You are on page 1of 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS Kelompok 11 : SITI ANNISA Z.N.

SALAS AULADI SRI HANDINI PERTIWI SILVIA JUNIANTY SRI MELFA DAMA NIK RI SELLA GITA A SUSI HANIFAH SARAH RIDASHA F TIARA RACHMAWATI TIARA TRI P TR IANDINI TAMMY TIARA ARUM KESUMA IARA (220110080145) (220110080138) (220110080105 ) (220110080097) (220110080079) (220110080052) (220110080035) (220110080013) (22 0110080118) (220110080108) (220110080095) (220110080053) (220110080050) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2009

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahm at-Nya kepada kelompok penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai HI V AIDS. Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelaj aran mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Penyusunan makalah ini tidak terlep as dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucap kan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam m ata kuliah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terda pat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik y ang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang. Pada akhirnya, pe nyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan ba gi pembaca umumnya. Jatinagor, Oktober 2009 Penulis

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sindrom immunnodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome, AIDS), Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gottlieb pert engahan tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik suntik d i Los Angles, Amerika Serikat. Sejak penemuan ini, dalam beberapa tahun dilapork an lagi sejumlah penderita dengan syndrom yang sama dari 46 negara bagian Amerik a Serikat lainnya. Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampa k yang terlihat pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya car a penanganan dan pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kalangan masyarakat. Pada awalnya penyebab AIDS belum diketahui secara pasti . Namun, banyak pihak yang menduga bahwa strain virus yang asli berasal dari mon yet dan simpanse di Afrika. Para ahli telah menemukan sejenis virus yang mirip p ada seekor monyet Afrika Barat. Menurut hipotesa yang menarik tetapi belum dapat dibuktikan, para ahli menduga bahwa virus itu mulanya masuk ke dalam tubuh manu sia sebagai akibat sampingan dari percobaan-percobaan malaria mulai tahun-tahun 1920-an hingga 1950-an. Pada percobaanpercobaan tersebut, manusia disutik dengan darah dari monyet dan simpanse yang kemungkinan mengandung virus yang ternyata kelak menjadi HIV. Tujuan dari eksperimen ini sebenarnya adalah untuk melihat ap akah parasit malaria di dalam tubuh binatangbinatang tersebut akan dapt juga men ulari tubuh manusia. Dokter-dokter 1980-an juga mulai mengamati adanya penderiat di kalangan pria muda dengan jenis kanker sel darah yang langka yaitu sarcoma, demikian pula PCP. Pasienpasien ini dan mereka yang pernah ditangani oleh Gottli eb memiliki satu persamaan yaitu semuanya gay. Oleh karena itulah syndrome tanpa nama itu diberi julukan gay plague atau gay cancer. Penyakit yang tadinya dianggap sebagai sampar gay atau gay plague ternyata dapat menyerang heteroseksual, terut ama orang-orang yang menggunakan jarum suntik, mitra seksnya, bayi dari ibu teri nfeksi dan penderita hemofilia(yang mendapat transfusi darah tercemar HIV). Jela s bahwa virus ini tidak mengenal apakah tubuh yang

diserangnya milik seorang gay, heteroseks atau bayi baru lahir (AIDS & PMS dan P erkosaan hlm 28-30). Pada akhir tahun 1983 para peneliti menemukan suatu jenis r etrovirus yang mulanya diberi nama Lympadenopati associated virus. Kemudian pada bulan Mei tahun 1986 disepakati menggunakan satu nama yaitu Human Immunodeficie ncy. I. 2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memba has lebih dalam tentang AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome). Selain itu, makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Sistem Immunologi dan Hematologi. I.3. Rumusan Masalah Kasus pemicu AIDS Tn. A usia 35 tahun, TB 170 cm, BB saat i ni 50 kg, mengeluh lemah. Lems tidak bergairah, diare dalam 40 hari, sering mend adak mengidap flue yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika hanya karen a flue tersebut tuan A nyaris pingsan, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai ELISA western blot (+), neutropenia, anemia normositik normokrom, limfosi t CD4 + 200 sel/ l. Pertanyaan : 1. Jelaskan tentang konsep penyakit pada kasus di atas! 2. Jelaskan klasifikasi klinis pasien untuk kondisi penyakit tersebut! 3. Jelaskan aspek pe ngkajian Keperawatan yang diperlukan untuk menghadapi pasien diatas! 4. Sebutkan diagnose Keperawatan (sesuai dengan taxonomy NANDA) untuk kondisi pasien dengan penyakit tersebut! 5. Universal Precaution 6. Sebutkan prinsip etik dan legal u ntuk mengatasi pasien SLE!

I.4. Tinjauan Teori AIDS merupakan salah satu kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia pada awal abad ke 21. Hal ini disebabkan karena penyakit ini, men yebabkan angka kematian yang sangat tinggi, jumlah penderita yang semakin mening kat dalam waktu singkat dan sampai sekarang belum dapat ditanggulangi dengan tun tas. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala peny akit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh seseorang yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV menyebabkan menurunn ya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur secara efektif yang m enyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap berbaga i jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan oleh tub uh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CARA KERJA VIRUS HIV AIDS Virus HIV-1 berbentuk bulat, berdiameter 80-100 nm dan berisi electron yang padat, inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh sua tu selaput lipid yang berasal dari membrane sel inang. Dinding HIV merupakan mem brane yang terdiri dari dua lapis lipid (lipid bilayer). Pada membrane bagian lu ar atau dinding HIV terdapat glikoprotein(gp) yaitu gp120 dan gp41. Gp120 terdap at pada permukaan HIV yang dapat berikatan dengan sel yang memiliki reseptor per mukaan CD4, sedangkan gp41 adalah glikoprotein transmembrane yang mengikat gp120 . Pada membrane bagian dalam terdapat protein (p) yaitu p17 yang merupakan keran gka atau matriks HIV. Inti virus berisi: 1. Kapsin protein p24 yang terbesar 2. Nukleokapsid protein p7/p9 3. Dua salinan genom RNA 4. Ketiga enzim virus(protea se , reverse transcriptase dan integrase) Protein p24 paling cepat mendeteksi an tigen virus dan karena itu digunakan untuk diagnosis infeksi HIV pada tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Struktur Genom HIV Genom HIV terdiri dari RNA rantai tunggal berukuran 9,8 kb de ngan region yang identik pada kedua ujungnya (long terminal repeat) yang mengand ung gen regulasi. Bagian lain genom terdiri dari tiga gen yang mengode protein s tructural virus env mengkode pembentukan glikoprotein selubung gp120 dan gp41; g ag mengode sintesis protein pada inti HIV yaitu p24; dan pol mengode pembentukan enzim reverse transcriptase, integrase dan protease. Enam gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenitas penyakit secara in vivo, yakni ge n tat, rev, nef, vpr, vpu, dan vif . tat adalah gen yang mempercepat replikasi v irus; gen rev mengode protein rev yang mengubah siklus replikasi untuk memperodu ksi seluruh partikel virus; gen nef berperan dalam virulensi

HIV; gen vpr memfasilitasi transport DNA HIV ke dalam sel inang; gen vpu mempeng aruhi pelepasan virus; dan gen vif menentukan infektifitas virus di luar sel ina ng. Long terminal repeat (LTR) merupakan promoter bagi gen HIV yang berinteraksi dengan protein pengatur replikasi virus. Patogenesis HIV secara selektif akan menginfeksi sel yang berperan membentuk ant ibody pada system imunitas seluler yaitu limfosit T4 yang mempunyai reseptor per mukaan CD4 yang dapat berperan sebagai reseptor untuk virus tersebut. Selain sel limfosit T4, ada sel lain yang juga mempunyai CD4 antigen pada membrannya, yait u monosit/makrofag, dan beberap sel homopoesis di dalam sum-sum tulang. Virus ya ng masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri yang menyebabkan syst em kekebalan tubuh menjadi lumpuh. HIV sebagai virus RNA mempunyai enzim transcr iptase yang membentuk virus DNA pada kejadian infeksi. Virus DNA yang terbentuk ini masuk ke dalam inti sel target dan berintegrasi dengan DNA dan menjadi provi rus. DNA provirus yang telah berintegrasi dengan sel DNA host (sel limfosit T4) akan ikut mengalami poliferasi sel. Setiap hasil replikasi DNA ini selanjutnya a kan menghasilkan virus RNA, enzim reverse transcriptase dan protein virus. B. KLASIFIKASI Ada dua jenis HIV yang diketahui ada: a. HIV-1 HIV-1 adalah virus yang pada awalnya ditemukan dan disebut LAV.Hal ini lebih mem atikan, relatif mudah menular, dan merupakan penyebab sebagian besar infeksi HIV secara global. b. HIV-2. HIV-2 kurang ditularkan dan terbatas pada sebagian besar di Afrika barat.

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS ( kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderi ta AIDS. a. Kategori Klinis A Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/r emaja dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipasti kan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C 1. Infeksi Human Immunodeficienc y Virus (HIV) yang simptomatik. 2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty ) 3. Infeksi Human Immunodeficien cy Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Hum an Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut. b. Kategori Klinis B Contoh-contoh ke adaan dalam kategori klinis B mencakup : 1. Angiomatosis Baksilaris 2. Kandidias is Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi 3 . Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ ) 4. Gejala konst itusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan. 5. Leukoplaki al yang berambut 6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf. 7. Idiopatik Trombositopenik Purpura 8. Pe nyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii c. Kategori Klinis C Con toh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup : 1. Kandidiasis bron kus,trakea / paru-paru, esophagus 2. Kanker serviks inpasif 3. Koksidiomikosis e kstrapulmoner / diseminata 4. Kriptokokosis ekstrapulmoner 5. Kriptosporidosis i nternal kronis

6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe ) 7. Refinitis Cytomeg alovirus ( gangguan penglihatan ) 8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immuno deficiency Virus (HIV) 9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis ) 10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner ) 11. Isoproasis int estinal yang kronis 12. Sarkoma Kaposi 13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan li mfoma primer otak 14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner 15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner ) 16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner 17. Pneumonia Pneum ocystic Cranii 18. Pneumonia Rekuren 19. Leukoenselophaty multifokal progresiva 20. Septikemia salmonella yang rekuren 21. Toksoplamosis otak 22. Sindrom pelisu tan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV) C. LATAR BELAKANG VIRUS HIV AIDS 1. Masa inkubasi virus Masa inkubasi penyakit i ni yaitu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala penyakit sangat lama ( 5 tahunsampai 10 tahun) dan karena infeksi HIV dianggap seumur hidup maka resiko terjadinya penyakit akan berlanjut selama hidup pengidap virus HIV. 2. Masa ber tahan hidup Seseorang yang terserang virus AIDS menjadi membawa virus tersebut s elama hidupnya. Orang tersebut bisa bertahan hidup hingga 9 bulan. Sindrom immunnodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome, AIDS) per tama-tama menarik perhatian bidang kesehatan masyarakat pada tahun 1981.1 AIDS a dalah penyakit defisiensi imunitas seluler, yang pada penderitanya tidak dapat

ditemukan penyebab defisiensi tersebut.2 AIDS menyebabkan infeksi oportunistik d an/atau neoplasma yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang sebelumnya dal am keadaan sehat. Menurut Smeltzer3 AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungki n terjadi saat sistem imun dilemahkan oleh virus HIV. Human Immunedeficiency Vir us (HIV) tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) , menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4), ya ng memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya tidak berbahaya , jika tidak terinfeksi HIV.4 AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome meru pakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vur us yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindro me Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan I mmune : Sistem kekebalan tubuh Deficiency : Kekurangan Syndrome : Kumpulan gejal a-gejala penyakit Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan OD HA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam pe nyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan m enyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. AIDS adalah sekumpulan gejala ya ng menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh f actor luar ( bukan dibawa sejak lahir ) AIDS diartikan sebagai bentuk paling era t dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodef ciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ) AIDS diartikan se bagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam res pon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berka itan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan mali gnitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention ).

AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah mela wan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel lim fosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi d an kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi da n kanker yang dideritanya. HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah ata u produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran dara h pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat n arkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu hamil ke bayinya saat me lahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak seharihari seperti berjabat t angan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, k arena virus ini sangat rapuh. Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada da ya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan se l T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekeba lan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseoran g yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS. D. VAKSIN HIV AIDS vaksin Penyakit HIV/AIDS ditemukan dibangkok -Thailand. Penem uan Vaksin Ini dihasilkan oleh Hasil studi Vaksin Ekperimental yang diujicobalka n kepada 16.000 warga thailand. Dari ujijoba tersebut Vaksin HIV itu ternyata te rbukti mengurangi resiko terinfeksinya seseorang terhadap HIV.

Penelitian vaksin ini menggabungkan canary pox vaccine ALVAC produksi SanofiAven tis Perancis dengan AIDSVAX yang aslinya dibuat VaxGen Inc (lisensinya dipegang oleh organisasi nonprofit Global Solutions for Infectious Diseases). Vaksin itu berbasis HIV strain B dan E yang dominan di Thailand. Dalam percobaan sebelumnya , kedua vaksin itu kurang efektif jika sendiri-sendiri. Hasil studi terakhir men unjukkan vaksin itu 31,2 persen efektif mengurangi risiko tertular HIV. Menurut olonel Jerome Kim, US Military HIV Research Program, hal ini merupakan demonstra si pertama vaksin HIV yang mampu memberikan perlindungan terhadap infeksi HIVt. hal ini merupakan kemajuan sains sangat penting. Studi ini memberikan harapan ke mungkinan pembuatan vaksin yang efektif secara global. Vaksin itu diujicobakan S ejak awal 2003, kepada sukarelawan yang terdiri dari perempuan dan laki-laki ber usia 18-30 tahun dan tidak terinfeksi HIV. Mereka berlokasi di dua provinsi di T hailand, di dekat Bangkok yang mempunyai tingkat risiko tinggi terinfeksi HIV . Setengah dari sukarelawan mendapatkan vaksin itu dan sebagian lagi memakai plase bo (tidak mengandung vaksin). Sebanyak 51 orang dari total 8.197 orang yang mend apat vaksin terinfeksi HIV. Adapun kelompok plasebo, dari total 8.198, sebanyak 74 orang terinfeksi. Jadi ada selisih 23 orang atau sekitar 15 %. Penemuan Vaksi n ini dinilai beberapa pihak belum sempurna, masih perlu tahap-tahap selanjutnya untuk meneympurnakan formulasi dari vaksin ini, agar dapat mendapatkan izin lic ensi obat E. HOMEOSTATIS TUBUH Respon tubuh terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menja di 3 fase (1)Alarm reaction (reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat menga tasi stressor (perubahan) dengan baik.(2).The Stage of resisten (reaksi pertahan an), reaksi terhadap stresor sudah melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis dan somatic.(3).Stage of Exhaustion (reaks i kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik tampak jelas. .

BAB III PEMBAHASAN A. ISTILAH-ISTILAH KHUSUS 1. Elisa Western Blot (Enzym Linked Immunosorbent ASSA Y) adalah Tes mendeteksi antibody yang dibuat tubuh terhadap virus HIV . Menunju kan virus terdapat pada darah. 2. Neutropenia adalah 3. Anemia normositik normok rom adalah hemolisis, bisa juga terjadi karena terapi zidofudin (untuk menahan r eplitasi virus), gangguan pada sumsum tulang belakang. 4. Limfosit CD4+ adalah s el yang mencakup monosit, reseptor pembentuk antibody (T helper, monosit, makrof ag), paling banyak diantara monosit dan makrofag. Penentu klasifikasi AIDS palin g parah. B. KONSEP PENYAKIT AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpu lan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang dis ebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrom Cacat Kekeb alan Tubuh Dapatan Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan O DHA (orang dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam pen yakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama kelamaan akan me nyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. AIDS adalah sekumpulan gejala yan g menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh fa ktor luar (bukan dibawa sejak lahir). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefci ency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare) AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon im un tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan

imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian da n dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Center for Disease Control an d Prevention) Gejala AIDS Gejala Mayor : BB menurun atau gagal tubuh Diare > 1 b ulan (kronis/berulang) Demam > 1bulan (kronis/berulang) Infeksi saluran nafas ba wah yang parah atau menetap Gejala Minor : Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali Kandidiasis or al Infeksi THT yang berulang Batuk kronis Dermatitis generalisata Encefalit C. ETIOLOGI AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II , LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Faktor Resiko Pria dengan homoseksual Pria dengan biseksual Pengguna IV drug Transfuse darah P asangan heteroseksual dengan pasien infeksi HIV Anak yang lahir dengan ibu yang terinfeksi

Diketahui bahwa virus dibawa dalam limfosit yang terdapat pada sperma memasuki t ubuh melalui mucosa yang rusak, melalui ASI, kerusakan permukaan kulit. Ditulark an dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah, semen, c airan vagina dan air susu ibu. D. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya me ngenai setiap sistem organ Pneumonia disebabkan oleh protozoa pneumocystis carin i (paling sering ditemukan pada AIDS) sangat jarang mempengaruhi orang sehat. Ge jala: sesak nafas, batukbatuk, nyeri dada, demam tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental) Gagal nafas apat terjadi 2 3 hari TBC Nafsu makan menurun, mual, muntah Diare merupakan masa lah pada klien AIDS 50% 90% Kandidiasis oral infeksi jamur Bercak putih dalam ro ngga mulut tidak diobati dapat ke esophagus dan lambung Wasthing syndrome penuru nan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis, diare, anoreksia, amlabsorb si gastrointestinal) Kanker: klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya stim ulasi HIV terhadap sel kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dangan defesiens i kekebalan mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna Sarcoma kaposis kelain an maligna berhubungan dengan HIV (paling sering ditemukan) penyakit yang meliba tkan endotel pembuluh darah dan limfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pada k ulit sebagian tungkai terutama pada pria. Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dapat menyebabkan statis aliran vena, limfedema serta ra sa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan terhadap infeksi.

Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis gangguan pada saraf p usat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf pusat mencakup inflamasi , atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis. Herpes zoster pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit. Dermatitis seboroikruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan wajah. Pada wanita: kandidiasis vagina dapat merupakan tanda pertama yang menunjukkan H IV pada wanita. E. KOMPLIKASI a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia or al,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. b. Neurologik kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (H IV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. Enselophaty akut, karena reaksi terapeu tik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepa la, malaise, demam, paralise, total / parsial. -. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. - Neuropati karen a imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) c. Gast rointestinal - Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, l impoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi. - Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, ga tal-gatal dan siare. d. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic dan Carinii, stron gyloides cytomegalovirus, dengan virus efek influenza, nafas pneumococcus, pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. e. Dermatologik Lesi kulit st afilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,in feksi skunder dan sepsis. f. Sensorik - Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungt iva berefek kebutaan - Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, keh ilangan pendengaran dengan efek nyeri. F. PATOFISIOLOGI Kontak dengan darah kontak seks kontak ibu bayi HIV masuk ke dalam tubuh Netrofil neutropenia HIV berikatan Lim T, monosit, makr ofag Hiv berdifusi dengan CD4+ Inti virus masuk ke dalam sitoplasma RNA virus ol eh integrase endunuklease DNA enzim reverse transcriptase Integrasi DNA virus + Prot. Pada T4 (provirus) mRNA ditranslasi Prot. Virus RNA genom dilepas Ke sitoplasma Tunas virus Infeksi sel T lain KURANG PENGETAHUAN Virion HIV baru terbentuk (di limfoid) AIDS Respon imun

Humoral Sel B dihasilkan antibody spesifik Diferensiasi dlam plasma pengaruh ika tan pda tes ELISA mudahnya transmisi penularan isolasi sosial GANGGUAN HARGA DIR I IGM & IGG Lawan CD4+ yg terinfeksi CD4+ CD8 IL-2 Seluler APC aktifkan CD4+ terinfeksi virus (sel T helper) interferon gamma IL-12 aktivitas INTOLERANSI Tidak mengintensifkan AKTIVISistem imun TAS rangsangan pembentukan sel B Sistem kekebalan tubuh Sel rentan Mutasi gen Pembelahan sel berlebihan Picu sel kanker rentan infeksi pengeluaran mediator kimia sitokinin pirogenindogen set su hu oleh hipotalamus onterior demam RESIKO GANGGUAN THERMOREGULASI Menginfeksi pa ru-paru eksudat gangguan jalan nafas suplay O2 difusi O2 terganggu hipoksia sesa k nafas RESIKO POLA NAFAS TAK EFEKTIF Saluran pencernaan Mukosa teriritasi Pelep asan as.amino bakteri mudah masuk imun tidak ada metabolisme sel ATP kelemahan I NTOLERANSI AKTIVITAS inhalasi & ekhalasi terganggu RESIKO BERSIHAN JALAN NAFAS T AK EFEKTIF aktifkan flora normal RESIKO INFEKSI (OPORTUNISTIK)

Metabolisme protein BB < dari normal RESIKO GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI peristaltik absorpsi air diare GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT absorps i nutrisi G. ASUHAN KEPERAWATAN Rencana asuhan keperawatan a. Nama Usia Jenis kelamin Berat b adan Tinggi badan Diagnosa medis Keluhan utama Riwayat kesehatan Pengkajian : Tn . A : 35 tahun :Laki-laki : 50 kg : 170 cm : Acquired imuno deficiency sindrome (AIDS) : lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari : sering mendadak me ngidap flu yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika nyaris pingsan hany a karena flu. Pemeriksaan lab : ELISA Western Blot (+) Neutropenia Anemia normos itik normokrom Limfosit CD4+ 180 sel/ L Analisa data Data menyimpang DO: Etiologi Infeksi bakter Masalah keperawatan Tidak ada Defisit tubuh absorpsi air volume cairan DS: klien mengaku diare pertahanan selama 40 hari peristaltic Diare DO: DS: berhubungan dengan diare. Virus menempel pada CD4 CD4 kekebalan Resiko Bersihan jalan nafas tak efektif Virus menginfeksi paru

eksudat DO: DS: Mukosa teriritasi Resiko ketidakseimbangan Pelepasan asam amino Hipermetabolisme protein nutrisi kurang dari kebutuhan DO: Suplai oksigen ATP Kelelahan DS: klien mengeluh lemah, metabolisme sel lemas tidak bergairah DO: DS: DO: DS: DO: DS: HIV dinyatakan + Isolasi sosial diketahui publik Infeksi bakter pertahanan tubuh Isolasi sosial merasa Gangguan harga diri Tidak ada Resiko infeksi diasingkan b. Diagnosa keperawatan Resiko Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan deng an peningkatan secret paru Defisit volume cairan berhubungan dengan diare berhub ungan dengan diare berat yang ditandai klien mengaku diare selama 40 hari Ketida kseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolisme pr otein Intoleransi metabolisme Resiko infeksi Resiko Isolasi social berhubungan d engan perubahan status kesehatan Resiko Gangguan harga diri berhubungan dengan p erubahan status keshatan c. Intervensi Diagnosa Rencana tindakan tujuan Interven si rasional aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy 1. Resiko Bersihan 1. jalan nafas bersih jalan nafas tak - Kaji status respiratorius, Memudahkan intervensi mencakup frekuensi,

efektif irama, penggunaan otototot aksesorius dan suara pernapasan. Lakukan specimen dianalisis. pengambilan Memudahkan sutum untuk pemeriksaan pasien Terapi dilakukan pulmoner untuk mencegah stasis sedikitnya sekresi dan setiap dua jam sekali meningkatkan bersihan jalan napas. - Berikan bantuan dalam Memudahkan merubah posisi. pengeluaran sekret Berikan kesempatan Meningkatkan pertahanan tubuh istirahat yang cukup. - Berikan oksigen yang untuk mempertahankan yang sudah dilembabkan untuk ventilasi tindakan pengisapan memadai. lender (suctioning) 2. Defisit cairan berhubungan dengan diare. volume 1. Mengga nti volume cairan yang hilang 2. Menghentikan diare - Berikan cairan IV. mempert ahankan cairan intake dan output yang adekuat. - Monitor status nutrisi. - Monit or vital sign. Memudahkan intervensi

- Monitor pemasukan Mengontrol status cairan dan makanan dan nutrisi hitung cairan. 3. Resiko Ketidakseimbang an nutri si kurang dari kebutuhan 1. Mempertahank - Kaji an berat badan adanya alergi men gidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi. membantu rencana memenuhi indiv idual diet dalam untuk intake kalori makanan. kebutuhan - Kolaborasi dengan ahli mengawasi gizi untuk menentukan kalori atau masukkan kualitas konsumsi jumlah kalori dan nutrisi kekurangan yang dibutuhkan. makanan - Monitor jumlah nutrisi mengawasi berat penurunan atau dan kandungan kalori. badan efektivitas nutrisi intervensi - Anjurkan pasien unutk mengawasi efektivitas meningkatkan Fe, protein, nutrisi dan vitamin C. - Monitor adanya mempertahankan posisi yang cukup penurunan berat badan.

- Monitor muntah. mual dan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan. 4. Intoleransi aktivitas 1. mampu melakukan - Pantau kemampuan pasien Mengawasi identifikasi aktivitas se suai yang diinginkan untuk (ambulasi), pasien. bergerak dan dan mempermudah ADL intervensi - Susun rencana rutinitas menjaga keseimbangan harian. antara aktivitas dan istirahat yang mungkin diperlukan. - Kolaborasi pengungkapan mudah lelah. 5. Resiko infeksi 1. untuk menentukan penyebab menghadapinya. strategi mencegah - Kepada pasien dan orang Mengidentifikasi resiko yang merawatnya dimin ta infeksi untuk memantau tandatanda infeksi ; seperti gejala menggigil, demam/p anas, keringat terjadinya infeksi malam, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas yang pendek,

kesulitan bernapas, rasa sakit pada mulut atau kesulitan menelan, bercak-bercak putih pada rongga mulut, penurunan berat pembengkakan badan, kelen jar limfe, mual, muntah, diare persisten, berkemih, mulai dan sulit nyeri sering unt uk saat berkemih, sakit kepala, perubahan penurunan visual daya dan ingat, kemerahan, pembngkakan atau pengeluaran secret pada kulit, lesi vaskuler pada wa jah, bibir atau daerah perianal. - Pantau hasil laboratorium Memudahkan intervensi yang infeksi. menunjukkan - Penyuluhan mencakup pasien Mencegah strategi secara mandiri infeksi pencegahan infeksi. 6. Resiko sosial Isolasi 1. peningkatan rasa - Lakukan penil aian tingkat Mengurangi percaya diri interaksi social pasien. negative pasien pe rasaan Lakukan tindakan Membantu

pengendalian dirumah dirumah memberikan sakit infeksi memantapkan atau partisipasi untuk hubungan sosial kontribusi pada atas emosi pasien. - Perawat harus memahami megurangi faktor-faktor dan menerima penderita yang tur ut membuat AIDS dan keluarga serta pasien meras terisolasi. pasangan seksualnya. - Berikan informasi tentang membantu pasien agar cara melindungi diri tidak meng hindar sendiri dan orang lain kontak social. dan 7. Gangguan harga 1. meningkatkan harga - Periksa keadaan status Mengidentifikas i diri diri klien mental pasien. memudahkan intervensi - Bantu pasien dan keluarga Mengurangi untuk memahami dan negative pasien semua yang terjadi perasaan mengatasi perubahan dalam proses berpikir. - penempatan lonceng dan melindungi pasien dari tombol pemanggil yang cedera, mu dah dijangkau.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk menegakkan dia gnosa infeksi HIV/AIDS berdasarkan tes yang dapat mendeteksi adanya antigen dan antibody HIV. Ketika HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan membentuk ant ibody sebagai respon tubuh terhadap infeksi. Sehingga apabila pada darah seseora ng terdapat antibody HIV, maka seseorang tersebut adalah terinfeksi. Kebanyakan orang membentuk antibody HIV antara 6-2 minggu dari waktu infeksi. Dan pada kasu su yang jarang dapat mencapai waktu 6 bulan. Melakukan tes HIV dalam waktu kuran g dari 3 bulan sejak terinfeksi dapat menghasilkan hasil yang meragukan karena p ada waktu tersebut kemungkinan orang yang terinfeksi belum membentuk antibody te rhadap HIV. Waktu antara seseorang terinfeksi dan pembentukan antibody HIV diseb ut window period. Pada masa ini tidak ditemukan antibody HIV pada tubuh mereka. Tetapi pada window period dapat menularkan virus HIV pada orang lain walaupun ha sil tes HIV negative karena orang tersebut memiliki HIV dengan level yang tinggi pada darah, cairan-cairan seksual ataupun ASI. Di Amerika Serikat dilakukan kom binasi dua tes antibody HIV. Apabila antibody HIV dideteksi pada tes awal (ELISA ), lalu dilakukan tes kedua yaitu Western Blot untuk mengukur antigen yang berik atan dengan antibody. Test ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay) ELISA merupakan komponen integra l dari laboratorium klinik. Tingkat sensitifitas yang tinggi dan minimnya pengun aan radioisotop menyebabkan tes ini luas digunakan untuk mendeteksi antigen dan antibody secara kualitatif dan kuantitatif. Jika digunakan dengan baik, tes ini mempunyai sensitifitas > 98%. Dasar pemeriksaan ini adalah mereaksikan antigen H IV dengan serum. Apabila di dalam serum terdapat antibody HIV, akan terjadi ikat an antigen-antibody. Serum ditambahkan anti IgG yang bertanda peroksidase. Terja di ikatan antigen-antibody dengan anti IgG peroksidase. Peroksidase yang terikat akan memecah substrat yang ditambah sehingga menghasilkan perubahan warna yang akan dibaca dengan spektrofotometer. Njika

terdeteksi antibody virus di dalam jumlah besar akan memperlihatkan warna yang l ebih tua. Bila tes anibody berdasrkan ELISA digunakan untuk skrining populasi de ngan prevalensi infeksi HIV yang rendah(misalnya donor darah), hasil yang positi f dalam sampel serum harus dikonfirmasi dengan tes ulang. Hal ini untuk mencegah hasil pemeriksaan yang positif palsu atau negative palsu. Oleh karena itu, peme riksaan ELISA diulang dua kali, dan jika menunjukkan hasil positif, dilakukan pe meriksaan yang lebih spesifik untuk konfirmasi. Tes Western Blot Tes Western Blot merupakan cara pemeriksaan yang lebih spesifik , dimana antibody terhadap protein HIV dari berat molekul tertentu dapat terdete ksi. Tes ini menggunakan kombinasi dari elektroforesis dan tes ELISA sehingga da pat menentukan respon terhadap berbagi protein spesifik. Cara pemeriksaan, HIV y ang telah dimurnikan kemudian dielektroforesis dam gel poliakrilamid. Hasil pemi sahan berabagi antigen HIV dipindahkan ke kertas nitoroselulosa yang kemudian di potong menjadi potongan-potongan kecil dan diinkubasi dengan serum yang diperiks a. Adanya antigen HIV akan menghasilkan pita-pita pada berat molekul yang sesuai . Tes Western Blot paling sering digunakan untuk konfirmasi dari tes skrining se rologic reaktif untuk antibody HIV. Tes ini dianggap positif untuk HIV-1 bila me ngandung pada pita-pita pada berta molekul yang sesuai untuk protein inti virus (p24) atau glikoprotein selubung gp41, gp120 atau gp160. kemampuan untuk mengena li reaktifitas spesifik terhadap protein tertentu menyebabkan tes ini mempunyai tingkat spesifitas yang tinggi. PCR (Polymerase Chain Reaction) Tes ini digunaka n untuk mendeteksi materi genetic virus pada darah. Pemeriksaan ini sangat akura t dan dapat mendeteksi infeksi virus HIV secara dini. Tes PCR dapat mendeteksi v irus 14 hari setelah infeksi. Dalam penelitian infeksi HIV digunakan 2 bentuk PC R, yaitu PCR DNA dan PCR RNA. PCR RNA telah digunakan, terutama untuk memantau p erubahan kadar genom

HIV yang terdapat dalam plasma. Pengujian PCR ini menggunakan metode enzimatik u ntuk mengaplifikasi RNA HIV sehingga dengan cara hibridisasi dapat dideteksi. Te s berbasis molekuler ini merupakan cara yang sangat sensitif. Pengujian PCR DNA dikerjakan dengan mengadakan campuran reaksi dalam tabung mikro yang kemudian di letakkan pada blok pemanas yang telah deprogram pada seri temperature yang diing inkan. Pada dasarnya target DNA diekstraksi dari spesimen dan secara spesifik me mbelah dalam tabung sampai diperoleh jumlah yang cukup yang akan digunakan untuk deteksi hibridisasi. Diagnosis awal infeksi HIV pada bayi yang lahir dari ibu y ang terinfeksi HIV sulit dilakukan karena adanya antibody maternal membuat tes-t es serologik tidak bersifat informatif. Pengujian PCR dapat memperkuat adanya ge nom HIV dalam serum atau sel sehingga bermanfaat dalam diagnosis. Uji ini mempun yai sensitifitas 93,2% dan spesifitas 94,9%. I. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV sertamal ignasi, penghentian replikasi virus lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihansystem immune melalui penggunaan preparat immunomodulator. Misalnya : a. Untuk infeksi umum biasanya digunakan trimetopirin-sulfametoksasol (preparat antibakteri) untuk mengatasi berbagai organism yang menyebabkan infeksi b. Untuk diare digunakan terapi oktreotid asetat yaitu analog sintetik somastostatin. c. Penggunaan pentamidin suatu obat anti protozoa untuk melawan PCP. Kombinasi tri metoprin oral dan dapson terbukti juga sangat afektif untuk PCP yang ringan hing ga sedang. d. Refabutin ternyata efektif untuk mencegah MAC(mycobacterium Avium Complex) pada penderita infeksi HIV dengan jumlah sel CD4+ sebesar 200 sel/mL at au kurang. e. Terapi primer yang mutakhir untuk meningitis triptokokus adalam am foterisin B IV dengan atau tanpa flusitosin .

f. Penggunaan gansiklovir untuk mengobati retinitis CMV (cytomegalovirus). Tapi karena gansiklofir tidak mematikan virus hanya mengendalikan pertumbuhannya, mak a obat ini harus diberikan sepanjang sisa usia pasien. Selain itu ada juga yang menggunakan foskarnet, sebuah preparat yang bisa digunakan untuk mengobat CMV. I ni digunakan dengan cara disuntikkan intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hing ga 3 minggu. Reaksi merugikan yang biasanya timbul akibat penggunaan foskarnet a dalah agagl ginjal, dan gangguan keseimbangan elektrolit. g. Asiklofir dan foska rnat kini juga digunakan untuk mengobati ensefalitis yang disebabkan oleh herpes simplek atau herpes zoster. h. Pirimetamin dan sulfadiazine atau klindamisin di gunakan untuk pengobatan maupun terapi supresif seumur hidup bagi infeksi toxopl asmosis gondii. 2. Penatalaksanaan diare kronik Terapi dengan oktreotid asetat ( sandostatin) yaitu suatu analog sintetik somastostatin ternyata efektif untuk me ngatasi diare yang berat dan kronik. Konsentrasi receptor somastostatin yang tin ggi ditemukan dalam trakstus gastrointestinal maupun jaringan lainnya. Somastati n akan menghambat banyak fungsi fisiologi yang mencakup motilitas gastrointestin al dan sekresi intestinal air serta elektrolit. 3. Penatalaksanaan syndrome Peli sutan Mencakup penanganan penyebab yang mendasari infeksi opurtunis sistemik mau pun gastrointestinal. Malnutrisi sendiri akan memperbesar risiko infesi dan dapa t pula meningkatkan insiden infeksi opurtunis. Terapi nutrisi harus disatukan da lam keseluruhan rencana penatalaksanaan dan harus disesuaikan untuk memenuhi keb utuhan nutrisi pasien. Terapi utrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral dan pem berian makanan lewat sonde hingga dukungan nutrisi parental ila diperlukan. Juml ah kalori yang butuhkan harus dihitung bagi semua penderita AIDS yang mengalami penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Pnghitungan ini dilakukan un tuk mengevaluasi status nutrisi pasien dan memulai terapi nutrisi yang tepat.

Advera merupakan suplemen nutrisi yang dibuat khusus untuk penderita infeksi HIV dan penyakit AIDS. Megastrol asetat (Megace) yaitu suatu preparat sintetik prog esterone oral yang digunakan untuk pengobatan payudara akan menggalakkan kenaika n berat badan yang signifikan dan mnghambat sintesis sitokin IL-1. J. OBAT-OBATAN Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian. J enis obat-obat antiretroviral : Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhib itors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia. Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam D NA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nuke s dan Non-Nukes. Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360). Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DN A menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.). Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam peneliti an tahap lanjut pada manusia. Obat antisense, merupakan bayangan cermin kode genetik HIV yang mengikat pada viru s untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan. Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengu bahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang membantu pem

bentukan protein-protein aktif disebut protease.

Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase memban tu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-oba tan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan vir us yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghamb at proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat me nghentikan proses pembentukan virus baru secara total. Obat-obatan lain yang sek arang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat enzim protease. Da ri DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya, p rotein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengakt ifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein pada temp at tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan mengha silkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim. K. PENULARAN HIV dapat menular melalui : 1. Hubungan seks yang tidak terlindung baik melalui vagina, anal maupun oral dengan pasangan yang mengidap HIV/AIDS. 2. Tranfusi darah yang mengandung HIV/AIDS 3. Jarum suntik, alat tusuk lainnya (ak upunktur, tindik, tatto), pisau cukur, sikat gigi bekas dipakai orang yang mengi dap HIV/AIDS 4. Pemindahan virus dari ibu hamil pengidap HIV/AIDS kepada janin d an ASI HIV tidak menular dengan : 1. Hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, asal tida k berhubungan seksual

2. Jabat tangan, mengobrol, memeluk, berciuman pipi, bersonggolan badan dengan p enderita HIV/AIDS 3. Penderita HIV/AIDS bersin, batuk, berkeringat, mengeluarkan air mata 4. Digigit serangga, nyamuk dan binatang peliharaan 5. Berenang bersam a-sama di kolam renang 6. Menggunakan toilet bersama-sama 7. Makan dan minum bersama L. PENCEGAHAN Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belu m terinfeksi HIV AIDS. Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan bagaimana vir us ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan, sebarkan pengetahuan in ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan kerabat. Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang oran g menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting. Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS adal ah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU ( inj ection drug user). Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan ko ndom saat berhubungan seks *ya iyalah, masak pas makan pake kondom?* cukup efekt if mencegah penularan HIV AIDS melalui seks. Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National Ins titutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki re siko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi. Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi, sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali. Pencegahan bagi penderita yang sudah terkena infeksi :

Beritahu partner seks bahwa anda telah positif HIV AIDS. Pemahaman patner seks t erhadap status HIV sangatlah penting untuk antisipasi paska seks agar tidak menu lar ke yang lain. Jika anda hamil, segera konsultasikan dengan tim medis terdekat agar mendapat pe nanganan khusus. Hindari donor darah dan donor organ. Jangan biarkan orang lain memakai sikat gig i dan barang-barang pribadi lainnya, meskipun kemungkinan tertular melalui baran g-barang pribadi ini sangat kecil, tapi tetap saja masih ada kemungkinan. Beritahukan status HIV AIDS anda kepada orang yang terpercaya. Selain untuk meli ndungi orang lain, hal ini juga untuk memastikan bahwa anda mendapat perawatan d ari orang tersebut. M. STADIUM AIDS 1. Stadium Pertama : HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV ked alam tubuh dan diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap v irus berubah dari negatif menjadi positif. Rentang waktu dari masuknya HIV hingg a tes antibodi positif disebut Window Period, lamanya 1 ? 6 bulan. Pada stadium ini sudah dapat menularkan bahkan sangat menular. 2. Stadium Dua : Asimptomatik (tanpa gejala) Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV teta pi tubuh tidak menunjukkan gejala sakit. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5 ? 10 tahun. Fase ini juga menular walau penderita tampak sehat-sehat saja. 3. Stadium Tiga : Pembesaran kelenjar limfe Fase ini ditandai dengan pembesaran ke lenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan. 4. Stadium Empat : AIDS Keadaan ini disertai dengan adanya bermacam-macam penyakit antara lain penyakit konstitusional, penya kit syaraf dan penyakit infeksi sekunder.

N. UNIVERSAL PRECAUTION 1. Cuci tangan selama 10 menit dengan sabun dengan air y ang mengalir dan menggosokkannya sebelum menyentuh pasien serta saat kedua tanga n kotor 2. Mengenakan sarung tangan berseih sebelum menyentuh membrane mukosa at au kulit yang tidak utuh. 3. Kenekan gaun atau apron plastic ketika terdapat kem ungkinan pakaian atau kulit menjadi kotor 4. Kenakan masker ketika bekerja langs ung pada kulit dengan bagian terbuka yang luas atau ketika terdapat kemungkinan terkenanya membrane mukosa nasal dengan substansi tubuh yang basah. 5. Buang jar um suntik bekas pakai, jangan memasang kembali tutup jarum bekas dengan tangan, berhati-hati ketika memanipulasi alat-alat kecil seperti heparin lock. 6. Tempat kan semua sampah dan kain kotor dalam kantong yang tertutup ketat, kenakan sarun g tangan dan pakaian pelindung ketika menangani sampah . O. KOMUNITAS dan PSIKOSOSIAL Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bi dang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan, meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosi al, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya ya ng lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dima na hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Paradigma Keperawatan Kom unitas Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat. 1. Individu Sebagai Klien Individu adalah anggota keluarga yang uni k sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Per an perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarny a yang mencakup kebutuhan biologi, sosial,

psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan p engetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien. 2. Keluarga Sebag ai Klien Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara ter us menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun se cara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keselur uhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan s alah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu : a. Keluarga adalah unit utama dala m masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. b. Kelu arga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun men gabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri. c. Masalah kesehatan did alam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluar ga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. 3. Masyarakat Sebagai Kl ien Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenis ikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Bulum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu li ngkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari l ingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang be rkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Co ntoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan a ir bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang diba wanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling

berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Fokus Keperawatan Komuni tas 1. Aspek interpersonal: hubungan didalam keluarga. Pada kasus ini contohnya, dimana keluarga pasien harus memberi perhatian yang lebih untuk si pasien, jang an menjauhinya. Perawat menjelaskan pada keluarga, meskipun penyakit ini menular , tapi si pasien harus diberikan perhatian. 2. Aspek social: hubungan keluarga d engan masyarakat sekitarnya. Teman-temannya jangan menjauhi. Jangan membatasi pe rgaulan, tapi harus menjaga sikapnya. 3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengatasi perubahan yang terjadi. Misalnya menjaga asupan gizinya, memberikan pemahaman kepada keluarga tentang flu babi dengan ta pat. 4. Aspek teknis: melatih keluarga teknik teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga dirumah Mengajarkan batuk efektif. Pemberian obat yang teratur, jangan sampai lupa, pengompresan saat panas. Menyediakan kamar yg dapat dimasuki cahaya . Konsep pencegahan penyakit pada keperawatan komunitas : 1. Primer: healthy pro motion dan spesifik protection Healthy promotion: promosi kesehatan dengan melak ukan penyuluhan Spesfik protection: melakukan Vaksin 2. Sekunder: early diagnosi s trethment dan disability Early diagnosis trethment: diagnosis lebih awal dan p enangan yang tepat. Disability: mengurangi ketidakmampuan pasien. 3. Tersier: re habilitasi pasien yang sudah sembuh. Dalam segi aspek komunitas, pencegahan bisa dimulai dengan memberikan Pendidikan Kesehatan dimulai sejak dini, bisa melalui keluarga, lembaga formal seperti sekolah, dan masyarakat. Sedangkan dalam aspek psikososial, dalam melakukan tes HIV harus bersifat: 1. Sukarela, artinya bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya se ndiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain. Ini juga berarti bahwa dirina setu ju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang

tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes itu, serta apa saja implikasi dari hasil positif ataupun negatif. 2. Rahasia, artinya apapun hasil tes ini nantinya (baik positif ataupun negatif) hasilnya hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua, pasangan, atasan atau siapapun. Mengingat begitu pentingnya unt uk memperhatikan Hak Asasi Manusiadi dalam masalah tes HIV ini, maka untuk orang yang akan melakukan tes harus disediakan jasa konseling, yaitu: 1. Konseling Pr e-test: Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani te s itu diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui rsiko da ri perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui ha sil tes. Konseling pre-test juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap kepu tusan untuk melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila nanti has ilnya positif. 2. Konseling Post-test: Yaitu konseling yang harus diberikan sete lah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif ataupun negatif. Konseling ini sa ngat penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengetah ui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasi dan me njalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV negative, konseling post-test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang. Perlu diperhatikan bahwa proses konseling, testing dan hasil tes h arus dirahasiakan. P. ASPEK LEGAL ETIS Konsep legal dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan Pasien HIV/AIDS Prinsip etik yan g harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, dan internasional dalam m enghadapi HIV/AIDS 1. Empati

Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih saya ng dan keadilan saling menolong 2. Solidaritas Secara bersama-sama membantu meri ngankan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan oleh HIV/AIDS 3. Tanggung jaw ab Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA (Dep kes RI, 2003) Isu Etik dan Hukum pada Konseling Pre-Post Tes HIV Konseling Pre-Post Tes HIV Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dan tu juan yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk membantu klien mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterb atasan yang diberikan lingkungan. Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau ko nseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum atau sesudah tes darah di laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed co nsent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan be nar. Pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas yang sangat terlatih dan memilik i keterampilan konseling dan pemahaman akan HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh k onselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat, pekerja sosi al, dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain. Informed consent untuk Tes HIV/AIDS Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam sampel darahnya.

Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti s tatus kesehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya selama ini Tes HIV harus bersifat : 1. Sukarela : Bahwa seseorang yang akan melakukan tes H IV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan or ang lain ini juga berarti bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui h al-hal apa saja yang mencakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari te s HIV, serta apa saja implikasi dari hasil positif ataupun negatif tersebut. 2. Rahasia : Apapun hasil Tes ini (baik positif maupun negatif ) hasilnya hanya bol eh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan 3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua/pasangan, atasan atau siapapun Aspek Etik dan Legal Tes HIV Informed consent adalah peresetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan di lakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989) Dasar dari informed consent y aitu : a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang mem adai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya b. K epmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16 : Dalam melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tinda kan yang akan dilakukan c. PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 : Bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informa si dan meminta persetujuan d. UU No. 23 Tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasa l 15 ayat 2 : Tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan ya ng bersangkutan atau keluarga Semua tes HIV harus mendapat informed consent dari klien setelah klien diberikan informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes positif atau negatif yang

berupa konseling prates. Dalam menjalankan fungsi perawat sebagai advokat bagi k lien, sedangkan tugas perawat dalam in formed consent telah meliputi tiga aspek penting yaitu : a. Persetujuan harus diberikan secara sukarela b. Persetujuan ha rus diebrikan oleh individu yang mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk memaham i c. Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan Persetujuan pada tes HIV harus bersifat jelas dan khusus, maksudnya, persetujuan diberikan terpisah dari persetujuan tindakan medis atau tindakan perawatan lain (Kelly 1997 dalam Chitty 1993). Persetujuan juga sebaiknya dalam bentuk tertuli s, karena persetujuan secara verbal memungkinkan pasien untuk menyangkal persetu juan yang telah diberikannya di kemudian hari. Depkes Afrika pada Bulan Desember 1999 mengeluarkan kebijakan tentang perkecualian di mana informed consent untuk tes HIV tidak diperlukan, yaitu untuk skrining HIV pada darah pendonor dimana d arah ini tanpa nama. Selain itu informed consent juga tidak diperlukan pada peme riksaan tes inisial (Rapid Test) pada kasus bila ada tenaga kesehatan yang terpa par darah klien yang di curigai terinfeksi HIV, sementara klien menolak dilakuka n tes HIV dan terdapat sampel darah.

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejal a penyakit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh sese orang yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV menyebabkan me nurunnya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur secara efektif yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap b erbagai jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan ol eh tubuh. Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gottlieb pertengahan tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik suntik di Los An gles, Amerika Serikat. Sejak penemuan ini, dalam beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah penderita dengan syndrom yang sama dari 46 negara bagian Amerika Serika t lainnya. Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampak yang t erlihat pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya cara penang anan dan pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kala ngan masyarakat 4.2 SARAN Karena HIV merupakan penyakit yang tejadi secara cepat dalam penularannya, maka harus dilakukan berbagai macam pencegahan, diantaranya : Tidak berganti-ganti pasangan seksual Pencegahan kontak darah, misalnya pencegah an terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang Dengan formula A-B-C : o o ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah BE FAITHFUL ar tinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja o CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom.

DAFTAR PUSTAKA Brunner&suddart.2005.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta;EGC Nursal am, M.Nurs (Hons) dan Ninuk Dian kurniawati, S.Kep.Ns. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba medika Smeltzer,Suzanne C.200 1.Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.Jakarta;EGC http://pemudaindonesiabaru.blogspot .com http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_sa at_ini/ http://www.dinkes-diy.org http://www.lusa.web.id/penyakit-imunologi-hivaids/

You might also like