You are on page 1of 15

Malaria DEFINISI Malaria adalah suatu infeksi sel darah merah oleh Plasmodium.

Malaria disebarkan melalui: Anopheles

Setelah digunakan obat-obatan dan insektisida, malaria jarang ditemukan di AS dan negara berkembang lainnya, tetapi infeksi ini masih sering terjadi di negara-negara tropis. Pendatang dari daerah tropis atau pelancong yang baru kembali dari daerah tropis kadang membawa infeksi ini ke suatu negara atau ke negara asalnya dan kemungkinan menyebabkan wabah yang ringan. PENYEBAB Terdapat 4 spesies parasit malaria: Plasmodium vivax Plasmodium ovale Plasmodium falciparum Plasmodium malariae, yang kesemuanya bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan malaria. P. falciparum merupakan penyebab infeksi terbanyak dan paling berbahaya. . Siklus hidup parasit malaria berawal ketika seekor nyamuk betina menggigit penderita malaria. Nyamuk mengisap darah yang mengandung parasit malaria, yang selanjutnya akan berpindah ke dalam kelenjar liur nyamuk. Jika nyamuk ini kembali menggigit manusia, maka parasit akan ditularkan melalui air liurnya. Di dalam tubuh manusia, parasit masuk ke dalam hati dan berkembangbiak disana. Pematangan parasit berlangsung selama 2-4 minggu, setelah itu mereka akan meninggalkan hati dan menyusup ke dalam sel darah merah. Parasit berkembangbiak di dalam sel darah merah dan pada akhirnya menyebabkan sel yang terinfeksi ini pecah. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale mungkin akan tetap berada di dalam sel-sel hati dan secara periodik akan melepaskan parasit yang matang ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan serangan dari gejala-gejala malaria. Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae akan keluar dari hati. Jika infeksi tidak diobati atau diobati tidak sampai tuntas, maka bentuk Plasmodium falciparum dewasa akan tetap berada di dalam darah selama berbulan-bulan dan Plasmodium malariae dewasa tetap berada di dalam darah selama bertahun-tahun, menyebabkan serangan gejala malaria yang berulang-ulang. GEJALA Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk.

Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung selama 2-3 hari dan sering diduga sebagai gejala flu. Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada keempat jenis malaria ini berbeda: Pada malaria falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu komplikasi yang disebut malaria serebral. Gejalanya adalah demam minimal 40?Celsius, sakit kepala hebat, mengantuk, delirium (mengigau) dan linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil dan pelancong yang baru datang dari daerah malaria. Pda malaria vivax, mengigau bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan gejala otak lainnya tidak ada. Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah putih total biasanya normal tetapi jumlah limfosit dan monosit meningkat. Jika tidak diobati, biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan limpa. Kadar gula darah rendah dan hal ini lebih berat pada penderita yang di dalam darahnya mengandung lebih banyak parasit. Kadar gula darah bahkan bisa turun lebih rendah pada penderita yang diobati dengan kuinin. Jika sejumlah kecil parasit menetap di dalam darah, kadang malari bersifat menetap. Gejalanya adalah apati, sakit kepala yang timbul secara periodik, merasa tidak enak badan, nafsu makan berkurang, lelah disertai serangan menggigil dan demam. Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya berlangsung lebih pendek dari serangan pertama. Blackwater fever adalah suatu komplikasi malaria yang jarang terjadi. Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel yang pecah melepaskan pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah. Hemoglobin ini dibuang melalui air kemih dan merubah warna air kemih menjadi gelap. Blackwater fever hampir selalu terjadi pada penerita malaria falciparum menahun, terutama yang mendapatkan pengobatan kuinin.

Gejala & pola malaria 1. Malaria Vivax & Ovale. Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu, akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam. 2. Malaria falciparum. Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-

tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita tampak lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak enak badan dan mengalami demam ringan. 3. Malaria malariae. Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Serangannya menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam.

DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas. Dugaan malaria semakin kuat jika dalam waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah mengunjungi daerah malaria dan pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya. Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah bervariasi dari waktu ke waktu. Pengobatan, komplikasi dan prognosis dari malaria ditentukan oleh jenis parasit penyebabnya. PENGOBATAN Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin. PENCEGAHAN Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut:

buh sehingga mengurangi daerah tubuh yang digigit nyamuk. Obat-obatan bisa diminum untuk mencegah malaria selama melakukan perjalanan ke daerah malaria. Obat ini mulai diminum 1 minggu sebelum perjalanan dilakukan, dilanjutkan selama tinggal di daerah malaria dan 1 bulan setelah meninggalkan daerah malaria. Obat yang paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang memiliki spesies Plasmodium falciparum yang sudah resisten terhadap obat ini.

Obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin dan doksisiklin. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dibawah usia 8 tahun dan wanita hamil. Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria: -obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif kan sebagai influenza fatal pada lebih dari 20% penderita. PENATALAKSANAAN Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT ( Artemisinin Base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisini juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua spesies plasmodium. Penggunaan artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karenanya WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin mengkombinasikan dengan obat antimalaria yang lain. Hal ini disebut ACT ( Artemisinin Base Combination Therapy). Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap (fixed dose) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose). Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan. Di Indonesia saat ini yang digunakan adalah kombinasi ACT yang tidak tetap yaitu kombinasi artesunate + amodiaquin dengan nama dagang artesdiaquine atau artesumoon. Dosis untuk orang dewas yaitu artesunate (50 mg/tablet) 200 mg pada hari I sampai III (4 tablet). Untuk amodiaquin (200 mg/tablet) yaitu 3 tablet hari I dan II dan 1 tablet hari III Pada pasien ini diberikan artesumoon 1x 8 tablet selama 3 hari. Artesumoon adalah kombinasi yang dikemas sebagai blister dengan aturan pakai tiap blister /hari (artesunate +amodiakuin) diminum selama 3 hari. Untuk pemakaian golongan artemisinin harus disertai atau dibuktikan dengan pemeriksaan parasit yang positif. Bila malaria klinis atau tidak ada hasil pemeriksaan parasitologi tetap menggunakan obat nonACT. Pada pasien ini selain artesuamoon juga diberikan obat malaria non-ACT yaitu primakuin selama 15 hari. Primakuin dipakai sebagai obat pelengkap atau pengobatan radikal terhadap plasmodium falciparum atau falciparum vivax. Pada plasmodium vivax dosisnya 15 mg/ hari selama 14 hari itu untuk membunuh gamet dan hipnozoit ( anti relaps).1 Pada pasien juga diberikan domperidon karena pada pasien ini didapati keluhan mual dan muntah. 3.KOMPLIKASI Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena plasmodium falciparum. Pada malaria vivax bisa terjadi malaria serebral walaupun jarang (pada P. vivax multinucleatum). Edema tungkai disebabkan oleh hipoalbuminemia mortalitas malaria vivax rendah tapi morbiditas tinggi karena seringnya terjadi relaps. Pada semua definisi masih dinyatakan bahwa malaria berat, yaitu ditemukannya plasmodium falcifarum bentuk aseksual sedangkan sekarang telah dilaporkan bahwa malaria berat juga dapat disebabkan oleh P. vivax. Komplikasi pada malaria berat dapat berupa malaria serebral, gagal ginjal akut, kelainan hati

(malaria biliosa), hipoglikemia, hemoglobinuria malaria, edema paru, ARDS, trombositopeni, asidosis metabolik, anemia, hiperpireksia, ruptur limpa, dan kelainan neuropsikiatri.1,2 Pada pasien ini tidak ditemukan komplikasi-komplikasi tersebut. Cara-cara Pencegahan Malaria 1. Menghindari/mengurangi gigitan nyamuk - Tidur pakai kelambu - Malam hari berada di dalam rumah - Mengobati badan dengan obat anti nyamuk - Memakai obat nyamuk bakar atau elektrik - Pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi 2. Membersihkan tempat-tempat istirahat nyamuk den memberantas sarang nyamuk - Membersihkan rumput dan semak-semak di tepi saluran air - Melipat kain (baju) yang bergelantungan - Mengusahakan keadaan didalam rumah tidak ada tempat yang gelap dan lembab - Mengalirkan air yang menggenang - Menimbun dengan tanah/pasir semua genangan di sekitar rumah - Menjauhkan kandang ternak dari pemukiman penduduk 3. Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan racun serangga seperti obat nyamuk bakar, semprot, elektrik dan indoor residual sparying (IRS) serta fogging. 4. Membunuh jentik-jentik nyamuk dengan menyebarkan ikan pemakan jentik - Ikan kepala timah - Ikan mujair Bahaya Penyakit Malaria - Anemia (kekurangan darah) karena sel-sel darah merah banyak yang hancur, dirusak atau dimakan oleh parasit - Pada ibu hamil, penyakit malaria dapat menyebabkan gangguan pada ari/plasenta. - Pembuluh darah otak penderita dapat tersumbat sehingga menjadi gila atau meninggal. - Dan lain-lain. Pengobatan Malaria Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat: Membunuh semua stadium dan jenis parasit Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps Toksisitas dan efek samping sedikit Mudah cara pemberiannya Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan operasioanal itu adalah: produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik bahkan obat palsu distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesma kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja) Sementara itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat. Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga Obat Malaria) yang dikenal umum adalah: - Obat standar: klorokuin dan primakuin - Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin) - Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus) - Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc) obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif. Obat Malaria Klorokuin Kerja obat ini adalah: - sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap p. falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi penderitaan - gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda Farmokodinamikanya: - menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA - obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu Toksisitasnya: - Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa) - Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih besar/sama dengan 30 mg basa/kg BB Efek sampingnya: - gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan kosong - pandangan kabur - sakit kepala, pusing (vertigo) - gangguan pendengaran Formulasi obat: - Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam. - Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa klorokuin disulfat per ampul. Primakuin

Kerja obat ini adalah: - sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae tidak diketahui - sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi sehingga perlu hatihati - gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit - hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit (sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit Toksisitasnya: - Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari - Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari Efek sampingnya: - Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam keadaan kosong - Kejang-kejang/gangguan kesadaran - Gangguan sistem haemopoitik - Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis Formulasi obat adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet Kina Kerja obat ini adalah: - sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal - Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap spesies lain cukup efektif Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit. Toksisitasnya: - dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa) - dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa) Efek sampingnya adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor dan penglihatan kabur. Formulasi obat: - Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam. - Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa) Sulfadoksin Pirimetamin (SP) Kerja obat ini adalah: - sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin) - Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan gametosit Farmakodinamikanya: - primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu

- SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel dan sitoplasma parasit Toksisitasnya: - sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa) - pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250 mg/hari (dewasa) Efek sampingnya: - gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah - pandangan kabur - sakit kepala, pusing (vertigo) - haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi G6PD Kontra indikasinya: - idiosinkresi - bayi kurang 1 tahun - Defisiensi G6PD Formulasi obat adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin Definisi Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, atau lebih praktis mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya 4. Diare secara umum dihubungkan dengan peningkatan volume dan perubahan kosistensi tinja. Pada anak kurang dari dua tahun, diare didefinisikan sebagai pengekuaran tinja lebih dari 10ml/kgBB/hr. Sedangkan pada anak lebih dari 2 tahun, diare didefinisikan pengeluaran tinja lebih dari 200 gram/hari atau dapat dikatakan adanya berak cair empat kali atau lebih dalam satu hari 5. Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya S. Flexneri dan S. Dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada balita 4. Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus Entamoeba histolytica 3. 2. Etiologi Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba 3. 3. Epidemiologi Penyebaran kuman yang menyebabkan diare berkaitan erat dengan perilaku pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Perilaku tersebut diantaranya adalah:

a. tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan. b. Menggunakan botol susu. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari tinja dan sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam botol yang tidak bersih akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum kuman akan tumbuh. c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. d. Menggunakan air minum yang tercemar oleh tinja. e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan 4. Sedangkan faktor host (pejamu) yang menyebabkan diare antara lain adalah: a. Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang melindungi kita terhadap kuman penyebab panyakit diare seperti Shigella dan Vibrio cholera. b. Kurang gizi. c. Campak. Hal ini akibat penurunan kekebalan pada penderita. d. Imunodefisiensi/imunosupresi 4. Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun 2. Disentri amoeba ditularkan lewat feko-oral, baik secara langsung melalui tangan, maupun tidak langusng melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain amoeba memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya : pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang tercemar 3. 4. Patogenesis Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di bawah ini 4: a. Diare osmotik: Substansi hipertonik nonabsorbsi peningkatan tekanan osmotik intralumen usus cairan masuk ke dalam lumen diare.

Diare osmotik terjadi karena: 1) pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium. 2) pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus. 3) pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau malasorbsi glukosagalaktosa. b. Diare sekretorik: Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan penurunan absorbsi diare dengan volume tinja sangat banyak. 1) Malasorbsi asam empedu dan asam lemak: 2) Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu. 3) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: 4) Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na K ATP-ase di enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air. 5) Gangguan motilitas dan waktu transit usus: 6) Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare. 7) Gangguan permeabilitas usus: 8) Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik gangguan permeabilitas usus. 9) Diare inflamatorik: 10) Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus yang berlebihan diare dengan darah dalam tinja.6 11) Diare pada infeksi: - Virus - Bakteri Penempelan di mukosa.

Toxin yang menyebabkan sekresi. Invasi mukosa. - Protozoa Penempelan mukosa (Giardia lamblia dan Cryptosporidium) Menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare Invasi mukosa (Entamoeba histolytica).4 Patogenesis E. histolytica diyakini tergantung pada 2 mekanisme, yaitu kontak sel dan pemajanan toksin. Penelitian baru-baru ini telah menunjukkan bahwa kematian tergantung kontak oleh trofozoid yang meliputi perlekatan, sitolisis ekstraseluler, dan fagositosis. Reseptor lektin spesifik-galaktosa diduga bertanggung jawab dalam menjembatani perlekatan pada mukosa kolon., Juga telah dirumuskan bahwa amoeba dapat mengeluarkan protein pembentuk pori yang membentuk saluran pada membran sel sasaran hospes. Bila trofozoid E histolytica menginvasi usus, akan menyebabkan tukak dengan sedikit respon radang lokal. Organisme memperbanyak diri dan menyebar di bawah usus untuk menimbulkan ulkus yang khas. Lesi ini biasanya ditemukan pada coecum, colon transversum dan kolon sigmoid 2. 6. Gejala klinis a. dehidrasi: ditandai adanya letargi, penurunan kesadaran, fontanela anterior cekung, membran mukosa (mulut) kering, mata cekung, penurunan turgor kulit, capilary refill time memanjang b. gagal tumbuh dan malnutrisi: ditandai dengan penurunan massa otot dan lemak serta udem perifer sebagai manifestasi adanya malabsorbsi karbohidrat, vitamin dan mineral. c. nyeri perut atau tenesmus: sifat nyerinya tidak meningkat pada penekanan. Nyeri tersebut berhubungan dengan organisme tertentu. d. borborygmi: yaitu peningkatan aktivitas peristaltik yang bisa didengar ataupun diraba, yang terjadi oleh karena peningkatan aktivitas usus. e. eritema pada daerah pery anal:

berak yang sering akan menyebabkan lecet pada daerah peri anal terutama terjadi pada anakanak. Bisa juga adanya malasorbsi karbohidrat sekunder akan menghasilkan tinja yang bersifat asam yang akan mengiritasi daerah perianal. Selain itu malasorbsi asam empedu sekunder juga dapat menyebabkan dermatitis daerah perianal dengan gambaran seperti terbakar.5 f. demam ringan g. perut kembung h. tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak lendir 2, 3 7. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar 2. b. pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang). d. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada penderita diare kronik. 8 e. Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis adanya inflamasi mukosa atau keganasan. f. Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72 jam) harus diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak. g. Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang ditemukan pada sindrom usus iritabel.6 8. Komplikasi Komplikasi disentri amoeba ada 2 yaitu 3 a. Komplikasi intestinal 1). Perdarahan usus 2). Perforasi usus 3). Ameboma

4). Penyempitan usus atau striktura b. Komplikasi ekstra intestinal 1). Amebiasis hati 2). Amebiasis pleuro pulmonal 3). Abses otak dam limfa 4). Amebiasis kulit Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti: a. Dehidrasi b. Renjatan hipovolemik c. Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram). d. Hipoglikemi e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.8 9. Penatalaksanaan1 A. Tujuan terapi : a. Memperbaiki keadaan umum b. Memperbaiki status rehidrasi c. Mencegah terjadinya relaps d. Membunuh kuman penyebab B. Manajemen terapi a. Nonmedikamentosa 1). Diet TK/TP

Biasanya pada penderita disentri mengalami malnutrisi yang biasanya disebabkan adanya malabsorbsi karbohidrat, vitamin dan mineral 4. Penderita disarankan untuk makan makanan dalam bentuk yang relatif lembek (dengan tujuan mengurangi kerja usus) 9. b. Medikamentosa 1). Terapi dehidrasi 7 (2). Pemberian makanan yang cukup pada anak 2. Antibiotik Yang efektif untuk disentri amoeba adalah metronidazole dengan dosis 35-50/kg BB/hari diberikan 3 kali sehari selama 5 hari. Metronidazole sebagai antibiotik berfungsi untuk memusnahkan parasit 10. 3. Antipiretik Antipiretik berfungsi untuk menghambat produksi prostaglandin yang memacu peningkatan suhu lewat hipotalamus sehingga dapat menurunkan demam 10. 10. Pencegahan4 a. Upaya mencegah penyebaran kuman patogen Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya yang terbukti efektif adalah: 1) pemberian ASI saja pad bayi umur 4-6 bulan 2) menghindarkan penggunaan susu botol 3) memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri). 4) Penggunaan air bersih untuk minum 5) Mencuci tangan ( sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi, sebelum menyiapkan makanan atau makan) 6) Membuang tinja termasuk tinja bayi secara benar.

b. Cara memperkuat daya tahan tubuh pejamu. 1) melaksanakan pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama kehidupan 2) memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki nilai gizi makanan pendamping ASI dn memberikan anak lebih banyak makanan) 3) imunisasi campak.

You might also like