You are on page 1of 7

ISU LEGAL BERKAITAN DENGAN PENGATURAN PRAKTEK KEPERAWATAN DI INDONESIA 1.

PENGERTIAN ISU Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, hari kematian ataupun tentang krisis. 2. PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL Praktik keperawata adalah Tindakan mandiri perawat professional melalui kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. 3. TIPE TINDAKAN LEGAL Terdapat dua macam tindakan legal: tindakan sipil/pribadi, dan tindakan kriminal. a. Tindakan sipil berkaitan dengan isu antara individu-individu. Contohnya: seorang pria dapat mengajukan tuntutan terhadap seseorang yang diyakininya telah menipunya. b. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat secara keseluruhan. Contohnya: jika seorang pria menembak seseorang, masyarakat akan membawanya ke persidangan. 4. ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN BERKAITAN DENGAN HAK PASIEN Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya. Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. HAK PASIEN ANTARA LAIN : 1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur 2. Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu 3. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai dgn peraturan yang berlaku di RS 4. Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap penyakitnya 5. Privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya 6. Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik, alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya. 7. Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat

8. Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri 9. Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis 10. Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya 11. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan 12. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual 13. Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter 14. Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987) KEWAJIBAN PERAWAT : 1. Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP 2. Menghormati hak pasien 3. Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani 4. Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-undangan 5. Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan 6. Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik scr tertulis maupun lisan 7. Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yg berlaku 8. Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik 9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK 10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg kewenangan 11. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 12. Mentaati semua peraturan perundang-undangan 13. Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota tim kesehatan lainnya. HAK-HAK PERAWAT 1. Hak perlindungan wanita. 2. Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum. 3. Hak mendapat upah yang layak. 4. Hak bekerja di lingkungan yang baik 5. Hak terhadap pengembangan profesional. 6. Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan. 5. AREA LIABILITAS POTENSIAL 1. Malpraktik Malpraktik mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat dalam profesi atau pekerjaan yang sangat membutuhkan keterampilan teknis atau profesional. Unsur bukti malpraktik keperawatan adalah : a. Tugas perawat terhadap klien untuk memberikan perawatan dan mengikuti standar yang dapat diterima b. Pelanggaran tugas yang dilakukan oleh perawat, c. Cedera yang terjadi pada klien d. Hubungan kausal antara pelanggaran tugas dan cedera yang disebabkan oleh pelanggaran tersebut. 2. Dokumentasi Pepatah lama menyatakan bahwa, tidak melakukan dokumetasi berarti tidak benar-benar melakukan keperawatan. Menurut hukum, jika sesuatu tidak didokumentasikan, berarti pihak yang bertanggungjawab tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Jika perawat tidak melaksanaknnya atau

menyelesaikan suatu aktivitas atau mendokumentasikannya secara tidak benar, dia dapat dituntut melakukan kelalaian atau malpraktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat dipercaya secara legal, yaitu harus memberika laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien. Tappes, weiss, dan whitehead (2001) menyatakan bahwa dokumentasi dapat dipercaya apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Dilakukan pada periode waktu yang sama-perawata didokumentasikan pada waktu perawatan diberikan. b. Akurat, laporan yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawat dan bagaimana klien berespons. c. Jujur, dokumentasi mencakup laporan yang jujur mengenai apa yang sebenarnya dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati. d. Tepat, apa saja yang dianggap nyaman oleh sesorang untuk dibahas dilingkungan umum didokumentasikan. 3. Pendelegasian American nurses association code for nurses (1995, 10) menyatakan,perawat melatih penilaian berbasis informasi dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mendapatkan konsultasi, menerima tanggung jawab, dan mendelegasikan aktivitas keperawatan kepada orang lain. Perawat bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan kepada kliennya meskipun perawatan tersebut telah didelegasikan kebawahan. Pada tahun 1990, national council of state boards of nursing (NCSBN) mendefinisikan pendelegasian sebagai pemindahan wewenang ke individu yang kompeten untuk melaksanakan suatu tugas keperawatan tertentu dalam situasi tertentu. Definisi ini ditegaskan kembali pada tahun 1995, untuk mendelegasikan tugas secara aman, perawat harus mendelegasikan dengan tepat dan melakukan supervisi secara teratur (Barter & Furmidger, 1994). 4. Persetujuan Tindakan (informed consent) Persetujuan tindakan adalah kesepakatan yang dibuat seorang klien untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi yang lengka, termasuk resiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi tersebut, telah diberikan oleh dokter.oleh karena itu, persetujuan tindakan dalah pertukaran antara klien dan dokter. 5.

6. MASALAH LEGAL DALAM KEPERAWATAN Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat : a. Kelalaian Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera. b. Pencurian Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian. c. Fitnah Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis. d. False imprisonment

Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter. e. Penyerangan dan pemukulan Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan. f. Pelanggaran privasi Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum. g. Penganiayaan Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya. 7. KEPERAWATAN DI INDONESIA Seiring dengan era reformasi dan era globalisasi di Indonesia saat ini, juga diikuti dengan perubahan pemahaman terhadap konsep sehat-sakit, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyebaran informasi tentang determinan kesehatan yang bersifat multifaktorial . Kondisi ini mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru yaitu paradigma sehat. Dalam perkembangannya keperawatan mengalami pasang surut sekaligus babak baru bagi kehidupan profesi keperawatan di Indonesia. Gambaran Keperawatan di Indonesia Kondisi keperawatan di Indonesia memang cukup tertinggal dibandingkan negaranegara ASEAN seperti Piliphina, Thailand, dan Malaysia, apalagi bila ingin disandingkan dengan Amerika dan Eropa. Pendidikan rendah, gaji rendah, pekerjaan selangit inilah paradoks yang ada. Rendahnya gaji menyebabkan tidak sedikit perawat yang bekerja di dua tempat, pagi hingga siang di rumah sakit negeri, siang hingga malam di rumah sakit swasta. Dalam kondisi yang demikian maka sulit untuk mengharapkan kinerja yang maksimal. Apalagi bila dilihat dari rasio perawat dan pasien, dalam satu shift hanya ada 2-3 perawat yang jaga sedangkan pasien ada 20-25 per bangsal jelas tidak proporsional (Yusuf,2006). Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Hal ini disebabkan kebijakan zero growth pegawai pemerintah, ketidakmampuan rumah sakit swasta mempekerjakan perawat dalam jumlah memadai, rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemahnya kemampuan berbahasa asing. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah. Fakta lain di lapangan, saat ini banyak tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas dengan status magang (tidak menerima honor seperserpun) bahkan ada rumah sakit yang

meminta bayaran kepada perawat bila ingin magang. Alasan klasik dari pihak rumah sakit mereka sendiri yang datang minta magang. Dilematis memang, tinggal di rumah menganggur , magang di rumah sakit/puskesmas tidak dapat apa-apa . Padahal kalau kita menyadari sebenarnya banyak sekali kesempatan dan tawaran kerja di luar negeri seperti :USA,. Canada, United Kingdom (Inggris), Kuwait, Saudi Arabia, Australia, New Zaeland, Malaysia, Qatar, Oman, UEA, Jepang, German, Belanda, Swiss (Yusuf, 2006). Kemampuan bersaing perawat Indonesia bila di bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipines dan India masih kalah . Pemicu yang paling nyata adalah karena dalam system pendidikan keperawatan kita masih menggunakan Bahasa Indonesiasebagai pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah bersaing di tingkat global. Salah satu tolak ukur kualitas dari Perawat di percaturan internasional adalah kemampuan untuk bias lulus dalam Uji Kompetensi keperawatan seperti ujian NCLEX-RN dan EILTS sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan (Muhammad, 2005) Sejak disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, terjadilah pergeseran paradigma keperawatan dari pelayanan yang sifatnya vokasional menjadi pelayanan yang bersifat professional. Keperawatan kini dipandang sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio,psiko,sosio dan spiritual yang komperehensif, dan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh siklus hidup manusia . Sebagai profesi yang masih dalam proses menuju perwujudan diri, profesi keperawatan dihadapkan pada berbagai tantangan. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi domain yaitu; Keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan, dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada suprasystem dan pranata lain yang terkait (Yusuf, 2006). Keluarnya Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan lebih mengukuhkan keperawatan sebagai suatu profesi di Indonesia. Adanya Undang-undang No. 8 tahun 1999 tetang Perlindungan Konsumen semakin menuntut perawat untuk melaksanakan praktik keperawatan secara profesional menjadi suatu keharusan dan kewajiban yang sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi. Penguasaan Ilmu dan keterampilan, pemahaman tetang standar praktik, standar asuhan dan pemahaman hak-hak pasien menjadi suatu hal yang penting bagi setiap insan pelaku praktik keperawatan di Indonesia (Yanto, 2001) Konsekuensi dari perkembangan itu harus ada jenjang karier dan pengembangan staf yang tertata baik, imbalan jasa, insentif serta sistem penghargaan yang sesuai dan memadai. Rendahnya imbalan jasa bagi perawat selama ini mempengaruhi kinerja perawat. Banyak perawat bergaji di bawah upah minimum regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000-Rp 1 juta per bulan tergantung golongan. Sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3,5 juta (Kompas, 2001) Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di Indonesia juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri. Tetapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan Perawat yang melakukan Praktek Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan yang sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi Perawat di pandang rendah

oleh profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain: a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri. b. Tidak jelasnya aturan yang ada serta tidak tegasnya komitmen penegakan hukum di Negara Republik Indonesia. c. Minimnya pendapatan secara finansial dari rekan-rekan perawat secara umum d. Kurang peranya organisasi profesi dalam membantu pemecahan permasalah tersebut. e. Rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama di daerah yang masih menganggap bahwa Perawat juga tidak berbeda dengan DOKTERatau petugas kesehatan yang lain (Muhammad, 2005) 8. TREND DAN ISU KEPERAWATAN DI INDONESIA Salah satu masalah kesehatan yang menonjol di Indonesia semenjak otonomi daerah adalah kasus gizi buruk. Salah satu cara pemerintah untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan revitalisasi untuk menghidupkan kembali konsep Posyandu melalui konsep Desa Siaga. Kebijakan pemerintah ini dapat mengalami hambatan untuk diwujudkan karena tidak melibatkan perawat untuk ambil bagian dari desa siaga tersebut, yang disebabkan kurangnya pemahaman pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan tersebut atau memang sengaja pemerintah untuk tidak melibatkan perawat. Padahal dengan adanya spesialisasi keperawatan komunitas dan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat, tenaga keperawatan dapat memberikan kontribusi yan maksimal dalam penyukseskan program desa siaga. Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru si masyarakat tentang profesi keperawatan di Indonesia. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang mereka terima dan kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula dengan kebudayaan dan kebiasaankebiasaan perawat seperti mengambilkan stetoskop, tissue untuk para dokter. Masih banyak para perawat yang tidak percaya diri ketika berjalan dan berhadapan dengan dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti perkembangan keperawatan dunia. Para perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkuwalitas dan berdedikasi. Pemilik dan pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada. Hal ini dapat di ukur dengan kalah bersaingan para Perawat Indonesia bila di bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipina dan India. Pemicu yang paling nyata adalah karena dalam system pendidikan keperawatan kita masih menggunakan Bahasa Indonesiasebagai pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah bersaing di tingkat global.Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kesempatan pada perawat untuk memperluas peran dan fungsinya, sehingga perlu ditunjang dengan latar belakang jenjang pendidikan tinggi dalam bidang keperawatan termasuk pendidikan spesialistik, sehingga mampu bekerja pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak, karena dapat menimbulkan dampak serius, seperti penurunan mutu pelayanan, meningkatnya keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya. Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan

kesehatan, menghambat perkembangan rumah sakit serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi. Hal ini juga terkait dengan kesiapan Indonesia menghadapi AFTA 2003. Menurut Muhammad (2005) dan kompas (2001), Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tenaga perawat yang menganggur , antara lain : 1. Mengembangkan praktik mandiri keperawatan secara berkelompok maupun individu untuk konsultasi, melakukan kunjungan rumah, hospice care untuk pasien terminal 2. Perawat bisa bekerja di perusahaan untuk menjaga kesehatan pekerja dan kecelakaan kerja 3. Perawat dapat melakukan dan terlibat secara aktif dalam melakukan riset dan penelitian di bidang keperawatan 4. Pemerintah memfasilitasi dan menggalakkan penempatan tenaga perawat di luar negeri bagi perawat yangmemenuhi kualifikasi. 5. Memberi sangsi kepada rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan yang memberikan gaji di bawah standar. Pada akhirnya keperawatan yang bermutu adalah suatu bentuk pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Untuk mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri, Perawat harus bekerja sesuai standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung jawabnya, selalu berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan serta sistem jenjang karir.

You might also like