You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial, budaya, dan problemproblem lain, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual yang menunjang. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal. Teori-teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan dari pada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas yang digunakan para pendidik agar dapat memahami tata cara pembelajaran secara optimal. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang

menyeluruh tentang teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan kaidah dan teknik yang akan digunakan. Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian teori kognitivistik dalam pembelajaran? 2. Siapakah tokok-tokoh pencetus teori kognitivistik? 3. Bagaimana pandangan teori kognitivistik dalam belajar? 4. Apakah prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitivistik? 5. Bagaimana aplikasi teori kognitivistik dalam pembelajaran?

C. Tujuan 1. Mengetahui peran teori kognitivistik dalam proses pembelajaran. 2. Memahami perbedaan teori kognitivistik dengan teori belajar yang lain. 3. Mampu mengaplikasikan teori kognitivistik dalam belajar. 4. Dapat mengkritisi kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik dalam proses belajar. 5. Mampu menjelaskan konsep teori belajar kognitivistik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitivistik 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar, seseorang dapat memahami suatu konsep baru dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan keterampilan. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.1 Dengan demikian dapat juga diartikan bahwa belajar membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola pikir dari seseorang. Menurut Bambang Warsita, belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasiyang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.2 Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakanya pada pengetahuan lain, serta mengkomunikasikannya kepada orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir baik yang berupa pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan-perubahan yang dialami bersifat relatif permanen atau jangka panjang yang merupakan hasil dari pengalaman hidup manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Ratna Wilis, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), 1213. 2 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 87.
1

2. Pengertian Teori Belajar Kognitivistik Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Teori kognitivistik memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar.3 Dapat dikatakan bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain-lain. Sebagaimana di ungkapkan oleh Winkel bahwa Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.4 Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Membagi-bagi situasi atau materi pelajaran menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan makna belajar. Teori ini juga berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain.5 Belajar adalah aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar di sini antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor eksternal) dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah terbentuk dalam pikiran (background knowledge)
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 89. 4 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 53. 5 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 34.
3

berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (faktor internal). Teori kognitif lebih menekankan pada struktur internal individu dan lebih memberi perhatian pada bagaimana seseorang menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dari perbendaharaan ingatan.6

B. Konsep dan Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitivistik 1. Jean Piaget Menurut Jean Piaget dalam buku Teknologi Pembelajaran karangan Bambang Warsita, menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf.7 Wasty Soemanto menyatakan teori belajar Piaget disebut cognitivedevelopment yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu, asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.8 Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain: (1) Menentukan tujuan pembelajaran. (2) Memilih materi pembelajaran. (3) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik. (4) Menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik. (5) Mengembangkan metode pembelajaran. (6) Melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.
6

Mukminan, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta, 1998), 53. 7 Bambang Warsita, ibid., 69. 8 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 123.

2. David Ausubel Menurut Ausubel dalam buku karya Bambang Warsita menyatakan bahwa belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasikan secara non-arbiter dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.9 Hal ini berarti bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari. Proses advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, maka advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya. Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausebel dalam merancang pembelajaran antara lain: (1) Menentukan tujuan pembelajaran. (2) Melakukan identifikasi peserta didik. (3) Memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti. (4) Menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers. (5) Mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik. (6) Mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke arah yang kompleks. (7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Bambang Warsita, ibid., 72.

3. Jerome Bruner Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah dengan mengembangankan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual peserta didik pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.10 Dalam teori belajar Jerome Bruner, ia berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Jerome Bruner juga memandang bahwa belajar sebagai instrumental conceptualisme yang mengandung makna adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin bertambah dewasanya kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas pula seseorang
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 54.
10

memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan.11 Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.12

4. Robert M. Gagne Menurut Robert M. Gagne belajar, adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati proses pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Gagne berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagne merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.13 Menurut Gagne ada tiga tahap dalam belajar, yaitu: (a) Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian. (b) Pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon
11 12

Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 69. Ibid., 70. 13 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2007), 17.

dan penguatan. (c) Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum.

5. Gestalt Teori Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt disebut juga teori insight.14 Proses belajar yang menggunakan insight menurut gestalt mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) Insight tergantung pada kemampuan dasar. (b) Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan. (c) Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi. (d) Insight didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba. (e) Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara berlangsung. (f) Jika insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan

C. Pandangan Teori Kognitivistik Tentang Belajar Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal yang tidak dapat diamati langsung. Perubahan tercermin dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu. Perubahan dalam tingkah laku adalah refleksi dari perubahan internal. Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitivistik berpendapat bahwa reinforcement dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement dalam teori behavioristik berfungsi memperkuat respon atau tingkah laku, sementara dalam teori kognitivistik berfungsi sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberitahu tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku diulang14

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 1990), 257

ulang. Reinforcement juga berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian yang mengarah kepada pemahaman dan penguasaan.

D. Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitivistik Berdasarkan pendapat Bambang Warsita, ia menyatakan bahwa prinsipprinsip dasar teori kognitivistik, antara lain:15 1. Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan 2. Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran 3. Menekankan pada pola pikir peserta didik 4. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya 5. Menekankan kepada pengalaman belajar siswa, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik 6. Menerapkan reward and punishment 7. Hasil dari pembelajaran tidak hanya tergantung kepada informasi yang disampaikan pendidik, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

E. Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam Proses Pembelajaran Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Karakteristik dan implikasi-implikasi dari teori kognitivistik dalam proses belajar di antanya:

15

Bambang Warsita, Ibid., 89.

10

a. Utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan mengajarkan perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimiliki. b. Guru membantu peserta didik untuk menghubungkan informasi baru berdasarkan informasi yang diketahuinya. c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus dapat menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak. d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak. e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak. f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain. g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta peserta didik untuk mengklasifikasi, menganalisa, dan memprediksi. h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran. i. Guru memberikan kesempatan untuk berpikir setelah memberi pertanyaan.

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitivistik 1. Kelebihan a. Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan mandiri Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri, contohnya pada saat mengerjakan soal,

11

peserta didik bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan pikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain. b. Memudahkan peserta didik memahami bahan dan materi pelajaran Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami. 2. Kekurangan a. Teori ini tidak mampu diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. b. Sulit dipraktikkan khususnya pada tingkat lanjut. c. Beberapa prinsip dalam teori ini sulit dipahami dengan menyeluruh.

12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Di lingkup dunia pendidikan, belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Melalui belajar, seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Pada hakekatnya teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia, dimana belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas. Tokoh-tokoh aliran kognitivisme di antaranya adalah Jean Piaget, David Ausubel, Jerome Bruner, Gagne dan Gestalt. Dimana setiap tokoh menjelaskan tentang teori kognitif sesuai dengan hasil penelitian mereka secara detail dan memiliki konsep pemikiran masing-masing. Pandangan teori belajar kognitivistik di antaranya: 1. Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu. 2. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. 3. Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.

13

4. Belajar pada azasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. 5. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya. Prinsip-prinsip dasar dalam teori kognitivistik antara lain: 1. Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan 2. Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran 3. Menekankan pada pola pikir peserta didik 4. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya 5. Menekankan kepada pengalaman belajar siswa, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik 6. Menerapkan reward and punishment 7. Hasil belajar tidak hanya tergantung pada informasi dari pendidik, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut. Aplikasi teori kognitivistik dalam pembelajaran misalnya: 1. Guru membantu peserta didik untuk menghubungkan informasi baru berdasarkan informasi yang diketahuinya. 2. Guru harus dapat menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak. 3. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta peserta didik untuk mengklasifikasi, menganalisa, dan memprediksi. 4. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran. 5. Guru memberikan kesempatan untuk berpikir setelah memberi pertanyaan.

14

GAMBARAN UMUM KONSEP TOKOH-TOKOH KOGNITIVISTIK

Tokoh Jean Peaget

Teori Cognitive Development

Konsep Berfikir sebagai aktivitas gradual, yang terdiri dari asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Belajar harus disesuaikan dengan fase perkembangan kognitif

yang dilalui oleh peserta didik. David Ausubel Advance Organizers Belajar harus bermakna, materi yang dipelajari diasimilasikan non-arbiter berhubungan secara sekaligus dengan

pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada relevan

konsep-konsep

yang terdapat di dalam struktur kognitif peserta didik. Jerome Burner Instrumental Conceptualisme Pikiran manusia sanggup membangun mental gambaran global

secara

15

pada

konsep

yang

bersifat khusus. Semakin dewasanya kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas pula dia memberikan respon atas stimulus yang dihadapi. Perkembangan tersebut

amat tergantung dengan peristiwa dalam internal seseorang. Robert M. Gagne Cognitive Process Belajar ialah seperangkat proses kognitif yang

mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

proses pengolahan data informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun disebabkan pula oleh perubahan individu setelah

kemampuan yang terjadi

belajar terus menerus. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya haurs saling berinteraksi.

16

Gestalt

Insight

Setiap tingkah laku dan sikap seseorang selalu didasarkan pada kognisi. Dengan kata lain, yang paling penting di dalam proses belajar individu adalah dimengertinya

apa saja yang dipelajari tersebut.

17

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media. Budiningsih, Asri. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Mukminan, dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Wilis, Ratna. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

18

You might also like