You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM PERBENGKELAN

LAS LISTRIK

Oleh: FACHRUL AZWI NIM A1H007040

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2009

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengelas merupakan salah satu menyambung atau memotong dua bagian logam serta permanen dengan menggunakan tenaga panas. Prinsip las listrik adalah menyambung logam dengan cara mencairkan logam menggunakan sumber panas dari bunga api listrik. Bunga api listrik terbentuk dengan cara menyalurkan arus listrik melalui elektroda yang didekatkan pada bagian permukaan logam benda kerja, dalam hal ini elektroda dan logam benda kerja merupakan kutub-kutub listrik yang berbeda. Elektroda yang telah diberi bahan pelapis dapat berfungsi sebagai kawat las atau kawat pengisi, dan untuk jenis elektroda tertentu dapat dipergunakan untuk memotong baja. Banyak hal penggunaan listrik lebih praktis dan cepat jika dibandingkan dengan las karbit, namun demikian las listrik tidak dapat dipergunakan untuk mengelas plat tipis. Sinar bunga api listriknya lebih berbahaya terhadap mata dan kulit karena kendungan sinar ultravioletnya dan inframerahnya, juga karena sinar yang ditimbulkan terlalu terang sehingga menyilaukan.

B. Tujuan

1. Mengetahui peralatan dan perlengkapan las listrik. 2. Mengetahui cara pengelasan. 3. Dapat menyambung atau memotong logam menggunakan las listrik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Las

gas/karbit

adalah

proses

penyambungan

logam

dengan

logam(pengelasan) yang menggunakan gas karbit(gas aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus. Menurut alfian (2007), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian las, diantaranya: 1. Mengatur Tegangan Pada mesin las modern, tegangan pengelasan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Mesin las umumnya mempunyai tegangan 60 80 Volt sebelum terjadi busur nyala. Tegangan ini disebut tegangan terbuka atau tegangan atau tegangan pembakar. Bila busur nyala telah terjadi (sedang mengelas) maka tegangan turun menjadi 20 40 Volt. Ini dinamakan tegangan kerja. Tegangan kerja disesuikan dengan diameter elektroda. 2. Membuat Rigi Rigi Sambungan terisi dengan rata, maka pada permukaan

penyambungan diadakan pengayunan elektroda. Batas pemunduran elektroda dan kecepatan pengisian kawah normal. Batas pemunduran elektroda terlalu jauh, atau kecepatan pengisian terlalu lama, sehingga terjadi sambungan rigi-rigi yang tinggi. Batas pemunduran elektroda terlalu pendek atau waktu pengisian terlalu singkat, sehingga terjadi sambungan rigi-rigi yang rendah. 3. Menyambung Rigi Rigi

Apabila elektroda habis sebelum sampai pada batas pengelasan, maka untuk menyambung kembali, diperlukan cara tertentu. Baik buruknya penyambungan tergantung pada kondisi kawah yang akan disambung, kecepatan penyambungan, batas mundur elektroda. Sebelum sepanjang penyambungan kira-kira 15 rigi-rigi dimulai bersihkan masih terak pijar,

mm(bila

ujung

kawah

penyambungan dapat dilakukan tanpa pembuangan terak). Busur nyala dimulai 5 10 mm dari kanan kemudian elektroda digerakkan kekiri sampai mendekati rigi-rigi yang akan disambung. Kemudian teruskan pengelasan menurut arah yang diperlukan. 4. Mematikan Busur Nyala Agar ujung akhir rigi-rigi las tidak keropos dan tidak terlalu rendah, maka untuk memutuskan atau melepaskan busur nyala dari benda kerja dibutuhkan cara pertama elektroda diangkat, lalu sedikit diturunkan, baru diayun keluar. Cara kedua elektroda diangkat sedikit lalu diturunkan kembali sambil dilepas dengan mengayunkan kekiri atas. Cara ketiga diperlihatkan cara pelepasan elektroda yang salah. 5. Hasil Rigi Rigi Dengan melihat hasil rigi-rigi las dapat diketahui kesalahankesalahan pengelasan. a. besar arus, kecepatan gerak elektroda dan jarak busur nyala normal. b. besar arus, kecepatan gerak elektroda normal, tetapi jarak busur terlalu besar, sehingga terjadi sedikit percikan disekitar rigi-rigi. Selain itu penembusan dangkal. c. jarak busur nyala dan kecepatan elektroda normal, tetapi arus terlalu besar sehingga banyak terjadi percikan disepanjang rigirigi. Garis-garis rigi-rigi meruncing. d. kecepatan gerak elektroda normal, tetapi arus terlalu rendah sehingga rigi-rigi menjadi tinggi dan penembusan dangkal. Penyalaan elektroda sukar.

e. besar arus, busur nyala normal tetapi kecepatan jalan elektroda terlalu lambat. Rigi-rigi tinggi dan lebar. f. besar arus, jarak busur nyala normal tetapi kecepatan jalan elektroda terlalu tinggi, sehingga bentuk permukaan rigi-rigi jelek. Penembusan juga dangkal. 6. Ayunan Elektroda Untuk mendapatkan rigi-rigi yang lebih besar dan memperdalam penembusan, perlu mengayun elektroda. Pengayunan ini terutama penting dilakukan pada pengelasan kampuh V, X, U dan sebagainya. Cara 1 : tanpa ayunan, untuk pengelasan benda tipis. Cara 2, 3 : ayunan setengah lingkaran dan ayunan gergaji, untuk pengelasan benda yang tebalnya sedang. Cara 4, 5 : ayunan segi empat dan segi tiga, untuk pengelasan benda tebal. 7. Tinggi Awal Busur Bila pengelasan dimulai dipinggir sekali, maka penembusan awal rigi-rigi sering kurang baik. Untuk mengisi hal ini, maka titik awal pengalaan dimulai kira-kira 10 20 mm dari tepi kampuh yang akan dilas. Elektroda dimundurkan mencapai tepi, lalu dikembalikan kearah lintasan yang diperlukan. 8. Menyalakan Elektroda Elektroda dapat dinyalakan dengan dua cara, yaitu: 1. cara sentakan 2. cara goresan Pertama ialah elektroda diturunkan lurus sampai menyentuh benda kerja dan langsung diangkat (cepat) sampai jarak kira-kira 1x diameter elektroda. Kemudian diturunkan sampai terjadi tinggi busur yang diinginkan (kira-kira 0,8 x diameter elektroda. Kedua ialah seperti menggoreskan korek api. Setelah busur terjadi tinggi nyala dipertahankan kira-kira 0,8 kali diameter elektroda diatas bidang kerja.

Arah penggoresan dapat kekiri maupun kekanan. Pasanglah tameng, sebelum elektroda menyala. Perpendekan elektroda, harus diikuti dengan penurunan tangan, agar sudut elektroda dan tinggi busur tetap dapat dipertahankan 9. Menjepit Elektroda Sebelum bekerja, semua kelengkapan keselamatan kerja harus disiapkan. Jepitlah ujung elektroda pada bagian yang tidak bersalut. Elektroda harus dijepit dengan kuat pada tang.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Mesin las 2. Kabel las dan breder las 3. Pemegang elektroda 4. Elektroda

B. Prosedur Kerja

1) Peralatan disiapkan. 2) Busur listrik dinyalakan. 3) Besi yang akan disambungkan dipotong-potong sepanjang 20 cm. 4) Pengelasan atau penyambungan dilakukan. 5) Setelah proses pengelasan selesai busur listrik dimatikan.

You might also like