You are on page 1of 14

TEKNIK INTERVIEW PENELITIAN KUALITATIF

Oleh : Moh. Mujib Zunun @lmisri

I
PEMBUKAAN
Penelitian adalah suatu proses yang harus dirancang secara teliti, procedural
dan rasional. Guna mendapatkan pemecahan masalah, kerja penelitian harus
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang disusun secara serasi dan saling
mendukung satu sama lain, agar tercapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan
serta memberikan alternative bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah.1
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data erat hubungannya dengan masalah
penelitian yang akan dipecahkan. Karena itu pemilihan teknik dan alat pengumpulan
data perlu mendapat perhatian yang cermat. Alat / instrument pengumpulan data yang
baik, menghasilkan data yang berkualitas. Kualitas data menentukan kualitas
penelitian. Di dalam kegiatan pengumpulan data ada dua pengertian yang perlu
diperhatikan, yaitu “metode pengumpulan data” atau “metode penelitian” dan “alat
pengumpulan data” atau “instrument penelitian”. Metode pengumpulan data atau
metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data, sedang alat
pengumpulan data atau instrument penelitian adalah alat Bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data. Angket adalah metode sekaligus alat, sedangkan
wawancara adalah metode tetapi pedoman wawancara adalah alat/instrument.
Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul Teknik Interview Penelitian
Kualitatif adalah sebagai berikut :
o Pengertian dan Macam-macam Wawancara
o Bentuk-bentuk Pertanyaan

1
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. 2

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 1


o Menata Urutan Pertanyaan
o Perencanaan Wawancara
o Pelaksanaan dan Kegiatan sesudah Wawancara
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Macam-macam Wawancara
1. Pengertian interview/wawancara
Menurut Lexy J. Moleong, wawancara adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.2
Garrett memberikan suatu perumusan yang sederhana, dengan menyatakan,
bahwa wawancara melibatkan orang-orang yang melakukan komunikasi.3
Menurut Sanapiah Faisal, wawancara merupakan angket lesan, maksudnya
responde atau interviewee mengemukakan informasinya secara lesan dalam
hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya.4
Dari uraian dan pendapat tersebut, interview atau wawancara merupakan
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lesan,
baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data. Wawancara langsung
yaitu ditujukan langsung kepada orang yang diperlukan keterangan/datanya dalam
penelitian. Sedangkan wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang
ditujukan kepada orang-orang lain yang dipandang dapat memberikan keterangan
mengenai keadaan orang yang diperlukan datanya.5

2
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2005, hal. 186
3
Annette Garrett, Interviewing. Its Principles and Methods, New York : Family Service
Association of America, 1968, p. 85. Lihat juga : R.L. Kahn & C. F. Cannel , The Dynamics of
Interviewing, New York : John Wiley & Sons Inc., 1957, P. 220
4
Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, Usaha Nasional : Surabaya, 1982, hal.
213. Lihat juga : Charles J. Stewart & William B. Cash, Interviewing : Principles and Practices,
Dubuque, Iowa : W.C.B., 1977, p. 125
5
Raymond L. Gordon, Interviewing : Strategy, Techniques, and Tactics, Homewood,
Illinois, 1975, P. 222.

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 2


2. Macam-macam interview/wawancara
Didalam penerapannya, maka interview atau wawancara dapat
diklasifikasikan kedalam beberapa tipe wawancara. Menurut fungsinya, maka
terdapat wawancara diagnostic, wawancara penyembuhan atau perawatan,
wawancara penelitian, wawancara sample, wawancara bantuan hukum, dan
seterusnya. Disamping itu, maka ada tipe-tipe wawancara menurut jumlah orang
yang ikut dalam wawancara, sehingga ada tipe wawancara kelompok dan
wawancara pribadi atau individual. Kemudian, menurut lamanya kontak, ada
dibedakan antara tipe wawancara panjang dan wawancara pendek; sedangkan
pembagian menurut pendekatannya, menghasilkan tipe wawancara terarah dan
tidak terarah atau wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Dibawah ini akan
dijelaskan beberapa tipe wawancara yang didasarkan pada peranan dan fungsi
wawancara itu sendiri, menurut pewawancara dan yang diwawancarai.
Menurut Paulin V. Young, ada 3 tipe wawancara,6 yaitu :
1. Wawancara tidak terarah (Non Indirective Interview)
Tipe wawancara ini disebut sebagai wawancara tidak terkendali atau
wawancara tidak terpimpin, atau wawancara tidak berstruktur. Maksudnya
adalah bahwa seluruh wawancara tidak didasarkan pada suatu system atau
daftar pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya. 7
Beberapa keuntungan dari penggunaan wawancara tipe ini, adalah antara lain :
a. Wawancara tipe ini mendekati keadaan yang sebenarnya dan didasarkan
pada spontanitas yang diwawancarai
b. Lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang diajukan oleh
pewawancara
c. Lebih banyak kemungkinan, untuk menjelajahi pelbagai aspek dari
masalah yang diajukan.
6
Paulin V. Young, Scientific Social Surveys and Research, New York : Prentice Hall of
India, 1979, page 228.
7
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandang : Alfabeta, 2003, hal. 160.

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 3


Adapun kelemahan-kelemahannya, adalah sebagai berikut :
a. Sukar sekali untuk memperbandingkan hasil satu wawancara dengan hasil
wawancara lainnya.
b. Seringkali terjadi tumpang tindih didalam pengumpulan data.
c. Sukar sekali untuk mengolah data dan mengadakan klasifikasi, sehingga
peneliti harus menyediakan waktu dan tenaga yang cukup banyak itu.
2. Wawancara terarah (Directive Interview)
Tipe wawancara ini disebut sebagai wawancara terkendali atau wawancara
terpimpin, atau wawancara berstruktur. Maksudnya adalah bahwa seluruh
wawancara didasarkan pada suatu system atau daftar pertanyaan yang
ditetapkan sebelumnya. Atau wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Penelitian
yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap
hepotesis kerja.
Keuntungan wawancara terstruktur ialah jarang mengadakan pendalaman
pertanyaan yang dapat mengarahkan terwawancara agar sampai berdusta.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada wawancara terstruktur,8 antara
lain :
a. Rencana pelaksanaan wawancara
b. Mengatur daftar pertanyaan serta membatasi jawaban-jawaban
c. Memperhatikan karakteristik pewawancara maupun yang diwawancarai
d. Membatasi aspek-aspek dari masalah yang diperiksa.
3. Wawancara berfokus (Focused Interview)
Wawancara ini didasarkan pada asumsi, bahwa dengan mempergunakan
sarana tersebut, maka akan dapat diungkapkan reaksi-reaksi pribadi manusia
secara terperinci, perasaan-perasaannya, dan lain-lain ciri-ciri mentalitasnya.

8
James A. Black & Dean J. Champion, Methodes and Issues in in Social Research, New
York : John Wiley & Sons. Inc., 1976, P. 229

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 4


Untuk itu, diperlukan persiapan yang mantap dari pewawancara, dan dia harus
mempunyai kepakaan terhadap situasi-situasi yang dihadapinya.9
4. Wawancara yang diulang (Repeated Interview)
Wawancara semacam ini sangat berguna didalam usaha peneliti, untuk
menelusuri perkembangan dari proses-proses social atau psikologis tertentu.
Artinya, dengan mempergunakan wawancara yang diulang, maka akan
diperoleh segi-segi dinamis dari aksi manusia, dan juga factor-faktor yang
mempengaruhi pola-pola perilaku tertentu didalam situasi tertentu pula.10
5. Wawancara mendalam (Depth Interview)
Didalam penerapannya, maka wawancara mendalam memerlukan suatu
keahlian dan keterampilan tertentu dari pihak pewawancara. Apabila
kemampuan dan ketrampilan tersebut tidak ada, maka sebaiknya tidak
dipergunakan wawancara mendalam sebagai alat pengumpulan data
penelitian.11

B. Bentuk-bentuk Pertanyaan
Hasil suatu wawancara sangat tergantung kepada cara interviewer dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada interviewee. Oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :12
1. Pertanyaan hendaknya dengan kalimat pendek dan tegas
2. Rumuskan pertanyaan secara netral, jangan memancing ke arah jawaban
tertentu.
3. Hindarkan pertanyaan yang bersifat intimidasi.

9
Robbert Merton, M. Fiske & P.L. Kendall, The Focused Interview, New York : The Free
Press, 1956, P. 230. Lihat juga : Paulin V. Young, Scientific Social Surveys and Research, New York :
Prentice Hall of India, 1979, page 230
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universita Indonesia (UI-Press),
Jakarta, 1984, 231.
11
Paulin V. Young, Scientific Social Surveys and Research, New York : Prentice Hall of
India, 1979, page 231. Lihat juga : Charles J. Stewart & William B. Cash, Interviewing : Principles
and Practices, Dubuque, Iowa : W.C.B., 1977, p. 233
12
Baidowi, Pengantar Metodologi Penelitian, University Press IKIP, Surabaya, 1994, 48

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 5


4. Mulailah dengan pertanyaan yang menyenangkan.
5. Pertanyaan yang memang dianggap perlu untuk betul-betul diseragamkan,
dapat dibacakan seperti membaca sebuah teks secara wajar.
6. Setelah pertanyaan dijawab, jawaban segera dicatat pada saat itu pula.
Menurut Patton, ada enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang
diajukan oleh pewawancara akan terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya.
Keenam jenis pertayaan tersebut adalah :13
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku.
Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat oleh
seseorang yang ditujukan untuk mendeskripsikan pengalaman, perilaku,
tindakan, dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu kehadiran
pewawancara.
Contohnya : Jika anda termasuk peserta ujian sertifikasi guru tetapi masa
kerja anda masih sedikit, apakah yang anda lakukan ?
2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan
interpretative dari subjek yang menceritakan tujuan, keinginan, harapan, dan
nilai, sedangkan jawabannya memberikan gambaran kepada kita mengenai
apa yang dipikirkan tentang dunia atau tentang suatu program khusus.
Contohnya : Apakah pendapat anda tentang sertifikasi guru?
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Pertanyaan yang ditujukan untuk dapat memahami respons emosional
seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya.
Contohnya : Apakah anda merasa senang dengan adanya sertifikasi
guru ?
4. Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh pengetahuan factual yang
dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat diketahui

13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005,
hal. 192

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 6


bukan pendapat atau perasaan, atau merupakan hal-hal yang diketahui
seseorang, melainkan fakta dari kasus itu.
Contohnya : Siapakah yang termasuk peserta sertifikasi guru?
5. Pertanyaan yang berkaitan tentang indera.
Pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba,
dirasakan, dan dicium yang memberikan kesempatan kepada pewawancara
untuk memasuki perangkat indera responden.
Contohnya : Jika anda membuka portofolio sertifikasi milik peserta lain,
apa yang anda lihat ?
6. Pertanyaan yang berkaitan tentang latar belakang atau demografi.
Pertanyaan yang berusaha menemukan ciri-ciri pribadi orang yang
diwawancarai yang jawabannya dapat membantu pewawancara menemukan
hubungan responden dengan orang lain.
Contohnya : ? Mengapa anda termasuk peserta sertifikasi ?

C. Menata Urutan Pertanyaan


Menurut Guba dan Lincoln, ada tiga cara menata urutan pertanyaan,14
yaitu :
1. Bentuk cerobong
Pada bentuk ini, pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang umum
mengarah kepada yang khusus.
Contoh :
a. Menurut saudara, bagaimana hubungan Negara kita dengan Negara-negara
Asia lainnya ?
b. Bagaimana pula pendapat anda tentang hubungan Negara kita dengan
RRC ?
c. Menurut pendapat saudara, apakah hubungan kita sekarang perlu
diperbaiki ?
d. Jika ya, apa yang seharusnya kita perbuat ?
14
I b i d, hal. 196

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 7


e. Ada yang berpendapat bahwa kita seharusnya lebih aktif memperbaiki
hubungan itu, yang lainnya berpendapat bahwa biar RRC saja yang
mencari kita. Bagaimana pendapat anda mengenai hal itu ?
2. Kebalikan bentuk cerobong
Pada bentuk ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dimulai dengan
pertanyaan yang khusus terlebih dahulu, kemudian makin ke umum.
Contoh :
a. Apa yang sebenarnya terjadi antara teman anda, Ali dan Jono?
b. Apakah perselisihan mereka telah lama berlangsung?
c. Sudah berapa lamakah hal itu terjadi?
d. Apakah mereka mempunyai persoalan yang sama dengan teman-temannya
yang lain?
3. Rencana kuintamensional
Cara ini dengan memfokuskan pertanyaan dari dimensi kesadaran deskriptif
menuju dimensi-dimensi afektif, perilaku, perasaan, atau sikap. Jadi
pertanyaan-pertanyaan harus memenuhi criteria-kriteria sebagai berikut :
a. Hendaknya dimulai dengan sesuatu menentukan kesadaran, misalnya
“Apakah Anda menyaksikan pertengkaran yang terjadi antara Ali dan Jono
di halaman sekolah?”
b. Harus berupa pertanyaan terbuka yang berkaitan dengan perasaan
umum, misalnya “Apakah pertengkaran mereka tampaknya menyebabkan
perasaan kasihan pada teman-teman lainnya?”
c. Harus memfokus pada bagian-bagian khusus tentang suatu isu, misalnya
“Apakah anda benar-benar tahu tentang perkelaian itu? Dapatkah anda
menceritakan asal mulanya?”
d. Harus dimulai dengan pertanyaan mengapa. Misalnya “Apakah
perselisihan mereka sudah lama terjadi? Ataukah pertengkaran mereka
baru dimulai? Apakah anda mengetahui mengapa pertengkaran itu pada
waktu pertama kali terjadi?”

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 8


e. Peawawancara harus menanyakan intensitasnya, artinya mendalami
intensitas dari akibatnya di sekitar peristiwa itu. Misalnya “Sebagai ketua
kelas, bagaimana perasaan anda, apakah pertengkaran mereka akan
berakibat pada anda dan pada hubungan mereka dengan teman-teman
sekelas lainnya”
D. Perencanaan Wawancara
Agar mendapatkan data yang baik, perlu juga diperhatikan langkah-langkah yang
dapat mempertinggi hasil pengumpulan data yaitu :
1. Menetapkan sampel yang akan di wawancarai
2. Menyusun pedoman wawancara
3. Mencobakan wawancara (try out)
4. Berhubungan dengan interviewee (orang yang diinterview)
Perencanaan yang diuraikan disini menitikberatkan wawancara tak terstruktur
karena untuk wawancara terstruktur sudah cukup petunjuk yang tersedia.
Menurut Lexy J. Moleong, persiapan wawancara tak terstruktur dapat
diselenggarakan menurut tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menemui siapa yang akan diwawancarai.
2. Mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak
dengan responden.
3. Mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara.
E. Pelaksanaan dan Kegiatan Sesudah Wawancara
1. Pelaksanaan Wawancara
Pelaksanaan wawancara menyangkut pewawancara dengan terwawancara.
Kedua berhubungan dalam mengadakan percakapan, dan pewawancaralah
yang berkepentingan sedangkan terwawancara bersifat membantu. Oleh
karena itu, pewawancara hendaknya mengikuti tata aturan dan kesopanan
yang dianut oleh terwawancara sebagai berikut :
a. Pewawancara berpakaian sepantasnya.
b. Pewawancara senantiasa menepati janji, terutama janji waktu.

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 9


c. Pewawancara memperkenalkan diri terlebih dahulu.
d. Lingkungan tempat wawancara nyaman dan menyenangkan
e. Pewawancara bertindak sebagai seorang yang netral
f. Pewawancara mengembangkan kemampuan mendengan yang baik, akurat
dan tepat agar apa yang didengarnya secara tepat dapat dimanfaatkan
sebagai informasi yangmenunjang pemecahan masalah penelitian.
2. Strategi dan Taktik Berwawancara
Sifat hubungan pribadi antara pewawancara dengan responden menuntut
keahlian dan kepekaan yang lebih tepat disebut seni. Tugas pokok yang paling
rawan ialah menanamkan kepercayaan dan menjalin kerjasama dengan
responden. Berbicara dengan cara yang bersahabat mengenai hal-hal yang
menarik responden, akan menumbuhkan rasa hormat responden kepada
pewawancara.
3. Pencatatan Data Wawancara
Pencatatan data itu perlu dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat
mungkin. Ada pencatatan data yang dilakukan melalui tape-recorder dan ada
pula yang dilakukan melalui pencatatan pewawancara sendiri.
4. Kegiatan sesudah Wawancara
Kegiatan sesudah wawancara berakhir cukup penting, dalam rangka
pengecekan keabsahan dan kualitas data. Kegiatan tersebut adalah sebagai
beriktu :
a. Memeriksa apakah tape-recorder berfungsi dengan baik atau tidak
b. Membuat catatan lapangan secara lengkap tentang tempat wawancara,
siapa yang menjadi terwawancara, bagaimana reaksinya, bagaimana
peranan pewawancara itu sendiri dan hal-hal apa yang dapat dicatat untuk
memperkaya wawancara
c. Memeriksa seluruh informasi yang diperlukan dalam wawancara
d. Mengorganisasi dan mensistematisasi data agar siap dijadikan bahas
analisa.

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 10


F. Kebaikan dan Kelemahan Interview / Wawancara
Didalam mempergunakan wawancara sebagai salah satu alat pengumpulan data,
sudah tentu ada kebaikan dan kelemahannya. Kebaikan interview sebagai teknik
pengumpulan data didalam penelitian, adalah antara lain :15
1. Interview merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan
pribadi subyek wawancara.
2. Dapat dilaksanakan terhadap setiap tingkatan umur.
3. Interview selalu digunakan untuk mengumpulkan data pelengkap terhadap
data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
4. Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
5. Wawancara memungkinkan peneliti, untuk memperoleh dan mengumpulkan
data dalam jangka waktu yang lebih cepat, apabila dibandaingkan dengan
penggunaan alat-alat pengumpulan data lainnya
6. Wawancara memberikan jaminan kepada peneliti, bahwa pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada responden, mendapatkan jawaban yang
dikehendaki oleh peneliti. Setidak-tidaknya jawaban yang diperoleh
merupakan data yang proporsional dengan tujuan penelitian.
7. Penggunaan wawancara, memungkinkan peneliti untuk bersikap tidak
terlampau kaku atau ketat (jadi, dapat berlaku lebih luwes)
8. Peneliti lebih banyak dapat menerapkan pengawasan dan pengendalian
terhadap situasi yang dihadapi, didalam penerapan wawancara.
9. Data yang diberikan oleh responden, secara langsung dapat diperiksa
kebenarannnya, melalui tingkah laku non verbal dari responden.
Disamping keuntungan-keuntungan tersebut diatas, maka penggunaan wawancara
juga mempunya kelemahan-kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahannya adalah
:16
1. Tidak efisien
15
James A. Black & Dean J. Champion, Methodes and Issues in in Social Research, New
York : John Wiley & Sons. Inc., 1976, P. 234
16
I b i d, 235

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 11


2. Sangat tergantung kepada kesediaan, kemampuan dan keadaan. Sementara
dari fihak subyek, wawancara sangat menghambat ketelitian hasilnya.
3. Didalam wawancara adakalanya timbul masalah, apakah jawaban atau
keterangan yang diberikan oleh responden dapat dipercayai atau tidak.
Dengan demikian peneliti harus sudah harus siap terlebih dahulu, untuk dapat
mengetahui sampai seberapa jauh keterangan-keterangan yang diberikan oleh
responden akan dapat dipercaya.
4. Tidak jarang bahwa pewawancara mengalami keadaan-keadaan yang kurang
menyenangkan, yang mengakibatkan terjadinya kekeliruan didalam
pengumpulan serta pencatatan data penelitian.
5. Didalam penelitian tidak jarang dipergunakan beberapa orang pewawancara,
untuk melaksanakan wawancara.
6. Situasi wawancara kadang-kadang tidak dapat dipertahankan; artinya
mungkin repport menjadi terganggu karena factor pribadi pewawancara atau
responden, sifat pertanyaan, atau mungkin karena pengaruh dari luar yang
tiba-tiba muncul pada saat wawancara sedang berlangsung.

III
KESIMPULAN

Wawancara merupakan angket lesan, artinya responden atau interviewee


mengemukakan informasinya secara lesan dalam hubungan tatap muka, sehingga
responden tidak perlu menuliskan jawabannya.
Kalau pewawancaranya cukup ahli, wawancara sering mengungguli alat
pengumpulan data lainnya. Karena orang biasanya lebih suka berbicara dari pada
menulis. Setelah pewawancaranya berhasil menjalin hubungan yang baik (rapport)
atau berhasil menciptakan keakraban dengan responden, maka informasi-informasi
yang penting akan dapat diperoleh (tanpa responden harus bersusah payah menulis).
Pewawancara dapat menjelaskan tujuan penelitiannya, dan dapat menjelaskan

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 12


informasi apakah yang dia butuhkan. Jika responden salah tafsir terhadap
pertanyaannya, pewawancara bisa menyusulinya dengan pertanyaan ulang. Pada
waktu itu juga sekaligus pewawancara dapat menilai kejujuran atau kesungguhan hati
dan wawasan responden. Juga, pewawancara dapat mencari informasi yang sama
dengan berbagai cara dan dalam berbagai tahap wawancara.
Melalui teknik wawancara, peneliti bisa merangsang responden agar memiliki
wawasan pengalaman yang lebih luas. Dengan wawancara juga, peneliti dapat
menggali soal-soal penting yang belum terpikirkan dalam rencana penelitiannya.
Wawancara juga tepat dipakai untuk mencari data dari anak-anak, tuna aksara, orang-
orang yang mengalami kesulitan bahasa, dan orang-orang yang inteligensinya “pas-
pasan” saja.

BIBLIOGRAPY

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
Azwar, Saifudin, MA., Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005
Baidowi, Prof., Dr., M.Si., Pengantar Metodologi Penelitian, University Press IKIP,
Surabaya, 1994
Black, James A. & Champion, Dean J., Methodes and Issues in in Social Research,
New York : John Wiley & Sons. Inc., 1976

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 13


Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, Usaha Nasional : Surabaya,
1982
Garrett, Annette, Interviewing. Its Principles and Methods, New York : Family
Service Association of America, 1968
Gordon Raymond, L., Interviewing : Strategy, Techniques, and Tactics, Homewood,
Illinois, 1975

Merton, Robbert, K. Fiske M. & Kendall, P.L., The Focused Interview, New York :
The Free Press, 1956
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung,
2005
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universita Indonesia (UI-Press),
Jakarta, 1984
Stewart, Charles J. & Cash, William B., Interviewing : Principles and Practices,
Dubuque, Iowa : W.C.B., 1977
Sugiyono, Prof., Dr., Metode Penelitian Administrasi, Bandang : Alfabeta, 2003.
Young, Paulin V., Scientific Social Surveys and Research, New York : Prentice Hall
of India, 1979

Seminar ttg : Teknik Interview Penelitian Kualitatif oleh Mujib@2008 14

You might also like