You are on page 1of 9

BAB II KELUARGA SEJAHTERA DAN BAHAGIA

Manuasia disamping sebagai mahkluk individu juga sebagai makhluk sosial . Sebagai mahkluk sosial manusia selalu berhubungan dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat dan alam lingkuganya. Sehubungan dengan hal tersebut , agama Hindu membagi beberapa fase atau tingkatan hidup (asrama) menjadi empat fase kehidupan yang disebut Catur Asrama : 1. Brahmacari Asrama yaitu, Masa menuntut ilmu pengetahuan/belajar 2. Grahasta Asrama yaitu, Masa berumah tangga 3. Wanaprasta Asrama yaitu Masa untuk mengurangi ikatan keduniawian 4. Samyasa Asrama yaitu, masa membebaskan diri dari ikatan duniawi Berpijak pada empat tingkatan hidup tersebut ada tiga yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kodisi keluaga sejahtera dan bahagia :

1. Pra Wiwaha (nikah)


Kondisi pra nikah sesungguhnya terjadi bersamaan dengan masa Brahmacari yaitu masa belajar menunutut ilmu pengetahuan, disamping itu pada usia ini juga terjadi masa-masa peralihan, pencarian jati diri, penuh rasa ingin tahu , gejolak masa remaja yang sangat membutuhkan perhatian khusus . Remaja kerap kali dalam hal untuk memenuhi rasa ingin tahunya mereka sering berbuat yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma kesusilaan seperti pergaulan bebas, melakukan hubungan pra nikah , perkelaian remaja, penyalahan gunaan narkoba,criminal dan lain sebagainya. Untuk itu pembinaan pra nikah diarahkan untuk memantapkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. .

2. Pencegahan Pergaulan bebas dan hubungan seksual Pra Wiwaha (Nikah)


Tata susila Hindu sangat mengedepankan ajaran moral yang wajib dipedomani oleh umatnya. Berkaiatan dengan pergaulan bebas dan hubungan seksual pada masa pranikah, Agama Hindu telah menekankan bahwa pada masa Brahmacari dianjurkan untuk bergaul dengan orang yang sadhu/bijaksana dan berbudi luhur seta melarang hubungan seksual sebelum masa Grahasta (masa berumah tangga) karena akan mengganggu Ojas (Kecerdasan spiritual dan kesehatan reproduksi).

Kehatan pranikah

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

membangun keluarga Sukhinah Hubungan seksual menurut ajaran Hindu dinyatakan bersifat sakral, karena

hubungan seksual hanya diperkenankan dengan pasangan saja (sumi istri) .Penyimpangan terhadap ketentuan ini maka perbuatan itu dinyatakan sebagai Samgrahanam atau berzinah

3. Peran dan Tanggungjawab Keluarga dan masyarakat


Remaja cenderung meniru perilaku menyimpang apabila daya tangkal mereka lemah, seperti melakukan hubungan seksual diri/diluar nikah, memakai obat terlarang, minuman keras dan sebagainya. Kecenderungan negatif ini dapat menyebabkan terganggunya ksehatan reproduksi remaja, seperti kehamilan diluar nikah, mengakhiri kehamilan dengan cara menggugurkan atau Aborsi.

Guna mengatasi masalah ini maka diperlukan peran serta aktif keluarga dan masyarakat.

a. Peran dan tanggung jawab Keluarga


Berkaitan dengan upaya menjaga usia pra nikah maka setiap orang tua dalam suatu keluarga hendaknya berupaya membimbing putra-putrinya untuk menjaga diri, bergaul secara sehat, disiplin tehadap norma susila dan norma agama. Orang tua juga berkewajjiban memberikan pendidikan seksual dini secara bertahap sesuai dengan tingkatan usia dan kedewasaan anak. Setiap anak diupayakan untuk menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus yang akan membawa keharuman nama keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun cara membimbing anak antara lain dijelaskan dalam Kitabb Niti sastra .IV.21 sebagai berikut ; Perlakukan anak seperti putra raja sampai usia 5 tahun. Sampai usia 7 tahun didiklah agar mereka suka menurut. Pada usia 10 tahun ajari susastra atau pengetahuan suci. Jika telah berusia 16 tahun

perlakukanlah mereka sebagai sahabat dan berhati-hatilah bila akan

menunjukan kesalahannya. Apabila mereka telah berkeluarga cukup diamat-amati saja dan sampaikan nasehat melalui isyarat .

b. Peran dan tanggung jawab Masyarakat


Dewasa ini banyak sekali imformasi yang vulgar dari berbagai mediaa yang kurang mendidik, melainkan cenderung mempengaruhi atau mendorong perlaku seksual yang tidak bertanggungjawab. Disisi lain pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi dan kesempatan untuk membimbing anak dirasakan sangat terbatas. Oleh karena itu maka peran masyarakat baik guru/pendidik, dokter,bidan, pemuka agama dan lembaga keagamaan sangat diperlukan. Sosialisasi dan pencerahan tentang kesehatan reproduksi remaja dapat disampaikan dengan pendekatan sesuai dengan bidang keahliannya. A. Pengertian Keluarga Istilah keluarga berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Kula artinya Abdi atau hamba dan warga artinya jalinan/ikatan pengabdian. Keluarga artinya jalinan/ikatan pengabdian suami, istri dan anak. Jadi keluarga adalah persatuan yang terjalin diantara seluruh anggota keluarga dalam rangka pengabdiannya kepada amanat dasar yang mesti diemban oleh anggota keluarga yang bersangkutan (Jaman dkk, 1995:7).

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1992 di dalam pasal 1 dirumuskan tentang pengertian keluarga dan keluarga sejahtera sebagai berikut :

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

B. Perkawinan Perencanaan keluarga dimulai dari persiapan perkawinan. Dalam kitab suci Atharva Veda XIV .1.22. tersirat tentang makna perkawinan untuk mewujudkan kehidupan dan kebahagiaan bersama dgn putra putri dan cucu-cucu yang lahir dari perkawinan. Adapun fungsi dan tujuan berkeluarga menurut kitab Manawa Dharmasastra adalah: a. Dharmasampatti secara bersama-sama melakukan dharma yang meliputi semua aktivitas dan kewajiban yg ditentukan oleh agama b. Prajna mampu melahirkan keturunan (putra-putri) yg suputra shg seorang anak dapat melunasi hutang-hutang jasa kepada Tuhan YME (Dewa Rna), kepada leluhur (Pitra Rna) dan kepada para guru (Resi Rna) c. Rati dapat menikmati kepuasan-kepuasan seksual yang tidak bertentangan dengan dharma yaitu tidak mengumbar nafsu dan dilakukan dgn aturanaturan yang tidak bertentangan dgn agama, sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang baik (Suputra).

Dengan uraian singkat diatas dapat kita lihat 2 hal utama yaitu: a. Bahwa perkawinan mempunyai nilai yang sangat sakral menurut agama b. Perkawinan bukan hanya dorongan biologis tetapi lebih tinggi lagi adalah tuntutan psikologis untuk mendapatkan putra. Di dalam agama Hindu dibedakan dua jenis anak yaitu : anak aurasa dan anak yang lahir karena birahi sementara. Anak aurasa adalah anak yang menjadi tujuan perkawinan dan anak ini disebut juga anak Ksetraja. Kelahiran anak suputra adalah anak yang berbudi pekerti luhur, berpengetahuan dan bijaksana. Untuk mendapatkan anak ini harus menjalani prinsip-prinsip kesehatan misalnya, Melakukan hubungan saat istri mengalami masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus Tidak dianjurkan menggauli istri saat bulan purnama, bulan mati, hari raya Hindu dan purwani atau sehari sebelum purnama.

C. Kedudukan dan kewajiban seorang suami dan istri 1. Kedudukan dan kewajiban seorang suami a. melindungi istri dan anak-anaknya b. menyerahakna harta dan menugaskan istri sepenuhnya untuk mengurus rumah tangga serta urusan agama bagi keluarga

c. menjamin hidup dgn memberi nafkah istri bila karena suatu urusan penting ia meninggalkan istrinya ke luar daerah d. memelihara hubungan kesuciannya dgn istri dan saling percaya mempercayai sehingga terjalin hubungan/kasih sayang dan keharmonisan rumah tangga e. berupaya agar istrinya selalu ceria dan bahagia ditengah keluarga guna dapat mewujudkan kewibawaan keluarga f. menggauli istrinya, mengusahakan agar tidak timbul perceraian, dan masing-masing tidak melanggar kesucian

2. Kedudukan dan Kewajiban Istri Meliputi kewajibannya sebagai istri baik dan sebagai wanita dalam rumah tangga, yaitu: a. Sebagai seorang istri ataupun wanita hendaknya dia berusaha untuk menghindari bertindak diluar pengetahuan suami atau orang tuanya b. Istri/wanita harus pandai-pandai membawa diri dan mengatur rumah tangga c. Istri harus setia pada suaminya dan hendaknya selalu berusaha d. Istri harus selalu mengendalikan diri dalam keadaan suci e. Istri berkewajiban memelihara rumah tangga f. Seseorang istri dapat bekerja untuk menunjang hidupnya g. Wanita telah diciptakan menjadi ibu

D. Pembinaan Keluarga sejahtera dan bahagia


Pengertian keluarga sejahtera dan bahagia di dalam agama Hindu disebut dengan keluarga Sukhinah, hal ini dapat kita lihat dari sloka suci Weda yang berbunyi Sarwe Bhawantu Sukhinah artinya semoga semua mendapat kebahagiaan.

Keluarga Sukhinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah dan mampu memenuhi hajad hidup spiritual dan mateial secara layak dan seimbang diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungan dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nileinilei sradha dan Bhakti kepada Tuhan yang Maha esa. Dengan demikian dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Pembinaan

keluarga sejahtera dan bahagia meliputi tiga asfek ; 1. Asfek Agama Bahwa kehidupan keluarga dapat dijadikan wadah atau tempat untuk menanamkan dan menghayati nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan

kepadaTuhan yang Maha esa dalam hidup sehari-hari . Program ini dapat dilaksanakan melalui peningkatan bimbingan keagamaan melalui kegiatan kelompok-kelompok keluarga seperti; kegiatan Pesantian dan kegian sosial keagamaan lainnya. 2. Asfek Pendidikan Kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui peningkatan materi pendidikan

agama di lembaga pendidikan agama, pendidikan umum, kejuruan sampai dengan perguruan tinggi yang difokuskan pada penanaman nilei-nilei keimanan dan ketaqwaan serta penghayatan dan pengamalannya. 3. Asfek sosial ekonomi Kegiatan diharapkan untuk menurunkan angka kemiskinan khususnya bagi keluarga yang termasuk kurang mampu dalam hal ekonomi dengan mengembangkan kelopok koprasi industri rumah tangga, membentuk wilayah binaan keluarga Sukhinah, memberikan bantuan modal begulir dan mengupayakan peningkatan gizi keluarga. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan motivasi dan bimbingan kepada masyarakat tentangnya kerja keras hidup hemat dan perlunya gizi untuk kesehatan.

BAB III BIMBINGAN DAN DOA BAGI IBU HAMIL , MELAHIRKAN,BAYI BARU LAHIR DAN MENGHADAPI SAKARATUL MAUT

A. Kesehatan Ibu Kesehatan seorang ibu dalam suatu keluarga menurut ajaran Hindu harus menjadi perhatian utama. Kehadiran ibu yang sehat akan berdampak pada kondisi keluarga Sukhinah, mereka (ibu yang sehat) akan melahirkan anak yang sehat , kemudian mengasuh dan membesarkannya dengan merawat kesehatannya serta memberi atau mengupayakan pendidikannya, dan dalam hal ini kesehatan ibu merupakan faktor yang sangat menentukan.

1. Kehamilan Kehamilan adalah dimulainya dari pembuahan sel telur oleh seperma sampai dengan lahirnya janin. Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari atu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Kehamilan biasanya ditandai dgn terhentinya haid pada wanita produktif. Paling sedikit 2 bulan berturut-turut, timbul rasa mual, muntahmuntah, atau pusing terutama di pagi hari serta nafsu makan berkurang (bagi sebagian ibu-ibu). Satu tugas yg paling unik dan tak dapat digantikan oleh siapapun adalah tugas mengandung dan melahirkan anak. Demikian juga laki-laki wajib menjaga diri dan menghormati kesucian wanita. Perlawanan keras terjadi terhadap kenyataan adanya anak di luar pernikahan, karena khawatir terhadap adanya pernikahan tanpa sesuatu uapcara syah menurut agama dan hukum.

2. Perawatan Kehamilan Perawatan kehamilan adalah menjaga dan merawat kesehatan ibu ketika hamil. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta istirahat yang cukup. Merawat payudara secara rutin selama kehamilan, memakan makanan yang bergizi dan seimbang. Dalan tradisi Hindu diadakan ritual khusus untuk ibu hamil yaitu upacara Garbhadana Samskara (untuk bayi dalam kandungan), upacara ini dimaksudkan untuk memohon agar benih yg baik akan lahir menjadi anak yg suputra. Upacara ini

dilakukan setelah kandungan berumur 210 hari. Setelah itu ada upacara untuk ibu hamil yaitu Pumsawana Samskara untuk memohon lahirnya anak suputra. Pada upacara ini mantra-mantra Veda dibacakan dengan sangat kusuk untuk memohon lahirnya putra.

Doa untuk kelahiran bayi (memohon keselamatan bayi dan ibunya): Om Brhat sumnah pravita nivesano, Jagatah sthaturu bhayasya yovasi Sano devah savita sarma yaccha tvasme, ksayaya tri varitham amhasah Artinya: Ya Tuhan yang maha pengasih , yang memberi kehidupan pada alam dan menegakannya, ia yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Tuhan memberi rahmatnya kepada kami untuk ketenteraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan jahat. 3. Persalinan

Persalinan adalah suatu persiapan atau proses lahirnya janin dalam kandungan sampai menjadi bayi. Dalam proses ini perlu diperhatikan hal-hal sbb: a. Stamina ibu harus benar-benar terjaga, selalu berfikir positif, tenang, tabah dan yakin bahwa bayi atau ibu pasti selamat b. Dalam proses kelahiran bayi, setiap ibu hamil hendaknya menjaga kesehatan jasmaninya, kesucian hatinya, ketenangan perasaan dan kesabaran jiwanya demi kesempurnaan kelahiran putranya. Kondisi kejiwaan ibu hamil akan berpengaruh pada bayi dalam kandungan. Dalam tradisi Hindu terdapat beberapa kiat yang mesti dilakukan oleh ibu hamil menjelang kelahiran bayinya, antara lain: a. Ibu yang sedang hamil jika hendak bepergian hendaknya terlebih dahulu minum air dingin, membawa sarana seperti bawang merah/putih, yang dianggap mempunyai daya penuntun ketenangan jiwa dan keselamatan bagi diri dan bayinya b. Ibu hamil ketika sedang tidur tidak boleh diganggu, dilarang bekerja berat dan dilarang sekali memarahi ibu yang sedang hamil. Setelah bayi lahir dan selesai dimandikan orang tua bayi atau orang yang dituakan yang hadir ditempat itu diminta untuk membisikan mantra gayatri masing-masing tiga kali pada lubang telinga kanan dan kiri si bayi tersebut.

Adapun mantra gayatri tresebut sebagai berikut : Om Bhur bhuvah svahTat savitur warenyam Bhargo dewasya dhi mahi Dhyo yo nah pracodayat Om shanti-shanti-shanti Om Artinya : Ya Tuhan yang menguasai ketiga alam bumi, udara dan langit, dalam wujudmu sebagai dewi Sawitri hamba memohon kecerdasan dan kebijaksanaan , semoga Tuhan selalu menerangi dalam hidup hamba Semoga semua damai atas karuniaMu

E. Kesehatan Bayi dan Balita Kewajiban bagi suami-istri adalah menjaga dan memelihara kesehatan bayi dan balita agar tumbuh menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani. Langkahlangkah atau metode pemeliharaan kesehatan bayi dan balita secara jasmani dan rohani sbb: a. Jata Karma Samskara: Upacara menyambut kelahiran bayi Bagi umat Hindu kelahiran akan membawa kesan yang paling

membahagiakan bagi suami-istri. Oleh karena itu untuk menyambut kelahiran diadakan upacara pemujaan dewa yang menghadirkan para pandita, setelah bayi lahir dibersihkan dan diberi ASI. Kemudian orang tua bayi tsb menuliskan OMKARA diatas lidah bayinya dengan madu, selanjutnya orang tuanya mengucapkan AUM VEDA ASI. b. Namakarana Samskara: Upacara pemberian nama pada bayi yang baru lahir. Dengan doa sebagai berikut; Wahai anaku pada hari ini kami memberi nama kepadamu dan juga memuaskan kmu dengan air susu ibu, untuk itu wahai anaku semoga kamu panjang umur memiliki pengetahuan, bercahaya, memiliki kedermawanan dan kekayaan. Demikianlah pentingnya pemeliharaan kesehatan keluarga yang diawali dengan perawatan sang ibu sampai dengan bayi dan balitanya guna dapat mewujudkan keluarga Sukhinah.

You might also like