You are on page 1of 15

Allah, Allah Waktu Hanya Waktu Hanya Waktu Waktu Tetap Allah kau sebut Allah Dia-lah Ilah

kau sebut Ilah Allahlah Dia kau ucapkan Segalanya tak kau ucapka apa-apa jua: Ilah hanya Allah jua yang Ilah

Kita ada atau tidak ada Kita durhaka atau mematuhi-Nya disebut satu atau pun tiga Allah Mutlak Tunggal Ada-nya Selebihnya: hanya bayangan hampa Dikejar orang berjuta-juta kecuali saudara kita Yang jujur memandang cakrawala Ar Rohman di siang benderang matahari luput dari ingatan Sebab hanya digulita malam Kau dambakan pencahayaan rahmat Sang Rohman Pada kita bergelimang Tenggelam seluruh waktu dan ruang dalam anugrah tak terumuskan Tataplah Bumi langit cinta-Nya! Namun betapa sukar, betapa sukar Kita begitu nekad pada-Nya tak ada jarak untuk menatap-Nya Maka alpa kita akan kasih-Nya Justru karena tak pernah Ia tinggalkan kita! Hanya sembahyang sejauh usia Membuat dzikir, tak sempat lupa Menghindari mati-mati kecil Yang berkeliaran manaburkan setannya Sebelum akhirnya tiba: maut besar Yang menjelaskan segalanya Hanya sujud, sungguh Hanya sujud Mengambil jarak rohani Dari dunia maya Ar Rohiim

Tidak setiap orang mengetahui, bahwa jauh di dalam jiwanya, setiap hari bergaung selaksa doa tanpa kata "Wahai Sang Maha Penyayang, jangan sampai hari ini aku tak makan, jangan sampai tak minum, jangan sampai patah tangan, jangan sampai jiwa linglung, jangan sampai hari berantakan, jangan sampai lepas napas dihidung, jangan sampai kehabisan pakaian, jangan sampai tidur tak bangun, jangan sampai menyerbu banjir bandang, jangan sampai meledak gunung jangan sampai pecah bintang, jangan sampai matahari turun.........". Dan Allah Maha mengabulkan, namun teramat sedikit yang orang rasa dan pikirkan Selaksa doa yang diam, selaksa penghargaan bisu diucapkan oleh kesunyian: Allah Maha Meniti dan Mendengarkan, kasihnya tak terumuskan, di mulut-Nya sukma orang orang bergelantungan Di malam yang sepi, orang mengucapkan permintaan-permintaan tambahan, sebab segala telah dijamin Tuhan, terkubur di tanah bisu kealpaan. "Kenapakah saudaraku--demikian engkau mengatakan--kenapakah selalu hanya kita ingat satu diantara seribu: yakni anugrah Allah yang ditunda, atau ia balik warna kejadiannya--sedang dengan itu kita diajari bagaimana membaca rahasia?" Al Maalik Yang memimpin alam semesta Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin bumi dan matahari Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin bintang gemintang Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin gunungdan pembukitan Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin lahar dan kawh Di dalam dan di luar dirimu Yangmemimpin kerajaan dan hutan Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin angin dan hujan Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin salju dan api Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin sungai dan lautan Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin ladang dan pepohonan Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin mendung dan pelangi

Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin hewan dan nafiri Di dalam dan di luar dirimu Yang memimpin segala misteri Yang memimpin getaran para Nabi Yang memimpin bisikan malaikat di batin sepi Yang memimpin isyarat dari hari ke hari di dalam dan di luar dirimu Al Quddus Air murni Tak mewakili Sang Maha Suci Langit biru Tak melambangkan Kekudusan itu Logam paling bening Hanya pantulan kasar Dari Yang Maha Bening Allah Jernih Sang Maha Jernih Pengetahuanku atas-Nya Tak membenih Penglihatanku pada-Nya Hanya buih Wahai! Semoga jika telah kubuang sampah Jika sirna aku yang serakah Bisa sampai kangenku Kepada Yang Tak Terbayangkan itu As Salam Kalau keselamatan Ialah butiran air utama dari tangan-Nya Kenapa dari lidah kita pancarkan api Yang menghanguskan? kalau kesejahteraan Ialah inti dari tawaran surga Kenapa hati menggumpal jadi batu benci Yang mencelakakan? Jiwa tersenyum kepada segala yang baik Agar datang para malaikat dengan sukaria Kita berdzikir sembahyang bersama mereka Jiwa tersenyum kepada segala yang buruk Agar para iblis terbakar oleh tenaga ragasianya

Tinggal roh badan manusia direbut kembali oleh-Nya Al Mu'min Meskipun bumi ini tak ada pijakannya Melainkan terletak di ruangan hampa Tapi syukur bisa kita berdiri Dan tidur senyenyak-nyenyaknya. Meskipun matahari bisa menggeser tubuhnya Dan menindih keberadaan kita sampai tiada Tapi syukur ia yang tak punya pikir dan rasa begitu patuh kepada hukum-hukum-Nya. Meskipun Malaikat bisa meraih bintang Dan melemparkannya beberapa ke kening kita Tapi syukur mereka hanya mengerjakan Hal yang diperintahkan oleh-Nya. Meskipun roh kita teramat sulit diterka Bahkan hidup denannya tanpa kenal rahasianya Tapi syukur rasa aman selalu kita dapatkan Cukup dengan mempercayai jaminan-Nya. Biji buah kepercayaan itu, saudaraku Ingin kutabur dan kutanam Pada pagi, pada siang, sore dan malam Agar tumbuh menjadi pepohonan Yang sulur dahan dan daun-daunnya Merambat ke pintu sorga. Al Muhaimin Ketika lapar Alangkah pentingnya Tuhan Ketika kenyang Kita hilang ingatan Nasib ayam sangat Ia perhatikan Nasib kita, hamba yang dimuliakan Jangan lagi dibilang Namun mata rabun dan keserakahan Membuat kita tak sesetia binatang Kepada yang lain kepercayaan kita tumpahkan Diam-diam kita ragu bahwa Allah memberi jaminan Sungguh, kemana lagi mata diarahkan Selain memperhatikan Tuhan Sungguh, ke mana lagi kaki dilangkahkan Selain memelihara pengabdian Allah tidak gila perhatian Tetapi itulah satu-satunya jalan Untuk menjaga seluruh isi kehidupan Untuk mewujudkan segala mimpi kebahagiaan

Al 'Aziiz hendak kau harumkan nama Allah? Jangan! Ia sudah Maha Harum, dan keharuman-Nya sedemikian tak terberikan sehingga hidung dan angkasa jiwamu sekedar mampu menangkap pantulan-pantulan-Nya Tentulah engkau khalifah: haramkan namamu sendiri, dan itu hanya bisa engkau lakukan dengan meminjam keharuman-Nya yang engkau peroleh di segala perbuatan bauk. Hendak kau bela nama Allah? Jangan! Ia bukan pelengkap penderita, sungguh Ia terlampau perkasa dan engkau terlampau kerdil untuk mampu menambah lagi keperkasaan-Nya. Tentulah engkau khilaf: bela dirimu sendiri, dan itu hanya bisa engkau lakukan dengan memelihara kehendak-nya atas derap kereta dunia di mana engkau berjuang mengendalikan kuda-Nya Hendak kau tegakkan nama Allah? Jangan! Ia adalah Maha Tegak itu sendiri, sehingga tiada tegak lain yang engkau mampu dirikan. Tentulah engkau khilaf: Tegakkan dirimu sendiri, dan itu hanay bisa engkau lakukan dengan menggenggam erat irodat-Nya di setiap detak-detik dan di setiap jengkal tanah. Al Jabbaar Orang memanjangkan tangannya untuk memetik bumi, dibawa pulang ditaruh di piring buat menu di meja makan Wahai terletak di rumah Siapakah meja makan itu dan ia sangka tidurkah Penguasa Perkasa yang di telapak tangan-Nya tertulis perbuatannya? Ia memakan apa yang takkan mampu ia makan, ia membangun penderitaan

yang akan dengan luka parah ia tanggunggakn Kenyangnya bakal sirna sebelum usai hari, tapi sakit kehidupannya bakal abadi Di muka bumi, tak seorang pun bisa, menciptakan keperkasaan sendiri, kecuali ia tiru dari Sang Maha Perkasa dengan ramuan kegagahan seperti mau-Nya. Al Mutakabbir Orang menyematkan tanda kebesaran di dada, Orang menancapkan tonggak kekuasaan yang memenuhi dunia, orang mengantongi sejarah, orang menjaring berjuta-juta kepala manusia untuk ditimbun di keranjang hari depannya, orang menumpuk modal dan mencengkeramkan cara-cara,orang menjala nasib ribuan saudara-saudaranya, orang berlomba memanggul beban-beban yang ia sangka berisi buah kebahagiaan, orang menciptakan bayangan demi bayangan, impian demi impian, yang selalu memakan diri mereka sendiri akhirnya. Orang-orang buta itu mengira Tuhan gagu dan buta, mereka tumpas suara lembut hati kecil mereka dengan makanan-makanan maya, bagai pengembara yang kelaparan, tiba di tepi danau biru yang kemilau airnya, rontok jiwa mereka maka terjunlah ke dalamnya, gagal menemukan seteguk air yang lebih menyimpan tenaga Allah saja yang memiliki kebesaran: orang yang menyangka bahwa ia juga memilikinya, sesungguhnya sedang menggali sendiri lobang kuburnya karena tak sedebu kebesaran-Nya pun yang ia bersedia meminjamkan kepada kita apabila kita tempuh perjalanan tidak ke istana-Nya Al Baari' Dikirimkan-Nya sakit kepadamu, Ia maksudkan untukmu atau barangkali untuk saudara-saudaramu yang membiayai deritamu Dihadiahkan-Nya kesehatan kepadamu, agar takut engkau pada sakit atau barangkali supaya engkau lupa bahwa engkau sakit Dianugerahkan-Nya kemelaratan kepadamu, agar ujian kecil untuk kematanganmu atau barangkali itu adalah rahmat yang jauh lebih besar yang tak mungkin engkau peroleh kalau engkau bergelimang harta benda, atau barangkali kemelaratan adalah kekayaan itu sendiri

Ditumpahkan-Nya kekayaan kepadamu, buat mesejahterakanmu atau barangkali untuk meladangi kesengsaraan hari esok yang dikehendaki oleh rasa mabukmu Dipancarkan-Nya rasa bahagia kepadamu, agar engkau bersyukur, atau barangkali untuk membuktikan bahwa engkau akan lupa karena tak mampu menyangga Ditindihkan-Nya derita kepadamu, untuk melatih sorga atau barangkali hendak ditunjukkan-Nya bahwa engkau gampang berputus asa Allah Yang Mencipta, Allah Yang Memberi, Allah menyimpan makna: Kita berkeringat mencari Antara sakit dan sehat, antara miskin dan kaya antara derita dan bahagia, antara gelap dan cahaya, berlangsung denyutan-denyutan makna, dua sisi nilai yang bertegur sapa Itulah lorong gelap kehidupa Ia, Sang Maha Pencipta Menyediakan obor di depan pintu-Nya Al Mushowwir Para pelukis meniru alam Yaitu kulit dari maha lukisan Tuhan Tapi belakangan mereka tinggalkan Sebab sebaik-baik lukisan, hanya tiruan. Sekaranga alam harus diingkari karena kehidupan tidak berharga mati warna langit tak mesti biru Air jadi salju, udara pun membeku. Para pelukis masuk lebih ke dalam Digambarnya bayangan dan bayangan Garis dan warna dicuatkan seolah menangkap inti Yang gagal digenggam. Di puncaknya: Lukisan hanya kosong dan hampa Tak ada seniman, hanya ruh buta Berwujud di telapak kaki-Nya. Allah, Seniman satu-satunya Menggambar tidak dengan warna Inti karya-Nya tidak untuk ditatap dengan mata. Al Ghoffaar

Tak satu dua kali Kulompati pagar nilai-Mu Namun kembang anugerah itu Terus menabur Terus menabur Sampai aku malu! Tak kutahu apakah dengan begitu Engkau telah mengampuni dosa-dosaku namun perwujudan cinta kasih-Mu, yang lebih luas dari samudara, mengajariku berpuasa Justru karena permaafan-Mu yang tak berbatas, maka kini ingin kuhajar diriku dengan membuang segala pantangan-Mu secara tuntas. Al Qohhar Bahkan kepada para penyihir, diberikan-Nya kekuatan ala kadarnya, namun tak seorang penyihir pun tahu bahwa tak pernah ia menyihir siapa pun kecuali dirinya sendiri. Bahkan kepada para penguasa, dianugerahkan-Nya jua pedang dan ilmu untuk menebaskannya, namun tak seorang penguasa pun mengerti bahwa tak pernah ia menguasai siapa pun kecuali ia dikuasai oleh kekuasaannya sendiri. Bahkan kepada para penindas, penipu, penjilat serta sekalian penjahat, ditaburkan-Nya jua segala batu panah api dan kebusukan yang diperlukan mereka, namun tak seorang pun dari mereka menginsafi bahwa tak siapapun bisa mereka pecundangi kecuali mereka rajam diri mereka sendiri. Orang-orang yang disihir tidaklah tersihir Orang yang dikuasai tidaklah terkuasai Yang tertindas tidaklah tertindas Juga yang ditipu, dikelabuhi, dipecundangi dan dilempari dengan ludah busuk dan panah-panah api: serbuan itu ialah piutang demi piutang, yang membuat derajat mereka makin meninggi. Bertaburan di atas kepala mereka kupu-kupu dari surga, dan mereka syukuri anugerah rahasia itu, yang berasal dari Allah mereka: Yang Maha Gagah Perkasa.

Al Wahhaab Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Di malam dan siang telingaku mendengar desir lembut suara malaikat-Mu yang mendendangkan nyanyian-Mu yang melezatkan jiwaku Di siang dan malam mripatku menyaksikan rahmat-Mu bertaburan dari langit-langit beribu penjuru. Jika Engkau bukan Sang Maha Tanpa Pamrih pastilah bangkrut aku Jika atas segala anugerah-Mu harus kupersembahkan balasan, maka tiadalah yang akan mampu aku persiapkan Segala yang tergengam di tanganku adalah milik-Mu, bahkan tak juga kumiliki diriku sendiri, karena Engkaulah Maha Empunya semuanya ini Maka jika kupasrahkan seluruh jiwa ragaku bukanlah aku memberikan sesuatu kepada-Mu, melainkan sekedar menyampaikan hak-Mu Dan jika aku memberikan sesuatu kepada keluargaku, kepada para tetangga dan sekalian orang di dalam jangkauanku, tak lain itu hanyalah menyalurkan milik-Mu agar sampai pada akhirnya keharibaan-Mu Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Engkau Maha Memberi, tanpa meminta: akulah yang membutuhkan penyerahan segala sesuatu ke hadapan-Mu. Ar Rozzaq Andaikan cukup banyak orang yang bersedia mengisi kehidupan dengan setia mencari bahan untuk mensyukuri kemahakayaan Tuhan Tentulah tak perlu kita bangun gedung yang terlalu tinggi, mesin-mesin industri, alat-alat muluk, konsusi-konsumsi mewah yang hanya akan menjerat leher sendiri. Namun inilah aman dengan peradaban paling tinggi, di mana kebahagiaan dan kesejahteraan makin jauh untuk bisa digapai Inilah abad dengan kebudayaan paling gemerlap Di mana kesengsaraan manusia telah sampai pada titik paling mutlak dan rohani umat memasuki ruang yang paling gelap

Inilah kurun sejarah di mana rembulan telah bisa dijadikan layang-layang, di mana bumi digenggam cukup dengan alat satu dua inchi, di mana kemampuan perhubungan telah menjadi luas dunia menjadi satu mili, sehingga memungkinkan segala kebobrokan ini ditutup-tutupi. Al Fattaah Pintu alam semesta Pintu tanah dan samudera Pintu kayu dan udara Pintu matahari Pintu burung-burung Pintu hati Pintu jantung Pintu ubun-ubun Pintu daging dan tulang Pintu rasa dan pikiran Pintu rohani Pintu kundalini Pintu segala nilai Pintu pengetahuan Pintu lapar dan kenyang Pintu sedih dan senang Pintu waktu dan ruang Pintu rahasia Pintu rahasia dalam pintu rahasia Pintu dalam pintu dalam pintu Pintu di balik pintu di balik pintu Engkau yang membukakannya Dan kami berebut masuk Lupa mengucap salam Lupa ingatan Al 'Aliim Segala peristiwa, bagiku, hanya hampa Engkaulah yang mengajarkan Apakah ia rejeki atau bencana Dungu atau berilmu, bagiku, hanya bisu Engkaulah yang memberitahu Apakah ia sejati atau semu Miskin atau kaya, itu fatamorgana Engkaulah yang membukakan mata Untuk tahu harta yang baka Engkau .... Gusti .... Bertanya .... Kenapa rejeki disebut bencana ? Kenapa celaka dipujipuja ? Kenapa ilmu menelan manusia ? Kenapa miskin dianggap kaya ? Kenapa oleh maya

terbelalak mata ? Beribu orang Gagal memahaminya Aku juga, Gusti, aku juga Namun ada Satu ilmu nyata Jika kepada-Mu kutumpahkan jiwa raga Tak ada bencana tak ada miskin papa Tak pernah sedih, tak sempat sia-sia Sebab Engkaulah Guru Yang Maha. Al Qoobidl Dalam sekejap kalau Engkau mau Matahari akan lenyap Bintang gemintang sirna Bumi gugur Menjadi onggokan Kayu panas neraka. Jangan lagi sirnanya satu dua nyawa Atau tercampaknya raja-raja dari Istana Pun yang kecil dan sederhana: tak akan ada rejeki bagimu hari ini, tak di Timur tak di Barat, tak di Selatan atau Utara. Kalau Engkau bersabda, sungguh, tercincanglah kami semua, terlempar dari bumi jatuh ke kobaran api yang tak pernah terbayangkan panasnya, kemudian Engkau hadirkan makhluk yang baru, yang runduk mukanya, karena mau belajar berkaca. Kami sungguh amat lancang! namun hanya Engkau sendiri yang tahu, adegan apa yang Engkau rencanakan. Al Baasith Anak-anak berdesakan antri di gerbang sekolahan, agar jangan sampai kelaparan di hari mendatang Bapak Ibu membanting tulang, agar memperoleh jatah rejeki yang lumayan Orang-orang menyogok untuk mendapatkan pekerjaan, hati kecut untuk jadi gelandangan orang bergegas, orang berebut, orang berperang, kendaraan mengerang-ngerang, pisau mengancam di kiri-kanan, mesin berderak-derak orang masuk ke dalam putaran, siapa yang lengah akan tercampak, siapa yang lemah bakal

terdepak Amoi! Apa gerangan yang terjadi ? Terasa begini sempit di bumi, orang melakukan segala cara untuk mendapat rejeki Benarkah sumur bumi esok pagi akan habis, Adakah kekayaan Allah makin menipis! Aku tahu, Gustiku Dunia kami dipimpin Oleh para pencuri Al Khoofidl Allah merendahkan derajat manusia Mungkin dengan menumpukkan harta di rumahnya Dengan menaikkan pangkat dunianya Atau beribu kesukariaan yang membuat alpa Burung dan kupu-kupu di udara Gunung yang dari abad ke abad duduk bertapa Boleh mensyukuri kehendak-Nya Karena takkan ada padanya Kedurhakaan yang mengundang-Nya murka Orang yang meratap karena dibuat sengsara Yang merasa tak beruntung karena miskin papa Hendaknya sesekali menyimak cakrawala Agar ia temukan rahasia kehendak-Nya Ar-Raafi' Bagi batu: batu hanya batu Tapi engkau menyusunnya Menjadi anak tangga Untuk menaiki angkasa Dan tetumbuhan: tidak beku diam Ia meninggi dan berkembang Tapi ia sendiri tak paham Akan hal binatang Hanya tahu bersetubuh dan makan Karena terdiri dari nafsu dan badan Adapun engkau: Duduk setingkat di atasnya Karena diselipi akal pikiran Supaya cerdas memilih jalan Allah berkisah tentang langit tujuh Batu, tetumbuhan dan binatang Membeku di tiga langit kodratnya Tapi engkau bergerak naik, bergerak naik! Kecuali yang turun Ke sap binatang

Terarus oleh tatanan keadaan, ombak zaman perilaku lingkungan jual beli kesenangan, Watak pemerintahan, menu-menu kebudayaan yang membinatangkan Allah senantiasa meninggikan Kecuali engkau memberi-Nya alasan untuk merendahkan. Al Mu'iz Radar batin dihidupkan Tumbuh kesiagaan Menyalurkan Kemuliaan Kaca jiwa dijernihkan Hadir pengetahuan Menyebarkan Kebijaksanaan Kembang hati dibersihkan Terbit kekuatan Menghembuskan kasih Tuhan Gerak pikir dibeningkan Lahir kecerdasan Memenangkan kebenaran Al Mudzill Kami menyebut Kehinaan dengan kemuliaan Kerendahan dengan ketinggian Kemunduran dengan kemajuan Kesempitan dengan keluasan Penurunan dengan peningkatan Penciutan dengan perkembangan Kemiskinan dengan kekayaan Kami simpang siur Nilai malang mujur Kami menyembah berhala Bermacam-macam bentuknya Kami bertualang Entah kemana Engkau tak meninggalkan KAmi sendiri minggat Ke ruang hampa Kami nista Kami hina Engkau tak menghinakan Kami sendiri bikin sia-sia As Saami' Ilmu Maha Mendengar yang Engkau miliki Gusti, bukan sekedar tak tertandingi, sebab siapa musuh yang brani datang kepada-Mu memerangi

sebab segala pendengaran, milik siapapun, hanya Engkau jua satu-satunya yang memberi Ilmu Maha Mendengar yang Engkau miliki Gusti, bukan sekedar tak mampu kami pahami: bahkan hakekat pendengaran kami sendiri tak pernah bisa kami telusuri Dengan telinga kami mendengarkan semua keributan dunia ini, tetapi sahabat-sahabat kami yang tuli lebih mampu mendengar suara sejati Dari saat ke saat kami setia mendengarkan setiap bunyi, tetapi diam-diam Engkau mengajari bahwa suara yang sesungguhnya terdapat dalam sunyi Gusti.... O.... Gusti Betapa tuli pendengaran kami ! Perkenankan, jika mungkin, di hari nanti kami bisa medengar tidk dengan telinga kami yang amat terbatas ini, perkenanan juga kami mendengarkan tidak hanya dengan suara-suara, yang amat sering menjebak jiwa dungu ini, tetapi juga mendengarkan apa pun saja" cahaya, inti warna, sepi atau bisikan-Mu yang tiada terperi Al Bashir Tiada hal yang perlu kuperlihatkan kepada-Mu, Gustiku, karena Engkau adalah Melihat itu sendiri, dan kalaupun aku bermaksud memperlihatkan sesuatu kepada-Mu, maka daya memperlihatkan itu pun tak lain adalah milik-Mu Tiada hal yang perlu kusembunyikan dari-Mu, Gustiku, karena setiap ruang persembunyian niscaya milik-Mu jua, dan kalaupun sesekali aku berusaha menyembunyikan sesuatu maka daya menyembunyikan itu hanyalah hasil pencurianku atas hukum-Mu. Pernah kupasang topeng-topeng di wajahku, kulapiskan pakaian di badanku, kubungkuskan kepura-puraan dihamburan kata-kata dan tingkah lakuku Namun selalu, Gustiku, diujung kepengecutan itu, akhirnya kutahu, bahwa kalau diantara selaksa kemungkinan ilmu-Mu, Engkau sediakan juga topeng-topeng penipu, tak lain itu adalah petunjuk agar aku berjuang melepaskan

dan mencampakkannya : Supaya aku peroleh Engkau Di akhir pengembaraanku. Al Hakam Hukum manusia seribu Tak bisa jadi satu Hukum Allah Satu Berlaku seribu Hukum manusia: Memenggal Hukum Allah: Manunggal Manusia bergantung pasal Allah mengendong semua ikhwal Hukum manusia pengap asap Tak kekal sumbernya Mata bisa kalap Ngawur, palunya Kalau satu sisi ditatap Tangan keliru nangkap Kalau muka licin bau bapak Ia bebas tangkap kebal asap Adapun hukum Allah Tahu sumur Api Menguasai mata airnya api Ngerti luka langit Di ujung kobaran api Bisa ngambil apinya salju Bisa ngambil saljunya api Menjagai lampu kelaknya api Mencatati kutu mati Maupun perang antar matahari Al 'adl

You might also like