You are on page 1of 16

PRINSIP DAN AZAS BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA ORGANISASI BK DI SEKOLAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Dosen pengampu : Bimbingan dan konseling : Siti Mumun Muniroh, MA

Disusun oleh : 1. Rokhimah 2. Nurul Witri 3. Muh. Syamsuddin 202109012 202109013 202109016

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2011

BAB I PENDAHULUAN
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya

bersumber dari kajian hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling disini juga akan dibahas azas-azas bimbingan konseling yang juga berperan demi terwujudnya

keberhasilan suatu bimbingan dan konseling. Mudah-mudahan makalah yang kurang bermutu ini menambah

pengetahuan bagi pembaca. Kritik dan saran kami harapkan demi terciptanya kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya

BAB II PEMBAHASAN MATERI

2.1 Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling 2.1.1 Pengertian Prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip yang berasal dari bahasa latin, yakni prinsipia, dapat diartikan sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, prinsip ini merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan suatu yang dimaksudkan. 1 Jadi kalau berbicara tentang prinsip prinsip bimbingan dan konseling, maka kita berbicara tentang pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman dalam program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu: 1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan. a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status sosial ekonomi. b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan. 2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu. a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di
1

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.59

sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu. b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling. 3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan. a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.2 b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi. c. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah. 4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan. a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan. b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. d. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan. e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian
2

Ibid, h.60

terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

2.2 Azas-azas Bimbingan dan Konseling Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu azas atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain ada azas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu.demikian pula halnya dalam kegiatan Bimbingan dan konseling, diantaranya: a. Azas Kerahasian Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/rahasia kepada koselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiannya data yang diperoleh dari kliennya. Kerahasian data perlu dihargai dengan baik, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin kerahasiannya.3 Azas ini dikatakan sebagai azas kunci dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya azas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri klien. Di samping itu azas kerahasiaan ini juga akan menghilangkan kekhawatiran klien terhadap adanya keinginan konselor untuk menyalah gunakan rahasia dan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sehingga merugikan klien.

b. Azas Kesukarelaan Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling telah

dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu. Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan merupakan

Prayitno, Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 14

suatu paksaan.4 Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor dan kliennya. Kerjasama akan terjalin bilamana klien dapat dengan sukarela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.

c. Azas Keterbukaan Azas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor karena hubungan tatap muka antar konselor dank lien merupakan pertemuan batin tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hiidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya. Menurut Truax dan Carkhuff menyimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan kemampuan klien membuka diri (self explorasion). Dengan demikian konselor yang dalam proses konseling membuka diri, tidak bersikap dibuat-buat atau pura-pura akan mendorong klien mengekpresikan pengalaman pribadinya.

d. Azas Kekinian Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini. Namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi wktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.permasalahan yang dihadapi oleh klien sering bersumber dari rasa penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dikerjakannya pada saat ini. Dalam hal ini konselor dapat mengarahkan klien untuk memcahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang.

Hallen A, Bimbingan dan Konseling,.h.62

e. Azas Kemandirian Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian didalam diri klien. Pada tahap wal konseling, biasanya klien menampakan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir konseling, sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha menumbuhkan sikap kemandirian itu di dalam diri klien dengan cara memberikan respon yang cermat.

f. Azas Kegiatan Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya. Dalam hal ini klien harus mampu melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan. Di pihak lain konselor harus berusaha/mendorong agar kliennya mampu melakukan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.

g. Azas Kedinamisan Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien kearah yang lebih baik.untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan

kerumitan masalah yang dihadapi klien.konselor dan klien diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku klien.5

Yusuf Syamsu, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22

h. Azas Kenormatifan Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

i. Azas Keahlian Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor akan menunjang hasil konseling.6

j. Asas Keterpaduan Azas keterpaduan yaitu menghendaki agar berbagai azas bimbingan dan dan konseling bimbingan yang dan

layanan

kegiatan

konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.12

k. Azas Alih Tangan Bimbingan dan konseling merupakan kajian profesional yang menangani masalah yang cukup pelik.disamping pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh konselor juga terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling berlangsung.dalam hal ini konselor perlu mengalih tangankan (referral) klien pada pihak lain yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.

l. Azas Tut Wuri Handayani Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana dan terus menerus dan terarah kepada suatu tujuan. Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat klien mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor saja. Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3 Kegiatan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah terutama dibebankan kepada guru pembimbing di SMP/SMA, dan kepada guru kelas (di SD). Untuk dapat mengemban dan mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling dengan pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, azas, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta jenis-jenis program. Diperlukan tenaga yang benar-benar berkemampuan, baik ditinjau dari personalitasnya maupun profesionalitasnya.

1. Modal Personal Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah berupa karakter personal

yang ada dan dimiliki oleh tenaga penyelenggara bimbingan dan konseling. Modal personal tersebut adalah:7 a. Berwawasan luas, memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentang perkembangan peserta didik pada usia sekoahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses

pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap peserta didik. b. Menyayangi anak, memiliki kasih sayang terhadap peserta didik, rasa kasih sayang ini ditampilkan oleh guru pembimbing/guru kelas benarbenar dari hati sanubarinya (tidak berpura-pura atu dibuat-buat) sehingga peserta didik secara langsung merasakan kasih sayang itu. c. Sabar dan bijaksana, tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan peserta didik serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka, segala tindakan yang diambil guru pembimbing/guru kelas didasarkan pada pertimbangan yang matang. d. Lembut dan baik hati, tutur kata dan tindakan guru pembimbing/guru kelas selalu mengenakkan hati, hangat dan suka menolong. e. Tekun dan teliti, guru pembimbing/guru kelas setia menemani tingkah laku dan perkembangan peserta didik sehari-hari dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah laku dan perkembangan tersebut. f. Menjadi contoh, tingkah laku, pemikiran , pendapat dan ucapan-ucapan guru pembimbing/guru Kelas tidak tercela dan mampu menarik peserta didik untuk mengikutinya dengan senang hati dan suka rela. g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan, guru pembimbing/guru kelas cepat memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi dan atau mungkin terjadi pada diri peserta didik, serta mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi dan atau mengantisipasi apa yang terjadi dan mungkin apa yang terjadi itu.

Ibid, h.22

h. Memahami dan bersikarp positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing/guru kelas memahami tujuan serta seluk beluk layanan bimbingan dan konseling dan dengan bersenang hati berusaha sekuat tenaga melaksanakannya secara profesional sesuai dengan kepentingan dan perkembangan peserta didik.

2. Modal Profesional Modal profesional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan konseling. Semuanya itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan khusus dalam program pendidikan bimbingan dan konseling. Dengan modal professional itu, seorang tenaga pembimbing (guru pembimbing dan guru kelas) akan mampu secara nyata melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling menurut kaidah-kaidah keilmuannya, teknologinya dan kode etik profesionalnya. Apabila modal personal dan modal profesional tersebut dikembangkan dan dipadukan dalam diri guru pembimbing dan guru kelas serta diaplikasikan dalam wujud nyata terhadap peserta didik yaitu dalam bentuk kegiatan dan layanan pendukung bimbingan dan konseling, dapat diyakni pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan dengan lancar dan sukses.

3. Modal Instrumental Pihak sekolah atau satuan pendidikan perlu menunjang perwujudan kegiatan guru pembimbing dan guru kelas itu dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang merupakan modal instrumental bagi suksesnya bimbingan dan konseling, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan kerja sehari-hari, instrument BK dan sarana pendukung lainnya. Dengan kelengkapan instrumental seperti itu kegiatan bimbingan dan konseling akan memperlancar dalam keberhasilannya akan lebih

dimungkinkan. Disamping itu, suasana profesional pengembangan peserta didik secara menyeluruh perlu dikembangkan oleh seluruh personil sekolah.

Suasana profesional ini, selain mempersyaratkan teraktualisasinya ketiga jenis modal tersebut, terlebih-lebih lagi adalah terwujudnya saling pengertian, kerjasama dan saling membesarkan diantara seluruh personil sekolah.

2.3 Organisasi Bimbingan di Sekolah 2.3.1 Perlunya organisasi bimbingan Program bimbingan dan konseling dapat terlaksana secara efektif bilamana didukung dan diselenggarakan dalam organisasi yang teratur. Organisasi yang baik dan teratur sebagai alat dapat menciptakan hubungan dan mekanisme kerja yang efektif.8 Di dalam organisasi seperti itu setiap petugas bimbingan dan konseling mengetahui dengan tegas dan jelas tentang tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya. Termasuk didalamnya dengan siapa atau unit kerja yang mana dapat dibangun dan dikembangkan kerjasama. Adapun pola organisasi Bimbingan dan Konseling di sekolah, dan pola tersebut tidak perlu selalu seragam strukturnya. Setiap sekolah dapat menyusun struktur organisasi Bimbingan dan Konseling sesuai dengan besar kecilnya dan kepentingan sekolah bersangkutan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Kewajiban dan tugas personil sekolah yang terkait dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Meskipun demikian, struktur organisasi pada setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling. b. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang.
8

Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta),

h.42

Keputusan dapat dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu. c. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya

pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik. d. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentinga peserta didik. e. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga perencanaan pelaksanaan dan penilaian programbimbingan dan konseling yang berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat).

2.3.2 Personil Bimbingan dan Konseling di Sekolah Personil yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:9 1. Personil pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan (penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan. 2. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di satuan pendidikan masing-masing. 3. Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,.h.26

4. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran, guru praktik) serta wali kelas, sebagai penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas masing-masing. 5. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang seluas-luasnya. 6. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan seperti dokter, psikolog, psikiater sebagai subjek alih tangan kasus. 7. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk diselenggarakannya bimbingan sebaya Untuk setiap personil yang

diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab masingmasing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung jawab guru pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan dengan rasio antara seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembimbing bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh peserta didik di kelasnya. Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar kecilnya satuan pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus personil sekolah) yang dapat dilibatkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada setiapsatuan pendidikan dapat tidak sama. Dalam kaitan itu, tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil di setiap satuan pendidikan disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan tanpa mengurangi tuntutan akan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh demi kepentingan peserta didik.10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

10

Ibid, h.27

Prinsip yang berasal dari bahasa latin yakni prinsipia, dapat diartikan sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, prinsip ini merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan suatu yang dimaksudkan. jadi kalau berbicara tentang prinsip prinsip bimbingan dan konseling, maka kita berbicara tentang pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman dalam program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling disini juga akan dibahas azasazas bimbingan konseling yang juga berperan demi terwujudnya keberhasilan suatu bimbingan dan konseling, diantaranya azas kerahasian, azas kesukarelaan, azas keterbukaan, dsb. Serta dalam pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja dan pola atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dan efisien. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Komite Sekolah/ Orang tua siswa

Kepala Sekolah Wakil Kepala

Pengawas Sekolah Bidang

Tata Usaha

Wali Kelas

Koordinator BK/ Guru Pembimbing (Konselor)

Guru Mata Pelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Hallen A. 2005. Bimbingan dan konseling. Jakarta: Ciputat Press Prayitno. 1999. Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Alfabeta Surya Dharma. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Yusuf, Syamsu. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya

You might also like