You are on page 1of 2

Masalah pokok yang diangkat.

Toyota mulai berekspansi secara agresif dalam sebuah penawaran untuk tubuh secara

global dan mencapai tujuannya untuk menjadi produsen otomotif terbesar di dunia. (19) Pergeseran Budaya Perusahaan
Ketika

pusat

rancangannya

kekurangan

pegawai,

Toyota

mengalihdayakan

(outsource) perancangan dan pengembangan komponen-komponen yang krusial kepada para supliernya. Toyota dengan cepat menaikkan produksi kendaraannya, para karyawannya menyimpang dari jalan Toyota yang keras yaitu pengendalian kualitas dan perbaikan terus menerus dalam metode manufaktur. Akibatnya, sejumlah kesalahan dilaporkan selama pengembangan produk. Perusahaan ini mengabaikan masalah ini dan terus meluncurkan produk-produk di pasar luar negeri, kata para pengamat. Pihak manajemen bahkan gagal mengantisipasi permasalahan yang terbayang dan berekspansi terlalu cepat, mengabaikan gaya pertumbuhan Toyota yang disiplin, mereka menambahkan. Beberapa analis berpendapat bahwa walaupun keuntungannya telah bertambah, namun ia kurang bijak dalam membelanjakannya. Training Produksi berkembang begitu cepat sehiingga terjadi kekurangan mekanik terlatih untuk mengajari mekanik yang baru. Para mekanik yang mengajar juga melakukan hal yang sama dengan sedikit kekhawatiran tentang keahlian mereka, kata Masahiro Fukuda, seorang analis senior di Fourin, Inc. Leadership
Toyota kemudian mulai mencari seorang pemimpin yang akan mengarahkan

perusahaan tersebut kembali ke laba. Pada bulan Januari 2009, perusahaan ini mengumumkan bahwa ia telah memilih Akio Toyoda (Akio), cucu Kiichiro Toyoda, untuk memimpin perusahaan dan menangani perubahan haluan. Pada tanggal 23 Juni, 2009, Akio mengambil alih jabatan Presiden Toyota. Tantangan dihadapan Akio adalah untuk membuat produsen otomotif tersebut kembali untung. Akio menganut

sebuah praktek Toyota Tradisional yang disebut genchi genbutsu, yang berarti pergi dan lihatlah dirimu sendiri untuk mengatasi permasalahan di Toyota.
Seorang pria Amerika bernama San Diego menyatakan bahwa tahun 2008 Toyota

Prius melonjak luar kendali selama beberapa menit beruntung polisi mengirimkan sebuah mobil patroli untuk membimbing dia untuk berhenti. Sesaat waktu setelah berita itu akhirnya kasus yang mengancam keselamatan tersebut menjadi pukulan yang cukup untuk Toyota yang dilaporkan menarik lebih dari delapan juta kendaraan secara global dan di dealer AS menghentikan penjualan beberapa model dalam persediaan sampai perbaikan bisa dilakukan. Namun Toyota mengklaim "laporan itu tidak konsisten dengan temuan penyelidikan awal perusahaan." dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Associated Press, "pedal gas telah diuji untuk dapat bekerja normal dan sistem keamanan cadangan bekerja dengan benar. Produsen mobil itu mengatakan hanya rem depan yang sedikit terganggu akibat kerusakan dari overheating, namun bagian rem belakang dan hand rem berada dalam kondisi baik. " Berawal dari berita tersebut dapat dilihat seberapa parah kepemimpinan Toyota dari awal menangani insiden tersebut. Banyak ahli berpendapat langkah tersebut sengaja dibuat CEO adalah untuk menyembunyikan masalah dari publik. Bill George, Profesor Praktek Manajemen, Henry B. Arthur Fellow of Ethics, di Harvard Business School Harvard Business School (Februari 22, 2010), menulis dalam sebuah artikel di 'Working Knowledge'menunjukkan bahwa "dalam sorotan media, Akio Toyoda, Toyota CEO, cucu dari pendiri Toyota, sengaja bersembunyi mengirim CEO Amerika Jim Lentz untuk membuat permintaan maaf ". Prof George juga menerangkan , " isu kualitas produk yang lepas kendali dikarenakan perusahaan mengecilkan risiko keamanan. Perusahaan dengan masalah produk ini meninggalkan media, politisi, bahkan mendikte konsumen dalam publikasi media.

Kompensasi Di beberapa pabrik Toyota, 40% pekerja yang tidak dibutuhkan untuk produksi digaji penuh untuk mempelajari sistem produksi yang terkenal dan mengemukakan permasalahan dalam produksi.

You might also like