You are on page 1of 36

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT DESEMBER 2012

PENGELOLAAN FRAKTUR BASIS CRANII

Oleh Wisnu Adryanto Pembimbing dr. Pipin Abdillah Konsulen Dr. dr. Djoko widodo, Sp.BS

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

Pendahuluan
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa

(trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional

jaringan otak
Cedera pada susunan saraf pusat masih merupakan penyebab

utama tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada usia

muda di seluruh dunia. Pada tahun 1998 sebanyak 148.000 orang


di Amerika meninggal akibat berbagai jenis cedera

Struktur anatomi kepala


1. Kulit Kepala 2. Tulang tengkorak - Kalvarium - Basis Kranii 3. Meningen 4. Otak 5. Cairan Serebrospinalis 6. Ventrikel 7. Batang Otak

Basis Kranii
Fossa Anterior 2. Fossa media 3. Fossa posterior
1.

Fraktur Basis Kranii


Definisi

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater.

Fraktur Dasar Tengkorak


Anterior, gejala:
Rinorhea Brill hematom

Lesi N I, II

Media, gejala:
Otorhea Battle sign

Mekanisme Fraktur Basis Cranii


Fraktur

basis

cranii

merupakan

fraktur

akibat

benturan langsung pada daerah daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisi energy yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula; atau efek remote dari benturan pada

kepala (gelombang tekanan yang dipropagasi dari


titik benturan atau perubahan bentuk tengkorak).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan Penunjang Lain

TATALAKSANA
P RI M A R Y S U R V E Y

AIRWAY & C-SPINE CONTROL

BREATHING

CIRCULATION

KONSEPNYA
RESPONSIBILITAS TERPENTING
MANAJEMEN ABC : CEGAH

HIPOVENTILASI DAN HIPOVOLEMIA

POTENSIAL TERJADINYA SECONDARY BRAIN DAMAGE

SECONDARY SURVEY Whole Examination

oANAMNESIS

oPEMERIKSAAN FISIK
oPENUNJANG

Secondary Survey
Anamnesa :

kejadian, lucid interval, mabuk, penyakit lain

Pemeriksaan fisik

Inspeksi visual dan palpasi kepala : tanda-tanda trauma, jejas, hematom, vulnus pada kepala atau regio maksilofasial

Inspeksi tanda fraktur basis kranii

Racoons eyes : periorbital ecchymoses

Battles sign : postauricular ecchymoses


CSF rhinorrhea/otorrhea Hemotympanum atau laserasi kanalis auditorius eksternus

BASILAR SKULL FRACTURES

KOMPONEN GLASGOW COMA SCALE

E : BUKA MATA: 1 4
V : SUARA : 1 5 M : GERAKAN : 1 - 6

KOMPONEN MATA

KOMPONEN MOTORIK

KOMPONEN VERBAL

KLASIFIKASI KLINIS CEDERA KEPALA BERDASAR GCS

RINGAN SEDANG BERAT

: GCS 14 - 15 : GCS 9 - 13 : GCS 3 - 8

KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA


TUMPUL KLL KDRT KECELAKAAN KERJA

MEKANISME
TAJAM (PENETRATING)

TRAUMA TEMBAK TRAUMA TUSUK

SEVERITY

RINGAN :GCS 14 - 15 SEDANG :GCS 9 - 13 BERAT :GCS 3 - 8

FRAKTUR KRANIUM linear terbuka/tertutup depresi basis cranii

MORFOLOGI
LESI INTRAKRANIAL Fokal : EDH,SDH,ICH,IVH Difus : kontusio

Pemeriksaan Penunjang
Radiologis Foto polos kepala AP/Lateral Foto servikal lateral CT Scan kepala polos

PRINSIP
CEGAH/OBATI HIPERTENSI INTRAKRANIAL HIPOKAPNEA KONTROL CAIRAN DIURETIK ( MANNITOL )

MEMELIHARA KEBUTUHAN METABOLIK OTAK

Tindakan umum

Pengelolaan peningkatan TIK


Elevasi kepala 30 Meningkatkan venous return CBV menurun TIK turun Hiperventilasi ringan Menyebabkan PCO2 vasokonstriksi CBV TIK Pertahankan tekanan perfusi otak (CPP) > 70 mmHg Pertahankan normovolemia Tidak perlu dilakukan dehidrasi, karena menyebabkan CPP hipoperfusi iskemia Pertahankan normothermia Suhu dipertahankan 36-37C Setiap kenaikan suhu tubuh 1C meningkatkan kebutuhan cairan 10%

Pencegahan kejang

Diphenil hidantoin loading dose 13-18mg/kgBB diikuti dosis pemeliharaan 6-8mg/kgBB/hari

Diuretika

Menurunkan produksi CSS Tidak efektif dalam jangka lama


Tidak dianjurkan untuk cedera otak Bermanfaat untuk anti edema pada peningkatan TIK non trauma, misal tumor/abses otak

Kortikosteroid

Manitol

Osmotik diuresis, bekerja intravaskuler pada BBB yang utuh Efek Dehidrasi (osmotik diuresis) Rheologis Antioksidan (free radical scavenger) Dosis 0,25-1g/kgBB/pemberian, diberikan 4-6x/hari Diberikan atas indikasi: Ada tanda klinis terjadinya herniasi Klinis & radiologis TIK meningkat

Terapi primer peningkatan TIK


Evakuasi/eksisi massa (hematoma)

Kraniotomi

Mengurangi penekanan CBF iskemia

Drainase CSS

Dengan ventrikulostomi 100-200 cc/hari

Penatalaksanaan di RS
Penderita dgn GCS<13
Umum

Oksigen dgn masker

Pasang collar brace


Atasi hipotensi dengan RL atau NaCl 0,9% sampai tanda-tanda perfusi baik Posisi berbaring, kepala lebih tinggi 20 dari badan Pasang NG tube untuk mengeluarkan isi lambung, mencegah aspirasi Periksa kadar Hb dan gula darah

Observasi ketat

Terapi
Medikamentosa

Antibiotika, bila ada luka atau indikasi lain Anti tetanus bila lukanya kotor Analgetika Anti muntah Neurotropik Anti kejang : Phenytoin, Diazepam Obat penenang : CPZ 12,5 mg atau diazepam 5 mg IV

Fraktur Dasar Tengkorak


Pada umumnya konservatif:
Tidur miring Oto toilet/ rhino toilet

Kultur swab
Antibiotik

masih ada kontroversi Untuk mencegah komplikasi meningitis

Indikasi Operasi Fr Dasar Tengkorak

Kebocoran likour tidak berhenti


Ada komplikasi

Residif

Komplikasi
Infeksi otak
Udara dalam otak TIK

Bocor pembuluh darah


CCF lesi N III, IV, VI, II

Prognosis
Walaupan fraktur pada cranium memiliki potensi
resiko tinggi untuk cedera nervus cranialis, pembuluh darah dan cedera langsung pada otak. Sebagian besar fraktur, termasuk fraktur depresi tulang cranium tidak memerlukan tindakan operasi.

Terima Kasih

You might also like