You are on page 1of 17

Bentuk Pemerintahan

D I S U S U N

Oleh

Nama : Tiara Ade Prastika Npm : 1112011351


UNIVERSITAS LAMPUNG 2011
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat selesai . Makalah ini adalah suatu tugas yang diberikan oleh dosen, agar dapat membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah Ilmu Negara . Demi kelancaran proses pembelajaran mata kuliah ini maka dengan memberikan tugas makalah tentang Bentuk Pemerintahan. Materi Bentuk Pemerintahan ini berkaitan dengan buku yang kami gunakan dalam proses belajar-mengajar di mata kuliah Ilmu Negara. Meskipun makalah ini telah diupayakan semaksimal mungkin namun masih banyak kekurangan , untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas segala amal baiknya , Amin.

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................... Daftar Isi ......................................................................................... BAB I Pendahuluan a) Pendahuluan ......................................................................... b) Latar Belakang ...................................................................... c) Maksud & Tujuan .................................................................. 1 2 3

i ii

BAB II Pokok Permasalahan .................................................... 4 BAB III Isi ................................................................................... 5 BAB IV Penutup a) Kesimpulan ........................................................................ b) Saran ................................................................................. 16 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 17

BAB I
PENDAHULUAN

Mata kuliah ilmu negara ini adalah salah satu mata kuliah wajib fakultas yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa Fakultas Hukum. Sebagai mata kuliah wajib Ilmu Negara adalah mata kuliah pengantar , dalam arti memberikan dasar bagi mata kuliah lainnya. Pada pokok bahasan pertama ini akan disajikan materi mengenai istilah dan pengertian ilmu pengetahuan, pengertian Negara serta pengertian dan istilah Negara , pada makalah kali ini yang dibahas adalah Bentuk Pemerintahan yang berhubungan dengan Negara. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis Bentuk Pemerintahan ,dan sistem pemerintahan didalamnya.

A. LATAR BELAKANG
1. Bentuk pemerintahan ditiap negara tidaklah sama , semua negara memiliki bentuk pemerintahannya sendiri. 2. Setiap negara memiliki bentuk pemerintahan sendiri sesuai dengan ideologi dan keadaan negara tersebut. 3. Bentuk pemerintahan adalah suatu struktur yang menyusun sistemsistem pemerintahan dinegaranya. 4. Bentuk pemerintahan memiliki banyak tipe-tipe dan sesuai dengan bentuk negaranya. 5. Bentuk pemerintahan didasarkan pada asas-asas menurut dasar yang sesuai dengan negara itu sendiri, sehinnga negara itu dapat terbentuk dan bersatu, sesuai dengan bentuk pemerintahannya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Untuk menjelaskan apa pengertian dari bentuk pemerintahan . 2. Menjelaskan macam-macam bentuk pemerintahan . 3. Mendeskripsikan bentuk pemerintahan dan negara yang menganutnya

BAB II POKOK PERMASALAHAN

1. Menjelaskan apa itu bentuk pemerintahan 2. Macam-macam bentuk pemerintahan . 3. Tipe-tipe bentuk pemerintahan dan negara yang menganutnya 4. Bentuk pemerintahan suatu negara yang sering berubah-ubah sesuai dengan negaranya. 5. Membahas bentuk-bentuk pemerintahan dalam hukum Internasional .

BAB III ISI

BENTUK PEMERINTAHAN

Teori Klasik

Teori Demokrasi

Teori Modern

JENIS

TEORI
Teori Autokrasi Teori Monarki

Monarki

Republik

Teori Oligarki

Samidjo, Ilmu Negara , 1984, ARMICO, halaman 162-175

SISTEM PEMERINTAHAN Untuk memudahkan perbandingan antara system pemerintahan parlementer dan presidensil, berikut ini disajikan tabel yang mempersandingkan keduanya : DASAR PEMBANDING Kepala Negara Fungsi Kepala Negara Tanggung jawab pemerintahan Kedudukan eksekutif dan legislative Parlementer Bukan Kepala Pemerintahan Simbol nasional Pada parlemen Eksekutif lebih rendah dari legisllatif Presidensil Otomatis Kepala Pemerintahan Kepala Pemerintahan Tidak pada parlemen Sejajar

Soehino, Ilmu Negara , 1982, Liberty, halaman 176 Budianto, Ibid , halaman 38 Hasan Suryono, Ibid , halaman 83

4. Bentuk Pemerintahan Bentuk Negara adalah peninjauan secara sosiologis, sedangkan peninjauan secara yuridis disebut bentuk pemerintahan (regeringsvorm) yaitu suati system yang berlaku yang menentukan bagaimana hubungan antara alat perlengkapan Negara yang diatur oleh konstitusinya. Karena itu bentuk pemerintahan ini sering dan lebih popular disebut Sistem Pemerintahan. System adalah suatu susunan atau tatanan berupa suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain secara teratur dan terencana untuk mencapai tujuan. Dan apabila salah satu komponen atau bagian tersebut berfungsi melebihi wewenangnya atau kurang berfungsi maka akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Sehingga system pemerintahan ini dapat disebut sebagai keseluruhan dari susunan atau tatanan yang teratur dari lembagalembaga Negara yang berkaitan satu dengan yang lainnya baik yang langsung atau tidak langsung menurut suatu rencana atau pola untuk mencapai tujuan Negara tersebut. a. Sistem Presidensil Di dalam system ini sifat hubungan antara kedua badan tersebut dapat dikatakan tidak ada. Jadi secara prinsipil bebas. Disini orang menduga bahwa stelsel atau system inilah yang dikhendaki oleh Montesquieu. Pemisahan antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislative di sini diartikan bahwa kekuasaan eksekutif ini dipegang oleh suatu badan atau orang yang di dalam menjalankan tugas eksekutifnya itu tidak bertanggung jawab kepada badan badan perwakilan rakyat.

Soehino, Ilmu Negara ( Yogyakarta;Liberty, 1980), halaman 238 Ibid, halaman 239

10

Badan perwakilan rakyat ini menurut Tria Politika Montesquieu memegang kekuasaan legislative, jadi bertugas membuat dan menentukan peraturan-peraturan hukum. Dengan demikian sebagai halnya juga dengan anggota-anggota badan perwakilan rakyat. Pimpinan badan eksekutif ini diserahkan kepada seseorang yang di dalam hal pertanggungjawabannya sifatnya sama dengan badan perwakilan rakyat, yaitu bertanggung jawab langsung kepada rakyat, jadi tidak usah melalui badan perwakilan rakyat. Susunan badan eksekutif sendiri terdiri dari seorang Presiden sebagai kepala pemerintahan dan didampingi atau dibantu oleh seorang wakil Presiden. Presiden di dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para menteri. Para menteri itu kedudukannya sebagai pembantu Presiden, maka para menteri itu di dalam menjalankan tugasnya harus bertanggung jawab kepada Presiden. Para menteri tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Maka mengingat akan kedudukan para menteri ini yang hanya merupakan pembantu dari Presiden, dan di mana Presiden itu nyata-nyata merupsksn pimpinan badan eksekutif, stelsel atau system yang demikian ini disebut stelsel atau sistem presidensil. b. Sistem Parlementer Di dalam sistem ini ada hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan badan legislatif atau parlemen atau badan perwakilan rakyat. Tugas atau kekuasaan eksekutif di sini diserahkan kepada suatu badan yang disebut kabinet atau dewan menteri. Kabinet ini mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya terutama dalam lapangan pemerintahan kepada badan perwakilan rakyat yang menurut ajaran Trias Politika Montesquieu diserahi tugas memegang kekuasaan perundang-undangan atau kekuasaan legislatif. Oleh karena itu kabinet harus bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat maka sudah barang tentu pertanggungjawaban kebanyakan akan diterima baik oleh badan perwakilan rakyat, jika kebijaksanaan pada umumnya dari kabinet itu sesuai dengan yang dikehendaki oleh mayoritas di dalam badan perwakilan rakyat. Dan kebijaksanaan yang demikian itu pada umumnya dapat diharapkan akan mendapatkan penerimaan baik oleh para moyoritas dalam badan perwakilan rakyat, kalau dalam pembentukan kabinet itu telah diusahakan terlebih dahulu duduknya orang-orang yang bersama-sama merupakan mayoritas did lama parlemen

Bintan R Saragih, Opcit, hal 89 Mashuri Maschab , Opcit hal 80

11

Seandainya pada suatu saat kabinet itu mengambil suatu kebijakan yang tidak disetujui oleh badan perwakilan rakyat, hal yang demikian ini belumlah pasti bahwa badan perwakilan rakyat mencerminkan kehendak atau kemauan rakyat pemiliknya. Menurut peristilahan di dalam hukum ketatanegaraan badan perwakilan rakyat yang sudah tidak lagi mencerminkan kehendak atau kemauan rakyat pemilih ini disebut bahwa badan perwakilan rakyat itu sudah tidak lagi bersifat refresentatif. Pengertian dari stelsel parlementer yaitu kabinet bertanggung jawab kepada parlemen atau badan perwakilan rakyat, artinya kalau pertanggungjawaban kabinet itu tidak dapat diterima baik oleh badan perwakilan rakyat, pertanggungjawaban tadi adalah pertanggungjawaban politik, maka badan perwakilan rakyat bias mengatakan tidak percaya (mosi tidak percaya) terhadap kebijaksanaan kabinet dan sebagai dan sebagai pertanggungjawaban politik tadi maka kabinet harus mengundurkan diri. Kalau kita perhatikan stelsel parlementer ini lebih jauh lagi kita akan mendapatkan di dalam inti sari stelsel parlementer ini dua segi yaitu : 1. Segi positif, yaitu yang berarti para menteri harus di angkat oleh, atau sesuai dengan mayoritas dalam badan perwakilan rakyat. 2. Segi negative, yaitu yang berarti bahwa para menteri harus mengundurkan diri bila kebijaksanaannya tidak dapat disetujui aatau didukung oleh mayoritas badan perwakilan rakyat. 3. Sistem Referendum Demokrasi atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif dengan sistem pemisahan kekuasaan dengan stelsel referendum atau control secara langsung oleh rakyat. Di dalam sistem ini, di Swiss bafan eksekutif disebut Bundesrat yang bersifat suatu dewan merupakan bagian dari badan legislatif yang disebut Bundesversammlung. Bundesversammlung ini terdiri dari Nationalrat dan Standerat. Nationalrat adalah merupakan badan perwakilan nasional, sedangkan Standerat adalah merupakan bafan perwakilan dari Negara-negara bagian yang disebut Kanton. Di Swiss terdapat pemungutan suara secara langsung yaitu Referendum. Jadi di Swiss ada control secara langsung dari rakyat yang mengontrol tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan dari Bundesversammlung.

Dekan fakultas Hukum dan Pengetahuan masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta, 1950-1962

12

Ada dua macam Referendum, yaitu : 1. Referendum Obligator atau referendum yang wajib. Ini adalah referendum yang menentukan berlakunnya sesuatu undang-undang atau suatu peraturan. 2. Referendum Fakultatif atau referendum yang tidak wajib. Ini misalnya referendum yang diadakan untuk menentukan laku atau tidak, atau perlu diadakan perubahan-perubahan ataukah tidak. Mourice Duverger menyebut sistem di Swiss ini dengan istilah demokrasi semi langsung. Istilah referendum dalam perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia merupakan hal yang baru dikenal sejak lahirnya Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1983, kemudian Undang-undang No.5 tahun 1985 tentang Referendum. Referendum adalah kegiatan untuk meminta pendapat rakyat secara langsung mengenai setuju atau tidak setuju terhadap kehendak MPR untuk mengubah UUD 1945. Tujuan referendum adalah untuk suatu pengawasan langsung dari rakyat Indonesia yang berhak mengeluarkan suara bilamana MPR berkehendak untuk menubah UUD 1945. Referendum di Indonesia dasar maknanya adalah suatu ketentuan yang menyangkut tentang kemungkinan kehendak MPR mengubah UUD 1945.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Aneka Cara Pembedaan Hukum ( Bandung: Alumni , 1980)

13

BENTUK PEMERINTAH Istilah pemerintah dalam arti organ dapat pula dibedakan antara pemerintah dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus kekuasaan eksekutif. Contoh : 1) Menurut UUD 1945: pemerintah ialah presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri; 2) Menurut UUD 1950: pemerintah ialah presiden, wakil presiden bersama-sama dengan menteri-menteri; 3) Menurut Konstitusi RIS 1949: pemerintah ialah presiden dan menteri-menteri bersama-sama. Pemerintah dalam arti luas ialah semua organ Negara yang termasuk DPR. Bentuk pemerintahan yang terkenal ialah : Kerajaan (Monarki) dan Republik 1) Kerajaan atau Monarki, ialah Negara yang dikepalai oleh seorang raja, dan bersifat turun-temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain raja, kepala Negara suatu Monarki dapat berupa Kaisar atau Syah (kaisar kerajaan Jepang, Syah dan sebagainya). Contoh Monarki : Inggris, Belanda, Norwegia, Swedia, Muangthai. 2) Repubik, ialah Negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala Negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu (Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun). Biasanya presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatannya. Ada beberapa sistem Monarki, yaitu : 1) Monarki Mutlak (absolut) : Seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas (kekuasaan mutlak) 2) Monarki Konstitusional : ialah suatu Monarki, di mana kekuasaan raja itu dibatasi oleh suatu Konstitusi (UUD) 3) Monarki Parlementer : ialah suatu Monarki, dimana terdapat suatu parlemen (DPR)

Maria Fiarida, Ilmu pemerintahan (1), halaman 45

14

Seperti halnya dengan Monarki, maka Republik itu pun mempunyai sistemsistem : a) Republik mutlak (absolut); b) Republik konstitusional; c) Republik parlementer. Dalam pengertisn bentuk pemerintahan termasuk juga diktatur. Diktatur adalah Negara yang diperintah oleh seorang dictator dengan kekuasaan mutlak. Dictator memperoleh kekuasaan yang tidak terbatas itu bukan karena hak turuntemurun (raja) melainkan karena revolusi yang dipimpinnya. Ia memerintah selama ia dapat mempertahankan dirinya.

Soedarto, Hukum, halaman 153 Rahardjo, Ilmu ,halaman 83

15

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia yang tinggal menikmati kemerdekan bangsa ini bersyukur dan menjaga Negara Indonesia ini dengan baik, karena para pahlawan kita sudah susah payah untuk meraih kemerdekaan Negara ini. Untuk menjadi suatu Negara Indonesia adalah sesuatu yang tidak mudah dan Indonesia telah melalui tahapan-tahapan sejarahnya, dimulai dari zaman prasejarah hingga Indonesia yang merdeka pada saat ini. Indonesia pada saat ini baru menjadi Negara yang berkembang, untuk itu marilah kita sebagai warga negara Republik Indonesia berupaya dan berusaha untuk memajukan Negara Indonesia ini , agar menjadi Negara yang maju.

B. SARAN Meskipun makalah ini telah di upayakan semaksimal mungkin, namun masi banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

16

DAFTAR PUSTAKA
Busroh, Abu Daud . Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Jakarta : Bina Aksara,1987. Kusnardi, Moh. S.H dan Hamaily Ibrahim SH, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta : Pusat Stadi Hukum Tata Negara UI, 1978 Kansi SH,Drs, Sistem Pemerintahan Indonesia Jakarta : Bina Aksara,1983 Neta, Yulia . Hukum Ilmu Negara .Bandar Lampung: Penerbit Unila,2011 Daman, Rozikin . Hukum Tata Negara .Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada,1993. Hutauruk SH , Seluk Beluk Negara Jakarta :Erlangga,1971 Diponolo, G.s , Ilmu Negara Jilid 2 , Jkarta: Penerbit Balai Pustaka, 1975 Achmat, Rustandi, dkk, Tata Negara Indonesia Bandung : Penerbit Uninus,1969. Adolf, Huala . Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional . Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada,1991. Brier,J.L Hukum Bangsa-Bangsa . Bandung : Penerbit Batara,1963

17

You might also like