You are on page 1of 12

SERANGAN-SERANGAN MONGOL

“JENGIS KHAN DAN HULAKO KHAN”


Oleh : Moh. Mujib Zunun @lmisri

I
PEMBUKAAN

Sesungguhnya invansi pasukan mongol terhadap wilayah-wilayah Islam


adalah tragedy besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya.
Kendati sebelumnya didahului dengan perang salib, sesungguhnya perang salib tidak
ada apa-apanya jika dibandingkan dengan invansi pasukan mongol. Betapapun
banyaknya jumlah korban perang dari kaum muslimin pada keseluaruhan perang
salib, sesungguhnya itu masih relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah korban
perang dari kalangan kaum muslimin pada satu perang diantara sekian banyaknya
perang yang dilancarkan pasukan Mongol secara brutal dan sadis tersebut. Kaum
muslimin mengalami kerugian yang tidak terhitung akibat kolonialisme modern,
namun penghancuran oleh para penjajah di seluruh negeri tidak sebanding dengan
penghancuran oleh pasukan Mongol terhadap satu kota saja Bagdad misalnya.
Barangkali manusia tidak pernah melihat pembantaian, pembunuhan dan
penghancuran yang sadis dan kejam dalam sejarahnya, kecuali pembantaian di akhir
perjalanan dunia nanti oleh Ya’juj dan Ma’juj. Dajjal saja tidak membunuh
pengikutnya dan hanya, membunuh para penentangnya. Sedangkan mereka bangsa
Mongol tersebut tidak menyisahkan seorang pun, semuanya dibabat habis. Tidak ada
pengecualian antara laki-laki, wanita dan anak-anak. Mereka belah perut wanita-
wanita hamil kemudian membunuh bayi-bayinya.
Invasi pasukan mongol berimbas pada perubahan social, moralitas dan politik
terhadap negeri-negeri Islam. Sebagaimana invansi pasukan Mongol mengakibatkan
dampak negative dalam masyarakat Islam, disamping itu juga mengakibatkan

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 1


dampak positif bagi ummat Islam, yaitu membangun perasaan kaum muslimin
terhadap pentingnya persatuan dan membuang jauh-jauh perpecahan.
Jikalau ditelusuri historisnya, umat Islam pada waktu itu tersebar dimana-
mana dari jazirah Arab sampai Eropa dibawah naungan Negara-negara Islamiyah,
yang sudah barang tentu system pemerintahannya sudah mulai mendekati ideal,
disamping itu pula, peradapan dan ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat, ini
semunya menandakan bahwa pada waktu itu ilmuwan dan cendekiawan muslim
mulai banyak seperti Ibnu Taimiyah. Akan tetapi ironis sekali bilamana Negara Islam
tatkala itu dikikis habis oleh Negara Mongol, bagaikan debu yang ada di atas batu
licin yang diterpa angin yang kencang. Atas dasar pertimbangan itulah, penulis akan
mencoba menguak dan menelusuri sebab-musabab keberhasilan Mongol menguasai
Negara Islam dan termasuk menghancurkan Bagdad. Sebagai sentral umat Islam pada
waktu itu, disamping itu pula, penulis akan menggali sejarah sebab hancurnya
Negara-negara Islam.
Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul Serangan-Serangan Mongol :
Jengis Khan dan Hulako Khan adalah sebagai berikut :
o Latar Belakang Bangsa Mongol
o Agamanya
o Sejarah Perkembangannya
o Serangan-serangan Jengis Khan dan Hulaho Khan
o Dampak Positif dan Negatif atas Invasi Mongol

II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Bangsa Mongol


Asal mula bangsa Mongol adalah dari masyarakat hutan yang mendiami
Siberia dan Mongol Luar di sekitar danau Baikal dan pegunungan Altani tepatnya

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 2


di bagian barat laut Cina.1 Sebenarnya mereka itu bukanlah suku nomad yang
berpindah-pindah dari satu stepa ke stepa yang lain, walapun mereka
menaklukkan banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda.
Pemimpin atau Khan bangsa Mongol yang pertama diketahui dalam
sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah Chinggis (Chingis atau Jengis).
Chinggis aslinya bernama Temijin, seorang pandai besi yang mencuat namanya
karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril,
seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah gelar bagi Temujin yang
diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang
mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, atau juga
disebut Chingis Khan/Raya yang Agung,2 ketika ia berumur 44 tahun. Perlu
diketahui juga, bahwasannya bangsa Mongol adalah bangsa yang pemberani dan
tegar dalam berperang.3
B. Agama Bangsa Mongol
Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari ketiga
agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut agama
Yahudi, Kristen dan Islam.4 Jengis Khan juga menyempurnakan moral
masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq.5
Disamping itu juga, Jengis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan
1
Arthur N. Waldron, The Mongol Period History of The Muslim Word (USA : Markus Wiener, 1994)
1.
2
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Abbasiyah III, (Jakarta : Bulan Bintang, Cetakan ke IV, 1981), hal.
260.
3
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), hal.
111.
4
Kepercayaan keagamaan orang-orang Mongol dan praktek ritual ibadahnya adalah mengikuti faham
Shamanism, yaitu menyembah matahari dan bersujud kepadanya ketika terbit, dan diantara syariatnya adalah tidak
mengharmkan apapun kepada pengikutnya untuk makan hewan apa saja yang mereka temui meskipun sudah
menjadi bangkai. Adapun agama-agama samawi yang sampai di tengah-tengah mereka karena factor invansi
bangsa Mongol itu sendiri, Misalnya agama Islam pengaruh dari Persia dan daeah-daerah Golden Holde, agama
Budha pengaruh dari Tibet dan Persia dan agama Kristen datang dari Eropa. Lihat : David Morgan, The Mongols
(Cambridge : Black Well, 1986), 40-41.
5
Diantara ajaran yang terdapat dalam kitab Ilyasa adalah 1. Barangsiapa yang melakukan hubungan
diluar nikah, maka harus dibunuh, baik yang sudah pernah nikah atau belum. 2. Barngsiapa yang melakukan
hubungan seksual akan dibunuh. 3. Barangsiapa yang berdusta dengan sengaja, maka dibunuh. 4. Barangsiapa
yang menyihir, maka akan dibunuh. 5. Barangsiapa yang buang air kecil di air yang tidak bergerak, maka akan
dibunuh. 6. Dan lain-lain. Lihat : Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi at-Tarikh (Beirut : Dar al-Fikr, 1986), Jilid XII. 360.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 3


tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai
konsekwensinya, rakyat Mongol harus menghormati rajanya6 tentara yang mau
perperang harus diinspeksi terlebih dahulu dan perempuan harus siap membayar
pajak jika lelakinya pergi berperang, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui
berita tentang kerajaanya, ia melarang penyerbuan terhadap agama, sekte agama
dan mencegah terjadinya perbedaan dalam agama.7 Ternyata Jengis Khan ingin
mengambil hati kaum muslimin dengan tidak mengusik kelompoknya, dan
menghormati Nabi SAW, yang ketika itu Islam sudah meluas hingga ke
wilayahnya, guna menghadapi tantangan dan meluaskan wilyah ke luar negeri,
baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam.

C. Perkembangan Bangsa Mongol


Bangsa yang dipimpinnya itu meluaskan wilyah ke Tibet (Cina barat laut),
dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. ia menundukkan
Turkestan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm
Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Chinggis yang disertai
oleh para saudagar Islam. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu
wilayah Islam, dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah
Khawarazm 1219-1220, padahal sebelummnya, mereka justru hidup
berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand yang di
dalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi Hadits yang
termasyhur, dihancurkan, Balk, dan kota-kota lain yang mempunyai peradapan
Islam yang tinggi, di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin,
penguasa Khawarazm yang berusaha meminta bantuan kepada khalifah

6
Diantara contoh penghormatan bangsa Mongol terhadap rajanya adalah : a. Taat buta sesuai dengan
kemampuannya. b. Rakyat Mongol harus menyerahkan anak gadisnya yang berparas cantik kepada rajanya untuk
diperistri dan para pembantunya diberi kebebasan untuk memilih sisanya. c. Mereka memanggil rajanya dengan
nama aslinya. d. Barangsiapa berjalan melewati orang yang sedang makan, ia boleh ikut nimbrung makan
bersamanya tanpa minta izin terlebih dahulu. e. Para ilmuwan mereka tidak bisa dikenakan tindakan hukum. f.
Tamu tidak boleh berdiri di depan pintu dan tidak boleh mencuci bajunya kecuali jika sudah kelihatan kotor. Lihat
: Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wa an-Nihayah (Beirut : Dar al-Fikr, 1983), Jilid XIII. 119.
7
Ali Mufrodi, Dr., Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 128.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 4


Abbasiyah di Bagdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh
lawannya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke Barat. Toluy, salah
seorang anak Chinggis, diutus ke Khurrasan sementara anaknya yang lain, yakni
Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah
dan Khawarazm.
Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas dibagi untuk empat orang
putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227.8 Pertama ialah Jochi,
anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagaian Barat dan Stepa Qipchaq
yang membentang hingga Rusia selatan, di dalamnya terdapat Khawarazm.
Namun ia meninggal dunia sebelum wafat ayahnya Jengis, dan wilayah
warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu
mendirikan Horde (kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar
berkembangnya Horde putih di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung
dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai ke khanan yang bermacam
ragamnya di Rusia, Siberia dan Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan, Qazan,
Qasimov, Tiumen, Bukhara, dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu
cabang keturunan Jochi berkuasa di Khawarazm dan Transoxania dalam abad ke
15 dan 16.
Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah berbentang ke Timur, sejak
dari Transocania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Cabang barat dari
keturunan Chaghatai yang bermukim di Tranxosania segera masuk ke dalam
lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan Timur
Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan Chaghatay berkembang di
Semirechye, Ili, T’ien Syan di Tamrin. Mereka lebih tahan terhadap pengaruh
Islam, tetapi akhirnya mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah
Turkistan Cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII.
8
Tujuan pembagian wilayah imperium tersebut sebenarnya adalah untuk menciptakan administrasi yang
kokoh, akan tetapi yang terjadi sebaliknya, yaitu merangsang sejumlah pertempuran untuk merebutkan kekuasaan
di kalangan keturunan Jengis Khan, yaitu merebutkan warisan ayahnya. Hal ini disebabkan oleh sifat ambiguitas
yang melekat di dalam konsep kenegaraan Mongol. Lihat : Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (USA :
Cambridge University Press, 1988), 428.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 5


Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh
dewan Pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang
mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Tetapi dua generasi Khan tertinggi
jatuh ke tangan keturunan Toluy. Walaupun demikian, cucu Ogedey yang bernama
Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs dan Tien Syan, mereka
berperang melawan anak turun Chaghatay dan Qubulay Khan, hingga ia
meninggal dunia tahun 1301.
Keempat adalah Tuli, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia
sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubulay menggantikan Ogedey
sebagai Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang ber ibu kota di
Qaraqarum. Sedangkan Qubulay Khan menaklukan Cina dan berkuasa disana
yang dikenal sebagai dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang
kemudian digantikan dinasti Ming. Mereka memeluk agama Budha yang berpusat
di Beijing, dan mereka akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari Khan-
Khan Mongol yang beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Adalah Hulako
Khan,9 saudara Mongke Khan dan Qubulay Khan, yang menyerang wilayah-
wilayah Islam sampai ke Bagdad.
D. Serangan-serangan Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Bagdad ditaklukkan
oleh Hulako Khan, 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di
Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk
mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari
kekuasan Mongol setelah kematian Chinggis. Ia berangkat dengan disertai
pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia. Atas
kepercayaan saudaranya tersebut, Hulako Khan dapat menguasai wilayah yang
9
Hulako Khan dilahirkan semasa hidup Jengis Khan tepatnya sepuluh tahun sebelum meninggalnya
Jengis Khan tahun 614 H / 1217 M. Nasab keturunannya sebagaimana dikatakan oleh sejarawan adalah Hulako
Khan bin Tuli Khan bin Jengis Khan. Ibnu Katsir mengatakan : Hulako Khan adalah Raja Mongol bin raja
Mongol. Ia adalah anak dari raja-raja mereka, orang awam menyebutnya Hulawun, Ibnu Katsir menambahkan
bahwa Hulako adalah seorang raja yang dictator, sadis dan tidak bermoral. Ia bantai kaum muslimin di Timur dan
di Barat dalam jumlah yang besar dan hanya Allah yang tahu berapa jumlahnya, dan dia tidak menganut agama
apapun. Lihat : Al-Bidayah wa an-Nihayah, Jilid XIII, 248

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 6


luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Bagdad,
ia telah menguasai pusat gerakan Syi’ah Isma’iliyah10 di Persia Utara, tahun 1256.
Jatuhnya ibu kota Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah kedua, al-
Mansur itu, berkaitan erat sekali dengan seseorang yang bernama Ibnu al-Qami’11
ia berhasil merayu pasukan Mongol untuk menyerang Bagdad. Pada awal tahun
656 H / 1258 M, Hulako Khan mengirimkan pasukan ke Bagdad di bawah
pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatangannya, kemudian
pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua
ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulako Khan tiba di Baghdad.
Mereka mengepung Baghdad dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya
diadakan perjanjian antara Hulako dan Mu’tashim. Mu’tashim dikawal tujuh ratus
dari kalangan hakim, fuqoha’, orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada
akhirnya mereka semua dibunuh oleh Hulako Khan tidak tersisa sama sekali, hal
ini atas permintaan Ibnu al-Qami’ dan Nashiruddin at-Thutsi. Demikian juga
membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak berdosa.
Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu timbullah wabah penyakit, lantaran
mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan. Hulako
mengenakan gelar II Khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi hingga ke
Syiria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, dan Harim.

10
Syiah Ismailiyah adalah sekte syiah yang berbeda dengan sekte Syiah lainnya, seperti Syi’ah
Mausumiyyah dan Syi’ah Itsnah ‘Asy’ariyahhah. Ismai’liyyah berpendapat bahwa imam yang terakhir adalah
Isma’il bin Ja’far. Faham Isma’iliyyah menyatakan bahwa imam itu hanya sampai hitungan tujuh, dengan
argumentasi bahwa hari dalam satu pekan, hanya ada tujuh, langit juga tujuh dan bintang pun juga tujuh.
Disamping itu juga, sekte ini sangat mengedepankan akal. Lihat : Syaharastani, Milal Wa an-Nihal (Beirut : Dar
al-Fikr, 1997), 153-155
11
Dia adalah seorang perdana menteri yang beraliran Syi’ah Rafadh. Pada tahun 642 H/1244 M,
khalifah dinasti Fathimiyyah, Mu’tashim Billah mengangkat perdana menteri dari aliran Syi’ah Rafadh. Perdana
menteri ini sangat berambisi untuk merampas tahta khilafah dari tangan Abbasiyyah kemudian diserahkan kepada
dinasti Fathimiyyah, dan kesempatan emas dia peroleh tatkala pasukan Mongol menyerbu wilayah-wilayah Islam.
Ia aktif mengadakan kontak dan korespondensi dengan pasukan Mongol dan mendukung mereka menyerang
Baghdad. Jika ia mendapatkan surat balasan dari pasukan Mongol, maka surat tersebut ia rahasiakan dan tidak dia
laporkan kepada khalifah. Sebaliknya hal yang berkaitan dengan khalifah Bani Abbasiyyah, ia beberkan secara
transparan kepada pasukan Mongol. Lihat : As-Suyuti : Tarikh al-Khulafa’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1990), 465.
Puncak kemarahannya adalah ketika Baghdad pada 655 H / 1257 M. Kaum Suni dan Syi’ah Rafidh berperang, dan
pada akhirnya dimenangkan oleh Sunni, kemuan orang-orang Sunni merampas rumah-rumah mereka termasuk
rumah-rumah kerabat perdana menteri tersebut. Factor inilah yang memicu Ibnu al-Qami’ berkompromi dengan
pasukan Mongol. Lihat : Al-Bidayah wan-Nihayah, Jilid XIII, 196.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 7


Selanjutnya ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk
rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di
‘Ain Jalut, Palestina, thun 1260 sehingga mengurungkan niatnya melangkahi
Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat.
Atas saran Nasiruddin at-Tusi, seorang Filosof Muslim besar. Ia membangun
ovservatorium di Maragha tahun 1259.
Hulako yang memerintah hingga thun 1265 digantikan oleh anaknya,
Abaqa, 1265-1282. ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen karena
pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Nestorian12, yakni Doqus
Khatun. Orang-orang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang
Salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan Mamluk dan
keturunan saudara-saudaranya sendiri dari dinasti Horde keemasan (Golden
Horde) yang telah bersekutu dengan Mamluk, penguasa Muslim yang berpusat di
Mesir. Dinasti II Khaniyyah lama kelamaan renggang hubungannya dengan
saudara-saudaranya yang berada di Timur, terutama setelah meninggalnya
Qubulay Khan tahun 1294. bahkan mereka yang menguasai barat sampai Bagdad
itu karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk
agama Islam seperti Ghazan Khan dan keturunannya. Penguasa II Khaniyyah
terakhir ialah Abu Sa’id. Ia berdamai dengan Mamluk tahun 1323, yang
mengakhiri permusuhan antara kedua kekuasan itu untuk merebut Syiria.
Perselisihan dalam tubuh II Khaniyyah sendiri menyebabkan terpecahnya
kerajaan menjadi dinasti kecil-kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat
dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk dinasti Timuriyyah
yang berpusat di Samarkand.
Sebagian wilayah II Khaniyyah yang berada di kawasan kebudayaan Arab
seperti Iraq, Kurdistan dan Azebaijan, diwarisi oleh dinasti Jalayiriyah. Jalayir
12
Kristen Nestorian adalah sekte Kristen pengikut Nestor yang bijaksana, tetapi dalam komentarnya
Ahmad Fahmi editor al-Milal wa an-Nihal menyatakan bahwa ada pendapat yang menyebut tentang penisbatan
nama Nestorian kepada Nestorius, yaitu seorang pendeta di Constantinopel yang menyatakan Mariyam tidak
melahirkan Tuhan, akan tetapi melahirkan manusia, hanya saja kehendaknya sama dengan Tuhan, sedangkan
zatnya berbeda. Sekte ini berada di Persia, Iraq, Jazirah Arab. Lihat : Syaharastani, Milal Wa an-Nihal, 181.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 8


adalah suku Mongol yang mengikuti Hulako ketika menaklukkan negeri-negeri
Islam. Dinasti ini didirikan oleh Hasan Buzurg (Agung), yang dibedakan dengan
Hasan Kuchuk (kecil) dari dinasti Chupaniya, musuh bubuyutannya yang
memerintah sebagai Gubernur di Anatolia di bawah sultan Abu Sa’id, penguasa
terakhir dinasti II Khaniyyah. Hasan Buzurg akhirnya menundukkan Chupaniyah,
walaupun ia masih harus mengakui kekuasaan II Khaniyah, dan memusatkan
kekuasaanya di Bagdad. Dimasa Uways, pengganti Hasan Agung, Jalayiriyyah
baru memiliki kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan,
namun mendapat perlawan dari dinasti Muzaffariyah dn Khan-Khan Horde
keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam yang ada dikawasan budaya
Arab seperti Iraq dan Syiria serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara
politis dapat ditaklukkan oleh Mongol, tetapi akhirnya Mongol sendiri terserap ke
dalam budaya Islam. Dapatlah kiranya disimpulkan bahwa akar budaya Islam
dikawasan budaya Arab dipemerintahan bukan hanya dynasti berbangsa Arab saja
tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih
berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa
Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern ini.13
E. Dampak Kekuasaan Mongol
Apa dampak positif maupun negative kekuasaan Mongol terhadap
wilayah-wilayah Islam yang ditundukkannya ?. Dampak negative tentu lebih
banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas
dimana-mana dari serangan Mongol sejak dari wilayah timur hingga ke barat.
Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-
perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi ummat Islam.
Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulako saja
yang membunuh khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan

13
Nourouzzaman Shiddiq, H., Dr., Pengantar Sejarah Muslim, (Yogyakarta : Mentari Masa
Yogyakarta, Cetakan ke II, 1989), hal. 74.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 9


dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan
oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar sebagai
Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin,
seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun
1284, Syihabuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa’id ad-Daulah
yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek moyang
mereka, lalu beralih memeluk agama Budha, rupanya bersimpati kepada orang-
orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi
dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad
sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam
tempat belajar dengan fasilits perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako.
Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih
dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol ini setelah
para pemimpinnya memeluk agama Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan
masuk ke agama Islam? Antara lain adalah disebabkan karena mereka
berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang,
seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam
sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beragama Budha.
Rupanya ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan
keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam adalah karena
pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang
terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya
untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk
membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam,
melarang riba’, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar
pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti Mongol,
Arab, Persia, Cina, Tibet dan Latin. Ia mati muda ketika berumur 32 tahun, karena

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 10


tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu
ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang
berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya. Sepeninggal Gazan
digantikanlah oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran
Syi’ah sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang
bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II
Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz, dan II Khaniyyah
menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan India
serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah
menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.

III
KESIMPULAN
Sesungguhnya invansi pasukan Mongol terhadap Negara-negara Islam adalah
tragedi besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati
sebelumnya di dahului oleh perang Salib, apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu
kota Dinasti Abbasiyah yaitu Baghdad.
Dari sini, penulis akan menyimpulkan beberapa faktor hancurnya wilayah-
wilayah Islam yang termasuk didalamnya adalah Bagdad, diantaranya adalah :
 Terjadinya perpecahan dan konflik internal kaum muslimin.
 Setiap amir atau khalifah hanya perhatian kepada wilayahnya saja, tanpa beban
ketika ada suatu wilayah Islam lainya jatuh di tangan musuh.
 Kurang professional dalam mengangkat pejabat Negara, terutama dalam bidang
politik dan militer.
 Kurangnya jiwa revolosioner di kalangan ummat Islam, mereka banyak terjun di
dunia sufi, fiqh, dan teologi.

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 11


Demikian yang dapat saya uangkapkan tentang invansi Mongol, mudah-
mudahan dapat memicu kita sebagai ummat Islam untuk mempertahankan agama kita
dari berbagai macam segi.

BIBLIOGRAPHY

Ali Mufrodi, Dr, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Ciputat : Logos Wacana
Ilmu, 1997).
Arthur N. Waldron, The Mongol Period History of The Muslim Word (USA :
Markus Wiener, 1994).
As-Suyuti, Tarikh al-Khulafa’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1990)
Badri Yatim, Dr., Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2000).
David Morgan, The Mongols (Cambridge : Black Well, 1986)
Hamka, Prof., Dr., Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, Cetakan ke IV,
1981)
Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi at-Tarikh (Beirut : Dar al-Fikr, 1986)
Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wa an-Nihayah (Beirut : Dar al-Fikr, 1983)
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (USA : Cambridge University Press,
1988)
Joesoef Sou’ib, Sejarah Daulat Abbasiyah III, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978)
Nourouzzaman Shidiqi, H., Dr., MA., Pengantar Sejarah Muslim, (Yogyakarta :
Mentari Masa, Cetakan ke II, 1989)
Syaharastani, Milal Wa an-Nihal (Beirut : Dar al-Fikr, 1997)

Seminar Sejarah Peradaban Islam oleh Mujib Zunun @l Misri@2008 12

You might also like