sanksi tegas dari Bendahara Pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran
Pembantu atas Pelaporan SPJ yang belum mencapai 75 %.

Faktor-faktor yang menyebabkan prosedur Pelaporan SPJ berjalan tidak efektif


antara lain :
1) Tidak ditaatinya batas waktu Pelaporan SPJ oleh Bendahara Pengeluaran
Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran yaitu paling lambat tanggal 5
bulan berjalan sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006.
2) Tidak adanya dasar hukum berupa tindakan tegas dari Bendahara
Pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu terhadap Pelaporan
SPJ yang kurang dari 75 % dan terhadap pelaporan yang terlambat
dilaporkan.
3) Prosedur penerbitan SPJ yang bertele-tele dimana bagian yang terlibat dan
dokumen pendukung yang diperlukan banyak sehingga memerlukan waktu
yang lama dan untuk kerja tim untuk penerbitan SPJ kurang berjalan dengan
efektif karena kurangnya kerja sama diantara mereka.

Penutup
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur Pelaporan SPJ telah berjalan
dengan memadai
Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 25

2. Pelaporan SPJ Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat


belum berjalan dengan efektif dalam arti Pelaporan SPJ belum dipertanggung
jawabkan lebih dari 75 % dari SP2D.
3. faktor-faktor penyebab ketidakefektifan Pelaporan SPJ adalah : 1) tidak
adanya dasar hukum mengenai sanksi yang tegas untuk Laporan SPJ yang
kurang dari 75%, 2) Prosedur Birokrasi yang sulit atau bertele-tele, 3) Tidak
diberitahukan mengenai batas waktu pelaporan SPJ.

Daftar Pustaka
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Bastian, Indra, 2001, Akuntansi Sektor Publik, Edisi pertama, Penerbit Salemba
Empat, Jakarata.
Nordiawan, Deddi, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Romney, Marshall B & Paul John Steinbart. 2004, Accounting Information
System, Edisi 9, PenerbitSalemba Empat, Jakarta.
Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Kedua, Penerbit Salemba
Empat, Jakarata.
H Bodnar, George & William S.Hopwood, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi
kedelapan, Penerbit PT. Indeks kelompok gramedia.
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP MINUMAN
LIDAH BUAYA “SAVIERA” DI KOTA PONTIANAK;

Uray Mustakim Z*)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam
pembelian minuman lidah buaya “Saviera” di kota Pontianak.
Penelitian dilakukan di kota Pontianak. Peneliti menetapkan 30 orang
responden untuk sampel yang memiliki kriteria yang pernah membeli
dan mengkonsumsi minuman lidah buaya “Saviera” sebanyak dua kali
berturut-turut atau lebih. Untuk keperluan analisis diguanakan methode
Fishbein.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai perilaku atau nilai maksud
perilaku yang terbentuk terhadap produk minuman lidah buaya merek
saviera adalah baik. Perusahaan CV. Madinah sebaiknya memperluas
jalur distribusi pemasaran untuk mencari pengecer baru hingga ke
wilayah yang belum terjangkau atau sebaiknya melakukan promosi
dengan melakukan demo agar konsumen mengetahaui secara jelas
kegunaan dari minuman lidah buaya.

Kata Kunci: Perilaku Konsumen, Minuman Lidah Buaya

Lidah buaya sering dikenal dengan nama aloe vera atau aloe. Karena
penyebarannya cukup luas, lidah buaya memiliki nama lokal yang beragam
diantaranya ghai kunwar, gwar-patha, yaa dam, lou-houey, zambila dan lain-lain.
Tanaman lidah buaya termasuk dalam Divisi Spermatophyta, Kelas
Monocotyledoneae, Famili Liliales, Ordo Liliaceae, Genus Aloe, Species Aloe
vera.
Untuk daerah Kalimantan Barat, walaupun berstatus kota, Pontianak
bukanlah wilayah yang tidak memungkinkan orang mengusahakan usaha
agribisnis. Justru salah satu andalan kota Pontianak pada saat ini adalah agribisnis
khususnya lidah buaya (Aloe Vera). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan
bahwa pada saat ada kecenderungan masyarakat untuk beralih ke bahan-bahan
alami, peluang tanaman obat sebagai komoditas perdagangan menjadi sumber
besar.
Meskipun lidah buaya sudah banyak dilakukan pengusaha dalam bentuk
dodol dan teh lidah buaya, namun baru-baru ini pengusaha mulai
memperkenalkan minuman lidah buaya (Nata de Aloe), CV. Madinah misalnya,
perusahaan ini memperkenalkan minuman lidah buaya (Nata de Aloe) dengan
merek “Saviera”. Untuk pemasaran minuman lidah buaya ini pangsa pasarnya

*)
Uray Mustakim Z, SE, MM adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak
26
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 27

sudah mulai dipasarkan pada supermarket, minimarket, pasar buah-buahan di


kota Pontianak. Banyaknya permintaan akan minuman lidah buaya ini beragam
tiap bulannya.
Berdasarkan data penjualan dari CV. Madinah Pontianak dari bulan Januari
2006 sampai Januari 2007 yang naik turun disebabkan oleh permintaan konsumen
yang tidak menentu sehingga proses pembuatan menjadi terhambat. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Data penjualan minuman lidah buaya “Saviera” periode Januari 2006
sampai Januari 2007

Bulan Jumlah Bulan Jumlah


(kardus) (kardus)
Januari2006 29 Juli 101
Februari 30 Agustus 301
Maret 100 September 155
April 111 Oktober 331
Mei 143 November 101
Juni 14 Desember 95
Januari2007 70
Total 1.581
Sumber : CV. Madinah Pontianak 2007
Pada Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari, Pebruari, Maret,
April, Mei, Juli, Agustus, dan Oktober 2006 penjualan minuman lidah buaya
“Saviera” mengalami peningkatan, dimana pada bulan Januari terjual sebanyak
29 kardus, Pebruari sebanyak 30 kardus, April sebanyak 111 kardus, Mei
sebanyak 143 kardus, Juli sebanyak 101 kardus, Agustus sebanyak 301 kardus,
dan pada bulan Oktober yang terjual sebanyak 331 kardus.
Pada bulan Juni penjualan minuman lidah buaya “Saviera”mengalami
penurunan, dimana yang terjual hanya berjumlah 14 kardus, begitu juga pada
bulan November, Desember 2006 dan Januari 2007, penjualan minuman lidah
“Saviera” terus mengalami penurunan. Pada bulan November 2006 yang terjual
sebanyak 101 kardus, Desember 2006 yang terjual sebanyak 95 kardus dan pada
bulan Januari 2007 terus turun, yang terjual hanya 70 kardus.
Setiap jenis usaha pada umumnya didirikan mempunyai tujuan atau sasaran
yang sama yaitu berupa volume penjualan yang tinggi, tingkat laba yang
memadai serta pertumbuhan usaha yang terus meningkat. Tujuan tersebut tidak
dapat dicapai dengan mudah, tetapi memerlukan usaha keras dari pengusaha,
mengingat semakin banyak produk yang ditawarkan oleh pengusaha lain kepada
masyarakat baik produk berupa barang ataupun produk yang berupa jasa. Produk
tersebut sama-sama menawarkan manfaat berupa pemuas kebutuhan konsumen,
sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian terjadi persaingan yang semakin
ketat dikarenakan produk-produk tersebut ditujukan untuk merebut konsumen
28 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

yang sama-sama untuk mencapai tujuan di atas, dilakukan berbagai macam


strategi/kebijaksanaan oleh pengusaha.
Perilaku konsumen merupakan salah satu tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk baik berupa barang
ataupun jasa termasuk proses keputusan konsumen untuk membeli atau tidak
produk tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa memahami perilaku konsumen tidak
pernah sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan
mereka, namun bertindak sebaliknya. Untuk itu pemasar harus dapat
mengidentifikasikan siapa yang merupakan pencetus, pengambil keputusan,
pembeli dan pemakai.
Pada prinsipnya, upaya memuaskan kebutuhan pelanggan/konsumen selalu
dilakukan oleh setiap perusahaan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kinerja pelayanan dan kualitas
produk, juga harus mempertimbangkan penetapan harga dengan harapan
konsumen merasa puas.
Perilaku konsumen terhadap suatu produk berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini juga terjadi pada konsumen yang membeli minuman lidah buaya.
Konsumen yang membeli minuman lidah buaya mempunyai alasan yang berbeda,
bisa dikarenakan ingin bersantai sambil menghilangkan stress, ada juga yang
mengkonsumsi minuman lidah buaya hanya ingin mencoba, ada juga dengan
alasan mengkonsumsi minuman lidah buaya badan terasa segar.
Dengan mengetahui perilaku konsumen maka suatu perusahaan akan dapat
mengetahui produk yang digunakan oleh konsumen, para pemasar dapat
mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen serta dengan melalui
konsumen akan mempermudah pemasar untuk mengambil keputusan dalam
menentukan rasa, daya tahan, harga, kemasan atau tampilan dan ukuran kemasan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui perilaku konsumen
dalam pembelian minuman lidah buaya “Saviera” di kota Pontianak; (2)
Mendeskripsikan perilaku konsumen minuman lidah buaya “Saviera” melalui
variabel keyakinan membeli, evaluasi, keyakinan normatif, dan motivasi. (3)
Menganalisis perilaku konsumen, apakah baik, netral atau tidak baik apabila
diukur melalui rasa, daya tahan, harga, kemasan atau tampilan dan ukuran
kemasan di kota Pontianak.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di kota Pontianak. Peneliti menetapkan 30 orang
responden untuk sampel yang memiliki kriteria yang pernah membeli dan
mengkonsumsi minuman lidah buaya “Saviera” sebanyak dua kali berturut-turut
atau lebih, dengan usia diatas 17 tahun yang diharapkan sudah dapat mengambil
keputusan dan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah dengan studi lapang atau studi pustaka. Dalam studi lapang itu data-data
yang diperlukan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari data yang dikumpulkan langsung melalui obyek. Dalam hal ini data
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 29

diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada konsumen. Data sekunder


diperoleh dari dinas atau instansi dan literatur yang mendukung dalam penelitian
ini.
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini meliputi empat variabel yaitu
sebagai berikut :
1. Variabel Keyakinan Membeli. Atribut yang digunakan sebagai berikut :
a. Rasa minan lidah buaya “Saviera”
b. Kualitas minuman lidah buaya “Saviera”
c. Harga minuman lidah buaya “Saviera”
d. Kemasan atau tampilan minuman lidah buaya “Saviera”
e. Ukuran kemasan minuman lidah buaya “Saviera”
2. Variabel Evaluasi. Atribut yang digunakan :
a. Rasa minuman lidah buaya “Saviera”
b. Kualitas minuman lidah buaya “Saviera”
c. Harga minuman lidah buaya “Saviera”
d. Kemasan atau tampilan minuman lidah buaya “Saviera”
e. Ukuran kemasan minuman lidah buaya “Saviera”
3. Variabel Keyakinan Normatif
4. Variabel Motivasi
Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan jumlah pemilik tiap
atribut dan diolah sehingga menghasilkan tabel-tabel. Tiap-tiap pertanyaan di beri
skala internal yang masing-masing di beri nilai skor +2 sampai -2. Skala internal
dari +2 sampai -2 dipilih agar responden/konsumen dapat memberikan jawaban
yang lebih spesifik.
Menurut Husein Umar (2003) dalam penelitian ini alat analisis yang dapat
digunakan adalah analisis model multi atribut yaitu sebagai berikut :
1. Model Sikap

n
AB = ∑ (bi) (ei)
i=1

dimana :
AB : Sikap total individu terhadap objek tertentu.
bi : Kekuatan keyakinan konsumen bahwa objek memiliki \
atribut i
ei : Evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n : Jumlah criteria atribut yang relevan
2. Mencari nilai SN (norma subjektif)

m
SN = ∑ (NBj) (MCj)
i=1
30 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dimana :
SN : Norma subjektif
NBj : Keyakinan normatif individu
MCj : Motivasi konsumen
m : banyaknya referen yang relevan

3. Model maksud perilaku


B ~ BI = W1 (AB) + W2 (SN)
Dimana :
B : Perilaku
BI : Maksud perilaku
AB : Sikap terhadap pelaksanaan perilaku B
SN : Norma subjektif
W1,W2 : Bobot yang ditentukan secara empiris yang
menggambarkan pengaruh relatif dari komponen.
Bobot W1 dan W2 dapat ditentukan dengan cara :
Gm AB
W1 = ---------------
Gm AB + Gm SN

Gm SN
W2 = ---------------
Gm AB + Gm SN

Dimana :
Total bj + Total ej
Gm AB : ----------------------
2 × Jumlah Atributnya

Total Nbj + Total MCj


GM SN : -----------------------------
2 × Jumlah Atributnya

Keterangan :
Gm AB = Great mean nilai sikap
Gm SN = Great mean nilai normatif subjektif
Dengan kriteria keputusan
Jika B > 0, maka perilaku konsumen yang terbentuk adalah baik
B = 0, maka perilaku konsumen yang terbentuk adalahnetral.
B < 0, maka perilaku konsumen yang terbentuk adalah tidak baik.
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 31

Hasil dan Pembahasan


Pengetahuan Responden Tentang Minuman Lidah Buaya Merek
Saviera. Pengetahuan responden tentang minuman lidah buaya merek saviera
merupakan pengetahuan dan keyakinan responden mengenai minuman lidah
buaya merek saviera bahwa minuman lidah buaya ini sangat bermanfaat bagi
tubuh.

Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Minuman


Lidah Buaya Merek Saviera
Keterangan Jumlah Responden Persentase (%)
Tahu 6 20
Netral 20 66,7
Tidak tahu 4 13,3
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2007
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa dari 30 responden dalam penelitian
ini terlihat sebanyak 21 orang atau 66,7 % responden memilih netral tentang
pengetahuan mereka terhadap minuman lidah buaya merek saviera.
Analisis Sikap Konsumen Terhadap Minuman Lidah Buaya Merek
Saviera
a. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan Membeli
Dalam penelitian ini variabel keyakinan membeli adalah tanggapan
responden sebelum mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera.
Tanggapan responden terhadap keyakinan membeli ini dilihat dari atributnya
yang meliputi rasa, daya tahan, harga, kemasan dan ukuran kemasan dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini :

Tabel 3. Tanggapan Responden Terhadap Kepentingan Dari Keyakinan


Membeli Minuman Lidah Buaya Merek Saviera
Sikap responden
terhadap kepentingan
atribut keyakinan Rata-rata
No Atribut Jumlah
membeli minuman lidah tertimbang
buaya
2 1 0 -1 -2
1 Rasa 20 8 - 2 - 46 1,53
2 Daya tahan 18 11 1 - - 47 1,56
3 Harga 12 11 3 4 - 31 1,03
4 Kemasan 3 15 5 7 - 14 0,46
5 Ukuran kemasan 3 15 5 7 - 14 0,46
Jumlah 5,04
Sumber : Analisis Data Primer, 2007
32 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Berdasarkan Tabel diatas, hasil tanggapan responden terhadap atribut


minuman lidah buaya sebagian besar menyatakan sangat penting untuk rasa,
daya tahan dan harga. Hal ini disebabkan karena rasa mempengaruhi minat
seseorang untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera. Daya tahan
harus diperhatikan karena apabila suatu produk sudah melebihi daya tahannya
maka produk tersebut akan mengandung racun sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi lagi. Sedangkan harga sangat penting dikarenakan banyaknya produk
yang menawarkan manfaat yang sama sehingga terjadi persaingan.
Untuk kemasan dan ukuran kemasan merupakan atribut yang penting yang
juga dipertimbangkan oleh konsumen pada pemilihan dan pembelian minuman
lidah buaya merek saviera, karena kemasan yang menarik dan ukuran kemasan
yang besar akan semakin menambah minat konsumen untuk membelinya.

b. Tanggapan Responden Terhadap Evaluasi Atribut minuman Lidah


Buaya Merek Saviera
Variabel evaluasi merupakan tanggapan responden setelah mengkonsumsi
minuman lidah buaya merek saviera. Evaluasi responden terhadap minuman lidah
buaya merek saviera dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6,7.dan 8 di bawah ini :

Tabel 4. Evaluasi Responden Terhadap Rasa Minuman


Lidah Buaya Merek Saviera
Rasa Skor Evaluasi Responden Terhadap Rasa
Minuman Lidah Buaya Merek Saviera
Sangat enak 2 1

Enak 1 20
Netral 0 -
Tidak enak -1 9
Sangat tidak enak -2 -
Jumlah - 30
Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Untuk rasa, responden memberikan penilaian enak sebanyak 20 orang atau


66,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai rasa dari minuman
lidah buaya merek saviera, sebanyak 9 orang atau 30 % responden memberikan
penilaian tidak enak yang artinya responden tidak menyukai rasa minuman lidah
buaya merek saviera yang agak berbau lidah buaya (maung), dan 1 orang atau
3,3 % responden memberikan penilaian sangat enak yang artinya responden
sangat menyukai rasa minuman lidah buaya yang manis dan agak berbau lidah
buaya (maung).
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 33

Tabel 5. Evaluasi Responden Terhadap Daya Tahan


Minuman Lidah Buaya Merek Saviera
SDaya Tahan Skor Evaluasi Responden Terhadap Daya
Tahan Minuman Lidah Buaya Merek
Saviera
Sangat tahan 2 1
Tahan 1 16
Netral 0 7
Tidak tahan -1 6
Sangat tidak tahan -2 -
Jumlah - 30
Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Untuk daya tahan, responden memberikan penilaian tahan lama sebanyak


16 orang atau 53,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa puas
dengan kualitas dari produk minuman lidah buaya merek saviera yang mereka
konsumsi, 7 orang atau 23,3 % responden memberikan penilaian netral terhadap
daya tahan, sebanyak 6 orang atau 20 % responden memberikan penilaian tidak
tahan lama, sebanyak 1 orang atau 3,3 % responden memberikan penilaian
sangat tahan lama terhadap daya tahan minuman lidah buaya merek saviera
yang mereka konsumsi.

Tabel 6. Evaluasi Responden Terhadap Harga Minuman


Lidah Buaya Merek Saviera
Harga Skor Evaluasi Responden
Terhadap Harga Minuman
Lidah Buaya Merek Saviera
Sangamurah 2 -
Murah 1 8
Netral 0 5
Mahal -1 15
Sangat mahal -2 2
Sumber : Analisis Data Primer, 2007.

Untuk harga, sebagian responden memberikan penilaian mahal sebanyak 15


orang atau 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen merasa keberatan saat
penjual menetapkan harga minuman lidah buaya merek saviera, seharga Rp
1.800,-/aqua gelas. Sebanyak 8 orang atau 26,7 % responden memberikan
penilaian murah, sebanyak 5 orang atau 16,7 % responden memberikan penilaian
netral, serta sebanyak 2 orang atau 6,6 % responden memberikan penilaian
sangat mahal terhadap harga minuman lidah buaya merek saviera yang pernah
mereka konsumsi.
34 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Tabel 7. Evaluasi Responden Terhadap Kemasan


Minuman Lidah Buaya Merek Saviera
Kemasan Skor Evaluasi Responden Terhadap Ukuran
Kemasan Minuman Lidah Buaya Merek
Saviera
Sangat menarik 2 1
Menarik 1 20
Netral 0 6
Tidak menarik -1 3
Sangat tidak menarik -2 -
Sumber : Analisis Data Primer, 2007.

Untuk kemasan, sebagian besar responden memberikan penilaian menarik


terhadap kemasan produk minuman lidah buaya merek saviera yang pernah
mereka konsumsi yaitu sebanyak 20 orang atau 66,7 %. Hal ini menunjukkan
bahwa responden merasa puas terhadap kemasan minuman lidah buaya merek
saviera dalam bentuk aqua gelas yang pernah mereka konsumsi. Sebanyak 6
0rang atau 20 % responden memberikan penilaian netral, sebanyak 3 orang atau
10 % responden memberikan penilaian tidak menarik, serta 1 orang atau 3,3 %
responden memberikan penilaian tidak menarik terhadap minuman lidah buaya
merek saviera yang pernah mereka konsumsi.

Tabel 8. Evaluasi responden terhadap ukuran kemasan


minuman lidah buaya merek saviera
Ukuran Skor Evaluasi responden terhadap
kemasan ukuran kemasan minuman lidah
buaya merek saviera
Sangat besar 2 -
Besar 1 -
Netral 0 8
Kecil -1 20
Sangat kecil -2 2
Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Untuk ukuran kemasan, responden lebih memilih memberikan penilaian


kecil terhadap minuman lidah buaya merek saviera yaitu sebanyak 20 orang atau
66,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak puas terhadap ukuran
kemasan yang pernah mereka konsumsi. Sebanyak 8 orang atau 26,7% responden
memberikan penilaian netral, dan sebanyak 2 orang atau 6, 66 % responden
memberikan penilaian sangat kecil terhadap ukuran kemasan yang pernah
mereka konsumsi.
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 35

c. Sikap Responden Terhadap Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

Tabel 9. Sikap responden terhadap minuman lidah buaya merek saviera


Atribut Keyakinan (bi) Evaluasi (ei) Total AB
Rasa 1,53 0,43 0,6579
Daya tahan 1,56 0,40 0,624
Harga 1,03 0,36 0,3708
Kemasan 0,46 0,63 0,2898
Ukuran kemasan 0,46 -0,80 -0,368
Jumlah 5,04 1,02 1,5745
Sumber : Analisis Data Primer, 2007.

Dari hasil analisis didapatkan nilai AB atau nilai sikap sebesar 1,5745. Hasil
sikap responden terhadap atribut minuman lidah buaya merek saviera sebesar
1,5745 berada pada kategori baik, diatas rentang nilai sikap maksimum sebesar
2,04. hal ini menunjukkan bahwa responden/konsumen memiliki minat yang
besar untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera, konsumen dapat
menerima atribut yang dibuat oleh penjual. Dengan sikap responden/konsumen
yang baik ini maka untuk sementara penjual tidak perlu mengadakan
pembaharuan atribut dari minuman lidah buaya merek saviera (Lampiran I)
Analisis Perilaku Individu Konsumen Dalam Membeli Minuman Lidah
Buaya Merek Saviera. Untuk mengetahui bagaimana konsumen bertindak maka
dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara sikap konsumen terhadap
objek dan norma subjektif (Sn) untuk mempengaruhi keinginan berperilaku
konsumen.
a. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan Normatif
Variabel keyakinan normatif merupakan referensi personal organisasi yang
menginginkan subjek sikap untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku. Tanggapan responden terhadap variabel keyakinan normatif ini dilihat
dari referensi pihak ekstern atau faktor sosial yang mempengaruhi perilaku
konsumen seperti yang tertera pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Tanggapan responden terhadap referensi pihak ekstern atau


faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen
Pengaruh norma subjektif individu lain
Rata-rata
No Atribut terhadap perilaku konsumen Jumlah
tertimbang
2 1 0 -1 -2
1 Keluarga 1 14 15 - - 16 0,53
2 Orang lain - 6 22 2 - 4 0,13
3 Teman - 15 1 14 - 1 0,03
4 Penjual 8 12 10 - - 28 0,93
Jumlah 1,62
Sumber : Analisis Data Primer, 2007
36 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dari hasil analisis responden terhadap referensi pihak ekstern atau faktor
sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti terlihat pada Tabel 10,
sebanyak 15 orang atau 50 % responden bersikap netral yang artinya pihak
keluarga menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada responden untuk
mengkonsumsi atau tidak pada minuman lidah buaya merek saviera. Sebanyak 14
orang atau 46,7% responden dianjurkan mengkonsumsi minuman lidah buaya
merek saviera oleh pihak keluarga, sebanyak 1 orang atau 3,3 % responden
sangat dianjurkan oleh keluarga untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya
merek saviera.
Dari pihak orang lain sebagian besar bersikap netral atau responden tidak
dipengaruhi oleh orang lain sebanyak 22 orang atau 73,3 %, sebanyak 6 orang
atau 20 % responden dianjurkan oleh orang lain, dan 2 orang atau 6,7%
responden tidak dianjurkan oleh orang lain untuk mengkonsumsi minuman
lidah buaya merek saviera.
Dari pihak teman, 15 orang atau 50 % responden memilih dianjurkan yang
artinya dari teman mendukung keputusan responden untuk mengkonsumsi
minuman lidah buaya merek saviera. Sebanyak 14 orang atau 46,7 % responden
tidak dianjurkan oleh teman untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek
saviera dan 1 orang (3,3 %) dari responden memilih netral atau tidak mengikuti
anjuran teman.
Dari pihak penjual, sebanyak 12 orang atau 40 % responden dianjurkan
oleh pihak penjual dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek
saviera, 10 orang atau 33,3 % responden memilih netral atau tidak dipengaruhi
oleh pihak penjual, sedangkan 8 orang atau 26,7 % responden sangat dianjurkan
oleh pihak penjual dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek
saviera.

b. Tanggapan Responden TerhadapVariabel Motivasi


Variabel motivasi merupakan motivasi individu untuk meneliti anjuran
referensi personal atau kelompok. Variabel motivasi dapat dilihat dari motivasi
responden terhadap pihak ekstern atau faktor sosial dalam mengkonsumsi
minuman lidah buaya merek savira dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Motivasi Responden Terhadap Pihak Ekstern Atau Faktor Sosial
Dalam Mengkonsumsi Minuman Lidah Buaya Merek Saviera
Pengaruh norma subjektif individu lain
Rata-rata
No Atribut terhadap perilaku konsumen Jumlah
tertimbang
2 1 0 -1 -2
1 Keluarga 1 2 22 5 - 1 -0,03
2 Orang lain - 1 23 6 - -5 -0,16
3 Teman - 2 21 7 - -5 -0,16
4 Penjual - 2 20 7 1 7 -0,23
Jumlah -0,58
Sumber : Analisis Data Primer, 2007
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 37

Berdasarkan Tabel 11 dari pihak keluarga terlihat sebanyak 22 orang atau


73,3 % dari responden memilih netral untuk mengikuti anjuran dari pihak
keluarga dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, 5
orang atau 16,7 % dari responden tidak untuk mengikuti anjuran, 2 orang atau
6,7 % dari responden besar kemungkinannya untukmenuruti anjuran dan
sebanyak 1 orang atau 3,3 % responden kemungkinan besar sekali untuk
mengikuti anjuran dari pihak keluarga dalam melakukan pembelian terhadap
minuman lidah buaya merek saviera.
Sebanyak 23 orang atau 76,7 % dari responden memilih netral untuk
mengikuti anjuran orang lain dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya
merek saviera, sebanyak 6 orang atau 20 % dari responden kemungkinan tidak
mengikuti anjuran dari orang lain, dan 1 orang atau 3,3 % responden
kemungkinan besar mengikuti anjuran dari orang lain dalam melakukan
pembelian minuman lidah buaya merek saviera.
Terlihat 21 orang atau 70 % responden memilih netral untuk mengikuti
anjuran teman dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera,
sebanyak 7 orang atau 23,3 % dari responden tidak akan mengikuti anjuran,
sedangkan 2 orang atau 6,7 % responden besar kemungkinan untuk mengikuti
anjuran dari teman dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek
saviera.
Terlihat sebanyak 20 orang atau 66,7 % responden memilih netral untuk
mengikuti anjuran penjual dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya
merek saviera, 7 orang atau 23,3 % responden tidak mengikuti anjuran, 2 orang
atau 6,7 % responden besar kemungkinan untuk mengikuti anjuran dan 1 orang
atau 3,3 % responden tidak sama sekali untuk mengikuti anjuran dari pihak
penjual dalam melakukan pembelian terhadap minuman lidah buaya merek
saviera.

c. Analisi Nilai Norma Subjektif


Data mengenai nilai norma subjektif terdapat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Nilai Norma Subjektif


Atribut Keyakinan normatif (Nbj) Motivasi (Mcj) Total SN
Keluarga 0,53 -0,03 -0,0159
Orang lain 0,13 -0,16 -0,0208
Teman 0,3 -0,16 -0,0048
Penjual 0,93 -0,23 -0,2139
Jumlah 1,62 -0,58 -0,2554
Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Berdasarkan hasil analisis perilaku responden (Lampiran II) dalam


mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera dengan penentuan bobot W1
dan W2 dari nilai norma subjektif yang ada didapatkan nilai W1 > W2, yang
berarti bahwa pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan oleh konsumen
sendiri, yaitu W1 = 0,823 > W2 = 0, 176.
38 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Setelah mendapatkan penentuan bobot W1 dan W2, selanjutnya untuk


mengetahui nilai perilaku atau nilai maksud perilaku responden/konsumen
dengan menggunakan rumus : B~BI = W1 (AB) + W2 (SN). Berdasarkan pada
Lampiran II didapatkan hasil nilai B = 1,25. karena nilai positif (lebih besar dari
nol) maka berdasarkan kriteria keputusan, jika B > 0 maka perilaku konsumen
yang terbentuk terhadap minuman lidah buaya merek saviera adalah baik. Ini
berarti bahwa produk minuman lidah buaya merek saviera dapat diterima
konsumen dengan baik pada saat ini sehingga pengusaha atau penjual untuk
sementara waktu tidak perlu mengadakan pembaharuan produk dan harga.
Hal ini juga menunjukkan bahwa responden/konsumen memiliki minat yang
besar untuk terus mengkonsumsi produk minuman lidah buaya merek saviera
dalam bentuk aqua gelas sehingga membentuk suatu perilaku konsumen yang
baik.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden maka yang paling banyak
mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera dalam kemasan aqua
gelas adalah responden yang berumur antara 20-29 tahun yaitu sebanyak 19
orang (63,4%), yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan
tamatan SMU sebanyak 18 orang (60%), bekerja sebagai mahasiswa/pelajar
sebanayak 11 orang (36,7%), dan sebanyak 10 orang (33,4%) memiliki
penghasilan perbulan sebesar Rp 500.000 – Rp 750.000 dengan jumlah
pengeluaran tiap kali membeli minuman lidah buaya merek saviera sebesar <
Rp 10.000 sebanyak 18 orang (60%). Rata-rata mereka menganggap bahwa
minuman lidah buaya merek saviera ini baik untuk kesehatan, praktis dan
rasanya enak.
2. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Minuman Lidah Buaya Merek Saviera
a. Variabel keyakinan membeli responden menunjukkan rasa, daya tahan dan
harga minuman lidah buaya merek saviera sangat penting karena rasa yang
enak, tahan lama dan harga yang murah akan membuat konsumen merasa
puas terhadap minuman lidah buaya merek saviera yang mereka konsumsi.
Kemasan dan ukuran kemasan dianggap penting oleh konsumen karena
kemasan yang menarik dan ukuran kemasan yang besar akan membuat
konsumen tertarik terhadap yang mereka beli.
b. Dari hasil analisis sikap responden terhadap minuman lidah buaya merek
saviera didapatkan nilai AB atau nilai sikap sebesar 1,5745, yang artinya
sikap konsumen adalah baik dimana rentang nilai sikap maksimum adalah
2,04.
c. Tanggapan responden terhadap variabel keyakinan normatif dilihat dari
faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen, responden dalam
melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera netral atau
Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 39

tidak dipengaruhi (menuruti) pendapat keluarga, orang lain, teman dan


penjual.
d. Hasil analisis nilai norma subjektif yang ada didapatkan nilai W1>W2, di
mana W1 = 0,823 > W2 = 0,176 yang berarti bahwa pengambilan
keputusan lebih banyak dilakukan oleh konsumen sendiri.
e. Dari analisis data didapatkan bahwa nilai perilaku atau nilai maksud
perilaku didapatkan nilai B = 1,25 (positif) maka berdasarkan kriteria
keputusan, jika B > 0 maka perilaku konsumen yang terbentuk terhadap
produk minuman lidah buaya merek saviera adalah baik.
Dari hasil penelitian diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perusahaan CV. Madinah Pontianak hendaknya lebih meningkatkan produk
dengan memperhatikan harga, ukuran kemasan yang lebih diminati konsumen
serta bentuk yang lebih menarik sehingga konsumen merasa puas terhadap
produk yang mereka konsumsi.
2. Perusahaan CV. Madinah sebaiknya memperluas jalur distribusi pemasaran
untuk mencari pengecer baru hingga ke wilayah yang belum terjangkau atau
sebaiknya melakukan promosi dengan melakukan demo agar konsumen
mengetahaui secara jelas kegunaan dari minuman lidah buaya.

DAFTAR PUSTAKA

Della Bitta dan David Loudon,1993. Consumer Behavior : Concept and


Applicatios. Singapore : McGraw-Hill Internationall Editions.
Hansen Flemming,1972, Consumer Behavior : A Cognitive Behavior Theory.
New York : The Free Press.
Husein, Umar, 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Penerbit : Ghalia
Indonesia. Jakarta.
James F. Engel et. Al,. 1968. Consumer Behavior. Illinois : The Dryden Press.
Malo, Manasse, 1998. Metode Penelitian Sosial, Modul 1-5. Penerbit : Karunika.
Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Penerbit :
PT. Refika Aditama. Bandung.
Minor, Michael dan Johan C Mowen, 2002. perilaku Konsumen Jilid II. Penerbit
: Erlangga. Jakarta.
Nauli, Eva, 2000. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Jagung
Manis Pipilan Pada Kota Pontianak. Pontianak.
Profil Aloe Vera Center, 2004. Agribisnis Aloe Vera di Kta Pontianak Propinsi
Kalimantan Barat. Pontianak
Stanton, J. William, 1993. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta
Swastha, Basu dan Sukotjo W. Ibnu, 1996. Pengantar Bisnis Modern, Edisi
Ketiga. Penerbit : Liberty. Yogyakarta.
Sudjana, 1993. Metode Penelitian Survey. Penerbit : LP3ES. Jakarta.
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Praktis. Penerbit : Alpabeta. Bandung.
40 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Sukirno, Sadono, 1985. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Penerbit : Bima


Grafika. Jakarta.
Sutisna, 1999. Perilaku Konsumen, Teori dan Aplikasi. Penerbit : Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan. Bandung.
Yohanes, K., 2005. Olahan Lidah Buaya. Penerbit : Trubus Agrisarana.
Surabaya.
ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN TEMPAT PENDARATAN
IKAN DI KECAMATAN SELAKAU KABUPATEN SAMBAS

Sigit Sugiardi*)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial
pembangunan Tempat Pendarata Ian (TPI) di Kecamatan Selakau
Kabupaten Sambas. Dalam penelitian ini alat analisis finansial yang
digunakan adalah: Net Present Value(NPV), Anuity Factor, Internal
Rate of Retunr (IRR), Benevit Cost Ratio (BCR), Pay Back Periode
(PBP) dan Break Event Point (BEP).
Hasil analisis finansial menunjukan bahwa pembangunan Tempat
Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas ini layak
untuk dilaksanakan, karena semua indikatornya menunjukkan
demikian. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas dalam
rencana pembangunan TPI ini juga memperhatikan aspek teknis dan
sosial.

Kata Kunci: Analisis Finansial, Pembangunan, Tempat Pendaratan


Ikan

Wilayah pesisir kabupaten Sambas secara khusus dan Kalimantan bagian


Barat menurut Margono dan Sanyoto (1996) serta menurut Rustandi dan De
Keyser (1993), keduanya dalam Yudhicara dkk (2000), menyebutkan bahwa
wilayah ini terdiri dari beberapa satuan batuan yang berumur Resen sampai
Mesozoikum yaitu aluvium dan endapan rawa, batu pasir Serutu, garnit Sukadana
dan batuan malihan Pinoh. Berdasarkan kajian geologi wilayah pesisir dan lautan
di perairan Nusantara, perairan laut Kalimantan Bagian Barat termasuk kedalam
lempengan benua perairan dangkal (Paparan) yang disebut Paparan Sunda.
Paparan ini merupakan paparan benua yang terluas di dunia yang meliputi luas
sekitar 1,8 juta km persegi. Paparan ini menghubungkan pulau-pulau Jawa,
Sumatra dengan daratan Asia dan mencakup Laut Cina, Teluk Thailand, Selat
Malaka dan Laut Jawa (Nontji, 1987).
Peningkatan hasil perikanan menjadi penting untuk diperhatikan
mengingat kedudukannya yang merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah. Peningkatan hasil perikanan atau pun peningkatan nilai tambahnya dapat
dicapai antara lain dengan cara meningkatkan fasilitas dan metode penangkapan,
meningkatkan fasilitas yang diperlukan oleh suatu pangkalan pendaratan ikan,
peningkatan hasil dan mutu pengolahan ikan dan lain-lain. Untuk mencapai
tujuan peningkatan hasil perikanan di kabupaten Sambas, pembangunan

*)
Ir. Sigit Sugiardi, MP adalah dosen Program Studi Agribisnis Universitas Panca Bhakti Pontianak
41
42 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Pangkalan Pendaratan Ikan di Selakau dan Paloh memang menjadi alternatif yang
tidak bisa dikesampingkan.
Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan infrastruktur yang memfasilitasi
kegiatan usaha penangkapan ikan, yaitu sebagai pengembangan masyarakat
nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, pusat
penyuluh dan pengumpul data, pusat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan
serta pusat pelayanan informasi.
Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan perpaduan antara bangunan darat
dan bangunan laut yang disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat
nelayan, sehingga mulai dari perencanaan sampai ke pengembangan dan
pengawasan pembangunan, serta pemeliharaan merupakan perpaduan dari
berbagai disiplin ilmu. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam merencanakan
Pangkalan Pendaratan Ikan guna perkembangan ekonomi serta mengantisipasi
perkembangan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Sambas Provinsi
Kalimantan Barat, diperlukan adanya Studi Kelayakan Pembangunan Pangkalan
Ikan (PPI). Hal ini untuk memperoleh data yang akurat dalam rangka
pembangunan PPI yang nantinya akan menjadi acuan dalam penyusunan detail
PPI sekaligus sinkronisasi dengan perkembangan sektor-sektor lainnya dimasa
yang akan datang. Dengan adanya studi kelayakan ini diharapkan PPI yang
direncanakan nantinya dapat beroperasi secara optimal dan dapat
mengakomodasikan perkembangan perikanan di Kabupaten Sambas.

Metode Penelitian
Analisis Net Present Value. Formula yang sering digunakan dalam
menganalisis proyek adalah menghitung net present value (NPV) dari proyek
tersebut. NPV menentukan present value dari net benefit. Formula yang
digunakan adalah:
n
Bt − Ct
NPV = ∑
t =1 (1 + r )t
dimana: Bt = Benefit/penerimaan pada tahun t
Ct = Cost/ Biaya pada tahun t
r = discount rate
t = tahun
Bt – Ct = arus kas / net benefit
Nilai faktor anuity dapat dihitung dengan rumus

AnuityFactor =
(1 + r )n − 1
(r[1 + r ]n )
Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 43

IRR adalah discount rate yang menghasilkan zero net present value untuk
suatu proyek. Jika IRR lebih besar dari bunga bank maka proyek tersebut
menguntungkan untuk dibiayaai, dan sebaliknya.
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

IRR = r1 +
NVP1
(r2 − r1 )
NPV1 − NPV2

dimana: r1 = discount rate yang lebih kecil


r2 = discount rate yang lebih besar
NVP1 = NVP pada r1
NVP2 = NVP pada r2
Kretiria analisis adalah jika IRR > r maka proyek menguntungkan dan layak,
jika IRR < r maka proyek tidak menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.
Jika IRR = r maka proyek adalah break event point.
Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). BCR diturunkan dari NPV dengan
rumus sebagai berikut:
n
Bt
∑ (1 + r )
t =1
t
BCR = n
Ct
∑ (1 + r )
t =1
t

Rasio ini membandingkan benefit yang telah didiskont dan cost yang juga
telah didiscont. Jika nilai BCR sama dengan 1, maka proyek menghasilkan zero
net benefit sepanjang proyek tersebut berjalan – benefit yang telah didiskont sama
dengan cost yang telah didiscont. BCR yang mempunyai nilai kurang dari satu
menyatakan bahwa proyek tersebut merugi dan tidak layak dilaksanakan.
Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan
terjadinya arus penerimaan (cash flows) secara kumulatif sama dengan jumlah
investasi dalam bentuk present value. Analisis PBP dalam studi kelayakan perlu
juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha proyek yang dikerjakan
baru dapat mengembalikan investasi.

PBP = T p −1 +
∑I −∑B p −1

Bp
Break even Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue
sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek,
terjadinya titik pulang pokok terantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek
dapat menutupi segala biaya operasional dan pemeliharaan beserta biaya modal
lainnya.
44 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

BEP = T p −1 +
∑C p −1 − ∑ B p −1
Bp

Hasil dan Pembahasan


Jenis Investasi. Dari proyeksi pengembangannya direncanakan akan
memindahkan TPI/PPI Selakau dari tempat semula ketempat baru yang lebih
representatif. Pemindahan TPI/PPI ketempat baru selain menunjang program
pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi disektor perikanan, juga
memberikan dampak positip pada masyarakat dan lingkungan setempat seperti:
• Membuka kesempatan kerja atau mengurangi pengangguran di daerah
tersebut.
• Menambah pedapatan nelayan di kecamatan Selakau dan sekitarnya.
• Memperbaiki keadaan sosial ekonomi di sekitarnya.

Jumlah Biaya Investasi. Biaya proyek investasi pembangunan Pangkalan


Pendaratan Ikan Selakau secara keseluruhan terdiri dari:
a. Biaya investasi langsung (fixed asset)
b. Biaya operasional
Biaya Investasi dapat dilihat pada Tabel 1. Berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


Pembangunan Tempat pendaratan Ikan Selakau
No. Harga Satuan Jumlah Harga
Uraian Pekerjaan Volume
(Rp.) (Rp.)
a. Fasilitas Dasar
1. Dermaga bongkar / muat 660 m2 2.000.000 1,320,000,000
2. Jalan penghubung 5.600 m2 155,654 871,662,400
3. Jalan komplek 2.100 m2 155,654 326,873,400
4. Jembatan 434 m2 1,400,000 607,600,000
5. Lahan Parkir 750 m2 155,654.00 116,740,500
b. Fasilitas Fungsional
1. Kantor Administrasi 150 m2 2,187,488 328,123,200
2. Pasar ikan 200 m2 1,829,421 365,884,160
3. UPMB 120 m2 1,829,421 219,530,496
4. Gudang 300 m2 1,829,421 548,826,240
5. bak tampung air & instalasinya 50 M3 4,000,000 200,000,000
6. bengkel 100 m2 1,829,421 182,942,080
7. TPI 230 m2 1,829,421 420,766,784
8. Cold Storage 25 m2 2,187,488 54,687,200
Jumlah 5,563,636,460

Catatan :
- Untuk harga satuan bangunan Kantor, Pasar Ikan, UPMB, Bengkel,
TPI,dan Cold Storage menggunakan harga satuan bangunan per m2
Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 45

sesuai Keputusan Walikota Pontianak Tahun Anggaran 2007


disesuaikan dengan koefisien Jarak ke Kabupaten Sambas
- Untuk bangunan lainnya seperti Jembatan, Dermaga, dll di estimasi
dengan analisa (terlampir)

Biaya operasional meliputi gaji pegawai dan biaya operasional lainnya.


Biaya operasional terlihat sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Jumlah Biaya Operasional


Uraian Jumlah (Rp)
Per bulan 5.000.000,-
Per tahun 60.000.000,-

Perkiraan Penerimaan. Pindahnya TPI/PPI Selakau ketempat yang baru


akan memberikan potensi penerimaan dari berbagai pos, antara lain penghasilan
tambat, sewa tempat pelelangan dan lain-lainnya. Perkiraan penerimaan TPI/PPI
Selakau dalam satu tahun diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkiraan Penerimaan dalam satu tahun


No Jenis Penerimaan Jumlah

1 Potensi Penghasilan Tambat 966.000.000


2 Sewa Tempat Pelelangan Ikan 180.000.000
3 Potensi Pendapatan Parkir 54.000.000
4 Air Minum 900.000.000
Jumlah 2.100.000.000

Perkiraan Arus Kas. Untuk dapat menilai profitabilitas dari suatu proyek
investasi dalam rangka pengambilan keputusan investasi, diperlukan data
mengenai cash flow (arus kas) dari proyek investasi yang bersangkutan. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai arus kas (cash flow) suatu pryek investasi dari
suatu perusahaan, diperlukan data yang bersumber dari laporan keuangan
perusahaan itu sendiri, yang dalam hal ini adalah Laporan Rugi/Laba. Perkiraan
rugi/laba pada proyek investasi pemindahan TPI/PPI Selakau ini disusun secara
taksasi atau taksiran yang diproyeksikan hingga beberapa tahun ke depan.
Perkiraan cash flow dari proyek investasi pemindahan TPI Selakau dapat
dilihat pada Tabel 4.berikut:
46 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Tabel 4. Perkiraan Net Benefit Proyek Investasi Pemindahan TPI Selakau


(Jutaan Rupiah)
Biaya
Tahun Biaya Investasi Penerimaan Penyusutan Net Benefit
Operasional
0 5.563.636.460 60.000.000 0 0 -5.623.636.460
1 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
2 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
3 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
4 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
5 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
6 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
7 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
8 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
9 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
10 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
11 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
12 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
13 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
14 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
15 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
16 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
17 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
18 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
19 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
20 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
21 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
22 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
23 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814
24 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814

Dari Tabel 5 di bawah diperoleh hasil bahwa nilai NPV pada discount rate
24% adalah bernilai nilai positif. Karena nilai suku bunga investasi pada bank
umum paling besar adalah sebesar 24% maka proyek ini adalah layak dan
menguntungkan untuk dilaksanakan.
Analisis ini menunjukkan bahwa pemilihan discount rate merupakan hal
yang penting. Jika bunga pinjaman yang dikenakan di atas 33% maka hasilnya
sangat jelas bahwa proyek adalah tidak layak. Lebih jauh, dengan suku bunga
33% akan menyebabkan tambahan hasil yang negatif. Jika bunga pinjaman yang
dikenakan di bawah 33% maka proyek memberikan hasil yang layak.
Untuk discount rate 14% dan pada periode 25 tahun, nilai dari faktor anuity

AnuityFactor =
(1 + 0,24) − 1
25

(0,24[1 + 0,24]25 )
AnuityFactor = 4,1474
adalah sebagai berikut
Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 47

Present value untuk setiap tahun (A) adalah dapat didapatkan dari
1.867.311.425 = 4,1474 x A
Hasilnya adalah
A = 450.233.941,-
Artinya benefit yang hilang karena adanya proyek (external environmental
costs) harus lebih dari Rp 450.233.941,- agar proyek dapat dinyatakan tidak layak
secara ekonomi.

Tabel 5. Analisis Net Present Value (Rupiah)


Discount Discount
Tahun Net Benefit Faktor NVP 24 % Faktor 33 NVP 33 %
24 % %
0 -5.623.636.460 1,00000 -5.623.636.460 1,00000 -5.623.636.460
1 1.808.181.814 0,80645 1.458.211.140 0,75188 1.359.535.199
2 1.808.181.814 0,65036 1.175.976.726 0,56532 1.022.206.916
3 1.808.181.814 0,52449 948.368.328 0,42505 768.576.629
4 1.808.181.814 0,42297 764.813.167 0,31959 577.877.164
5 1.808.181.814 0,34111 616.784.812 0,24029 434.494.109
6 1.808.181.814 0,27509 497.407.107 0,18067 326.687.300
7 1.808.181.814 0,22184 401.134.764 0,13584 245.629.549
8 1.808.181.814 0,17891 323.495.777 0,10214 184.683.871
9 1.808.181.814 0,14428 260.883.691 0,07680 138.860.054
10 1.808.181.814 0,11635 210.390.074 0,05774 104.406.055
11 1.808.181.814 0,09383 169.669.414 0,04341 78.500.793
12 1.808.181.814 0,07567 136.830.173 0,03264 59.023.153
13 1.808.181.814 0,06103 110.346.913 0,02454 44.378.310
14 1.808.181.814 0,04921 88.989.446 0,01845 33.367.151
15 1.808.181.814 0,03969 71.765.683 0,01387 25.088.083
16 1.808.181.814 0,03201 57.875.550 0,01043 18.863.221
17 1.808.181.814 0,02581 46.673.831 0,00784 14.182.873
18 1.808.181.814 0,02082 37.640.186 0,00590 10.663.814
19 1.808.181.814 0,01679 30.354.989 0,00443 8.017.905
20 1.808.181.814 0,01354 24.479.830 0,00333 6.028.500
21 1.808.181.814 0,01092 19.741.798 0,00251 4.532.707
22 1.808.181.814 0,00880 15.920.805 0,00188 3.408.050
23 1.808.181.814 0,00710 12.839.359 0,00142 2.562.444
24 1.808.181.814 0,00573 10.354.322 0,00107 1.926.649
Total 37.772.727.080 1.867.311.425 -150.135.961
Sumber : Pengolahan data
Analisis Internal Rate of Return (IRR). Dalam analisis kita ini IRRnya

IRR = 24 +
1.867.211.425
(33 − 24)
1.867.211.425 + 150.135.961
adalah

IRR = 32,33 %
Karena suku bunga investasi pada bank umum yang paling tinggi adalah sebesar
24% maka proyek tersebut adalah layak dan menguntungkan.
48 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dari Tabel 6.10. di bawah diperoleh hasil sebagai berikut:


8.699.892.245
BCR =
6.832.582.820
BCR = 1,2733
Nilai BCR lebih dari satu, artinya proyek pemindahan TPI/PPI Selakau ini layak
untuk dilaksanakan.

Tabel 6. Analisis Benefit Cost Ratio (Rupiah)


Tahun Cost Benefit Discount Faktor (14%) PV Benefit PV Cost
0 5.623.636.460 0 1,00000 0 5.623.636.460
1 291.818.186 2.100.000.000 0,80645 1.693.548.387 235.337.247
2 291.818.186 2.100.000.000 0,65036 1.365.764.828 189.788.102
3 291.818.186 2.100.000.000 0,52449 1.101.423.249 153.054.921
4 291.818.186 2.100.000.000 0,42297 888.244.555 123.431.388
5 291.818.186 2.100.000.000 0,34111 716.326.254 99.541.442
6 291.818.186 2.100.000.000 0,27509 577.682.463 80.275.356
7 291.818.186 2.100.000.000 0,22184 465.872.954 64.738.191
8 291.818.186 2.100.000.000 0,17891 375.703.995 52.208.218
9 291.818.186 2.100.000.000 0,14428 302.987.093 42.103.402
10 291.818.186 2.100.000.000 0,11635 244.344.430 33.954.356
11 291.818.186 2.100.000.000 0,09383 197.051.960 27.382.545
12 291.818.186 2.100.000.000 0,07567 158.912.871 22.082.698
13 291.818.186 2.100.000.000 0,06103 128.155.541 17.808.627
14 291.818.186 2.100.000.000 0,04921 103.351.243 14.361.796
15 291.818.186 2.100.000.000 0,03969 83.347.776 11.582.094
16 291.818.186 2.100.000.000 0,03201 67.215.949 9.340.398
17 291.818.186 2.100.000.000 0,02581 54.206.410 7.532.579
18 291.818.186 2.100.000.000 0,02082 43.714.847 6.074.661
19 291.818.186 2.100.000.000 0,01679 35.253.909 4.898.920
20 291.818.186 2.100.000.000 0,01354 28.430.572 3.950.742
21 291.818.186 2.100.000.000 0,01092 22.927.880 3.186.082
22 291.818.186 2.100.000.000 0,00880 18.490.226 2.569.421
23 291.818.186 2.100.000.000 0,00710 14.911.473 2.072.114
24 291.818.186 2.100.000.000 0,00573 12.025.381 1.671.059
Total 12.627.272.920 50.400.000.000 8.699.894.245 6.832.582.820

Analisis Pay Back Period (PBP) dan Break Event Point (BEP). Pay
Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya
arus penerimaan (cash flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi
dalam bentuk present value. Analisis PBP dalam studi kelayakan perlu juga
ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha proyek yang dikerjakan baru
dapat mengembalikan investasi.

PBP = T p −1 +
∑I −∑B p −1

Bp
Dari persamaan diatas akan diperoleh PBP pada 4 tahun 9 bulan 19 hari.
Break even Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue
sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek,
Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 49

terjadinya titik pulang pokok terantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek
dapat menutupi segala biaya operasional dan pemeliharaan beserta biaya modal
lainnya.

BEP = T p −1 +
∑C p −1 − ∑ B p −1
Bp

Dari persamaan diatas akan diperoleh BEP pada 6 tahun 1 bulan 20 hari.
Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1. di bawah
10.000.000.000

9.000.000.000

8.000.000.000

7.000.000.000

6.000.000.000

Invetasi
5.000.000.000 TR
TC

4.000.000.000

3.000.000.000

2.000.000.000

1.000.000.000

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Gambar 1. Analisis PBP dan BEP

Kesimpulan dan Saran


Dari hasil pembahasan di atas didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Untuk analisis finansial nilai NPV masih bernilai positif pada discount rate
24%, artinya secara finansial proyek tersebut layak untuk dikerjakan karena
nilai NPV lebih besar dari bunga pinjaman bank.
2. Demikian juga untuk nilai IRR untuk analisis finansial, dimana IRR sama
dengan 32,33%. Nilai ini lebih besar dari bunga bank. Artinya proyek
tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.
3. Nilai external cost tahunan (A) tidak boleh lebih dari Rp 450.233.941,- agar
proyek layak dijalankan dengan discount rate 24%.
4. Nilai BCR analisis finansial memberikan hasil lebih dari 1 yaitu sebesar
1,2733. Artinya benefit yang didapatkan lebih besar daripada cost yang
dikeluarkan.
50 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

5. Pay back Periode pada 4 tahun 9 bulan 19 hari dan Break Event Point pada 6
tahun 1 bulan 20 hari.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas
bahwa untuk membangun Tempat Pendaratan Ikan perlu juga dipertibangkan
masalah-masalah teknis dan sosial, sehingga pembangunan dapat dilaksanakan
dengan lancar.

Daftar Putaka
Choliq, Abdul et al. 1999. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar). Pioner Jaya.
Bandung
Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
Nitiseniro, Alek S dan M. Umar Burhan. Wawasan Studi Kelayakan dan
Evaluasi Proyek. Bumi Aksara. Jakarta.
Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisis
Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
EVALUASI PENERAPAN PSAK NO 27
DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI DI KOTA
PONTIANAK

Sartono dan Yuni Artilawati*)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengehatahui persepsi pengurus koperasi
terhadap pentingnya penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No 27 dan untuk
melihat bagaimana perananan penyajian laporan keuangan sesuai dengan
PSAK No. 27 tersebut terhadap penilaian kinerja koperasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Pada penelitian
ini sampel yang digunakan adalah 61 koperasi yang telah melaksanakan
Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan menggunakan analisis korelasi
Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengurus koperasi terhadap
penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah penting. Kemudian
berdasarkan analisis korelasi Spearman diketahui bahwa laporan
keuangan hanya berperan penting untuk penilaian kinerja neraca dan
laporan arus kas, sedangkan perhitungan hasil usaa, laporan promosi
ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan tidak berperan
penting untuk menilai kinerja koperasi.

Kata Kunci: PSAK No 27, Laporan Keuangan, Koperasi

Koperasi sebagai dasar badan usaha ekonomi rakyat yang


memprioritaskan pelayanannya kepada para anggota, mempunyai tujuan utama
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Sebagaimana ditegaskan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 3 yang
menyebutkan “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
Untuk mencapai tujuan itu, koperasi menyelenggarakan berbagai usaha
yang bermanfaat dan menguntungkan para anggotanya baik sebagai produsen
maupun sebagai konsumen. Sebagai badan usaha, koperasi harus dikelola dengan
baik sebagai layaknya bentuk badan usaha yang lain. Disamping itu, sebagai
organisasi ekonomi, koperasi harus mengikuti hukum-hukum ekonomi nasional
serta norma-norma dan kebiasaan yang lazim berlaku dalam dunia usaha. Dengan
cara ini kepentingan anggota maupun pihak ketiga dapat dilindungi.

*)
Drs. Ak. Sartono, MM, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti, Pontianak
Yuni Artilawati, SE., Alumni Fakultas Ekonomi Pontianak
51
52 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dalam tata kehidupan ekonomi Indonesia, koperasi diharapkan dapat


berkembang sebagai badan usaha yang sehat dan kuat. Demikian pula peranan
koperasi dalam perekonomian diharapkan akan semakin meningkat. Tidak kalah
pentingnya adalah makin bertambahnya dampak manfaat koperasi terhadap
anggota dan masyarakat luas.
Dengan makin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, tuntutan agar
pengelolaan dilaksanakan secara lebih profesional, akan makin besar.
Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggung jawaban
yang baik dan informasi yang relevan dan dapat diandalkan guna pengambilan
keputusan, perencanaan maupun pengendalian. Laporan keuangan merupakan
salah satu sumber informasi yang penting yang sekaligus berperan sebagai alat
penilaian kinerja, disamping dapat digunakan sebagai alat pertanggung jawaban.
Tetapi agar dapat dimanfaatkan secara optimal laporan keuangan tersebut harus
disusun berdasarkan standar akuntansi tertentu.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi yang berwenang
mengatur tentang akuntansi diIndonesia telah menyusun Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk berbagai jenis organisasi atau perusahaan
termasuk perkoperasian. Oleh sebab itu, IAI mengharapkan agar perkoperasian
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dapat mengunakan PSAK
sebagai pedoman. Dengan demikian laporan keuangan yang disusun dan disajikan
dapat lebih komprehensif dan informatif, sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan mempunyai persepsi dan interpretasi yang sama dalam
menganalisis laporan keuangan.
Pemahaman dan dapat diperbandingkannya laporan keuangan antar
perusahaan dalam hal ini koperasi akan semakin meningkat apabila laporan
keuangan disajikan dalam format yang seragam dan menggunakan deskripsi yang
sama untuk pos-pos yang sejenis. Namun demikian dalam kenyataannya
keseragaman tersebut sulit diterapkan bahkan dapat menghalangi perusahaan
untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan
sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan. Laporan keuangan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tentang informasi keuangan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan.
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 diatur
tentang kewajiban koperasi untuk membuat laporan keuangan neraca,
perhitungan sisa hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota
dan catatan atas laporan keuangan. Standar ini merupakan suatu acuan/pedoman
bagi badan usaha koperasi dalam menyusun laporan keuangan, agar terdapat
keseragaman persepsi dalam menginterpretasikan informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan koperasi. Namun pada kenyataannya hal ini masih belum bisa
sepenuhnya diterapkan. Ini ditandai dengan adanya penyajian laporan keuangan
yang masih mengacu kepada pedoman laporan keuangan yang lama yaitu Prinsip-
Prinsip Akuntansi Indonesia.
Selain itu diperoleh informasi dari Kantor Urusan Koperasi & UKM kota
Pontianak bahwa dari 474 koperasi kota Pontianak yang masih aktif, hanya 192
Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 53

koperasi yang melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai bentuk


pertanggungjawaban pengurus pada anggota sedangkan sisanya 248 koperasi
belum melaksanakan Rapat anggota Tahunan (RAT).
Keterbatasan penyusunan laporan keuangan koperasi sesuai standar
akuntansi mendorong penulis untuk mengkaji lebih detil lagi tentang “Bagaimana
Persepsi Pengurus Koperasi Terhadap Pentingnya Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Sesuai Standar Akuntansi Untuk Menilai Kinerja Koperasi”.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
27 dalam penyajian laporan keuangan ?
2. Bagaimana peranan penyajian laporan keuangan sesuai Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 terhadap penilaian kinerja koperasi ?
Untuk mencegah penyimpangan dalam pembahasan masalah, maka
analisis difokuskan pada persepsi pengurus koperasi terhadap penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sesuai standar akuntansi untuk menilai kinerja
koperasi di Pontianak.

Metode Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu : penulis
langsung terjun ke lapangan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada
responden sebagai instrumen penelitiannya
Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
Wawancara dan studi dokumenter
Populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen dari suatu objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi dikota
pontianak. Setiap koperasi diwakili oleh salah satu pengurus inti. Jumlah populasi
koperasi yang masih aktif pada saat penulis mengadakan penelitian ini adalah 474
koperasi. Sampel adalah bagian populasi yang menjadi sumber data sebenarnya
dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi
untuk mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengambilan sampel terhadap
koperasi kota Pontianak yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan
(RAT). Jumlah sampel yang ditetapkan akan diteliti berjumlah 61 koperasi.
Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Persepsi pengurus
koperasi terhadap pentingnya penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai
standar akuntansi untuk menilai kinerja koperasi. Standar akuntansi merupakan
pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur tentang perlakuan akuntansi didalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Sedangkan laporan keuangan
merupakan sumber informasi yang berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban
dan penilaian kinerja yang meliputi : (1) Neraca, (2) Perhitungan Hasil Usaha, (3)
54 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Laporan arus Kas, (4) Laporan Promosi ekonomi/anggota, (5) Catatan Atas
Laporan Keuangan.
Pernyataan ini dikembangkan dengan skala Likert yang masing-masing
butir pernyataan diberi skor 1 sampai 5. Deskripsi sebagai gambaran dari desain
penelitian yang mana untuk mengetahui persepktif atau suatu kerangka acuan dan
memandang suatu teori dalam penelitian melalui pengujian hipotesis dan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel neraca, perhitungan hasil
usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, catatan atas laporan
keuangan terhadap penilaian kinerja. Secara operasional variabel perlu
didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian.
Singarimbun (1989:46) memberikan pengertian tentang definisi operasional
adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu
diukur. Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat, yang meliputi: Neraca (X1), Perhitungan Hasil Usaha (X2),
Laporan Arus Kas (X3), Laporan Promosi Ekonomi Anggota (X4), Catatan Atas
Laporan Keuangan (X5), Penilaian Kinerja (Y) , merupakan bagian dari sistem
pengendalian yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas
koperasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Spearman
yaitu bentuk pengujian untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan dua
variabel dan untuk mengetahui tingkat kecocokan dari dua variabel atau lebih
terhadap group yang sama. Rumus Korelasi Spearman yang digunakan yaitu :

Dimana :
Rs = Nilai Korelasi Spearman
d2 = Perbedaan skor antar dua variabel
n = Jumlah kelompok (Taraf nyata yang digunakan adalah 0,05)
Sulaiman Wahid mengatakan (2002:137) bahwa kaidah pengambilan
keputusan didasarkan pada uji signifikasi yang berfungsi apabila peneliti ingin
mencari makna hubungan variabel X dan Y. Ketentuannya adalah apabila taraf
signifikasi lebih kecil daripada 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, begitu juga
sebaliknya jika taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak.

Hasil dan Pembahasan


Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengambilan sampel terhadap
koperasi kota Pontianak yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 61 koperasi. Dari
kuesioner yang telah diberikan kepada 61 koperasi yang diwakili oleh salah satu
pengurus sebagai responden, menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 100 %
diperoleh data mengenai jenis dan karakteristik koperasi kota Pontianak seperti
tabel berikut ini.
Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 55

Tabel 1. Koperasi Kota Pontianak


Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Koperasi
Jenis Koperasi Jumlah Persentase (%)
Koperasi Pegawai Negeri 26 42,62
Koperasi Karyawan 6 9,84
Koperasi ABRI/Kepolisian 14 22,95
Koperasi Serba Usaha 8 13,11
Koperasi Simpan Pinjam 3 4,92
Koperasian Kerajinan 1 1,64
Koperasi Wanita 1 1,64
Koperasi Mahasiswa 2 3,28
Total 61 100
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa responden yang berjumlah 61
orang sebagian beswar berasal dari koperasi pegawai negeri sebanyak 26 orang,
dengan persentase sebesar 42,63% dari total sampel, selanjutnya koperasi
ABRI/Kepolisian sebanyak 14 orang dengan persentase 22,95% dan koperasi
serba usaha sebanyak 8 orang dengan persentase 9,84%, koperasi simpan pinjam
sebanyak 3 orang dengan persentase 4,92%, kemudian koperasi mahasiswa
sebanyak 2 orang dengan persentase 3,28%, koperasi kerajinan dan koperasi
wanita masing-masing sebanyak 1 orang dengan persentase yang sama yaitu
1,64%.
Berdasarkan implementasi penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No.
27 pada koperasi kota Pontianak, dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 2. Koperasi Kota Pontianak Jumlah Koperasi Yang Telah


Mengimplemantasikan Komponen Laporan Keuangan
Komponen Laporan Keuangan Jumlah Koperasi Persentase (%)
Neraca 61 100
Perhitungan Hasil Usaha 61 100
Laporan Arus Ks 43 70,49
Laporan Promosi Ekonomi 12 19,67
Anggota 59 96,72
Catatan Atas Laporan Keuangan

Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa tingkat implementasi


komponen laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 berupa neraca dan perhitungan
hasil usaha memiliki persentase yang sangat tinggi yaitu masing-masing sebesar
100%. Itu berarti seluruh koperasi dari total sampel yaitu 61 koperasi telah
mengimplementasikan PSAK No. 27 sedangkan laporan arus kas tingkat
implementasinya hanya sebesar 70,49%. Itu berarti hanya 43 koperasi yang telah
mengimplementasikan PSAK No. 27. kemudian catatan atas laporan keuangan
memiliki tingkat implementasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 96,72%. Itu
berarti hanya ada 2 koperasi yang belum mengimplementasikan PSAK No 27.
56 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Selanjutnya laporan keuangan promosi ekonomi anggota memiliki tingkat


implementasi paling rendah yaitu sebesar 19,67%. Itu berarti hanya 12 koperasi
saja yang telah mengimplementasikan sedangkan sisanya 49 koperasi belum
mengimplementasikan PSAK No. 27.
Persepsi pengurus koperasi mengenai tingkat pentingnya penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 ditinjau dari 5 komponen
laporan keuangan koperasi yaitu : neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus
kas, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan.
Penilaian terhadap hal tersebut di atas akan disajikan pada tabel berikut.
Neraca sebagai salah satu komponen laporan keuangan juga sering disebut
sebagai laporan posisi keuangan karena merupakan neraca merupakan daftar
seluruh daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu entitas.
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa 5 responden (8,2 %)
menyatakan penyajian neraca sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 50
responden (81,97 %) menyatakan penting, 6 responden (9,83 %) menyatakan
cukup penting, tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.
Dari tabel 3.4 dapat diketahui persentase nilai secara keseluruhan untuk
neraca sebesar 86,74 % sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian neraca
sesuai PSAK No. 27 adalah penting.

Tabel 3. Tingkat Pentingnya Penyajian Laporan Keuangan


Sesuai PSAK No.27
Neraca Perhitungan Laporan Arus Laporan Catatan Atas
Hasil Usaha Kas Promosi Laporan
Ekonomi Keuangan
Anggota

Res % Res % Res % Res % Respon %


pon pon pon pon den
den den den den
Sangat 5 8,2 23 37,70 11 18,03 14 22,95 20 32,79
Penting
Penting 50 81,97 36 59,02 43 70,49 37 60,66 34 55,74
Cukup 6 9,83 2 3,28 7 11,48 10 16,39 6 9,84
penting
Kurang - - - - - - - - 1 1,63
penting
Tidak - - - - - - - - - -
penting
Jumlah 61 100 61 100 61 100 61 100 61 100
Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 57

Tabel 4
Persentase Pentingnya Penyajian Laporan keuangan
Sesuai PSAK No. 27 Per Faktor Persepsi
Komponen Laporan Keuangan Nilai Nilai Persentase
Maksimum Pengamatan (%)
Neraca 2.135 1.825 86,74
Perhitungan Hasil Usaha 915 844 92,24
Laporan Arus Kas 1.20 1.070 87,70
Laporan Promosi Ekonomi 610 519 85,08
Anggota
Catatan Atas Laporan Keuangan 610 526 86,23

Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk


menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai
lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk
dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai posisi keuangan. Informasi
tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini
badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.
Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No. 1 (2004:9) “Perusahaan
menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka
pendek terpisah dengan kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu
yang diatur dalm SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas
sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya”. Dengan
demikian, diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep
laporan keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil
penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian neraca sesuai PSAK No.27
Perhitungan Hasil Usaha adalah istilah lain dari laporan rugi laba yang
dipergunakan oleh gerakan perkoperasian. Hal ini sesuai dengan sistem dan
standar akuntansi keuangan koperasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Secara umum, dapat digambarkan perhitungan hasil usaha atau
laporan rugi laba merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran (beban)
suatu entitas pada jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 23 responden (37,70%) menyatakan
penyajian perhitungan hasil usaha sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting 36
responden (59,02%) menyatakan penting, 2 responden (3,28%) menyatakan
cukup penting, tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.
Kemudian dari Tabel 4 diketahui persentase nilai perhitungan hasil usaha
secara keseluruhan sebesar 92,24 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyajian perhitungan hasil usaha sesuai PSAK No. 27 adalah penting
Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai
lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk
dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai profitabilitas atau prestasi
58 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

keuangan koperasi selama satu periode. Informasi tersebut harus disusun dan
disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu
PSAK No.27.
Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No. 27 (2004:12) “Perhitungan
hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha
dan beban perkoperasian selama periode waktu tertentu. Perhitungan hasil usaha
menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha”. Dengan demikian,
diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan
keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian
yang menyatakan pentingnya penyajian perhitungan hasil usaha sesuai PSAK
No.27.
Laporan arus kas sering juga disebut laporan perubahan posisi keuangan,
karena menyajikan informasi mengenai saldo awal kas, sumber penerimaan kas,
pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode waktu tertentu.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 11 responden (18,03%) menyatakan
penyajian laporan arus kas sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 43
responden (70,46%) menyatakan penting, 7 responden (11,48%) cukup penting,
tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.
Kemudian dari Tabel 4 diketahui persentase nilai laporan arus kas secara
keseluruhan sebesar 87,70 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian
laporan arus kas sesuai PSAK No. 27 adalah penting.
Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai
lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk
dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai perubahan posisi
keuangan. Informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar
akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.
Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No. 27 (2004:12) “ Laporan arus
kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas,
sumber penerimaan kas, sumber pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada
periode waktu tertentu”. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa hasil
penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan terdapat persepsi yang
sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian
laporan arus kas sesuai PSAK No.27
Laporan promosi ekonomi anggota digunakan untuk menilai manfaat
ekonomi yang diberikan kepada anggota sekaligus digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan koperasi. Melalui laporan ini dapat diketahui faktor-faktor yang
menunjukan keberpihakan koperasi terhadap anggotanya.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 14 responden (22,95%) menyatakan
penyajian laporan promosi ekonomi anggota sesuai PSAK No. 27 adalah sangat
penting, 37 responden (60,66%) menyatakan penting, 10 responden (16,39%)
menyatakan cukup penting tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak
penting.
Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 59

Kemudian dari Tabel 4 diketahui nilai laporan promosi ekonomi anggota


secara keseluruhan sebesar 85,08 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyajian laporan promosi anggota sesuai PSAK No. 27 adalah penting.
Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai
lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk
dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai manfaat ekonomi yang
diperoleh anggota koperasi selama satu periode, informasi tersebut harus disusun
dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu
PSAK No.27.
Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No.27 (2004:13) “ Manfaat
tersebut manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan dari transaksi pelaporan
yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir
tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan. Laporan promosi
anggota ini disesuaikan dengan jenis dan usaha yang dijalankannya “. Dengan
demikian diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep
laporan keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil
penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian laporan promosi ekonomi
anggota sesuai PSAK No.27.
Catatan atas laporan keuangan merupakan informasi tambahan yang sangat
diperlukan untuk memperjelas sistem dan standar akuntansi yang dipergunakan
sehungungan dengan laporan keuangan yang disajikan. Dengan adanya catatan
atas laporan keuangan tersebut semakin mempermudah pihak internal maupun
eksternal dam membaca laporan keuangan yang ada..
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 20 responden (32,79%) menyatakan
penyajian atas laporaan keuangan sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 34
responden (55,74%) menyatakan penting, 6 responden (9,84%) menyatakan
cukup penting, 1 responden (1,63%) menyatakan kurang penting, tidak ada yang
menyatakan tidak penting.
Kemudian dari Tabel 4 diketahui persentase nilai catatan atas laporan
keuangan secara keseluruhan sebesar 86,23 %.sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyajian catatan atas laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 adalah penting.
Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai
lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk
dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai pengungkapan atas laporan
keuangan, informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar
akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.
Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No.27 (2004:17) “ Catatan atas
laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca,
laporan rugi laba, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang
terdapat dalam catatan atas laporan keuangan”. Dengan demikian diperoleh
kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan
60 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan
pentingnya penyajian catatan atas laporan keuangan sesuai PSAK No.27
Permasalahan yang diungkapkan dalam pembahasan ini adalah untuk
mengetahui persepsi pengurus koperasi tentang peranan penyajian laporan
keuangan sesuai PSAK No. 27 terhadap penilaian kinerja, dengan hipotesis yang
menyatakan penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan PSAK
No. 27 ditinjau dari neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan
promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan memiliki peranan
penting untuk menilai kinerja koperasi.
Pada penelitian ini, data dianalisa dengan menggunakan analisa Korelasi
Spearman, yaitu bentuk pengujian yang digunakan untuk mengukur tingkat atau
eratnya hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui tingkat kecocokan
dari dua variabel atau lebih terhadap group yang sama. Ringkasan hasil
perhitungan dapat dilihat di bawah ini (tabel hasil perhitungan dapat dilihat di
lampiran).

Tabel 5. Ringkasan Hasil Perhitungan Antar Variabel


Variabel Korelasi Sig.(2-Tailed) α Kaidah
X Terhadap Y Keputusan
X1 0,022 0,05 Ho ditolak
X2 0,0757 0,05 Ho diterima
X3 0,004 0,05 Ho ditolak
X4 0,19 0,05 Ho diterima
X5 0,35 0,05 Ho diterima

Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan


penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 memiliki peranan penting untuk
menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang neraca. Dari tabel korelasi
di peroleh nilai Korelasi Spearman antara neraca (X1) dan penilaian kinerja (Y)
sebesar 0,292 dengan taraf signifikasi 0,022. Itu berarti Ho ditolak dan Ha
diterima dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima (artinya ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua
variabel). Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuan laporan keuangan yang
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja, neraca dapat digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan. Maka
dari itu, laporan keuangan hendaknya disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK
No.27 agar dapat menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna laporan
keuangan.
Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 tidak memiliki peranan penting
untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang perhitungan hasil
Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 61

usaha. Dari tabel korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara perhitungan
hasil usaha (X2) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,40 dengan taraf signifikasi
0,0757. Itu berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan ketentuan apabila taraf
signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Artinya tidak
ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel). Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan tujuan laporan keuangan, seharusnya perhitungan hasil usaha lebih
menggambarkan kinerja koperasi karena laporan tersebut mencerminkan
profitabilitas yang diperoleh dalam periode tertentu.
Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 memiliki peranan penting untuk
menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang laporan arus kas. Dari tabel
korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara laporan arus kas (X3) dan
penilaian kinerja (Y) sebesar 0,362 dengan taraf signifikasi 0,004. Itu berarti Ho
ditolak dan Ha diterima dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih kecil dari
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima (artinya ada korelasi yang kuat dan searah
diantara dua variabel).
Hasil penelitian sejalan dengan tujuan laporan keuangan.Selain itu, laporan
arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan dan struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas). Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja,
laporan arus kas dapat digunakan untuk melihat bagaimana saldo kas dan setara
kas yang disajikan dalam neraca perusahaan berubah dari awal hingga akhir suatu
periode dan apa pengaruhnya bagi perusahaan apakah menunjukkan prestasi kerja
yang positif atau negatif. Maka dari itu, laporan keuangan hendaknya disususn
dan disajikan sesuai dengan PSAK No. 27 agar dapat menghasilkan informasi
yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.
Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 tidak memiliki peranan penting
untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang laporan promosi
ekonomi anggota. Dari tabel korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara
laporan promosi ekonomi anggota (X4) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,300
dengan taraf signifikasi 0,19. Itu berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan
ketentuan apabila taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak (Artinya tidak ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel).
Hasil penelitian tidak sejalan dengan tujuan laporan keuangan. Selain itu laporan
ini seharusnya dapat digunakan untuk menilai manfaat ekonomi yang diberikan
kepada anggota sekaligus digunakan untuk mengevaluasi kemajuan koperasi
Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 tidak memiliki peranan penting
untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang catatan atas laporan
keuangan. Dari tabel Korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara catatan
atas laporan keuangan (X5) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,270 dengan taraf
signifikasi 0,35. Itu berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan ketentuan apabila
taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Artinya
62 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

tidak ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel). Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan laporan keuangan. Selain itu, catatan atas laporan
keuangan seharusnya dapat digunakan untuk menilai akuntabilitas pelayanan
yang diberikan kepada anggota.

Kesimpulan dan Saran


Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari studi ini adalah:
1. Pada penelitian ini, penulis melakukan pengambilan sampel terhadap koperasi
kota Pontianak yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 61 koperasi. Dari kuesioner
yang telah diberikan diperoleh data mengenai jenis koperasi kota Pontianak
yang dalam hal ini khusus dibentuk oleh golongan fungsional yang terdiri dari
koperasi pegawai negeri, koperasi karyawan, koperasi ABRI/Kepolisian,
koperasi serba usaha, koperasi kerajinan, koperasi simpan pinjam, koperasi
wanita dan koperasi mahasiswa. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
peneliti mengklasifikasikan laporan keuangan menjadi 5 komponen, yaitu :
neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi
anggota dan catatan atas laporan keuangan. Komponen laporan keuangan
yang paling tinggi tingkat implementasinya adalah neraca dan perhitungan
hasil usaha, kemudian catatan atas laporan keuangan dan laporan arus kas.
Sedangkan laporan promosi ekonomi anggota memiliki tingkat implementasi
yang paling kecil dibandingkan komponen laporan keuangan yang lain.
2. Berdasarkan analisis data kuesioner dapat diketahui persentase tingkat
pentingnya penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No.27 secara
keseluruhan untuk lima komponen laporan keuangan, yaitu: Neraca
dinyatakan penting dengan persentase sebesar 86.74%, perhitungan hasil
usaha dinyatakan penting dengan persentase 92.24%, kemudian laporan arus
kas dinyatakan penting dengan persentase sebesar 87.70%, laporan promosi
ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan juga sama-sama
dinyatakan penting dengan persentase masing-masing sebesar 85.08% dan
86.23%. Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa lima komponen laporan
keuangan dipersepsikan sama atau dengan kata lain dapat disimpulkan
penyajian laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 27 adalah penting.
3. Berdasarkan pengujian hipotesis ternyata penyusunan dan penyajian laporan
keuangan sesuai PSAK No.27 berupa neraca dan laporan arus kas tidak
memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi. Dari tabel korelasi
diperoleh taraf signifikasi untuk neraca dan laporan arus kas masing-masing
sebesar 0.022 dan 0.004. Hal mini menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara komponen laporan keuangan neraca dan laporan arus kas
dengan penilaian kinerja (Ho ditolak). Sedangkan komponen keuangan yang
lain menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara komponen laporan
keuangan yang lain meliputi perhitungan hasil usaha, laporan promosi
ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan memiliki peranan
penting untuk menilai kinerja koperasi. Dari tabel korelasi diperoleh taraf
Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 63

signifikasi untuk perhitungan hasil usaha, laporan promosi ekonomi anggota,


dan catatan atas laporan keuangan yakni masing-masing sebesar 0.0757, 0.19
dan 0.35. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
komponen laporan keuangan perhitungan hasil usaha, laporan promosi
ekonomi anggota dean catatan atas laporan keuangan dengan penilaian kinerja
(Ho diterima)
Dari hasil pembahasan diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Studi mendatang diharapkan dapat menyempurnakan hasil penelitian ini dan
dilakukan secara lebih mendalam dengan desain penelitian yang lebih baik
lagi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pengurus koperasi untuk
menggunakan PSAK No. 27 sebagai acuan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan sehingga terdapat keseragaman persepsi dalam
menginterpretasikan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan.

Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. Standar Akuntasi Keuangan. Buku 1 dan 2.


Selemba Empat. Jakarta.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol. Jilid 1 dan 2. Prehallindo. Jakarta.
Niswonger. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 19 Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Robin, Steven. 1996. Perilaku Organisasi. Prehallindo. Jakarta.
Stanton, William. 1993. Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Siegel, Gary dan Helena Ramanauskas. 1989. Behavioral Acconting. South
Wetern Publishing Co. Chicago.
ANALISIS PENJAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)
PELAYANAN PADA PUSKESMAS TANJUNGSARI SINTANG

Adi Mursalin*)

Abstract
This research is conducted to analyze the service quality assurance
delivered by The Public Healt Centre of Tanjungsari Sintang .This
research variables analyzed include the clinic aspects, the efficiency
aspect, the effectivity aspects, and the patients safety aspects.The
research design used is descriptive. The researcher describe the
research object related to the four aspects researched. The research
output shown that the Public Health Centre of Tanjungpuri Sintang
has paid full attentions to the four aspects of efficiency,effectivity,
clinics, and the patient’s safety . And the service quality assurance on
the Public Health Centre of Tanjungpuri can be said to be good.

Key words : analysis, quality assurance, service, and the Public


Health Centre of Tanjungsari Sintang

Pertumbuhan ekonomi saat ini berkembang sangat pesat. Kemajuan dalam


bidang ekonomi yang begitu pesat mengakibatkan semakin berkembangnya
perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, baik di bidang industri maupun
jasa. Produk tersebut menawarkan manfaat yang dapat memuaskan konsumen.
Kondisi persaingan saat ini berfokus pada cara merebut konsumen yang sama.
Salah satu produk yang dapat ditawarkan pada masyarakat adalah kesehatan,
karena kesehatan merupakan produk yang diinginkan konsumen yang setiap saat
harus diperhatikan oleh manusia disamping kebutuhan-kebutuhan primer lainnya.
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah dikenal adalah
puskesmas (pusat kesehatan masyarakat).
Puskesmas Tanjung Puri Sintang merupakan salah satu fasilitas pemerintah
yang bergerak dalam bidang kesehatan. Produk yang dihasilkan oleh puskesmas
ini berupa produk yang dapat menyembuhkan konsumen (pasien) dari
permasalahan medis. Puskesmas menawarkan jasa pengobatan kepada konsumen
(pasien) dalam membantu masalah yang dihadapi pasien, yaitu penyakit.
Disamping itu, puskesmas juga menawarkan jasa bersalin, pengobatan penyakit,
pengobatan kecelakaan, pencegahan keluarga berencana / tetanus / imunisasi,
rawat inap serta pelayanan poli gigi.
Ada beberapa tujuan yang dimiliki oleh puskesmas Tanjung Puri dalam
menjalankan kegiatan operasinya, diantaranya yaitu : mempertahankan
kelangsungan hidup operasinya, stabilitas dan kemampuan memberikan

*)
Adi Mursalin, SE, MM adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak.
64
Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 65

pelayanan yang bermutu kepada pasien. Puskesmas Tanjung Puri dalam


menjalankan kegiatannya sehari-hari dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas berupa
tempat parkir yang luas, ruang tunggu yang nyaman, ruang periksa yang
dilengkapi dengan tempat tidur pemeriksaan, ruang perawatan yang dilengkapi
dengan tempat tidur perawatan, box bayi lengkap, alas tempat tidur lengkap,
lemari/meja kecil, ventilasi dan penerangan yang cukup pada semua ruangan, dan
tempat sampah di setiap ruangan.
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disajikan jumlah konsumen
pada Puskesmas Tanjung Puri Sintang selama tiga tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Pasien Puskesmas Tanjung Puri Sintang


Tahun 2004 – 2006

Tahun Tahun Tahun


Pelayanan Jasa
2004 2005 2006
Rawat Inap 25 32 27
Rawat Jalan 13.697 13.775 17.251
Gangguan Jiwa 3 4 1
Jumlah 13.725 13.811 17.279
Sumber : Puskesmas Tanjung Puri Sintang, 2007

Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa jumlah konsumen (pasien)


yang datang ke Puskesmas Tanjung Puri Sintang dari tahun 2004 – 2006
mengalami peningkatan . Jumlah pasien tahun 2005 meningkat sebesar 78 pasien
atau sebesar 0,57 %. Dan dari tahun 2006 juga mengalami kenaikan sebesar 3476
pasien atau sebesar 25,23% .Jika dilihat secara kuantitatif dan kualitatif, terdapat
kenaikan jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Puri. Sementara
itu, jumlah pasien yang rawat inap di Puskesma Tanjung Puri Sintang dari tahun
2005-2007 mengalami fluktuasi . Pada tahun 2005, jumlah pasien yang rawat
inap naik sebesar 7 orang pasien atau 28%, kemudian pada tahun 2006 turun
menajdi 27 orang pasien atau turun sebesar 15,63%. Demikian juga ,pasien yang
mengalami gangguan jiwa berfluktuasi dari tahun 2004-2006. Pada tahun 2005
jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa meningkat sebesar 1 orang atau
33,33% dan menurun menjadi 1 orang pasien atau turun sebesar 75%.
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi masalah
Puskesmas Tanjung Puri Sintang adalah Bagaimana Quality Assurance
pelayanan terhadap pasien yang diterapkan oleh Puskesmas Tanjung Puri Sintang
selama ini ?

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif, yaitu
menggambarkan fenomena yang terjadi pada objek yang diteliti mengenai
bagaimana jaminan mutu pelayanan yang ada pada Puskesmas Tanjung Puri
66 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Sintang. Adapun objek penelitian yang diambil adalah Puskesmas Tanjung Puri
Sintang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari: (a) Primer,
yaitu data yang penulis kumpulkan sendiri berdasarkan informasi atau masukan-
masukan yang diperoleh melalui Observasi, yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan mendatangi objek penelitian, kemudian melakukan pengamatan
secara langsung terhadap objek guna mendapatkan data yang subjektif mungkin;
Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan wawancara langsung dengan
pimpinan beserta staf serta beberapa responden mengenai berbagai hal yang
menyangkut masalah yang sedang diteliti; (b) Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh melalui informasi laporan yang didapat dari pimpinan Puskesmas
Tanjung Puri Sintang. Data sekunder diambil melalui : studi Dokumenter, yaitu
meminta data dokumen perusahaan yang diteliti yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang peneliti lakukan pada Puskesmas Tanjung Puri Sintang.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian adalah Analisis
Data Kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan mentabulasi hasil jawaban
responden, kemudian dipresentasikan dan dianalisis lebih lanjut.

Hasil dan Pembahasan


Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang merupakan salah satu fasilitas
pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan. Puskesmas menawarkan jasa
pengobatan kepada pasien dalam membantu masalah yang sedang dihadapi
pasien. Puskesmas juga menawarkan jasa bersalin, pengobatan penyakit,
pengobatan kecelakaan, pencegahan keluarga berencana / tetanus / imunisasi,
rawat inap serta pelayanan poli gigi. Adapun quality assurance yang dimiliki oleh
Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang akan dibahas lebih lanjut di bawah
ini.
Quality Assurance. Dalam bentuk pelayanan yang berkembang saat ini,
mutu pelayanan semakin rumit dan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh
dari berbagai pihak, dalam hal ini kerja sama dan saling pengertian akan berperan
penting. Quality Assurance atau menjaga mutu atau menjamin mutu adalah suatu
program berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematik memantau dan
menilai mutu dan kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang
untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang
terungkap. Mutu pelayanan puskesmas dapat pula dilihat dari segi aspek yang
berpengaruh. Aspek berarti hal-hal yang secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap penilaian.
Keempat aspek tersebut adalah:
1. Aspek klinis, yaitu menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan
teknis medis.
2. Efisiensi dan efektifitas, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tak ada
diagnosa dan terapi berlebihan.
3. Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan terhadap pasien.
4. Kepuasan pasien, yaitu yang berhubungan dengan kenyamanan, keramahan
dan kecepatan pelayanan.
Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 67

Quality Assurance yang dimiliki puskesmas dapat dilihat dari segi


pelayanan yang diberikan oleh puskesmas tersebut. Hanya saja pada puskesmas
belum ada atau belum diketahui standar mutu puskesmas.
Jasa Bersalin. Dalam era KB (Keluarga Berencana) yang telah
memasyarakat, maka mutu bayi yang dilahirkan diharapkan lebih baik. Pelayanan
yang bermutu diperlukan bila memang kemajuan dan kepuasan masyarakat yang
diharapkan. Dari sekian banyak hal yang berpengaruh pada mutu pelayanan,
maka kemauan dan kesediaan untuk melaksanakan Quality Assurance akan
merupakan modal yang besar bagi keberhasilan. Hal-hal yang perlu mendapat
perhatian diantaranya:
1. Aspek Klinis
Aspek klinis yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang
dapat dilihat dengan adanya alat medis yang siap pakai, adanya petugas
terlatih seperti dokter, bidan dan perawat, sterilisasi peralatan medis yang
terjamin kebersihannya, sarana persalinan yang cukup lengkap dan adanya
prosedur persalinan yang tetap.. Agar hal ini tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan pada setiap pasien yang berobat, khususnya ibu hamil , pihak
puskesmas berusaha memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk terus
konsultasi kehamilan pada dokter dan memberikan vitamin kepada ibu hamil
sehingga pada saat persalinan ibu dan anak sehat dan kuat.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten
Sintang dapat dilihat dengan adanya alat medis yang rusak akibat salah pakai,
adanya alat yang hilang, hal ini dicoba ditanggulangi oleh pihak puskesmas
dengan mengganti alat yang rusak dan hilang dengan alat yang baru dan pihak
puskesmas harus lebih hati-hati dalam menggunakan alat medis tersebut.
Kemudian pemeriksaan penunjang yang dilakukan tidak pernah telat dan
persalinan yang dilakukan tidak pernah telat.
3. Aspek Keamanan Pasien
Keamanan pasien pada jasa persalinan sudah tergolong aman, karena pada
jasa persalinan petugas menggunakan seragam dan identitas, data bayi yang
diberikan kepada pasien lengkap, box bayi jelas identitasnya, hanya di
puskesmas box bayi satu kamar dengan ibunya dirawat sehingga keluarga
pasien bebas kapanpun melihat si bayi namun demikian keamanan si bayi dan
ibunya tetap dalam pengawasan pihak puskesmas, pada malam hari ditentukan
jam besuk, karena pasien dan bayinya harus istirahat.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Pasien Puskesmas Tanjung Puri kiranya sudah sangat puas dengan pelayanan
yang diberikan oleh puskesmas dimana adanya petugas yang ramah, petugas
sigap terhadap keluhan pasien, petugas memberikan informasi tentang
penyakit yang diderita atau informasi tentang hal-hal yang ditanyakan pasien,
ruangan yang nyaman, dan tidak lupa pihak puskesmas mengingatkan kepada
pasien bersalin untuk membuat akte kelahiran.
68 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Kalau kita lihat dari penjelasan diatas, sepertinya quality assurance yang
dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dari tahun 2008-2007
pada jasa bersalin termasuk cukup baik. Hanya pada aspek efisiensi pihak
puskesmas harus lebih hati-hati dalam menggunakan alat medis yang dinilai
penting untuk proses persalinan.

Pengobatan Penyakit
1. Aspek Klinis
Aspek klinis yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang
dapat dilihat dengan adanya alat yang siap pakai, perugas yang terlatih seperti
dokter bidan dan perawat, sterilisasi alat-alat medis terjamin, sarana
pengobatan cukup, adanya prosedur pengobatan yang tetap. Pada pengobatan
penyakit tidak pernah terjadi komplikasi dan tidak pernah terjadi infeksi.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten
Sintang dapat dilihat dari adanya alat rusak karena sudah lama, adanya alat
medis yang hilang, dan pihak puskesmas tidak pernah melakukan
pemeriksaan atau pengobatan yang telat.
3. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien pada jasa pengobatan penyakit dapat dilihat dari
adanya petugas berseragam, petugas seperti dokter, bidan dan perawat yang
menggunakan identitas, namun di puskesmas belum ada kereta dorong yang
lengkap dengan gantungan infus, puskesmas hanya mempunyai kereta dorong
biasa, gantungan infus hanya ada pada kamar rawat inap. Puskesmas juga
telah memberikan petunjuk pemakaian obat yang jelas.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Aspek kepuasan pasien dapat dilihat dari adanya petugas yang ramah, namun
petugas masih belum sigap dalam menangani penyakit pasien, petugas
memberikan informasi yang jelas, ruangan yang nyaman dan biaya yang
wajar.
Quality assurance pada jasa pengobatan penyakit di Puskesmas Tanjung
Puri Kabupaten Sintang dari tahun 2004-2006 masih belum baik, hal ini
disebabkan kurangnya alat pengobatan yang dimiliki puskesmas sehingga
puskesmas agak lamban dalam memberikan rujukan ke Rumah Sakit. Masalah ini
harus dapat diselesaikan oleh pihak puskesmas dengan lebih teliti dan lebih sigap
dalam menangani pasien, pihak puskesmas juga berusaha untuk melengkapi alat
medis yang digunakan.

Jasa Pengobatan Kecelakaan


1. Aspek Klinis
Aspek klinis yang dimiliki oleh puskesmas yaitu adanya alat medis yang siap
pakai, alat medis yang terjamin sterilisasinya, adanya petugas yang terlatih,
adanya sarana pengobatan yang cukup dan prosedur pengobatan yang tetap.
Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 69

2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi yang dimiliki oleh puskesmas yaitu dengan adanya alat yang
rusak karena sudah lama, tidak adanya alat yang hilang, pengobatan yang
tidak pernah telat pelaksanaannya.
3. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien dapat dilihat dari adanya petugas yang berseragam,
petugas yang menggunakan identitas, petunjuk pemakaian obat yang teratur.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Aspek kepuasan pasien dapat dilihat dari petugas yang ramah, petugas yang
sigap, ruangan yang nyaman, dan biaya yang wajar.
Pasien kecelakaan dianjurkan untuk rawat inap jika luka yang di derita
parah, tapi jika luka yang diderita biasa saja atau tidak parah, pasien boleh
langsung pulang. Dari penjelasan keempat aspek di atas dapat dikatakan bahwa
quality assurance puskesmas sudah baik.

Jasa Pencegahan Keluarga Berencana / Tetanus / Imunisasi


1. Aspek Klinis
Aspek klinis yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang
dapat dilihat dari alat medis yang siap pakai, petugas yang terlatih, sterilisasi
peralatan medis dan obat yang terjamin, sarana yang cukup, adanya prosedur
tetap.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi dapat dilihat dengan adanya alat yang rusak, tidak adanya alat
yang hilang, keluarga berencana, tetanus dan imunisasi selalu dilakukan tepat
waktu.
3. Aspek Keamanan Pasien
Seperti jasa-jasa yang lain jasa pencegahan keluarga berencana / tetanus /
imunisasi juga dapat dilihat aspek keamanannya melalui petugas yang
berseragam, petugas dengan identitas, petunjuk pemakaian dosis obat yang
jelas.
4. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien dilihat dari petugas yang ramah, petugas yang sigap,
petugas memberikan informasi yang jelas, petugas juga selalu mengingatkan
kapan lagi pasien harus dating ke puskesmas untuk suntik KB, tetanus atau
pemberian imunisasi kepada balita, ruangan yang nyaman, dan biaya yang
wajar.
Quality assurance yang dilakukan oleh pihak puskesmas sudah baik. Namun
demikian pihak puskesmas harus lebih meningkatkan pelayanan kepada pasien,
sehingga pasien akan merasa yakin untuk menggunakan jasa pada puskesmas
tersebut.
70 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Jasa Rawat Inap


1. Aspek Klinis
Aspek klinis pada jasa rawat inap dapat dilihat dari tidak pernah terjadi infeksi
suntikan, persediaan infus di puskesmas sehingga tidak pernah kehabisan,
serta pemasangan infus tidak pernah gagal.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi yang dimiliki puskesmas yaitu tidak adanya thermometer yang
pecah, alkohol, betadin yang tumpah akibat kurang hati-hati dan sembarangan
menyimpan, alat yang hilang, dan alat yang rusak.
3. Aspek Keamanan Pasien
Pihak puskesmas tidak pernah salah memberikan obat atau salah pemberian
dosis obat kepada pasien, pihak puskesmas juga tidak pernah salah
memberikan jenis penyuntikan kepada pasien, pasien juga tidak pernah jatuh
dari tempat tidurnya.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Aspek kepuasan pasien dapat dilihat dari pemberian informasi yang akurat,
keramahan petugas, kenyamanan ruangan, kebersihan ruangan, dan kecepatan
penanganan petugas terhadap pasien.
Quality assurance pada Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang pada
jasa rawat inap sudah baik.
Jasa Poli Gigi
1. Aspek Klinis
Aspek klinis pasa poli gigi dapat dilihat dari alat yang siap pakai, sterilisasi
alat terjamin, adanya petugas terlatih, sarana yang cukup namun belum
lengkap, adanya prosedur pemeriksaan yang tetap.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi pada jasa poli gigi dilihat dari alat yang rusak karena sudah
lama, adanya alat yang hilang, pemeriksaan dilakukan tidak pernah telat.
3. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien dilihat dari petugas berseragam, petugas yang
menggunakan identitas, petunjuk pemeriksaan yang jelas, dan petunjuk
pemberian dosis obat yang jelas.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Aspek kepuasan pasien dilihat dari adanya petugas yang petugas yang ramah,
petugas yang sigap, petugas memberikan informasi yang jelas, ruangan yang
nyaman, dan biaya yang wajar.
Quality assurance pada jasa poli gigi sudah baik.
Selain jasa-jasa pelayanan di atas yang diberikan oleh Puskesmas Tanjung
Puri Kabupaten Sintang , quality assurance dapat juga dilihat dari pelayanan
pendukung lainnya seperti:
Gawat Darurat. Pelayanan gawat darurat akan merupakan salah satu pintu
masuk puskesmas yang pertama, maka berpengaruh pada kepuasan pasien dan
keluarganya, mutu pelayanan pada gawat darurat perlu dijaga dan dikembangkan
secara terus menerus.
Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 71

Selain itu pelayanan gawat darurat yang dilakuakn selama 24 jam penuh,
akan melibatkan petugas, sehingga banyak petugas akan terkait, maka semua
petugas diharapkan dapat secara berkesinambungan menjalankan menjaga mutu.
1. Aspek Klinis
Aspek klinis terdiri dari dokter yang terlatih, alat UGD yang lengkap,
persediaan obat untuk keadaan darurat yang cukup, persediaan oksigen yang
cukup.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi dilihat dari tidak adanya alat yang hilang maupun yang rusak
karena salah pakai, namun alat yang rusak karena sudah lama itu ada, tidak
ada obat-obatan yang hilang.
3. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien dilihat dari tidak pernah pasien jatuh dari tempat
tidur, adanya identitas petugas, adanya gantungan infus di ruangan UGD.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Aspek kepuasan pasien dilihat dari kecepatan pelayanan dalam menangani
gawat darurat, keramahan petugas, informasi yang jelas mengenai penyakit
pasien kepada keluarga atau pasien itu sendiri, waktu tunggu petugas yang
jelas sehingga pasien tidak ditinggal sendirian dan ruangan yang nyaman.
Farmasi. Pelayanan farmasi berperan penting dalam kesembuhan
pasien, terutama pasien yang membutuhkan obat, tetapi bila kesalahan terjadi
akan merupakan racun yang berbahaya, maka quality assurance pelayanan ini
perlu agar secara jelas dapat menjamin hasil yang diharapkan dan sekaligus
menjaga keamanan. Banyaknya merk obat akan menambah beban pemilihan,
sekaligus harus hati-hati agar jangan salah baca yang dapat fatal, selain itu obat
punya nilai ekonomis, maka menjaga agar jangan sampai penggunaan yang salah
terjadi sudah secara otomatis mengurangi biaya bagi pasien.
1. Aspek Klinis
Aspek klinis pada farmasi dilihat dari kesesuaian identitas petugas, pemberian
dosis yang sesuai dengan resep dari dokter, kemasan obat yang sesuai dengan
standar kesehatan, pemberitahuan mengenai cara pemakaian obat yang sesuai
dan kesesuaian jumlah obat yang diminta.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi dilihat dari pihak farmasi pada Puskesmas Tanjung Puri
Kabupaten Sintang tidak pernah memberikan obat yang sudah kadaluarsa
kepada pasien, adanya obat yang sudah 1 (satu) tahun tidak digunakan namun
obat tersebut dihancurkan lalu dibuang, adanya obat yang rusak dalam
penyimpanan, ada permintaan obat yang tidak ada obatnya di puskesmas, ada
permintaan obat yang habis persediaannya.
3. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien pada bagian farmasi dilihat dari bentuk obat yang
sesuai dengan ketentuan dinas kesehatan, pemberian petunjuk dosis yang
jelas, kejelasan cara pemakaian, kejelasan petunjuk bahaya obat, kejelasan
petunjuk identitas pasien.
72 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

4. Aspek Kepuasan Pasien


Aspek kepuasan pasien dilihat dari keramahan petugas, kecepatan pelayanan,
penjelasan yang menyakinkan, kantong obat yang rapih, kemasan obat yang
baik.
Penerimaan Pasien. Penerimaan pasien akan merupakan salah satu
wajah puskesmas yang memberikan kesan pertama baik bagi pasien atau
keluarganya, maka pelayanan yang cepat, tepat, ramah dan profesional perlu
secara tegas ditetapkan dan dikembangkan agar berjalan sesuai harapan.
1. Aspek Profesionalisme
Petugas penerimaan pasien adalah petugas / perawat yang bekerja di
Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang , mereka bertugas berdasarkan
jadwal piket yang sudah ditentukan. Petugas penerimaan pasien merupakan
petugas yang terlatih, dilihat dengan adanya data pasien dan penguasaan tarif
oleh petugas.
2. Aspek efisiensi
Aspek efisiensi dilihat dari waktu tunggu pasien untuk mendaftar di
Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang tidak terlalu lama, pasien
mudah menemukan meja pendaftaran, adanya petunjuk yang jelas mengenai
tempat pemeriksaan yang harus pasien tuju sesuai dengan maksud kedatangan
pasien tersebut ke puskesmas.
3. Aspek Keamanan Pasien
Aspek keamanan pasien dilihat dari adanya petugas keamanan, namun
petugas keamanan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri masih kurang
karena pihak puskesmas hanya mempunyai 1 orang petugas keamanan yang
sekaligus sebagai penjaga malam, kurangnya alat pemadam kebakaran, hal ini
karena pihak puskesmas beranggapan kalau letak puskesmasnya dekat dengan
kantor pemadam kebakaran, seharusnya pihak puskesmas juga mempunyai
alat pemadam kebakaran untuk mengantisipasi sebelum petugas pemadam
kebakaran tiba, lorong puskesmas terang dan lantai tidak licin.
4. Aspek Kepuasan Pasien
Aspek kepuasan pasien dilihat dari kecepatan pelayanan, keramahan petugas,
ketepatan informasi, ruangan yang nyaman dan bersih, pakaian petugas yang
menarik, bersih dan rapi.
Administrasi Keuangan
1. Aspek Profesionalisme
Petugas administrasi keuangan semuanya mempunyai ijazah dan mereka
mayoritas lulusan S1 Akuntansi. Mereka selalu memberikan bukti-bukti
pembayaran yang dapat diterima menurut hukum, membuat perincian
pengeluaran dan beban utang dapat diketahui.
2. Aspek Efisiensi
Aspek efisiensi dilihat dari pihak puskesmas tidak pernah melakuakn
kesalahan dalam menghitung biaya yang harus dikeluarkan pasien, tidak
adanya biaya yang berlebihan, pihak puskesmas tidak pernah melakukan
kesalahan penulisan nama pasien.
Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 73

3. Aspek Keamanan Pasien


Aspek keamanan pasien dilihat dari tulisan yang jelas pada buku kas
puskesmas, petugas menggunakan seragam, adanya nama petugas, adanya alat
hitung untuk memudahkan menghitung biaya sehingga tidak terjadi kesalahan
penghitungan biaya.
4. Aspek Kepuasan Pasein
Aspek kepuasan pasien dilihat dari kecepatan petugas dalam melayani pasien
yang hendak membayar, keramahan petugas, informasi yang jelas mengenai
pengeluaran pasien, melakukan tindakan yang tepat, memberikan jalan keluar
bagi pasien yang kesulitan untuk membayar.
Parkir. Pada hal-hal tertentu pelayanan parkir akan memegang peranan
penting, yaitu : saat datang kemudahan mencari sangat penting, keamanan
kendaraan yang diparkir terjamin, kendaraan mudah diapantau sehingga aman.
Maka parkir harus diatasi agar dapat melanjutkan keindahan, keamanan dan
keteraturan, sebab akan memberikan citra tertib, mulai saat masuk. Namun
sayangnya di Puskesmas Tanjung Puri belum ada petugas parkir, sehingga pasien
datang memarkir kendaraannya sendiri. Walaupun pasien yang menggunakan
kendaraan sedikit bila dibandningkan dengan pasien yang jalan kaki atau
menggunakan kendaraan umum, namun alangkah baiknya jika Puskesmas
Tanjung Puri mempunyai petugas parkir.
Quality assurance berdasarkan pelayanan-pelayanan penunjang diatas yang
dimiliki oleh puskesmas sudah tergolong baik, hanay pada bagian pelayanan
parkir jelek, karena tidak adanya petugas yang mengatur kendaraan pasien dan
menjamin keamanan kendaraan pasien.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis dari bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Quality Assurance yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Suri Sintang
belum sepenuhnya berhasil. Hal ini dikarenakan masih belum puasnya pasien
akan kinerja pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Tanjung Suri Sintang.
2. Empat Aspek Kepuasan Pasien. Berdasarkan mutu pelayanan pasien, posisi
tiap-tiap variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a) Kenyamanan, adapun indikatornya adalah kebersihan ruangan, kebisingan,
bebas dari nyamuk, kesegaran ruangan, kebersihan tempat tidur,
kenyamanan tempat tidur, perapihan tempat tidur, penggantian seprei,
penerangan di kamar pemeriksaan, kelengkapan alat-alat di kamar
pemeriksaan, kebersihan kamar mandi/wc, persediaan air di kamar
mandi/wc, tersedianya tempat sampah di setiap ruangan, kecukupan
peralatan di Puskesmas Tanjung Suri Sintang, tersedianya oksigen, obat-
obatan dan lain-lain pada waktu mendadak, kelengkapan obat oleh
puskesmas.
b) Hubungan pasien dengan petugas puskesmas, adapun indikatornya adalah
kecepatan penerimaan pasien oleh petugas pendaftaran, keramahan
74 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

petugas pendaftaran, kecepatan Dokter dalam menangani keluhan penyakit


pasien, keramahan Dokter, tanggapan Dokter terhadap keluhan-keluhan
pasien, kejelasan informasi tentang penyakit pasien dari Dokter, kecepatan
perawat untuk memberikan bantuan ketika pasien memerlukan, keramahan
perawat, kejelasan informasi tentang tindakan-tindakan perawat yang akan
dilakukan, kecepatan petugas dalam melayani administrasi, keramahan
petugas administrasi.
c) Kompetensi teknis petugas, adapun indikatornya adalah keterampilan
petugas pendaftaran, keterampilan Dokter, keterampilan perawat.
d) Biaya, adapaun indikatornya adalah kewajaran biaya dokter, kesesuaian
harga obat-obatan.
Adapun saran-saran yang diberikan kepada Puskesmas Tanjung Suri
Sintang ini, adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya puskesmas lebih memperhatikan hal-hal yang dapat
mengakibatkan ketidakpuasan pasien dan berusaha untuk lebih meningkatkan
kualitas pelayanannya sehingga pasien merasa tidak kecewa atau pasien
merasa puas.
2. Hendaknya puskesmas meningkatkan kinerjanya, sehingga diharapkan kinerja
puskesmas lebih besar dari kepentingan responden, dengan demikian
kepuasan pasien akan terpenuhi dan pasien tidak akan merasa kecewa dan
percaya untuk datang ke puskesmas tersebut.

Daftar Pustaka
Alma, Buchari. 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung.
Penerbit : Alfabeta.
Angipora, Marius P. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta. Penerbit : PT. Raja
Grafindo Persada.
Byod dkk. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-2. Jilid 1. Jakarta. Penerbit :
Erlangga.
Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol, Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta : Penerbit PT.
Prenhellindo.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jilid 1 dan 2.
Jakarta : Penerbit PT. Prenhellindo.
Nasution, M.n, M.Sc. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta : Penerbit Graha
Indo.
Malo, Manase. 1999. Buku Materi Pokok Penelitian Sosial. Modul 1-5. Jakarta.
Penerbit : Karunia.
Sabarguna, Boy S, MARS. 2004. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit.
Surakarta : Penerbit Konsorsium Rumah Sakit Islam Jawa Tengah –
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 75

Swastha, Basu. 1999. Azas-Azas Marketing. Yogyakarta : Penerbit Liberty.


Tjiptono, Fandy. 2001. Manajemen Jasa”. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Penerbit
Andi Offset.
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Edisi II. Yogyakarta. Penerbit :
Andi Offset.
Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik. Jakarta. Penerbit : Binarupa
Aksara.

You might also like