You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pelaku dosa besar dalam perspektif aliran Kalam terdapat berbagai macam aliran-aliran yang menyebutkan hukuman terhadap pelaku dosa besar tersebut. Persoalan Kalam pertama kali muncul adalah persiapan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Persoalan ini kemudian menjadi perbincangan aliran-aliran Kalam dengan konotasi yang leih umum, yakni status Pelaku Dosa Besar. Kerangka berpikir yang digunakan tiap-tiap aliran ternyata mewarnai pandangan mereka tentang status pelaku dosa besar tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk Makalah dengan judul Pelaku Dosa Besar Dalam Perspektif Aliran Kalam. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. 2. Untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Ilmu Kalam Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai teori-teori yang Jurusan PAI, STIT YAPTIP Simpang Empat berhubungan dengan pelaku dosa besar dalam perspektif aliran kalam.

BAB II PEMBAHASAN A. Aliran Khawarij Ciri yang menonjol dari aliran khwarij adalah waktu ekstrimitas dalam memutuskan persoalan-persoalan kalam. Tak heran aliran ini memiliki pandangan ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni, Ali, Muawiyah, Amr bin Al-Ash, Abu Musa Al-Asyari adalah kafir, berdasarkan Firman Allah pada Surat Al-Maidah ayat 44 :1


Artinya : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah :44)

Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabirah), menurut semua sub sekte khawarij, kecuali najda adalah kafir dan akan disiksa di negara selamanya. Subsekte Khawarij yang sangat ekstrim, Azariqah menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari kafir yaitu musrik. Mereka memandang musrik bagi siapa saja yang tidak mau bergabung dengan barisan mereka adapun pelaku dosa besar dalam pandangan mereka telah beralih status keimanannya menjadi kafir millah (agama). Dan itu berarti ia telah keluar dari Islam, mereka kekal di neraka bersama orang-orang kafir lainnya Hukum kafir ini mereka luaskan artinya sehingga termasuk orang yang berbuat dosa besar, berbuat zina, membunuh sesama manusia tanpa sebab dan dosa-dosa besar lainnya menyebabkan pelakunya telah keluarga dari Islam.

W. Montgomery Watt, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam, Terjemahan Umar Basalam, (Jakarta : P3M, 1987), h. 6-7

Lain halnya dengan pandangan sub sekte Azaqirah, mereka menganggap kafir tidak saja kepada orang-orang yang telah melakukan perbuatan hina seperti membunuh, berzina dan sebagainya, tetapi juga terhadap semua orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Bahkan orang Islam yang sepaham dengna mereka, tetapi tidak mau berhijrah ke dalam lingkungan mereka juga dipandang kafir, bahkan musryik. Dengan kata lain, orang Azaqirah sendiri yang tinggal di luar lingkungan mereka dan tidak mau pindah ke daerah kekuasaan mereka dipandang musryik. Pendapat yang berbeda dikemukakan sub sekte An-Najdat, mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar menjadi kafir dan kekal di dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan golongannya. Adapun pengikutnya, jika mengerjakan dosa besar tetapi mendapat siksaan di neraka, tetapi pada akhirnya akan masuk surga juga. Sementara itu subsekte As-Sufriah, membagi doda besar dalam dua bagian yaitu dosa yang ada sanksinya di dunia seperti membunuh dan berzina, dosa yang tak ada sanksinya di dunia seperti tidak mengamalkan salat dan puasa. Ornag yang berdosa kategori pertama tidak dipandang kafir, sedangkan yang melaksankaan dosa kategori kedua dipandang kafir.2 B. Aliran Murjiah Pandangan aliran Murjiah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari defenisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Tiap-tiap sektek Murjiah berbeda pendapat dalam merumuskan defenisi iman itu sehingga pandangan tiap-tiap subsekte tentang status pelaku dosa besar pun berbedabeda pula. Sub sekte Murjiah yang ekstrim adalah mereka yang berpadangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam kalbu, oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta : UI. Press, 1986), h. 14-15
2

agama tidak berarti telah menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna di mata Tuhan. Adapun Murjiah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun di siksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya, bergantung pada ukuran dosa yang dilakukan, masih terbuk kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya hingga ia bebas dari siksaan neraka.3 C. Aliran Mutazilah Kemunculan aliran Mutazilah adalah pemikiran teologi Islam diawali oleh masalah yang hampir sama dengan kedua aliran yang telah di jelaskan di atas, yaitu mengenai status pelaku dosa besar, apakah masih beriman atau telah kafir. Perbedaannya, bila Khawarij mengafirkan pelaku dosa besar dan Murjiah memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mutazilah tidka menentukan status dan perdikat yang pasti bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan yang sangat terkenal yaitu al manzilah bain al-manzilatatin. Setiap pelaku dosa besar, menurut Mutazilah berada di posisi tengah di natara posisi mukmin dan posisi kafir. Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai dosa besar, aliran Mutazilah merumuskan secara lebih konseptual ketimbang aliran Khawarij. Yang dimaksud dengan dosa besar menurut pandangan Mutazilah adalah segala perbuatan yang ancamananya disebutkan secara tegas dalam nas, sedangkan dosa kecil adalah sebaliknya yaitu segala ketidakpatuhan yang ancamannya tidak tegas dalam nas. Tampaknya Mutazilah menjadikan ancaman sebagai kriteria dasar bagi dosa besar maupun dosa kecil. D. Aliran Asyariyah Terhadap pelaku dosa besar agaknya Al-Asyari sebagai wakil Ahl AsSunnah, tidak mengkafirkan orang yang sujud ke Baitullah, walaupun
3

Ibid., h. 26-28

merlakukan dosa besar seperti berzina dan mencuir. Menurutnya, mereka tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir. 4 Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar apabila ia meninggal dan tidak sempat bertobat, maka menurut Al-Asyari, hal ini bergantung pada kebijakan Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak. Tuhan dapat saja mengampuni dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat dari Nabi SAW, sehingga terbebas dari siksaan neraka atau kebalikannya, yaitu Tuhan memberikan siksaan neraka sesuai dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu ia tidak akan kekal di neraka seperti orang-orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai, ia akan dimasukkan ke dalam surta. Dari paparan singkat jelaslah bahwa Asyariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan Murjiah, khususnya dalam pernyataan yang tidak mengkafirkan pelaku dosa besar.

Al-Asyari, Al Ibanah an Ushud ad-Diyannah, (At-Tibaah Al-Misriyyah, tt), h. 10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan di atas maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai pandangan-pandanga aliran-aliran terhadap pelaku dosa besar yang meliputi : Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabirah), menurut semua sub sekte khawarij, kecuali najda adalah kafir dan akan disiksa di negara selamanya. Subsekte Khawarij yang sangat ekstrim, Azariqah menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari kafir yaitu musrik. Pandangan aliran Murjiah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari defenisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Tiap-tiap sekte Murjiah berbeda pendapat dalam merumuskan defenisi iman itu sehingga pandangan tiap-tiap subsekte tentang status pelaku dosa besar pun berbedabeda pula. Dosa besar menurut pandangan Mutazilah adalah segala perbuatan yang ancamananya disebutkan secara tegas dalam nas, sedangkan dosa kecil adalah sebaliknya yaitu segala ketidakpatuhan yang ancamannya tidak tegas dalam nas. Terhadap pelaku dosa besar agaknya Al-Asyari sebagai wakil Ahl AsSunnah, tidak mengkafirkan orang yang sujud ke Baitullah, walaupun melakukan dosa besar seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. B. Saran Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis akhirnya makalah ini selesai dan penulis menyadari bahwa masih banyak kesenjangan dalam penulisan makalah ini, dan disini penulis menerima masukan yang berupa kritikan dan saran yang sifatnya membangun/memperbaiki makalah ini. i

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Asyari, Al Ibanah an Ushud ad-Diyannah, At-Tibaah Al-Misriyyah, tt Nasution, Harun, Teologi Islam; Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI. Press, 1986 Watt, W. Montgomery, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam, Terjemahan Umar Basalam, Jakarta : P3M, 1987

KATA PENGANTAR


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunianya kepada kita semua dan dengan rahmad-Nya jualah pemakalah dapat menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa. Salawat berangkai salam penulis mohon kepada Allah untuk rasulnya Muhammad SAW, semoga dengan adanya uswatun hasanah, makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran kepada kita semua dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis sudah membuatnya dengan baik, namun apabila masih ada kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan makalah ini

Simpang Empat, Penulis

Maret 2011

(Kelompok VII )

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan...................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Aliran Khawarij....................................................................... 2 B. Aliran Murjiah........................................................................ 3 C. Aliran Mutazilah..................................................................... 4 D. Aliran Asyariyah.................................................................... 4 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................... 6 B. Saran.......................................................................................... 6 DAFTAR KEPUSTAKAAN

You might also like