You are on page 1of 13

UMPAN BALIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Dosen pengampu : Strategi Belajar Mengajar : Muhammad Hufron Dimyati, M.S.I

Disusun oleh : 1. Rokhimah 2. Nurul Witri 3. Muh. Syamsuddin 4. Ririn Dian Metasari 202109012 202109013 202109016 202109017

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2011

BAB I PENDAHULUAN

Persoalan pendidikan adalah sesuatu yang tak pernah habis untuk dibahas, selalu ada saja hal-hal dapat diperbincangkan terutama dari segi pelaksanaan pembelajaran. Ada satu hal yang dalam proses pendidikan di sekolah yang merupakan satu sisi terpenting untuk mendapatkan hasil maksimal dari prestasi belajar siswa serta menumbuhkan sikap positif terhadap proses belajarnya yakni persoalan feedback (umpan balik) dalam pembelajaran. Dengan umpan balik perkembangan siswa akan mampu untuk memantau sendiri dengan sukses, memiliki aspirasi yang lebih tinggi untuk pencapaian lebih lanjut, kepuasan pribadi yang lebih besar, dan kinerja yang lebih tinggi secara keseluruhan. Pada makalah ini akan dibahas pengertian, tujuan dan fungsi umpan balik serta teknik bagaimana mendapatkan umpan balik yang tepat. diantaranya dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel, dan menggunakan metode yang bervariasi. Mudah-mudahan makalah yang kurang bermutu ini menambah

pengetahuan bagi pembaca. Kritik dan saran kami harapkan demi terciptanya kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya.

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Umpan Balik Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian/hasil belajarnya.1
1

Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), h.148

Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaiki belajar siswa dalam kondisi tertentu saja. Hanya menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada siswa. Sangat bermanfaat apabila guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes baik yang dijawab benar maupun salah oleh siswa, siswa diberikan kesempatan memperbaiki jawaban yang salah itu. Umpan balik tidak akan membantu belajar jika siswa tidak mengerti bahan yang harus dikuasainya dahulu sebelum mempelajari hal yang diteskan itu, atau hanya mengerti sedikit atau sama sekali tidak mengerti isi pelajaran pada waktu tes itu disajikan. Hal ini menunjukan pentingnya memeriksa tes siswa dan memperbaiki kesalahannya. Umpan balik dalam kajian ini adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya jawaban siswa atas soal/pertanyaan yang diberikan, disertai dengan informasi tambahan berupa penjelasan letak kesalahan. Melalui umpan balik seorang siswa dengan mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya serta dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.2 Sedangkan bagi guru dengan umpan balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai kemampuannya sehingga dapat melatih suatu ketrampilan. Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, 2 pemberian umpan balik sangat diperlukan terlebih jika ditinjau dari penerapan konsep belajar tuntas (mastery learning) yang menghendaki semua siswa dapat mencapai tujuan yang dirumuskan secara maksimal.3 2. Tujuan Umpan Balik Pengajar perlu mengetahui sejauhmana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti murid, karena disinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2000), h. 208 3 Zainal Mutakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (STAIN Pekalongan Press,2009), h. 16
2

pelajaran dengan bahan berikutnya. Bila murid belum mengerti bagian tertentu, pengajar harus mengulang lagi penjelasannya. Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan cara: Lewat informasi sederhana dari murid melalui pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran. Lewat informasi tertulis yang diperoleh melalui ujian singkat. Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa umpan balik tidak hanya perlu bagi guru tetapi juga murid.4 3. Fungsi Umpan Balik Umpan balik memiliki 3 fungsi utama, antara lain: a. Fungsi Informasional Tes sebagai alat penilaian hasil pencapaian hasil belajar. Dengan demikian dapat memberikan informasi sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan informasi ini dapat diupayakan umpan balik pengayaan atau perbaikan. b. Fungsi Motivasional Dengan pemberian umpan balik, maka tes berfungsi sebagai motivator bagi siswa untuk belajar. Upaya tersebut antara lain5: Diupayakan kaitan yang jelas antara prosedur penyajian umpan balik dengan akibat-akibatnya. Misalnya disampaikan kepada siswa bahwa dengan adanya umpan balik itu ditetakan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 70 keatas boleh mengikuti pelajaran selanjutnya. Yang mendapat nilai kurang dari 70 harus mengulangi seluruh materi pelajaran yang diajarkan pada waktu itu.
4 5

Add.Rooljakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), h.11-12 Zainal Mustakim,Strategi dan Metode Pembelajaan,.h.22-23

Menjaga kerahasiaan pribadi siswa yang menerima umpan balik dengan cara memberikan komentar atau saran perbaikan langsung dalam kertas pekerjaan siswa.

c. Fungsi Komunikasional Pemberian umpan balik merupakan komunikasi antara siswa dan guru. Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa dan bersama siswa membicarakan upaya perbaikan jawaban siswa. Dengan demikian melalui umpan balik siswa mengetahui letak kelemahannya.6 4. Teknik-teknik Mendapatkan Umpan Balik Pola umum terjadinya interaksi belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara tiga unsur, yaitu: guru, bahan dan anak didik. Bahan sebagai isi dari proses belajar mengajar disampaikan guru untuk diterima oleh anak didik. Bahan di sini sebagai perantara untuk terjadinya interaksi belajar mengajar antara guru dengan anak didik. Itu berarti tanpa bahan tidak akan terjadi interaksi belajar mengajar. Dalam kegiatan pengajaran tidak lain yang harus guru capai, kecuali bagaimana anak didik dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Masalah ini tetap aktual untuk dibicarakan dari dulu hingga sekarang. Sebab bagaimana pun juga keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk sampai ke sana, yaitu anak didik dapat menguasai semua bahan yang diberikan, tidak gampang karena hal ini akan terpulang pada masalah bagaimana umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pengajaran berlangsung. Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual, teknik-teknik tersebut antara lain: 7

6 7

158

Ibid Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 140-

a. Memancing Apersepsi Anak Didik. Anak didik adalah orang yang memiliki kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya.

Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya sehingga sikap, perilaku dan pandangan hidup anak dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuknya. Contohnya perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh anak yang hidupnya di kota dengan anak yang hidupnya di desa. Latar belakang kehidupan sosial anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui dari mana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak. Pengalaman apa yang dipunyai anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang

membicarakan hal-hal yang menjadi kesenangannya. Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan bahan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan memudahkan pengertian dan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pengalaman atau pengetahuan anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengajaran. Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

b. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel Bahan pelajaran adalah isi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Bahan yang akan disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang sukar 8. Tinjauan mengenai sifat bahan ini dikarenakan dalam setiap kali proses belajar mengajar berlangsung ada di antara anak didik yang kurang mampu memproses/mengolah bahan dengan baik, sehingga pengertian pun sukar didapatkan. Inteligensi adalah faktor lain yang menyebabkannya sukar dipahaminya penjelasan guru juga menjadi faktor penyebabnya. Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan. Dalam dunia pengajaran dan pembelajaran, alat bantu yang dimaksud biasanya disebut media dalam pembelajaran itu sendiri. Media berasal dari kata latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara. Jadi secara harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan. Dalam bidang pendidikan, Association for educational Communications and Technology (AECT), yaitu suatu asosiasi yang bergerak dalam bidang teknologi komunikasi dan pendidikan, mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Telah disinggung di atas bahwa penggunaan alat bantu/ media untuk memperjelas bahan pelajaran.9 Adapun manfaat dari penggunaan alat bantu/ media dalam pembelajaran adalah: Untuk memperlancar interaksi antara guru dan siswa Proses belajar menjadi lebih menarik Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi Meningkatkan kualitas belajar siswa
Ibid 9 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h.70
8

Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja Alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai taktik yang jitu untuk meningkatkan perhatian anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Umpan balik pun terjadi seiring dengan proses belajar anak didik yang berkelanjutan. c. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seoranga anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar. Dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru, yaitu: Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari Membentuk kebiasaan belajar yang baik Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok Menggunakan metode yang bervariasi Kemudian ada beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahankan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan, yaitu:10 1. Memberi Angka: Angka dimaksud sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka yang diberikan guru kepada setiap anak didik biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru.

10

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,.h.149-157

2. Hadiah: Sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan, biasanya disesuaikan dengan prestasi yang dicapai siswa. 3. Pujian: Alat motivasi yang positif, guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan siswa serta dapat mengarahkan kegiatan anak didik pada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. 4. Gerakan tubuh: bentuk mimik yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu,

menggelengkan kepala, menaikkan tangan dan lain-lain, adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik dari anak didik, misalnya diamnya guru dapat diartikan oleh anak didik sebagai menyuruh mereka untuk mengakhiri kegaduhan dikelas, karena kedaan kelas yang gaduh pelajaran tidak dapat diberikan. 5. Memberi Tugas: suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. 6. Memberi Ulangan: salah satu strategi yang penting dalam pengajaran, sebab dengan ulangan guru ingin mengetahui sejauh mana hasil pengajaran yang telah dilakukan. 7. Hukuman: merupakan reinforcement yang negatif, anak didik yang merasa mendapat sanksi, sadar atas kesalahan yang ia lakukan dan tentu saja dia tidak akan mengulangi kembali perbuatannya itu. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain :11 1. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif. Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola pandang bahwa peserta didik adalah manusiamanusia cerdas berpotensi, merupakan faktor penting yang akan meningkatkan
Add.Rooljakkers, Mengajar dengan Sukses,.h.30-35

11

partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru akan membiasa mewarnai sikap para peserta didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang bersangkutan. 2. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran. Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. 3. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung. Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang menarik dan cukup untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar. 4. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap

individu.12 Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan lainnya. 5. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar. Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih. d. Menggunakan Metode yang bervariasi Proses belajar dewasa ini menuntut seorang guru memiliki keterampilan atau metode yang beragam agar proses belajar tersebut menyenangkan dan mampu mengembangkan kemampuan muridnya. Metode merupakan hal yang lebih penting dari materi yang akan diajarkan. Menurut DR. Ahmad Tafsir, metode adalah cara yang paling tepat dan cepat, kata cepat dan tepat disini sering diungkapkan dengan ungkapan efektif dan efisien.13 Di sini seorang guru harus memilih cara yang efektif dan efisien dalam mentransformasi dan mengembangkan pengetahuan muridnya dan metode dalam pembelajaran. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna, dalam hal ini ialah pengajaran yang berfungsi pada murid. Berfungsi artinya menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi pribadinya. Adapun pengajaran cepat adalah pengajaran yang
Ibid Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h.34-36
12 13

tidak memerlukan waktu yang lama, artinya pengajaran tersebut difasilitasi alat alat pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman murid terhadap materi yang diajarkan. Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang digunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.14 Penggunaan metode yang bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan

pencapaian/hasil belajarnya. Melalui umpan balik seorang siswa dengan mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya serta dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri. Sedangkan bagi guru dengan umpan balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai kemampuannya sehingga dapat melatih suatu ketrampilan. Umpan balik hanya bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Fungsi Umpan Balik: d. Fungsi Informasional
14

Bassyirudin Usman, Metodologi Pengajaran Agama Islam,.h.65-69

e. Fungsi Motivasional f. Fungsi Komunikasional

Teknik mendapatkan umpan balik yang tepat. Diantaranya: 1. Dengan memancing apersepsi anak didik 2. Memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel 3. Menggunakan metode yang bervariasi

DAFTAR PUSTAKA

Add. Rooljakkers. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Grasindo Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta . 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mutakim, Zainal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. STAIN Pekalongan Press Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo Tafsir, Ahmad. 2007. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Remaja Rosda Karya Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press

You might also like